Pendidikan Kewarganegaraan
Pemaknaan Semboyan Bhinneka Tunggal Ika Dalam Kehidupan
Masyarakat Indonesia
DISUSUN OLEH :
Reza Nur Fauzi (1902046002)
Eleanor Mirna Massolo (1902046015)
Farra Aufa Fajri (1902046008)
Leo Sumiran (1902046017)
Nur Hamida (1902046025)
Zahira Shafa Tsuraya (1902046026)
Kania Nabila Amina (1902046027)
M.Irfan Nor Fauzan (1902046028)
Putri Febrianty Ardhana (1902046038)
Alfica Trisni Yuniasti (1902046047)
Kartika Lisnawati (1902046048)
HUBUNGAN INTERNASIONAL
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa hingga saat ini masih
memberikan nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini dengan judul “Pemaknaan Semboyan Bhineka Tunggal Ika Dalam Kehidupan
Masyarakat Indonesia” tepat pada waktunya. Terimakasih pula kepada semua pihak yang telah
ikut berpartsipasi membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga dapat berjalan dengan baik.
Makalah sederhana ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Dalam makalah ini membahas tentang asal-usul/sejarah Bhinneka Tunggal
Ika, perdebatan dalam pencetusan Bhinneka Tunggal Ika, pudarnya Bhinneka Tunggal Ika pada
masa sekarang, penerapan Bhinneka Tunggal Ika, akibat Kelebihan dan Kekurangan Pengamalan
Bhinneka Tunggal Ika
Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan khususnya pembaca pada umumnya.
Akhirnya, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Dengan segala
kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari
para pembaca guna peningkatan kualitas makalah ini dan makalah-makalah lainnya pada waktu
mendatang.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………............................................ i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….......... ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………................. 1
A. Latar Belakang………………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………….. 3
A. Kesimpulan ………………………………………………………………….. 18
B. Saran…………………………………………………………………………. 18
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………... 19
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara kesatuan yang penuh dengan keragaman. Indonesia terdiri
atas beraneka ragam budaya, Bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan, dan
lain-lain. Namun Indonesia mampu mempersatukan berbagai keragaman itu sesuai dengan
semboyan bangsa Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika”, yang berarti berbeda-beda tetapi tetap
satu jua. Ketika mendengar tentang kata “Bhinneka Tunggal Ika” maka serta merta pikiran
kita akan mengaitkannya dengan Pancasila, Burung Garuda, Perbedaan suku, dan mungkin
kita sudah lupa tentang asal usul Bhinneka Tunggal Ika itu sendiri, menghadapi kompleksitas
globalisasi, dan peluangnya dengan memegang teguh Bhinneka Tunggal Ika.
Bhinneka Tunggal Ika telah tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun
1951 dan Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2009 tentnag Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara serta lagu Kebangsaan. Bhinneka Tunggal Ika mengandung makna: mendorong
makin kukuhnya persatuan Indonesia: Mendorong timbulnya kesadaran tentang pentingnya
pergaulan demi kukuhnya persatuan Indonesia; Mendorong timbulnya kesadaran tentang
pentingnya pergaulan demi kukuhnya persatuan dan kesatuan; Tidak saling menghina,
mencemooh, atau saling menjelekkan diantara sesama bangsa; Saling menghormati dan
saling mencintai antar sesame; Meningkatkan identitas dan kebanggan sebagai bangsa
Indonesia; dan Meningkatkan nilai kegotongroyongan dan Solidaritas.
1
menunjukkan kalau cara pandang kitatentang Indonesia berbeda. Jadi tanpa kemauan untuk
menerima dan menghargai kebhinekaan maka sulit untuk mewujudkan persatuan dan
kesatuan bangsa. Apa yang dilakukan oleh pendahulu bangsa ini dengan membangun
kesadaran kebangsaan atau nasionalisme merupakan upaya untuk menjaga loyalitas dan
pengabdian terhadap bangsa.Selama ini sifat nasionalisme kita kurang operasional atau hanya
berhenti padatataran konsep dan slogan politik. Nasionalisme bisa berfungsi sebagai
pemersatu beragam suku, tetapi perlu secara operasional sehingga mampu memenuhi
kebutuhan objektif setiap warga dalam suatu negara-bangsa. Tradisi dari suatu bangsa yang
gagalmemenuhi fungsi pemenuhan kebutuhan hidup objektif akan kehilangan peran sebagai
peneguh nasionalisme. Saat ini diperlukan tafsir baru nasionalisme sebagai kesadaran kolektif
di tengah pola kehidupan baru yang mengglobal dan terbuka. Batas-batas fisiknegara-bangsa
yang terus mencair menyebabkan kesatuan negara kepulauan seperti Indonesia sangat rentan
terhadap serapan budaya global yang tidak seluruhnya sesuai tradisi negeri ini. Disamping itu
realisasi otonomi daerah yang kurang tepat akanmemperlemah nilai dan kesadaran kolektif
kebangsaan di bawah payung nasionalisme.
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Asal-usul/sejarah Bhinneka Tunggal Ika
Sejarah Bhinneka Tunggal Ika bermula ketika kalimat Bhinneka Tunggal Ika pertama
kali diperkenalkan pada zaman Majapahit, tepatnya di era kepemimpinan Wisnuwardhana.
Tidak hanya itu, Bhinneka Tunggal Ika juga merupakan kutipan dari sebuah karya sastra
agama atau yang disebut dengan kakawin Jawa Kuna yaitu kakawin Sutasoma karangan Mpu
Tantular. Mpu Tantular merupakan seorang bujangga yang hidup pada masa kerajaan
Majapahit, dibawah kekuasaan Prabu Rajasanagara atau yang dikenal dengan Raja Hayam
Wuruk di abad ke-14.
Kalimat Bhinneka Tunggal Ika mulanya diciptakan sebagai bentuk dari rasa toleransi seorang
Mpu Tantular. Dimana, Mpu Tantular merupakan seseorang yang menganut Buddha
Tantrayana dan hidup di lingkungan kerajaan Majapahit yang memiliki corak Hindu-Siwa.
Berikut ini adalah kutipan sajak dari kakawin Sutasoma pada pupuh 139 bait ke-5 yang
mengandung kalimat Bhinneka Tunggal Ika:
Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa,
Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal,
Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.
Berikut terjemahan dari sajak kakawin Sutasoma :
Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda. Mereka memang berbeda, tetapi
bagaimana kah bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal
Terpecah belahlah itu, tetapi satu juga lah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.
(Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa). Terlihat dari sajak diatas tercantum
sepenggal kalimat Bhinneka Tunggal Ika dalam bahasa Jawa Kuno, yang jika diterjemahkan
menjadi kalimat berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Sepenggal kalimat Bhinneka Tunggal Ika
merupakan cerminan dari kerajaan Majapahit, yang memiliki berbagai macam masyarakat,
yang dapat dilihat dari kepercayaan yang dianut serta orientasi bangunan berupa candi. Maka
dari itu, masyarakat yang hidup di lingkungan kerajaan Majapahit pada masa itu terbagi
menjadi tiga golongan, yaitu :
Golongan pertama
Berisi orang-orang yang datang dari Barat dan menganut agama Islam dan tinggal di
Majapahit.
3
Golongan kedua
Berisi orang-orang Cina yang datang dari Canton, Chang-chou dan Ch’uan-chou yang
terletak di Fukien. Kemudian, orang-orang Cina tersebut hijrah dan tinggal di kerajaan
Majapahit. Tidak hanya itu, sebagian dari orang-orang Cina tersebut kemudian memeluk
agama Islam dan ikut menyebarkan agama Islam.
Golongan ketiga
Golongan ketiga ini merupakan golongan pribumi. Dimana, penduduknya berjalan tanpa alas
kaki, rambut yang digulung di atas kepala dan memiliki kepercayaan penuh terhadap roh-roh
leluhur.
Sejatinya Mpu Tantular merupakan sosok yang sangat terbuka pada agama lain,
khususnya terhadap agama Hindu-Siwa. Hal tersebut tercantum dalam buku yang berjudul
“Meluruskan Sejarah Majapahit” karya Irawan Joko Nugroho. Mpu Tantular memiliki
pandangan mengenai hakikat dari nilai-nilai agama secara universal. Dimana, hal tersebut
diketahui Mpu Tantular melalui kakawin Arjunawijaya yang merupakan kakawin karangan
Mpu Tantular lainnya selain kakawin Sutasoma. Pada masa kerajaan Majapahit, Bhinneka
Tunggal Ika menjadi sebuah ajaran atau pendirian bagi masyarakat yang menganut agama
Buddha dan Hindu-Siwa. Dimana semboyan tersebut merupakan hasil pemikirian cemerlang
Mpu Tantular yang mampu membuat kerajaan Majapahit menyatukan Nusantara. Melihat
sejarah Bhinneka Tunggal Ika yang sukses menyatukan Nusantara di masa kerajaan
Majapahit, akhirnya membuat Muh. Yamin sebagai tokoh pertama mengusulkan Bhinneka
Tunggal Ika untuk digunakan sebagai semboyan negara kepada Presiden Ir. Soekarno. Muh.
Yamin meyakini bahwa karya dari Mpu Tantular tersebut sangat cocok dan sesuai untuk
diimplementasikan dengan kehidupan Indonesia pada masa itu. Baik dari segi perbedaan
agama, ideologi, suku, ras, etnik maupun golongan. Muh. Yamin menyebutkan kalimat
Bhinneka Tunggal Ika beberapa kali ketika sidang BPUPKI berlangsung, yaitu pada bulan
Mei – Juni 1945. Dimana, I Made Prabaswara beranggapan bahwa Muh. Yamin sebagai
tokoh bahasa dan kebudayaan memiliki ketertarikan sendiri terhadap hal-hal yang
berhubungan dengan Majapahit. Tidak hanya itu, ketika kalimat Bhinneka Tunggal Ika
sedang disebutkan oleh Muh. Yamin, I Gusti Bagus Sugriwa menyambung semboyan
tersebut dengan kalimat “Tan Hana Dharma Mangrwa” yang berarti “Tidak Ada Kerancuan
Dalam Kebenaran”. Kalimat yang diucapkan oleh I Gusti Bagus Sugriwa tersebut
membuktikan bahwa karya dari seorang sastrawan penganut Buddha, bisa diterima di
4
lingkungan masyarakat dengan mayoritas agama Hindu. Hal tersebut mengingatkan kembali
tentang toleransi kehidupan pada masa kerajaan Majapahit. Namun, sebelum Bhinneka
Tunggal Ika diusulkan menjadi semboyan Negara Indonesia, Prof. Kerf pada tahun 1888
menyelidiki terlebih dahulu semboyan tersebut yang kemudian disimpan di perpustakaan
Leiden, Belanda.
Perjalanan terciptanya Bhinneka Tunggal Ika sangat panjang, yaitu sejak tahun 1928 ketika
“Sumpah Pemuda” diikrarkan. Dimana, isi dari “Sumpah Pemuda” yaitu :
1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Diikrarkannya Sumpah Pemuda menjadi salah satu bukti dari perilaku yang
mendukung adanya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, yang dengan rasa bangga
memiliki tanah air Indonesia. Tidak hanya itu, Bhinneka Tunggal Ika yang lahir dari
pemikiran seorang cendikiawan hebat, nyatanya sudah hadir dari beberapa abad yang lalu,
yang kemudian menginspirasi bangsa Indonesia untuk menggunakan kalimat tersebut sebagai
identitas dan semboyan negara Indonesia. Secara tersirat maupun tersurat, Bhinneka Tunggal
Ika menunjukkan bahwa bangsa Indonesia mengakui, mencintai dan menghargai adanya
keberagaman jauh sebelum adanya Indonesia sendiri. Keberagaman pada dasarnya bukan
pemicu kehancuran ataupun keretakan, namun adanya keberagaman berfungsi sebagai
pemersatu bangsa, yang dapat terwujud jika rakyat Indonesia dapat mengimplementasikan
makna dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
6
sendiri atau salah satu pihak.
Namun, alangkah lebih baik jika kedua pihak melakukan musyawarah terlebih dahulu untuk
mencari titik temu antara kedua pihak, dengan tujuan untuk mengurangi konflik yang
mungkin dapat terjadi di Indonesia.
7
Sejatinya, musyawarah untuk mufakat sendiri sudah tidak asing di telinga masyarakat
Indonesia, karena hal tersebut sering digunakan. Selain itu, musyawarah untuk mufakat juga
memiliki unsur saling menghargai antar sesama dan tidak membeda-bedakan golongan
tertentu.
Sebagai bentuk penerapan dari Bhinneka Tunggal Ika, musyawarah untuk mufakat
mengajarkan sikap kebersamaan dan sosial yang sangat erat. Tidak hanya itu, bahkan negara
Indonesia sebagai negara demokrasi merupakan salah satu bentuk dari musyawarah untuk
mufakat.
Sebagai warga negara yang baik, tidak ada salahnya untuk mempelajari semboyan negara
Indonesia, mulai dari hal yang paling dasar yaitu sejarah Bhinneka Tunggal Ika hingga
bentuk-bentuk implementasinya.
Karena Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan yang sudah sangat melekat dengan
Negara Indonesia. Terlebih Bhinneka Tunggal Ika menjadi pondasi dari berdirinya Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Bhinneka Tunggal Ika merupakan sebuah frasa sederhana namun sarat akan makna ini
dikutip dari kakawin Sutasoma karangan Mpu Tantular. Bhinneka Tunggal Ika bila
diterjemahkan akan berbunyi “Berbeda-beda Tetapi Tetap Satu.” Yang bisa diartikan bahwa
apapun agama, suku ataupun ras yang kita anut, kita tetaplah satu sebagai masyarakat bangsa
Indonesia. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang pluralis pastinya memiliki banyak
perbedaan terutama dalam masyarakat. Dari Sabang sampai Marauke, banyak suku, ras,
agama, dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat bangsa Indonesia. Tak heran sering
terjadi konflik yang terjadi antar masyarakat yang berbeda suku, agama ataupun ras. Meski
9
memiliki banyak perbedaan bangsa dan tak jarang terjadi konflik antar masyarakat, bangsa
ini tetap berdiri kokoh selama 71 tahun. Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan bangsa
Indonesia memainkan peran yang sangat penting dalam menjaga keutuhan dan persatuan
bangsa ini.
Perbedaan ataupun pluralisme sebenarnya sendiri memiliki dua sisi yaitu positf dan
negatif tergantung cara kita memandang perbedaan itu sendiri. Jika kita memandang
perbedaan dari sisi positif maka kita melihat perbedaan sebagai suatu keindahan dan juga
kekayaan tertuatama bagi suatu bangsa. Maka tidak ada yang namannya mayoritas ataupun
minoritas. Semuanya sama sebagai masyarakat bangsa Indonesia dan juga memiliki tanggung
jawab yang sama untuk menjaga keutuhan bangsa ini. Namun jika kita memandang
perbedaan dari sisi negatif maka, kita melihat perbedaan sebagai ketidakseragaman,
hambatan, ataupun hal yang perlu dihilangkan. Pandangan inilah yang sering dianut oleh
golongan radikal. Jadi semua tergantung bagaimana kita meilihat perbedaan itu. Namun
akhir-akhir, ini perbedaan dan pluralisme mulai memecah bangsa ini. Mereka yang
memandang perbedaan ataupun pluralisme sebagai sesuatu yang bersifat negatif mulai
menghasut masyarakat yang lainnya untuk menghilangkan pluralisme yang ada di negeri ini.
Buktinya adalah akhir-akhir ini mulai muncul golongan mayoritas dan golongan minoritas
dimana golongan mayoritas merasa lebih berkuasa ataupun superior dibandingkan dengan
golongan minoritas. Kepentingan suku, agama ataupun ras melebihi kepentingan untuk
menjaga persatuan sehingga akan mengancam pluralisme dan kebhinekaan di Indonesia.
Sebagai contoh adalah peristiwa pembakaran gereja, masjid, dan beberapa tempat ibadah
lainnya yang sempat terjadi di Indonesia yang menunjukkan bahwa kepentingan kelompok
lebih diutamakan dibandingkan kepentingan untuk menjaga persatuan.
Seperti yang dikatakan oleh presiden pertama RI, Soekarno: “Perjuanganku lebih ringan
karena melawan penjajah, tugas kalian lebih berat karena menghadapi bangsa sendiri.”
Kepentingan suku, agama, ataupun ras mulai memecah bangsa Indonesia dari dalam.
Semangat Bhinneka Tunggal dalam masyarakat pun mulai pudar. Hal-hal kecil yang
menyangkut dengan suku ataupun agama bisa menjadi fenomena nasional dan memiliki
dampak yang besar. Toleransi dalam masyarakat pun mulai berkurang. Yang terlihat
bagaimana reaksi masyarakat di sosial media jika ada suatu kasus yang berkaitan dengan
suku ataupun agama. Munculnya golongan-golongan radikal pun memperparah keretakan
yang ada di dalam masyarakat. Golongan ini mulai menghasut masyarakat untuk memandang
pluralisme sebagai sesuatu yang harus dihilangkan. Seperti yang dikatakan oleh Soekarno
bahwa kita akan menghadapi orang-orang indonesia sendiri untuk mempertahankan kesatuan
10
bangsa Indonesia.
Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 255 juta jiwa dengan berbagai
keberagaman yang ada, maka tidak akan mungkin menjadikan masyarakat menjadi seragam
semuanya. Satu agama, satu suku, dan, satu Bahasa. Meskipun kita memiliki Bahasa
Indonesia tetapi masih banyak daerah-daerah di Indonesia yang masih menggunakan Bahasa
daerahnya masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa persatuan adalah harga mati bagi
Indonesia. Tanpa adanya persatuan, bangsa Indonesia bukanlah apa-apa. Melainkan sebuah
bangsa yang akan runtuh.
Tidak penting agama, ras, suku, ataupun kepercayaan yang kita anut, kita semua adalah
masyarakat bangsa Indonesia yang memiliki kewajiban yang sama yaitu untuk menjaga
persatuan di negeri ini dan ikut serta dalam menjadikan negeri ini menjadi negeri yang lebih
baik dari sebelumnya. Seperti yang dikatakan oleh mantan presiden RI, Abdurrahaman
Wahid:
“Tidak penting apapun agama atau sukumu… Kalau kamu bisa melakukan yang baik untuk
semua orang, orang tidak akan pernah tanya agamamu….” Jadi semua kembali kepada
pribadi masing-masing, bagaimana melihat sebuah perbedaan. Apakah sebagai suatu hal yang
baik atau suatu hal yang buruk dan perlu dihilangkan.
11
tertentu sedikit banyak bisa mempengaruhi kecintaan kita terhadap seni budaya yang
sebenarnya sangat membanggakan dinegara orang lain.
Ingaatlah, Sebenarnya bangsaa asing menyukai dan memngagumi seni budaya indonesia
hingga banyak diantara mereka menetap di Indonesia hanya karena ingin pandai menari jawa,
menari tarian bali, pandai memainkan gamelan jawa, pandai memainkan alat musik angklung
dan lain lain. Tetapi mengapa rakyat indonesia cenderung tidak bisa menolak kemegahan
budaya asing yang jelas jelas membawa sebuah ideologi yang sangat bersebrangan dengan
ideologi pancasila dan kebhinnekaan tunggal ika sehingga tidak banyak yang memiliki cara
melestarikan budaya di Indonesia.
Karena sumber daya manusia yang tidak tepat sasaran
Indonesia boleh berbangga karean memiliki sumber daya manusia yaang komplek dengan
berbagai macam keterampilan dan kekreatifitasan. Tetapi sayangnya sumber daya manusia
yang ada digunakan dan dikelola berdasarkan tradisi, agama, suku, bahasa atau budaya
daerah mereka saja. Mereka menganggap sumber daya manusia diwilayah lain tidak lebih
baik dan tidak mereka hargai, padahal jika seluruh warga negara Indonesia bersatu
memanfaatkan sumber daya manusia untuk modal kemajuan negara makan perbedaan sosial,
politik ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan didalam negeri akan sangat kuat. Dan
makna bhinneka tunggal ika akan terasa telah kita jalani sesuai dengan falsafah Pancasila.
Rasa patriotisme yang menurun
Rasa patriotisme atau rasa kecintaan pada negara sendiri masih belum terlihat maksimal di
Indonesia bahaakan napak semakin menurun. Kondisi ini bisa kita lihat dari beberapa konflik
yang sebenarnya tidak perlu diperpanjang dan diperdebatkan sehingga hanya melahirkan rasa
saling menyalahkan yang menjadi penyebab terjadinya tindakan penyalahgunaan
kewenangan. misalnya adanya demo rakyat yang menghujat atau menyudutkan agama, suku
dan perbedaan budaya orang lain atau merusak sarana masyarakat umum tanpa mereka sadari
sifat tersebut adalah sifat yang tidak bermatabat dan hanya membuat malu pada bangsa lain
yang telah lama menghapus sifat sifat tersebut.
Rasa kedisiplinan masyrakat yang masih minim
Hal yang mudah ternyata masih terasa berat bagi rakyat indonesia seperti buang sampah
padaa tempatnya, tidak mencoret coret tempat umum atau membuang rokok sembarangan
dan sebagainya. Tindakaan tindakan tersebut sekilas memang tak ada artinya bagi sebagian
orang tetapi jika terus menerus tidak disiplin maka sama artinya kita tidak mencintai negara
sendiri dan tidak mampu menghargai orang lain. sifat sifat inilah yang nantinya bukan tidak
12
mungkin sanggup melunturkan rasa kebhinnekaan tunggal ika.
Cara musyawarah untuk mencapai mufakat telah lama ditinggalkan
Perbedaan yang ada diwilayah indonesia akan selalu terasa bersatu dan terjalin kata mukafat
jika dilakukan dengan cara berfikir sama dan hati yang dingin, yaitu dengan cara diadakan
musyawarah bersama. Dengan adanya musyawarah diharapkan tidak ada lagi rasa saling
menyalahkan dan mampu menghargai pendapat yang berbeda dari orang lain untuk sama
sama mengambil jalan tengahnya agar tidak ada satu pihakpun yang dirugikan. Tetapi jalan
musyawarah saat ini sudah jarang dilakukan karena mereka hanya mau melakukan sesuatu
hanya berdasarkan satu agama yang sama, satu bahasa propinsi yang sama, satu suku yang
sama atau berdasarkan adat istiadat yang sama. Jika terus menerus kondisi ini dipertahankan
maka tak ada manfaatnya lagi Indonesia memakai falsafah Bhinneka tunggal ika “berbeda
beda tetapi tetap satu jua”.
Pendidikan moral pancasila yang tidak maksimal
Diberbagai lembaga pendidikan selalu diajarkan tentang pendidikan moral pancasila tetapi
sayangnya hanya sekedar belajar dan mengetahuinya saja, tanpa dijalankan dalam kehidupan
bermasyrakat. Inilah yang menyebabkan rasa kebhinekaan tunggal ika yang tidak terasa pada
generasi muda. Pendidikan apapun hendaknya dilandasi dengan keseriusan dalam
mempraktekannya dalam kehidupan sehari hari dan bukan hanya sekedar teori saja.
13
warga negaranya mampu melupakan perbedaan suku, agama, bahasa wilayah dan
budaya dan mengutamakan ingin selalu bersatu didalam perbedaan itu tetapi dengan
tujuan yang sama yaitu mempertahankan kemerdekaan bangsa dan negara sampai titik
darah penghabisan.
Rakyat Indonesia sangat jamak dengan ribuan kekayaan seni budaya, bahasa, tradisi ,
suku dan perbedaan agama , walaupun kita berbeda beda tetapi sama sama memiliki
rasa tidak rela jika tanah air yang menjadi tempat berteduh kita ini diobrak abrik oleh
ideologi dan budaya bangsa barat atau bangsa lain.
Ingin bangsa dan negara kuat dari dalam? marilah kita abaikan perbedaan. Sudah
waktunya kita hidup dalam ikatan tali persaudaraan dan saling bersatu dalam
perbedaan serta saling memiliki rasa patriotisme dalam diri masing masing terhadap
negara kesatuan republik Indonesia. Hanya itulah senjata paling kuat untuk melawan
dan mencegah serangan dari negara manapun dan dari bentuk apapun.
14
sesuatu yang belum pernah diperdengarkan sebelumnya dan menyampaikan dengan bahasa
yang populer, yaitu bahasa yang bisa diterima saat itu, saat ini dan suatu saat yang akan
datang. Penerapan terhadap Bhinneka Tunggal Ika bisa tercapai bila rakyat dan seluruh
komponen mematuhi prinsip-prinsip yang sudah disebutkankan di atas. Yakni :
Perilaku Inklusif
Seseorang haruslah menganggap bahwa dirinya sedang berada di dalam suatu populasi yang
luas, sehingga dia tidak melihat dirinya melebihi dari yang lain. Begitu juga dengan
kelompok. Kepentingan bersama lebih diutamakan daripada sebuah keuntungan pribadi atau
kelompoknya. Kepentingan bersama bisa membuat segala komponen merasa puas dan
senang. Masing-masing kelompok mempunyai peranan masing-masing di dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Mengakomodasi Sifat Prulalistik
Ditinjau dari keanekaragaman yang ada di dalam negeri ini, maka sepantasnyalah bila
Indonesia adalah bangsa dengan tinglat prulalistik terbesar di dunia. Hal inilah yang membuat
bangsa kita disegani oleh bangsa lain. Tapi, bila hal ini tidak bisa dipergunakan dengan baik,
maka sangat mungkin akan terjadi disintegrasi di dalam bangsa.
Agama, ras, suku bangsa, bahasa, adat dan budaya yang ada di Indonesia mempunyai jumlah
yang tidak sedikit. Sikap saling toleran, saling menghormati, saling mencintai, dan saling
menyayangi menjadi hal mutlak yang dibutuhkan oleh segenap rakyat Indonesia, supaya
terciptanya masyarakat yang tenteram dan damai.
Tidak Mencari Menangnya Sendiri
Perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah terjadi pada zaman sekarang. Apalagi ditambah
dengan diberlakukannya sistem demokrasi yang menuntut segenap rakyat bebas untuk
mengungkapkan pendapatnya masing-masing. Oleh sebab itu, untuk mencapai prinsip ke-
Bhinneka-an, maka seseorang haruslah saling menghormati antar satu pendapat dengan
pendapat yang lain. Perbedaan ini tidak untuk dibesar-besarkan, tetapi untuk dicari suatu titik
temu dengan mementingkan suatu kepentingan bersama. Sifatnya konvergen haruslah benar-
benar dinyatakan di dalam hidup berbangsa dan bernegara, jauhkan sifat divergen.
Musyawarah untuk Mufakat
Perbedaan pendapat antar kelompok dan pribadi haruslah dicari solusi bersama dengan
diberlakukannya musyawarah. Segala macam perbedaan direntangkan untuk mencapai satu
kepentingan. Prinsip common denominator atau mencari inti kesamaan haruslah diterapkan di
dalam musyawarah. Dalam musyawarah, segala macam gagasan yang timbul akan
15
diakomodasikan dalam kesepakatan. Sehingga kesepakatan itu yang mencapai mufakat antar
pribadi atau kelompok.
Dilandasi Rasa Kasih Sayang dan Rela Berkorban
Sesuai dengan pedoman sebaik-baik manusia yaitu yang bermanfaat bagi manusia lainnya,
rasa rela berkorban haruslah diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Rasa rela berkorban
ini akan terbentuk dengan dilandasi oleh rasa salin kasih mangasihi, dan sayang menyayangi.
Jauhilah rasa benci karena hanya akan menimbulkan konflik di dalam kehidupan.
Jika kurangnya pengamalan Binneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari – hari :
Masyarakat tidak mengahargai antara yang satu dengan yang lainnya.
Terjadinya kerusuhan dimana – mana karena banyak yang menganggap dirinya sebagi
yang terbaik.
Toleransi antara masyarakat tidak lagi berlaku sehingga setiap orang akan merasa
dirinya paling benar.
Rasa cinta tanah air akan semakin menurun bahkan terkesan tidak lagi ingin
menghargai Indonesia.
Semua orang akan membanggakan dirinya sendiri dan menganggap bahwa orang lain
lebih rendah orang lain.
16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Implementasi terhadap Bhinneka Tunggal Ika bisa tercapai bila rakyat dan seluruh komponen
bangsa mematuhi prinsip yang terkandung di dalamnya, dengan menyadari bahwa semboyan
Bhinneka Tunggal Ika mendorong lahirnya persatuan dan kesatuan Indonesia yang semakin
kokoh. Karena pengalaman sejarah bahwa semangat kedaerahan hanya akan memecah belah
bangsa Indonesia sehingga mudah dikuasai oleh bangsa lain.
Menyadari bahwa di tengah arus globalisasi yang sangat cepat dan terjadinya percampuran
budaya diperlukan penyaringan. Agar persatuan dan kesatuan bangsa tetap utuh dan semangat
berbeda tetapi tetap satu atau Bhinneka Tunggal Ika. dan menyadari sepenuhnya bahwa
Bhinneka Tunggal Ika merupakan salah satu pilar selain UUD RI 1945 dan NKRI demi
kokohnya kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.
B. Saran
Bangsa Indonesia mempunyai semboyan yang harus kita jaga yaitu Bhinneka Tunggal Ika,
yang di mana semboyan tersebut mengajarkan kita bagaimana menghargai perbedaan yang
sangat beragam di Indonesia. Oleh karena itu, marilah kita menjaga persatuan dan kesatuan
semboyan kita ini dan kita implementasikan dalam kehidupan kita sehari – hari apa yang
terkandung dalam semboyan tersebut agar rasa persaudaraan antara keberagaman yang ada
di Indonesia ini bisa saling terjaga dan juga saling menghargai tanpa membeda – bedakan
antara satu dengan yang lainnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
2019. Sejarah Lahirnya Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika, diakses dari
https://www.desamengwi.badungkab.go.id/baca-artikel/349/Sejarah-Lahirnya-Pancasila-dan-
Bhineka-Tunggal-Ika.html, pada 5 Maret 2020
Ruang, Guru.2019. Bhinneka Tunggal Ika : Pengertian, Makna, Prinsip, Penerapan, Sejarah,
Tujuan, dan Dampaknya Lengkap, diakses dari https://googleweblight.com/i?
u=https://www.ruangguru.co.id/bhineka-tunggal-ika-pengertian-makna-prinsip-penerapan-
sejarah-tujuan-dan-dampaknya-lengkap/&hl=id-ID, pada 5 Maret 2020
Dinah, Meutiah, Fisip17.2017. Bhineka Tunggal Ika Sebagai Semboyan Kita, diakses dari
http://meutia-dinah-fisip17.web.unair.ac.id/artikel_detail-197104-UFO%20-BHINEKA
%20TUNGGAL%20IKA%20SEBAGAI%20SEMBOYAN%20NEGARA%20KITA.html,
pada 5 Maret 2020
Putri, Sutrisni, Arum.2020. Arti Penting Bhinneka Tunggal Ika, diakses dari
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/24/140000969/arti-penting-bhinneka-tunggal-
ika?page=all#page2, pada 5 Maret 2020
https://www.google.com/url?
q=https://ditjenpkp2trans.kemendesa.go.id/resources/files/c5b4e84d3f7759df5c1da02dae05ff
3e.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwjDrvqBx4LoAhW8IbcAHY0mBKkQFjAFegQIARAB&usg=
AOvVaw2No29ZRRmuuv1NQ9qnY1KH, diakses pada Maret 2020
18