Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Pendidikan Kewarganegaraan
Pemaknaan Semboyan Bhinneka Tunggal Ika Dalam Kehidupan
Masyarakat Indonesia

DISUSUN OLEH :
Reza Nur Fauzi (1902046002)
Eleanor Mirna Massolo (1902046015)
Farra Aufa Fajri (1902046008)
Leo Sumiran (1902046017)
Nur Hamida (1902046025)
Zahira Shafa Tsuraya (1902046026)
Kania Nabila Amina (1902046027)
M.Irfan Nor Fauzan (1902046028)
Putri Febrianty Ardhana (1902046038)
Alfica Trisni Yuniasti (1902046047)
Kartika Lisnawati (1902046048)

HUBUNGAN INTERNASIONAL
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa hingga saat ini masih
memberikan nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini dengan judul “Pemaknaan Semboyan Bhineka Tunggal Ika Dalam Kehidupan
Masyarakat Indonesia” tepat pada waktunya. Terimakasih pula kepada semua pihak yang telah
ikut berpartsipasi membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga dapat berjalan dengan baik.

Makalah sederhana ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Dalam makalah ini membahas tentang asal-usul/sejarah Bhinneka Tunggal
Ika, perdebatan dalam pencetusan Bhinneka Tunggal Ika, pudarnya Bhinneka Tunggal Ika pada
masa sekarang, penerapan Bhinneka Tunggal Ika, akibat Kelebihan dan Kekurangan Pengamalan
Bhinneka Tunggal Ika

Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan khususnya pembaca pada umumnya.

Akhirnya, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Dengan segala
kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari
para pembaca guna peningkatan kualitas makalah ini dan makalah-makalah lainnya pada waktu
mendatang.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………............................................ i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….......... ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………................. 1

A. Latar Belakang………………………………………………………………. 1

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………….. 3

A. Asal-usul/sejarah Bhinneka Tunggal Ika………………………………......... 3

B. Perdebatan dalam pencetusan Bhinneka Tunggal Ika………………………. 8

C. Pudarnya Bhinneka Tunggal Ika pada masa sekarang…………………….…10

D. Penerapan Bhinneka Tunggal Ika………………………………………........ 14

E. Akibat Kelebihan dan Kekurangan Pengamalan Bhinneka Tunggal Ika…… 16

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………... 18

A. Kesimpulan ………………………………………………………………….. 18

B. Saran…………………………………………………………………………. 18

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………... 19

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah Negara kesatuan yang penuh dengan keragaman. Indonesia terdiri
atas beraneka ragam budaya, Bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan, dan
lain-lain. Namun Indonesia mampu mempersatukan berbagai keragaman itu sesuai dengan
semboyan bangsa Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika”, yang berarti berbeda-beda tetapi tetap
satu jua. Ketika mendengar tentang kata “Bhinneka Tunggal Ika” maka serta merta pikiran
kita akan mengaitkannya dengan Pancasila, Burung Garuda, Perbedaan suku, dan mungkin
kita sudah lupa tentang asal usul Bhinneka Tunggal Ika itu sendiri, menghadapi kompleksitas
globalisasi, dan peluangnya dengan memegang teguh Bhinneka Tunggal Ika.

Bhinneka Tunggal Ika telah tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun
1951 dan Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2009 tentnag Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara serta lagu Kebangsaan. Bhinneka Tunggal Ika mengandung makna: mendorong
makin kukuhnya persatuan Indonesia: Mendorong timbulnya kesadaran tentang pentingnya
pergaulan demi kukuhnya persatuan Indonesia; Mendorong timbulnya kesadaran tentang
pentingnya pergaulan demi kukuhnya persatuan dan kesatuan; Tidak saling menghina,
mencemooh, atau saling menjelekkan diantara sesama bangsa; Saling menghormati dan
saling mencintai antar sesame; Meningkatkan identitas dan kebanggan sebagai bangsa
Indonesia; dan Meningkatkan nilai kegotongroyongan dan Solidaritas.

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk yang memiliki karakteristi yang


unik ini dapat dilihat dari budaya gotong royong, teposliro, budaya menghormatiorang tua
(cium tangan), dan lain sebagainya.Bhinneka Tunggal Ika seperti kita pahami sebagai motto
Negara, yang diangkatdari penggalan kitab Sutasoma karya besar Mpu Tantular pada jaman
Kerajaan Majapahit (abad 14) secara harfiah diartikan sebagai bercerai berai tetapi satu
(berbeda-beda tetapitetap satu jua). Motto ini digunakan sebagai ilustrasi dari jati diri bangsa
Indonesia yangsecara natural, dan sosial-kultural dibangun diatas keanekaragaman.Bhinneka
Tunggal Ika adalah semboyan bangsa yang tercantum dan menjadi bagian dari lambang
negara Indonesia, yaitu Garuda Pancasila. Sebagai semboyan bangsa, artinya Bhinneka
Tunggal Ika adalah pembentuk karakter dan jati diri bangsa.Bhinneka Tunggal Ika sebagai
pembentuk karakter dan jati diri bangsa ini tak lepas daricampur tangan para pendiri bangsa
yang mengerti benar bahwa Indonesia yang pluralistic memiliki kebutuhan akan sebuah unsur
pengikat dan jati diri bersama.Bhinneka Tunggal Ika pada dasarnya merupakan gambaran
dari kesatuan geopolitik dan geobudaya di Indonesia, yang artinya terdapat keberagaman
dalam agama,ide, ideologis, suku bangsa dan bahasa.Kebhinekaan Indonesia itu bukan
sekedar mitos, tetapi realita yang ada di depan mata kita. Harus kita sadari bahwa pola pikir
dan budaya orang Jawa itu berbeda denganorang Minang, Papua, Dayak, Sunda dan lainnya.
Elite pemimpin yang berasal dari kota-kota besar dan metropolitan bisa jadi memandang
Indonesia secara global akan tetapielite pemimpin nasional dari budaya lokal tertentu
memandang Indonesia berdasarkan jiwa, perasaan dan kebiasaan lokalnya. Ini saja

1
menunjukkan kalau cara pandang kitatentang Indonesia berbeda. Jadi tanpa kemauan untuk
menerima dan menghargai kebhinekaan maka sulit untuk mewujudkan persatuan dan
kesatuan bangsa. Apa yang dilakukan oleh pendahulu bangsa ini dengan membangun
kesadaran kebangsaan atau nasionalisme merupakan upaya untuk menjaga loyalitas dan
pengabdian terhadap bangsa.Selama ini sifat nasionalisme kita kurang operasional atau hanya
berhenti padatataran konsep dan slogan politik. Nasionalisme bisa berfungsi sebagai
pemersatu beragam suku, tetapi perlu secara operasional sehingga mampu memenuhi
kebutuhan objektif setiap warga dalam suatu negara-bangsa. Tradisi dari suatu bangsa yang
gagalmemenuhi fungsi pemenuhan kebutuhan hidup objektif akan kehilangan peran sebagai
peneguh nasionalisme. Saat ini diperlukan tafsir baru nasionalisme sebagai kesadaran kolektif
di tengah pola kehidupan baru yang mengglobal dan terbuka. Batas-batas fisiknegara-bangsa
yang terus mencair menyebabkan kesatuan negara kepulauan seperti Indonesia sangat rentan
terhadap serapan budaya global yang tidak seluruhnya sesuai tradisi negeri ini. Disamping itu
realisasi otonomi daerah yang kurang tepat akanmemperlemah nilai dan kesadaran kolektif
kebangsaan di bawah payung nasionalisme.

2
BAB II PEMBAHASAN
A. Asal-usul/sejarah Bhinneka Tunggal Ika

Sejarah Bhinneka Tunggal Ika bermula ketika kalimat Bhinneka Tunggal Ika pertama
kali diperkenalkan pada zaman Majapahit, tepatnya di era kepemimpinan Wisnuwardhana.
Tidak hanya itu, Bhinneka Tunggal Ika juga merupakan kutipan dari sebuah karya sastra
agama atau yang disebut dengan kakawin Jawa Kuna yaitu kakawin Sutasoma karangan Mpu
Tantular. Mpu Tantular merupakan seorang bujangga yang hidup pada masa kerajaan
Majapahit, dibawah kekuasaan Prabu Rajasanagara atau yang dikenal dengan Raja Hayam
Wuruk di abad ke-14.
Kalimat Bhinneka Tunggal Ika mulanya diciptakan sebagai bentuk dari rasa toleransi seorang
Mpu Tantular. Dimana, Mpu Tantular merupakan seseorang yang menganut Buddha
Tantrayana dan hidup di lingkungan kerajaan Majapahit yang memiliki corak Hindu-Siwa.
Berikut ini adalah kutipan sajak dari kakawin Sutasoma pada pupuh 139 bait ke-5 yang
mengandung kalimat Bhinneka Tunggal Ika:
 Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa,
 Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,
 Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal,
 Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.
Berikut terjemahan dari sajak kakawin Sutasoma :
Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda. Mereka memang berbeda, tetapi
bagaimana kah bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal
Terpecah belahlah itu, tetapi satu juga lah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.
(Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa). Terlihat dari sajak diatas tercantum
sepenggal kalimat Bhinneka Tunggal Ika dalam bahasa Jawa Kuno, yang jika diterjemahkan
menjadi kalimat berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Sepenggal kalimat Bhinneka Tunggal Ika
merupakan cerminan dari kerajaan Majapahit, yang memiliki berbagai macam masyarakat,
yang dapat dilihat dari kepercayaan yang dianut serta orientasi bangunan berupa candi. Maka
dari itu, masyarakat yang hidup di lingkungan kerajaan Majapahit pada masa itu terbagi
menjadi tiga golongan, yaitu :
 Golongan pertama
Berisi orang-orang yang datang dari Barat dan menganut agama Islam dan tinggal di
Majapahit.

3
 Golongan kedua
Berisi orang-orang Cina yang datang dari Canton, Chang-chou dan Ch’uan-chou yang
terletak di Fukien. Kemudian, orang-orang Cina tersebut hijrah dan tinggal di kerajaan
Majapahit. Tidak hanya itu, sebagian dari orang-orang Cina tersebut kemudian memeluk
agama Islam dan ikut menyebarkan agama Islam.
 Golongan ketiga
Golongan ketiga ini merupakan golongan pribumi. Dimana, penduduknya berjalan tanpa alas
kaki, rambut yang digulung di atas kepala dan memiliki kepercayaan penuh terhadap roh-roh
leluhur.

Sejatinya Mpu Tantular merupakan sosok yang sangat terbuka pada agama lain,
khususnya terhadap agama Hindu-Siwa. Hal tersebut tercantum dalam buku yang berjudul
“Meluruskan Sejarah Majapahit” karya Irawan Joko Nugroho. Mpu Tantular memiliki
pandangan mengenai hakikat dari nilai-nilai agama secara universal. Dimana, hal tersebut
diketahui Mpu Tantular melalui kakawin Arjunawijaya yang merupakan kakawin karangan
Mpu Tantular lainnya selain kakawin Sutasoma. Pada masa kerajaan Majapahit, Bhinneka
Tunggal Ika menjadi sebuah ajaran atau pendirian bagi masyarakat yang menganut agama
Buddha dan Hindu-Siwa. Dimana semboyan tersebut merupakan hasil pemikirian cemerlang
Mpu Tantular yang mampu membuat kerajaan Majapahit menyatukan Nusantara. Melihat
sejarah Bhinneka Tunggal Ika yang sukses menyatukan Nusantara di masa kerajaan
Majapahit, akhirnya membuat Muh. Yamin sebagai tokoh pertama mengusulkan Bhinneka
Tunggal Ika untuk digunakan sebagai semboyan negara kepada Presiden Ir. Soekarno. Muh.
Yamin meyakini bahwa karya dari Mpu Tantular tersebut sangat cocok dan sesuai untuk
diimplementasikan dengan kehidupan Indonesia pada masa itu. Baik dari segi perbedaan
agama, ideologi, suku, ras, etnik maupun golongan. Muh. Yamin menyebutkan kalimat
Bhinneka Tunggal Ika beberapa kali ketika sidang BPUPKI berlangsung, yaitu pada bulan
Mei – Juni 1945. Dimana, I Made Prabaswara beranggapan bahwa Muh. Yamin sebagai
tokoh bahasa dan kebudayaan memiliki ketertarikan sendiri terhadap hal-hal yang
berhubungan dengan Majapahit. Tidak hanya itu, ketika kalimat Bhinneka Tunggal Ika
sedang disebutkan oleh Muh. Yamin, I Gusti Bagus Sugriwa menyambung semboyan
tersebut dengan kalimat “Tan Hana Dharma Mangrwa” yang berarti “Tidak Ada Kerancuan
Dalam Kebenaran”. Kalimat yang diucapkan oleh I Gusti Bagus Sugriwa tersebut
membuktikan bahwa karya dari seorang sastrawan penganut Buddha, bisa diterima di

4
lingkungan masyarakat dengan mayoritas agama Hindu. Hal tersebut mengingatkan kembali
tentang toleransi kehidupan pada masa kerajaan Majapahit. Namun, sebelum Bhinneka
Tunggal Ika diusulkan menjadi semboyan Negara Indonesia, Prof. Kerf pada tahun 1888
menyelidiki terlebih dahulu semboyan tersebut yang kemudian disimpan di perpustakaan
Leiden, Belanda.

Perjalanan terciptanya Bhinneka Tunggal Ika sangat panjang, yaitu sejak tahun 1928 ketika
“Sumpah Pemuda” diikrarkan. Dimana, isi dari “Sumpah Pemuda” yaitu :
1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Diikrarkannya Sumpah Pemuda menjadi salah satu bukti dari perilaku yang
mendukung adanya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, yang dengan rasa bangga
memiliki tanah air Indonesia. Tidak hanya itu, Bhinneka Tunggal Ika yang lahir dari
pemikiran seorang cendikiawan hebat, nyatanya sudah hadir dari beberapa abad yang lalu,
yang kemudian menginspirasi bangsa Indonesia untuk menggunakan kalimat tersebut sebagai
identitas dan semboyan negara Indonesia. Secara tersirat maupun tersurat, Bhinneka Tunggal
Ika menunjukkan bahwa bangsa Indonesia mengakui, mencintai dan menghargai adanya
keberagaman jauh sebelum adanya Indonesia sendiri. Keberagaman pada dasarnya bukan
pemicu kehancuran ataupun keretakan, namun adanya keberagaman berfungsi sebagai
pemersatu bangsa, yang dapat terwujud jika rakyat Indonesia dapat mengimplementasikan
makna dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Fungsi Bhinneka Tunggal Ika


Semboyan dari bangsa Indonesia ini memiliki fungsi sebagai landasan atau dasar
negara Indonesia untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Fungsi tersebut harus
diimplementasikan secara sungguh-sungguh baik dalam kehidupan bermasyarakat ataupun
bernegara, dengan tujuan agar dapat saling menghargai antar masyarakat baik dalam segi
suku, bangsa, ras, agama, bahasa dan keberagaman lainnya.
Hal tersebut memerlukan kesadaran diri dari setiap rakyat Indonesia untuk menjunjung tinggi
persatuan dan kesatuan sehingga Indonesia tidak akan terpecah belah.

Prinsip Bhinneka Tunggal Ika


Di bawah ini prinsip Bhinneka Tunggal Ika, diantaranya sebagai berikut :
5
 Sebagai Common Denominator
Seperti yang diketahui, bahwa bangsa Indonesia memiliki keberagaman suku, agama, budaya,
bahasa dan sebagainya. Namun keberagaman tersebut tidak menjadi hambatan dalam
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Hal tersebut dikarenakan kita sebagai masyarakat Indonesia, harus mencari persamaan di
dalam perbedaan tersebut (common denominator). Dengan begitu, masyarakat Indonesia
dapat hidup tenteram di dalam keberagaman tersebut karena adanya suatu kesamaan yang
dimiliki bangsa Indonesia.
 Tidak Memiliki Sifat Enklusif
Prinsip dari Bhinneka Tunggal Ika yang kedua adalah tidak bersifat enklusif. Dimana,
maksud dari poin ini adalah masyarakat Indonesia tidak dibenarkan apabila menganggap
dirinya atau kelompoknya sebagai sosok yang paling hebat, paling benar ataupun paling
diakui.
Hal tersebut harus dihapuskan agar tidak menimbulkan konflik karena adanya rasa cemburu,
curiga, sikap egois hingga tidak mau mengetahui atau memperhitungkan keberadaan
kelompok atau orang lain.
Sebaiknya, setiap kelompok dari golongan mayoritas atau minoritas tetap harus menghormati
kelompok lain yang memiliki perbedaan pemahaman. Karena pada dasarnya, masyarakat
Indonesia hidup saling berdampingan dengan keberagaman yang ada.
 Tidak Memiliki Sifat Formalistis
Poin ketiga disini memiliki arti bahwa Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara harus
menunjukkan sifat menyeluruh atau universal, tidak ada diskriminasi terhadap pihak-pihak
tertentu.
Hal tersebut dikarenakan setiap masyarakat harus mempunyai rasa hormat, percaya, kasih
sayang serta rukun dengan masyarakat lainnya. Karena dengan cara tersebut keberagaman
suku, agama, bahasa dan sebagainya dapat bersatu dan muncul yang namanya kehidupan
bermasyarakat.
 Bersifat Konvergen
Sifat konvergen juga disebut dengan sifat dewasa. Dimana, masyarakat harus bersikap
dewasa ketika menghadapi sebuah perbedaan, baik pendapat ataupun budaya. Kemudian
mencari titik temu antara kedua belah pihak agar dapat diselesaikan dengan sebaik mungkin.
Sifat konvergen dalam Bhinneka Tunggal Ika sendiri menjadi salah satu prinsip utama,
dimana masyarakat Indonesia tidak diperbolehkan secara sepihak mendahulukan kepentingan

6
sendiri atau salah satu pihak.
Namun, alangkah lebih baik jika kedua pihak melakukan musyawarah terlebih dahulu untuk
mencari titik temu antara kedua pihak, dengan tujuan untuk mengurangi konflik yang
mungkin dapat terjadi di Indonesia.

Implementasi Bhinneka Tunggal Ika


Beberapa implementasi dari Bhinneka Tunggal Ika, diantaranya yaitu :
 Menjunjung Tinggi Kepentingan Bersama
Implementasi dari Bhinneka Tunggal Ika yang pertama adalah menjunjung tinggi
kepentingan bersama. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan mengutakan kepentingan
bersama terlebih dahulu, mengurangi sikap egois dan memaksakan kehendak pribadi kepada
orang lain.
Dengan menjunjung kepentingan bersama, kamu bisa mencari solusi terbaik yang
menguntungkan kedua belah pihak. Dimana, kedua belah pihak tersebut saling mendapatkan
hak dan kewajibannya. Dengan melakukan hal ini, kamu sudah menerapkan dan menegakkan
Bhinneka Tunggal Ika.
 Mengakkan Toleransi
Poin implementasi dari Bhinneka Tunggal Ika berikutnya adalah menegakkan sikap toleransi.
Dimana, kamu bisa menunjukkannya melalui toleransi beragama. Kamu tidak perlu ikut
merayakan hari raya agama lain, karena yang perlu kamu lakukan hanya tidak mengganggu
atau mencampuri urusan agama lain. Dengan begitu, kamu sudah mengimplementasikan
Bhinneka Tunggal Ika.
 Menegakkan Pluralisme
Pluralisme adalah sikap tahu, paham, percaya ataupun mengerti bahwa adanya perbedaan
merupakan hal yang wajar. Tidak hanya itu, sikap seperti ini juga sangat diperlukan di
Indonesia untuk kelancaran berlangsungnya keutuhan setiap wilayah yang ada di negara
Indonesia.
Menegakkan pluralisme dalam implementasi Bhinneka Tunggal Ika, menjadi sesuatu hal
yang harus diperhatikan. Dimana, masyarakat Indonesia harus memiliki bekal pemahaman
bahwa adanya perbedaan merupakan sesuatu hal yang biasa. Sehingga perbedaan tidak akan
membuat negara Indonesia menjadi kacau.
 Musyawarah untuk Mufakat
Poin terakhir dalam implementasi Bhinneka Tunggal Ika adalah musyawarah untuk mufakat.

7
Sejatinya, musyawarah untuk mufakat sendiri sudah tidak asing di telinga masyarakat
Indonesia, karena hal tersebut sering digunakan. Selain itu, musyawarah untuk mufakat juga
memiliki unsur saling menghargai antar sesama dan tidak membeda-bedakan golongan
tertentu.
Sebagai bentuk penerapan dari Bhinneka Tunggal Ika, musyawarah untuk mufakat
mengajarkan sikap kebersamaan dan sosial yang sangat erat. Tidak hanya itu, bahkan negara
Indonesia sebagai negara demokrasi merupakan salah satu bentuk dari musyawarah untuk
mufakat.
Sebagai warga negara yang baik, tidak ada salahnya untuk mempelajari semboyan negara
Indonesia, mulai dari hal yang paling dasar yaitu sejarah Bhinneka Tunggal Ika hingga
bentuk-bentuk implementasinya.
Karena Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan yang sudah sangat melekat dengan
Negara Indonesia. Terlebih Bhinneka Tunggal Ika menjadi pondasi dari berdirinya Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

B. Perdebatan dalam pencetusan Bhinneka Tunggal Ika


Bhinneka Tunggal Ika mulai menjadi bahan diskusi terbatas antara Muhammad
Yamin, I Gusti Bagus Sugriwa, dan Bung Karno di sela-sela sidang BPUPKI sekitar 2,5
bulan sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (Kusuma R.M. A.B, 2004). Bahkan Bung
Hatta sendiri mengemukakan bahwa Bhinneka Tunggal Ika merupakan ciptaan Bung Karno
pasca Indonesia merdeka. Setelah beberapa tahun kemudian ketika mendesain Lambang
Negara Republik Indonesia dalam bentuk burung Garuda Pancasila, semboyan Bhinneka
Tunggal Ika disisipkan ke dalamnya. Semboyan ini dimaksudkan untuk menggambarkan
bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan berbagai budaya, suku, bahasa,
agama, ras, namun dibalik keragaman tersbeut, Indonesia tetap merupakan satu kesatuan.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika dapat ditemukan di dalam Garuda Pancasila, yang
merupakan lambang resmi Negara Republik Indonesia. Seperti yang telah diketahui, lambang
Garuda berbentuk burung Garuda dimana posisi kepalanya menoleh ke arah kanan, memiliki
perisai yang bentuknya hamper menyerupai jantung yang digantung dengan rantai di bagian
pada leher burung Garuda. Dalam cengkeraman burung Garuda tersebut, tepat tertulis
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Kebhinekaan sendiri juga sangat beragam.
Secara resmi lambang ini digunakan dalam Sidang Kabinet Republik Indonesia
Serikat yg dipimpin oleh Bung Hatta pada tanggal 11 Februari 1950 berdasarkan rancangan
yang diciptakan oleh Sultan Hamid ke-2 (1913-1978). Pada sidang tersebut mengemuka
8
banyak usulan rancangan lambang negara, selanjutnya yang dipilih adalah usulan yang
diciptakan Sultan Hamid ke-2 & Muhammad Yamin, dan kemudian rancangan dari Sultan
Hamid yang akhirnya ditetapkan (Yasni, Z, 1979).
Karya Mpu Tantular tersebut oleh para founding fathers diberikan penafsiran baru
sebab dianggap sesuai dengan kebutuhan strategis bangunan Indonesia merdeka yang terdiri
atas beragam agama, kepercayaan, etnis, ideologi politik, budaya dan  bahasa. Dasar
pemikiran tersebut yang menjadikan semboyan “keramat” ini terpajang melengkung dalam
cengkeraman kedua cakar Burung Garuda. Burung Garuda dalam mitologi Hindu ialah
kendaraan Dewa Vishnu (Ma’arif A. Syafii, 2011).
Dalam proses perumusan konstitusi Indonesia, jasa Muh.Yamin harus diingat sebagai
orang yang pertama kali mengusulkan kepada Bung Karno agar Bhinneka Tunggal Ika
dijadikan semboyan sesanti negara. Muh. Yamin sebagai tokoh kebudayaan dan bahasa
memang dikenal sudah lama bersentuhan dengan segala hal yang berkenaan dengan
kebesaran Majapahit (Prabaswara, I Made, 2003). Konon, di sela-sela Sidang BPUPKI antara
Mei-Juni 1945, Muh. Yamin menyebut-nyebut ungkapan Bhinneka Tunggal Ika itu sendirian.
Namun I Gusti Bagus Sugriwa (temannya dari Buleleng) yang duduk di sampingnya sontak
menyambut sambungan ungkapan itu dengan “tan hana dharma mangrwa.” Sambungan
spontan ini di samping menyenangkan Yamin, sekaligus menunjukkan bahwa di Bali
ungkapan Bhinneka Tunggal Ika itu masih hidup dan dipelajari orang (Prabaswara, I Made,
2003). Meksipun Kitab Sutasoma ditulis oleh seorang sastrawan Buddha, pengaruhnya cukup
besar di lingkungan masyarakat intelektual Hindu Bali.

C. Pudarnya Bhinneka Tunggal Ika pada masa sekarang

Bhinneka Tunggal Ika merupakan sebuah frasa sederhana namun sarat akan makna ini
dikutip dari kakawin Sutasoma karangan Mpu Tantular. Bhinneka Tunggal Ika bila
diterjemahkan akan berbunyi “Berbeda-beda Tetapi Tetap Satu.” Yang bisa diartikan bahwa
apapun agama, suku ataupun ras yang kita anut, kita tetaplah satu sebagai masyarakat bangsa
Indonesia. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang pluralis pastinya memiliki banyak
perbedaan terutama dalam masyarakat. Dari Sabang sampai Marauke, banyak suku, ras,
agama, dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat bangsa Indonesia. Tak heran sering
terjadi konflik yang terjadi antar masyarakat yang berbeda suku, agama ataupun ras. Meski

9
memiliki banyak perbedaan bangsa dan tak jarang terjadi konflik antar masyarakat, bangsa
ini tetap berdiri kokoh selama 71 tahun. Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan bangsa
Indonesia memainkan peran yang sangat penting dalam menjaga keutuhan dan persatuan
bangsa ini.
Perbedaan ataupun pluralisme sebenarnya sendiri memiliki dua sisi yaitu positf dan
negatif tergantung cara kita memandang perbedaan itu sendiri. Jika kita memandang
perbedaan dari sisi positif maka kita melihat perbedaan sebagai suatu keindahan dan juga
kekayaan tertuatama bagi suatu bangsa. Maka tidak ada yang namannya mayoritas ataupun
minoritas. Semuanya sama sebagai masyarakat bangsa Indonesia dan juga memiliki tanggung
jawab yang sama untuk menjaga keutuhan bangsa ini. Namun jika kita memandang
perbedaan dari sisi negatif maka, kita melihat perbedaan sebagai ketidakseragaman,
hambatan, ataupun hal yang perlu dihilangkan. Pandangan inilah yang sering dianut oleh
golongan radikal. Jadi semua tergantung bagaimana kita meilihat perbedaan itu. Namun
akhir-akhir, ini perbedaan dan pluralisme mulai memecah bangsa ini. Mereka yang
memandang perbedaan ataupun pluralisme sebagai sesuatu yang bersifat negatif mulai
menghasut masyarakat yang lainnya untuk menghilangkan pluralisme yang ada di negeri ini.
Buktinya adalah akhir-akhir ini mulai muncul golongan mayoritas dan golongan minoritas
dimana golongan mayoritas merasa lebih berkuasa ataupun superior dibandingkan dengan
golongan minoritas. Kepentingan suku, agama ataupun ras melebihi kepentingan untuk
menjaga persatuan sehingga akan mengancam pluralisme dan kebhinekaan di Indonesia.
Sebagai contoh adalah peristiwa pembakaran gereja, masjid, dan beberapa tempat ibadah
lainnya yang sempat terjadi di Indonesia yang menunjukkan bahwa kepentingan kelompok
lebih diutamakan dibandingkan kepentingan untuk menjaga persatuan.
Seperti yang dikatakan oleh presiden pertama RI, Soekarno: “Perjuanganku lebih ringan
karena melawan penjajah, tugas kalian lebih berat karena menghadapi bangsa sendiri.”
Kepentingan suku, agama, ataupun ras mulai memecah bangsa Indonesia dari dalam.
Semangat Bhinneka Tunggal dalam masyarakat pun mulai pudar. Hal-hal kecil yang
menyangkut dengan suku ataupun agama bisa menjadi fenomena nasional dan memiliki
dampak yang besar. Toleransi dalam masyarakat pun mulai berkurang. Yang terlihat
bagaimana reaksi masyarakat di sosial media jika ada suatu kasus yang berkaitan dengan
suku ataupun agama. Munculnya golongan-golongan radikal pun memperparah keretakan
yang ada di dalam masyarakat. Golongan ini mulai menghasut masyarakat untuk memandang
pluralisme sebagai sesuatu yang harus dihilangkan. Seperti yang dikatakan oleh Soekarno
bahwa kita akan menghadapi orang-orang indonesia sendiri untuk mempertahankan kesatuan
10
bangsa Indonesia.
Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 255 juta jiwa dengan berbagai
keberagaman yang ada, maka tidak akan mungkin menjadikan masyarakat menjadi seragam
semuanya. Satu agama, satu suku, dan, satu Bahasa. Meskipun kita memiliki Bahasa
Indonesia tetapi masih banyak daerah-daerah di Indonesia yang masih menggunakan Bahasa
daerahnya masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa persatuan adalah harga mati bagi
Indonesia. Tanpa adanya persatuan, bangsa Indonesia bukanlah apa-apa. Melainkan sebuah
bangsa yang akan runtuh.
Tidak penting agama, ras, suku, ataupun kepercayaan yang kita anut, kita semua adalah
masyarakat bangsa Indonesia yang memiliki kewajiban yang sama yaitu untuk menjaga
persatuan di negeri ini dan ikut serta dalam menjadikan negeri ini menjadi negeri yang lebih
baik dari sebelumnya. Seperti yang dikatakan oleh mantan presiden RI, Abdurrahaman
Wahid:
“Tidak penting apapun agama atau sukumu… Kalau kamu bisa melakukan yang baik untuk
semua orang, orang tidak akan pernah tanya agamamu….” Jadi semua kembali kepada
pribadi masing-masing, bagaimana melihat sebuah perbedaan. Apakah sebagai suatu hal yang
baik atau suatu hal yang buruk dan perlu dihilangkan.

Penyebab lunturnya bhinneka tunggal ika :


 Karena merasa paling benar
Merasa diri paling benar adalah salah satu sifat yang dapat memecah belah persatuan dan
terus menerus akan menjadi pemicu lahirnya konflik baru didalam negeri, karena sifat egois
tersebut cenderung memandang pendapat atau perbedaan yang ada pada orang lain tidak lebih
baik darinya dan melupakan hak dan kewajiban warga negara Indonesia. Padahal pada
hakekatnya apapun budaya, bahasa, agama dan suku seseorang adalah baik dan benilai seni
tinggi masing masing. Hanya saja cara berfikir mausianya yang masih primitif karena belum
menyadari bahwa semua manusia itu  tidak ada yang sempurna.
 Adanya budaya asing yang terselubung
Datang dan masuknya budaya asing beserta macam macam ideologi ideologinya tidak
disadari oleh rakyat indonesia yang awalnya rakyat indonesia begitu bangganya dengaan
budaya itu lalu mereka mudah menilai budaya asing adalah buadaya modern yang sangat
memukau daaripada seni yaang ada pada negar sendiri. Budaya asing yang terselubung yang
bisa hadir lewat internet, acara televisi, atau seringnya mondar mandir mengunjungi negara

11
tertentu sedikit banyak bisa mempengaruhi kecintaan kita terhadap seni budaya yang
sebenarnya sangat membanggakan dinegara orang lain.
Ingaatlah, Sebenarnya bangsaa asing menyukai dan memngagumi  seni budaya indonesia
hingga banyak diantara mereka menetap di Indonesia hanya karena ingin pandai menari jawa,
menari tarian bali, pandai memainkan gamelan jawa, pandai memainkan alat musik angklung
dan lain lain. Tetapi mengapa rakyat indonesia cenderung tidak bisa menolak kemegahan
budaya asing yang jelas jelas membawa sebuah ideologi yang sangat bersebrangan dengan
ideologi pancasila dan kebhinnekaan tunggal ika sehingga tidak banyak yang memiliki cara
melestarikan budaya di Indonesia.
 Karena sumber daya manusia yang tidak tepat sasaran
Indonesia boleh berbangga karean memiliki sumber daya manusia yaang komplek dengan
berbagai macam keterampilan dan kekreatifitasan. Tetapi sayangnya sumber daya manusia
yang ada digunakan dan dikelola berdasarkan tradisi, agama, suku, bahasa atau budaya
daerah mereka saja. Mereka menganggap sumber daya manusia diwilayah lain tidak lebih
baik dan tidak mereka hargai, padahal jika seluruh warga negara Indonesia bersatu
memanfaatkan sumber daya manusia untuk modal kemajuan negara makan perbedaan sosial,
politik ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan didalam negeri akan sangat kuat. Dan
makna bhinneka tunggal ika akan terasa telah kita jalani sesuai dengan falsafah Pancasila.
 Rasa patriotisme yang menurun
Rasa patriotisme atau rasa kecintaan pada negara sendiri masih belum terlihat maksimal di
Indonesia bahaakan napak semakin menurun. Kondisi ini bisa kita lihat dari beberapa konflik
yang sebenarnya tidak perlu diperpanjang dan diperdebatkan sehingga hanya melahirkan rasa
saling menyalahkan yang menjadi penyebab terjadinya tindakan penyalahgunaan
kewenangan. misalnya adanya demo rakyat yang menghujat atau menyudutkan agama, suku
dan perbedaan budaya orang lain atau merusak sarana masyarakat umum tanpa mereka sadari
sifat tersebut adalah sifat yang tidak bermatabat dan hanya membuat malu pada bangsa lain
yang telah lama  menghapus sifat sifat tersebut.
 Rasa kedisiplinan masyrakat yang masih minim
Hal yang mudah ternyata masih terasa berat bagi rakyat indonesia seperti buang sampah
padaa tempatnya, tidak mencoret coret tempat umum atau membuang rokok sembarangan
dan sebagainya. Tindakaan tindakan tersebut sekilas memang tak ada artinya  bagi sebagian
orang tetapi jika terus menerus tidak disiplin maka sama artinya kita tidak mencintai negara
sendiri dan tidak mampu menghargai orang lain. sifat  sifat inilah yang nantinya bukan  tidak

12
mungkin sanggup melunturkan rasa kebhinnekaan tunggal ika.
 Cara musyawarah untuk mencapai mufakat telah lama ditinggalkan
Perbedaan yang ada diwilayah indonesia akan selalu terasa bersatu dan terjalin kata mukafat
jika dilakukan dengan cara berfikir sama dan hati yang dingin, yaitu dengan cara diadakan
musyawarah bersama. Dengan adanya musyawarah diharapkan tidak ada lagi rasa saling
menyalahkan dan mampu menghargai pendapat yang berbeda dari orang lain untuk sama
sama mengambil jalan tengahnya agar tidak ada satu pihakpun yang dirugikan. Tetapi jalan
musyawarah saat ini sudah jarang dilakukan karena mereka hanya mau melakukan sesuatu
hanya berdasarkan satu agama yang sama, satu bahasa propinsi yang sama, satu suku yang
sama  atau berdasarkan adat istiadat yang sama. Jika terus menerus kondisi ini dipertahankan
maka tak ada manfaatnya lagi Indonesia memakai falsafah Bhinneka tunggal ika “berbeda
beda tetapi tetap satu jua”.
 Pendidikan moral pancasila yang tidak maksimal
Diberbagai lembaga pendidikan selalu diajarkan tentang pendidikan moral pancasila tetapi
sayangnya hanya sekedar belajar dan mengetahuinya saja, tanpa dijalankan dalam kehidupan
bermasyrakat. Inilah yang menyebabkan rasa kebhinekaan tunggal ika yang tidak  terasa pada
generasi muda. Pendidikan apapun hendaknya dilandasi dengan keseriusan dalam
mempraktekannya dalam kehidupan sehari hari dan bukan hanya sekedar teori saja.

Cara menjaga kekokohan Bhinneka Tunggal Ika


 Mari kita kuatkan dan kokohkan kembali makna Bhinneka Tunggal Ika agar bangsa
bangsa dibelahan bumi lain menyadari jika negara kesatuan republik indonesia tidak
mudah digoyahkan oleh berbagai macam bentuk ideologi dari bangsa lain kecuali
berdasarkan ideologi pancasila serta menghindari pengaruh globalisasi yang dapat
merusak kekokohan bhinneka tunggal ika.
 Negara akan kuat dan tidak akan mudah digoyahkan oleh ideologi bangsa lain
bagaimanapun bentuknya jika makna bhinneka tunggal ika dijalankan oleh segenap
rakyat Indonesia, Ibarat sapu lidi yang ratusan lidinya bersatu dalam satu ikatan dan
sudah bisa dipastikan mampu membersihkan kotoran dilantai atau  dipermukaan tanah
dalam satu sapuan saja.
 Indonesia bisa menjadi panutan dan kebanggaan dimata bangsa lain jika mampu
bersatu dalam perbedaan yang begitu jamaknya. Bangsa manapun tahu benar bahwa
suatu negara tidak akan mudah dipengaruhi dan di serang dengan cara apapun jika

13
warga negaranya mampu melupakan perbedaan suku, agama, bahasa wilayah  dan
budaya dan mengutamakan ingin selalu bersatu didalam perbedaan itu tetapi dengan
tujuan yang sama yaitu mempertahankan kemerdekaan bangsa dan negara sampai titik
darah penghabisan.
 Rakyat Indonesia sangat jamak dengan ribuan kekayaan seni budaya, bahasa, tradisi ,
suku dan  perbedaan agama , walaupun kita berbeda beda tetapi sama sama memiliki
rasa tidak rela jika tanah air yang menjadi tempat berteduh kita ini diobrak abrik oleh
ideologi dan budaya bangsa barat atau bangsa lain.
 Ingin bangsa dan negara kuat dari dalam? marilah kita abaikan perbedaan. Sudah
waktunya kita hidup dalam ikatan tali persaudaraan dan saling bersatu dalam
perbedaan serta saling memiliki rasa patriotisme dalam diri masing masing terhadap
negara kesatuan republik Indonesia. Hanya itulah senjata paling kuat untuk melawan
dan mencegah  serangan  dari negara manapun dan  dari bentuk apapun.

D. Penerapan Bhinneka Tunggal Ika


Pemahaman nilai-nilai ke Bhinneka Tunggal Ika-an masyarakat
multikultural/majemuk sebagai pilar nasionalisme, sekaligus untuk memberi wacana dan
sumbang saran kepada semua pihak, terutama para pelaksana dan penentu kebijakan
diberbagai instansi tekait, agar dapat dijadikan tambahan acuan dalam menentukan peraturan
berkaitan dengan aktualisasi pemahaman nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an oleh
masyarakat multikultural sebagai pilar nasionalisme yang kokoh dalam menghadapi
perubahan global, kalimat yang terpampang pada pita putih yang tercengkeram oleh kaki
burung garuda, lambang negara Indonesia yaitu BHINNEKA TUNGGAL IKA memiliki
makna yang menggambarkan keragaman yang dimiliki bangsa
Indonesia, meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya merupakan satu kesatuan
Indonesia.
Bhinneka tunggal ika yang berarti berbeda tetapi satu, bila ditengok dari asal usul kalimatnya
yang tertuang dalam syair kitab sutasoma adalah penggambaran dari dua ajaran atau
keyakinan
yang berbeda kala itu, namun pada dasarnya memiliki satu kesamaan tujuan. Empu Tantular
sebagai pencetus kalimat yang tertuang itu tentunya memahami benar arti dan makna yang
tersimpan di dalamnya. Walaupun kalimat itu merupakan bentuk pernyataan beliau dari suatu
keadaan yang sedang dialami, namun kenyataannya dapat diterapkan dan diterima hingga
saat sekarang ini. Dan memang seperti itulah seorang yang populis, berani menyampaikan

14
sesuatu yang belum pernah diperdengarkan sebelumnya dan menyampaikan dengan bahasa
yang populer, yaitu bahasa yang bisa diterima saat itu, saat ini dan suatu saat yang akan
datang. Penerapan terhadap Bhinneka Tunggal Ika bisa tercapai bila rakyat dan seluruh
komponen mematuhi prinsip-prinsip yang sudah disebutkankan di atas. Yakni :
 Perilaku Inklusif
Seseorang haruslah menganggap bahwa dirinya sedang berada di dalam suatu populasi yang
luas, sehingga dia tidak melihat dirinya melebihi dari yang lain. Begitu juga dengan
kelompok. Kepentingan bersama lebih diutamakan daripada sebuah keuntungan pribadi atau
kelompoknya. Kepentingan bersama bisa membuat segala komponen merasa puas dan
senang. Masing-masing kelompok mempunyai peranan masing-masing di dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
 Mengakomodasi Sifat Prulalistik
Ditinjau dari keanekaragaman yang ada di dalam negeri ini, maka sepantasnyalah bila
Indonesia adalah bangsa dengan tinglat prulalistik terbesar di dunia. Hal inilah yang membuat
bangsa kita disegani oleh bangsa lain. Tapi, bila hal ini tidak bisa dipergunakan dengan baik,
maka sangat mungkin akan terjadi disintegrasi di dalam bangsa.
Agama, ras, suku bangsa, bahasa, adat dan budaya yang ada di Indonesia mempunyai jumlah
yang tidak sedikit. Sikap saling toleran, saling menghormati, saling mencintai, dan saling
menyayangi menjadi hal mutlak yang dibutuhkan oleh segenap rakyat Indonesia, supaya
terciptanya masyarakat yang tenteram dan damai.
 Tidak Mencari Menangnya Sendiri
Perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah terjadi pada zaman sekarang. Apalagi ditambah
dengan diberlakukannya sistem demokrasi yang menuntut segenap rakyat bebas untuk
mengungkapkan pendapatnya masing-masing. Oleh sebab itu, untuk mencapai prinsip ke-
Bhinneka-an, maka seseorang haruslah saling menghormati antar satu pendapat dengan
pendapat yang lain. Perbedaan ini tidak untuk dibesar-besarkan, tetapi untuk dicari suatu titik
temu dengan mementingkan suatu kepentingan bersama. Sifatnya konvergen haruslah benar-
benar dinyatakan di dalam hidup berbangsa dan bernegara, jauhkan sifat divergen.
 Musyawarah untuk Mufakat
Perbedaan pendapat antar kelompok dan pribadi haruslah dicari solusi bersama dengan
diberlakukannya musyawarah. Segala macam perbedaan direntangkan untuk mencapai satu
kepentingan. Prinsip common denominator atau mencari inti kesamaan haruslah diterapkan di
dalam musyawarah. Dalam musyawarah, segala macam gagasan yang timbul akan

15
diakomodasikan dalam kesepakatan. Sehingga kesepakatan itu yang mencapai mufakat antar
pribadi atau kelompok.
 Dilandasi Rasa Kasih Sayang dan Rela Berkorban
Sesuai dengan pedoman sebaik-baik manusia yaitu yang bermanfaat bagi manusia lainnya,
rasa rela berkorban haruslah diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Rasa rela berkorban
ini akan terbentuk dengan dilandasi oleh rasa salin kasih mangasihi, dan sayang menyayangi.
Jauhilah rasa benci karena hanya akan menimbulkan konflik di dalam kehidupan.

E. Akibat Kelebihan dan Kekurangan Pengamalan Bhinneka Tunggal Ika.


Kelebihan jika mengamalkan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari – hari :
 Dengan mengamalkan Bhinneka Tunggal Ika kita dapat menghargai perbedaan yang
ada di Indonesia yang merupakan bagian dari Identitas Nasional.
 Mengamalkan Bhinneka Tunggal Ika secara tidak langsung kita menjaga ketertiban
Indonesia karena kita saling menjaga antara yang satu dengan yang lainnya.
 Mengamalkan Bhinneka Tunggal Ika berarti kita telah menjaga persatuan dan
kesatuan yang ada di Indonesia.
 Terciptanya kehidupan yang aman dan adil bagi seluruh masyarakat Indonesia.
 Dengan mengamalkan Bhinneka Tunggal Ika kita sudah turut ikut berpartisipasi
dalam menjaga keadilan dan keberagaman di Indonesia.

Jika kurangnya pengamalan Binneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari – hari :
 Masyarakat tidak mengahargai antara yang satu dengan yang lainnya.
 Terjadinya kerusuhan dimana – mana karena banyak yang menganggap dirinya sebagi
yang terbaik.
 Toleransi antara masyarakat tidak lagi berlaku sehingga setiap orang akan merasa
dirinya paling benar.
 Rasa cinta tanah air akan semakin menurun bahkan terkesan tidak lagi ingin
menghargai Indonesia.
 Semua orang akan membanggakan dirinya sendiri dan menganggap bahwa orang lain
lebih rendah orang lain.

16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Implementasi terhadap Bhinneka Tunggal Ika bisa tercapai bila rakyat dan seluruh komponen
bangsa mematuhi prinsip yang terkandung di dalamnya, dengan menyadari bahwa semboyan
Bhinneka Tunggal Ika mendorong lahirnya persatuan dan kesatuan Indonesia yang semakin
kokoh. Karena pengalaman sejarah bahwa semangat kedaerahan hanya akan memecah belah
bangsa Indonesia sehingga mudah dikuasai oleh bangsa lain.

Menyadari bahwa di tengah arus globalisasi yang sangat cepat dan terjadinya percampuran
budaya diperlukan penyaringan. Agar persatuan dan kesatuan bangsa tetap utuh dan semangat
berbeda tetapi tetap satu atau Bhinneka Tunggal Ika. dan menyadari sepenuhnya bahwa
Bhinneka Tunggal Ika merupakan salah satu pilar selain UUD RI 1945 dan NKRI demi
kokohnya kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.

B. Saran
Bangsa Indonesia mempunyai semboyan yang harus kita jaga yaitu Bhinneka Tunggal Ika,
yang di mana semboyan tersebut mengajarkan kita bagaimana menghargai perbedaan yang
sangat beragam di Indonesia. Oleh karena itu, marilah kita menjaga persatuan dan kesatuan
semboyan kita ini dan kita implementasikan dalam kehidupan kita sehari – hari apa yang
terkandung dalam semboyan tersebut agar rasa persaudaraan antara keberagaman yang ada
di Indonesia ini bisa saling terjaga dan juga saling menghargai tanpa membeda – bedakan
antara satu dengan yang lainnya.

17
DAFTAR PUSTAKA
2019. Sejarah Lahirnya Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika, diakses dari
https://www.desamengwi.badungkab.go.id/baca-artikel/349/Sejarah-Lahirnya-Pancasila-dan-
Bhineka-Tunggal-Ika.html, pada 5 Maret 2020

Ruang, Guru.2019. Bhinneka Tunggal Ika : Pengertian, Makna, Prinsip, Penerapan, Sejarah,
Tujuan, dan Dampaknya Lengkap, diakses dari https://googleweblight.com/i?
u=https://www.ruangguru.co.id/bhineka-tunggal-ika-pengertian-makna-prinsip-penerapan-
sejarah-tujuan-dan-dampaknya-lengkap/&hl=id-ID, pada 5 Maret 2020

Dinah, Meutiah, Fisip17.2017. Bhineka Tunggal Ika Sebagai Semboyan Kita, diakses dari
http://meutia-dinah-fisip17.web.unair.ac.id/artikel_detail-197104-UFO%20-BHINEKA
%20TUNGGAL%20IKA%20SEBAGAI%20SEMBOYAN%20NEGARA%20KITA.html,
pada 5 Maret 2020

Kusindriani, Nadhillah.2020. Menelisik Sejarah Bhinneka Tunggal Ika, Fungsi Hingga


Implementasinya, diakses dari https://www.cekaja.com/info/menelisik-sejarah-bhinneka-
tunggal-ika-fungsi-hingga-implementasinya/, pada 5 Maret 2020

Ahmad.2019. Bhinneka Tunggal Ika, diakses dari https://www.yuksinau.id/bhinneka-tunggal-


ika-sejarah-tujuan-prinsip-fungsi/, pada Maret 5 2020

Putri, Sutrisni, Arum.2020. Arti Penting Bhinneka Tunggal Ika, diakses dari
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/24/140000969/arti-penting-bhinneka-tunggal-
ika?page=all#page2, pada 5 Maret 2020

https://www.google.com/url?
q=https://ditjenpkp2trans.kemendesa.go.id/resources/files/c5b4e84d3f7759df5c1da02dae05ff
3e.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwjDrvqBx4LoAhW8IbcAHY0mBKkQFjAFegQIARAB&usg=
AOvVaw2No29ZRRmuuv1NQ9qnY1KH, diakses pada Maret 2020

Bitar.2019. Bhinneka Tunggal Ika, diakses dari https://www.gurupendidikan.co.id/bhineka-


tunggal-ika/, pada 5 Maret 2020

18

Anda mungkin juga menyukai