Anda di halaman 1dari 21

REPTILIA

Makalah

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Zoologi Vertebrata


Dosen Pengampu: Romdah Romansyah, S.Pd., M.Pd., M.Si.

Disusun oleh:
Kelompok 2
1. Dhaifina Azimatunisa NIM 2119160009
2. Abi Tantowi NIM 2119160014
3. Sri Sulastri NIM 2119160028
4. Erlin Lestari Putri NIM 2119160045
5. Teni Setia Mulyani NIM 2119160064
6. Lia Kania Sari NIM 2119160073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “REPTILIA”.
Makalah yang berjudul REPTILIA ini berisi tentang filogenik reptilia,
karakteristik morfologi, anatomi dan fisiologi reptilia, serta klasifkasinya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang reptilia ini dapat
memberikan manfaat maupun terhadap pembaca.

Ciamis, November 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Perumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
D. Manfaat 1
BAB 2 PEMBAHASAN 2
A. Filogeni (Asal-Usul) Kelas Reptilia 2
B. Karakteristik Kelas Reptilia 3
C. Klasifikasi Kelas Reptilia 9
BAB 3 PENUTUP 16
A. Simpulan 16
B. Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata Reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptilia merupakan
kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan paru-paru.
Reptilia termasuk dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, berdarah dingin
dan memiliki sisik yang menutupi tubuhnya. Reptilia memproduksi telur yang
embrio-nya diselubungi oleh membran amniotik. Ciri umum kelas ini yang
membedakan dengan Kelas yang lain adalah seluruh tubuhnya tertutup oleh kulit
kering atau sisik.
Mayoritas reptil adalah ovipar (bertelur) meski beberapa spesies Squamata
bersifat vivipar (melahirkan). Reptil vivipar memberi makan janin mereka
menggunakan sejenis plasenta yang mirip dengan mamalia. Ukuran reptil bervariasi,
dari yang berukuran sekitar 1,6 cm yaitu tokek kecil (Sphaerodactylus ariasae sp)
hingga yang berukuran lebih dari 6 meter dan mencapai berat 1 ton yaitu buaya air
asin (Crocodylus porosus). Ada cabang ilmu pengetahuan alam yang khusus
mempelajari reptil yaitu herpetologi.
Kelas Reptilia dibagai menjadi 4 ordo, yaitu Rhyncocephalia, Chelonia,
Squamata dan Crocodilia.

B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang diuraikan, perumusan masalahnya yaitu sebagai
berikut.
1. Bagaimana filogeni (asal usul) dari reptilia?
2. Bagaimana karakteristik dari kelas reptilia?
3. Bagaimana klasifikasi dari kelas reptilia?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini
yaitu sebagai berikut.
1. Menjelaskan filogeni (asal usul) kelas reptilia.
2. Mendeskripsikan karakteristik kelas reptilia.
3. Menjelaskan klasifikasi dari kelas reptilia.

D. Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah tentang reptil ini adalah sebagai sumber
informasi tambahan bagi pembaca tentang filogeni dan karakteristik dari kelas
reptilia yang ada berdasarkan tingkatan klasifikasinya.

1
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Filogeni (Asal-Usul) Kelas Reptilia


Teori evolusi tidak mampu menjelaskan asal-usul reptil. Anggota kelas ini telah
muncul dalam keadaan berbeda tanpa mengalami proses evolusi apa pun. Ciri-ciri
fisiologi reptil sangatlah berbeda dengan amfibi, yang dianggap sebagai nenek
moyangnya. Dinosaurus, kadal, kura-kura dan buaya, semua spesies ini termasuk
dalam kelas yang disebut “reptil”. Beberapa reptil, seperti dinosaurus, telah punah
tetapi sebagian lagi masih hidup. Mereka adalah hewan berdarah dingin, yang berarti
mereka tidak dapat menghasilkan panas tubuh sendiri. Itulah sebabnya mengapa
mereka membutuhkan sinar matahari langsung untuk menghangatkan tubuh. Mereka
berkembang biak dengan cara bertelur.
Evolusionis tidak dapat menjelaskan bagaimana awal munculnya reptile.
Jawaban umum yang diberikan evolusionis atas permasalahan ini adalah reptil
berevolusi dari amfibi. Namun, tidak ada satu bukti pun yang membenarkan hal ini
(Widagdo, 2014). Sebaliknya, penelitian terhadap amfibi dan reptil menunjukkan
terdapat perbedaan fisiologis yang sangat besar antara kedua kelompok hewan
tersebut, dan binatang separuh reptil separuh amfibi tidak mungkin dapat hidup.
Fosil reptilia tertua ditemukan di batuan yang berasal dari akhir masa
karboniferus, berumur sekitar 300 juta tahun. Leluhurnya adalah salah satu amfibia
di masa Devon. Dalam dua gelombang besar radiasi adaptif, reptilia menjadi
vertebrata darat yang dominan dalam suatu dinasti yang bertahan selama lebih 200
juta tahun. Penyebaran reptilia utama pertama kali terjadi pada awal masa premium,
yaitu masa terakhir Paleozoikum, dan menjadi dua cabang evolusi utama yaitu:
1. Sinapsida, cabang tersebut meliputi beranekaragam reptilian yang mirip mamalia
yang disebut terapsida, tremasuk organisme yang merupakan leluhur mamalia.
2. Sauropsida, cabang tersebut menghasilkan semua amniota modern kecuali
mamalia. Sauropsida terbagi mrenjadi dua sub cabang relative awal dalam
sejarahnya.
a. Anapsida, kura-kura adalah satu-satunya jenis yang selamat dari kelompok
reptilia.
b. Diapsida. Kadal, ular, dan buaya adalah diapsida yang masih hidup saat ini
yang diklasifikasikan sebagai reptilia. Dinosaurus dan beberapa kelompok reptilia
lain yang sudah punah juga merupakan anggota diapsida. Analisis kladistik
memberikan bukti yang kuat bahwa burung adalah kerabat terdekat yang masih
hidup bagi dinosaurus yang sudah punah tersebut. Selama akhir masa trias (sedikit
lebih dari 200 juta tahun silam) dan terutama ditandai asal mula keanekaragaman
dua kelompok reptilia yaitu dinosaurus yang hidup di darat dan pterosaurus atau
reptilia terbang. Kelompok ini merupakan vertebrata yang dominan di bumi
selama jutaan tahun.
Selama masa kretaseus, masa terakhir zaman Mesozoikum, iklim menjadi lebih
sejuk dan lebih bervariasi. Ini merupakan periode kepunahan kecuali untuk
beberapa dinosaurus yang bertahan hidup sampai keawal zaman Senozoikum,
semua reptilia tersebut punah pada akhir kretaseus.

B. Karakteristik Kelas Reptilia


1. Karakteristik Reptilia Secara Umum
Reptilia merupakan kelompok vertebrata yang beradaptasi untuk hidup di darat
yang lingkungannya kering. Adanya sisik dan kulit yang menanduk mencegah
hilangnya kelembaban tubuh dan membantu hewan untuk hidup di permukaan yang
kasar. Hickman dalam [ CITATION Nis12 \l 1033 ] menuliskan bahwa karakteristik
yang dimiliki oleh hewan yang termasuk dalam kelas Reptilia secara umum adalah
sebagai berikut.
a. Bentuk tubuh bervariasi, ada yang sangat pendek dan ada yang memanjang.
Tubuh ditutupi oleh tonjolan epidermal berupa sisik dengan penambahan
lempeng tulang dari lapisan dermal.
b. Skeletonnya tersusun atas tulang keras, tulang rusuk dilengkapi sternum (kecuali
pada ular) membentuk rongga/ keranjang dada yang lengkap, tengkorak
memiliki satu kondilus oksipital.
c. Bernapas dengan paru-paru, tidak ada insang, kloaka digunakan untuk respirasi
pada beberapa hewan, adanya lengkung branchi pada fase embrio.
d. Peredaran darah tertutup dan ganda.
e. Alat ekskresi berupa sepasang ginjal metanephros, hasil ekskresinya berupa
asam urat terutama sisa nitrogen.
f. Sistem saraf dilengkapi dengan lobus optik pada bagian dorsal otak, 12 pasang
saraf cranial pada tambahan saraf terminalis.
g. Alat kelamin terpisah, fertilisasi internal.
h. Telur ditutupi oleh cangkang kapur atau keras, selaput ekstraembrionik (amnion,
korion dan allantois), tidak ada fase larva yang hidup di air.
Ristagustina (2013) dalam blognya mengatakan bahwa reptilia lebih maju
dibanding amphibi. Alasannya karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Penutup tubuh yang kering dan bersisik sebagai adaptasi terhadap kehidupan di
darat.
b. Anggota tubuh memungkinkan hewan untuk berlari.
c. Pemisahan darah bersih dan kotor di jantung.
d. Skeleton terdiri dari tulang sejati.
e. Telur dilengkapi dengan membrane dan cangkang sebagai pelindung embrio
sehingga memungkinkan untuk berkembang di darat.

2. Ciri Morfologi, Anatomi, Fisiologi Reptilia


Reptilia juga memiliki struktur tubuh yang kompleks jika dibandingkan dengan
Pisces dan Amphibi. Hal ini dapat terlihat dari morfologi dan system tubuhnya.
1. Integumen
Reptil memiliki kulit yang ditutupi oleh sisik yang keras, kering sebagai proteksi
dari serangan yang bisa melukai tubuhnya. Kulitnya tersusun atas epidermis yang
tipis yang dapat mengelupas secara periodik dan lapisan dermis yang sangat tebal
dan berkembang baik. Pada lapisan dermis terdapat kromatofor, sel-sel yang
memberi warna sehingga beberapa kadal dan ular bisa memiliki warna yang menarik.
Karakteristik sisik pada reptil adalah sebagian besar dibentuk oleh keratin. Sisik-sisik
tersebut merupakan derivat atau modifikasi dari lapisan epidermis sehingga sisik
pada reptil berbeda dengan sisik pada ikan yang merupakan struktur dari lapisan
dermis.

Sumber: edoc.site
Pada beberapa reptilseperti aligator, sisik bertahan selama hidupnya, tumbuh
secara bertahap. Sedangkan pada beberapa hewan yang lain seperti ular dan kadal,
sisik barutumbuh di bawah sisik yang lama, yang kemudian akan lepas sewaktu-
waktu. Pada kura-kura lapisan baru dari keratin di bawah lapisan yang lama
memipih.
2. Selaput Ekstraembrionik pada Telur
Cangkang (amnion) dari telur reptil mengandung makanan dan membrane
pelindung untuk mendukung perkembangan embrio di daratan. Reptil
menyembunyikan telur-telur mereka di tempat tersembunyi di daratan. Hewan muda
yang baru menetas bernapas menggunakan paru-paru muda bukan sebagai larva
akuatik. Embrio berkembang di dalam amnion yang dilengkapi dengan cairan
amnion.

Sumber: edoc.site
Makanan disediakan oleh kuning telur (yolk) dari kantung yolk dan sisa
metabolisme akan disimpan di bagian allantois. Selanjutnya allantois akan menyatu
dengan korion, yaitu membran tipis di bagian dalam cangkang, kedua membran
memiliki pembuluh darah yang membantu pertukaran oksigen dan karbondioksida
yang akan dikeluarkan melalui pori-pori pada cangkang.
3. Sistem Pernapasan Reptil
Reptilia bernapas dengan paru-paru, dimana paru-paru ini berada dalam rongga
dada dan dilindungi oleh tulang rusuk. Paru-parunya hanya terdiri dari beberapa
lipatan dinding yang berfungsi untuk memperbesar permukaan pertukaran gas.
Oksigen dalam udara diisap masuk melalui lubang hidung kemudian menuju rongga
mulut melalui faring, laring, trakea, bronkus dan bronkiolus dalam paru-paru. Dari
paru-paru oksigen diangkut darah menuju seluruh tubuh. Dari jaringan tubuh gas
karbon dioksida diangkut darah menuju jantung untuk dikeluarkan melalui paru-
paru, bronkiolus, bronkus, trakea, laring, faring, rongga mulut dan dikeluarkan
melalui lubang hidung.
4. Sistem Pencernaan Reptil
Sistem pencernaan pada reptil dimulai dari rongga mulut. Bagian rongga mulut
disokong oleh rahang atas dan bawah. Pada rongga mulut juga terdapat lidah yang
melekat pada tulang lidah dengan ujung bercabang dua. Rahang reptil memiliki
desain atau bentuk yang sesuai untuk meremukkan dan mencengkeram kuat
mangsanya. Otot pada rahang reptil lebih besar danlebih panjang dari pada ikan atau
amphibi sehingga pergerakan secara mekanik rahang pada reptil lebih baik dari
keduanya. Dari mulut, makanan akan diteruskan ke esofagus (kerongkongan),
ventriculus (lambung), intestinum. Intestinum terdiri atas usus halus dan usus tebal.
Di dalam intestinum, makanan dicerna secara kimiawi dan terjadi proses penyerapan
sari-sari makanan. Sisa makanan akan dikeluarkan melalui kloaka.

Sumber: biorhy.blogspot.com
Kelenjar pencernaan, terdiri atas hati dan pancreas. Empedu yang dihasilkan
oleh hati ditampung di dalam kantong yang disebut vesica fellea. Hati tediri dari dua
lobus yaitu sinister dan dexter yang berwarna coklat kemerahan. Kantong empedu
terletak pada tepi sebelah kanan hati. Pancreas pada reptile terletak diantara lambung
dan duodenum. Pancreas berbentuk pipih dan berwarna kekuning-kuningan.
5. Sistem Peredaran Darah Reptil
Peredaran darah pada reptil adalah perdaran darah tertutup dan ganda. Jantung
pada reptil memiliki dua atrium dan dua ventrikel namun belum tersekat secara
sempurna (kecuali pada buaya). Peredaran darah paru-paru dan sistemik hanya
terpisah secara parsial. Kedua lengkung aorta kanan dan aorta kiri berfungsi dengan
baik. Pada buaya, sekat ventrikel kanan dan ventrikel kiri terdapat suatu lubang yang
disebut foramen panizzae yang memungkinkan pemberian oksigen ke alat
pencernaan dan untuk keseimbangan tekanan dalam jantung sewaktu menyelam di
dalam air. Reptil merupakan hewan berdarah dingin yaitu suhu tubuhnya bergantung
pada suhu lingkungan atau poikiloterm. Untuk mengatur suhu tubuhnya, reptil
melakukan mekanisme basking yaitu berjemur di bawah sinar matahari.
Dari seluruh tubuh yang kaya CO2 akan masuk melalui sinus venosus menuju ke
atrium kanan lalu masuk ke ventrikel kanan lalu darah akan masuk ke paru-paru
melalui arteri pulmonalis. Di paru-paru darah yang kaya CO2 akan dilepas sedang
darah yang kaya O2 akan diikat kemudian darah mengalir menuju atrium kiri
kemudian ke ventrikel kiri kemudian akan diedarkan keseluruh tubuh, kemudian
kembali diikat darah yang kaya CO2 dan melalui pembuluh vena akan masuk
kembali ke sinus venosus.

Sumber: kids.britannica.com
6. Sistem Saraf Reptil
Sistem saraf pada reptil lebih maju dibandingkan dengan amphibi. Meskipun
reptil memiliki otak yang kecil, otak depan atau serebrum relatif lebih besar bila
dibandingkan dengan bagian otak yang lain. Buaya merupakan hewan pertama yang
memiliki serebral korteks (neopallium) yang sebenarnya. Hubungan ke sistem saraf
pusat lebih maju. Dengan pengecualian indera pendengaran, organ sensori pada
umumnya berkembang dengan baik. Organ jacobson adalah organ khusus untuk
penciuman yang ada pada beberapa tetrapoda, sangat berkembang pada kadal dan
ular. Rangsangan bau diterima oleh organ Jacobson melalui lidah hewan reptil.
Ular mengenali bau mangsa atau bau benda yang lain dengan cara menjulurkan
lidahnya. Pada saat lidahnya menjulur kemudian ditarik kembali ke dalam mulut,
terdapat pertikel-pertikel yang menempel dipermukaan lidahnya. Kemudian partikel
bau tersebut dilewatkan melalui dua rongga kecil yang mengarah ke organ Jacobson.
Setelah partikel dilewatkan ke rongga dan organ Jacobson, komposisi partikel
dipecah dan dikirim ke otak melalui serangkaian struktur saraf yang kompleks. Otak
kemudian menerjemahkan partikel-partikel ini dan mengidentifikasi apakah partikel
tersebut milik mangsa, feromon dari ular yang lain atau bersumber dari benda-benda
yang dikenal atau tidak dikenal. Lidah pada ular bercabang karena disesuaikan
dengan fungsinya yaitu untuk menyalurkan partikel ke kedua lubang yang mengarah
ke organ Jacobson. Adanya dua lubang itulah yang mengharuskan ular untuk
melewatkan partikel secara bersamaan ke dalam lubang tersebut (Crawford dalam
Zahro, 2012).
7. Sistem Reproduksi Reptil
Organ reproduksi reptile terbagi dua, yaitu organ reproduksi jantan dan organ
reproduksi betina.
a. Jantan
 Memiliki alat kelamin khusus : hemipenis
 Sepasang testis
 Memiliki epididimis
 Memiliki vas deferens
b. Betina
 Memiliki sepasang ovarium
 Memiliki saluran telur (oviduk)
 Berakhir pada saluran kloaka
Kelompok reptil seperti kadal, ular dan kura-kura merupakan hewan-hewan
yang fertilisasinya terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Umumnya reptil
bersifat ovipar, namun ada juga reptil yang bersifat ovovivipar, seperti ular garter
dan kadal. Telur ular garter atau kadal akan menetas di dalam tubuh induk betinanya.
Namun makanannya diperoleh dari cadangan makanan yang ada dalam telur. Reptil
betina menghasilkan ovum di dalam ovarium. Ovum kemudian bergerak di
sepanjang oviduk menuju kloaka. Reptil jantan menghasilkan sperma di dalam testis.
Sperma bergerak di sepanjang saluran yang langsung berhubungan dengan testis,
yaitu epididimis. Dari epididimis sperma bergerak menuju vas deferens dan berakhir
di hemipenis.
Hemipenis merupakan dua penis yang dihubungkan oleh satu testis yang dapat
dibolak-balik seperti jari-jari pada sarung tangan karet. Pada saat kelompok hewan
reptil mengadakan kopulasi, hanya satu hemipenis saja yang dimasukkan ke dalam
saluran kelamin betina.
Sumber: slideshare.net

8. Sistem Ekskresi
Organ ekskresi pada reptilia adalah dua ginjal kecil metanephros dan kulitnya.
Pada subkelas Diapsida, sisa metabolisme nitrogen dibuang dalam bentuk asamurat,
pada kura-kura sisa metabolisme utama yang diekskresikan adalah urea. Ginjal pada
reptil tidak bisa menghasilkan urine cair yang lebih pekat daripada cairan tubuh
mereka. Hal ini karena tidak adanya struktur khusus dinephros ginjal yaitu lengkung
Henle, sehingga beberapa reptil menggunakanusus besar dan kloaka untuk
membantu reabsorbsi air. Beberapa hewan juga bisa mengambil dan menyimpan air
dalam suatu kantung. Kelebihan garam juga diekskresikan oleh beberapa reptil
melalui lubang hidung (nasal) dan kelenjar garam. Saluran ekskresi pada reptil
berakhir pada kloaka. Ada dua tipe kloaka yang spesifik untuk ordo-ordo reptilia.
Kloaka dengan celah melintang terdapat pada ordo Squamat dan kloaka dengan celah
membujur terdapat pada ordo Chelonia dan Ordo Crocodilia.
9. Sistem Indera
Reptil memiliki alat indera dengan kepekaan yang berbeda-beda, bergantung
pada spesiesnya. Beberapa reptil juga memiliki indera khas yang tidak dimiliki oleh
reptil lainnya. Namun, secara umum indera yang dimiliki oleh reptil adalah indera
penglihatan, pendengaran dan kemoreseptor khusus.
1) Indera penglihatan
Reptil memiliki struktur mata yang sama dengan vertebrata lainnya. Ada yang
memiliki kelopak mata, ada pula yang tidak. Akomodasi pada semua reptil
kecuali ular diatur oleh lensa yang dikelilingi dengan cincin otot sehingga lensa
dapat memipih dan membesar. Sementara pada ular, untuk akomodasi lensa
mata dapat diarahkan maju-mundur.
Mata pada ular tidak memiliki kelopak mata, tapi dilindungi oleh selaput
transparan. Penglihatan ular tidak sejelas penglihatan manusia. Sensor yang
ditangkap adalah bayangan dan sensitif terhadap cahaya dan panas.
Pada bunglon, mata lateralnya dapat berputar 360o. Selain itu, kedua mata
lateralnya dapat bergerak ke arah yang berbeda. Sehingga, hewan ini dapat
melihat ke dua arah sekaligus.
2) Indera Pendengaran
Reptil tidak memiliki daun telinga. Pada kadal, gendang telinganya nampak jelas
terlihat dari luar, berada tepat di belakang rahang. Buaya memiliki gendang
telinga yang berada di dalam lubang telinga, tepatnya berada di ujung saluran
telinga. Gendang telinga ini berfungsi untuk menggetarkan tulang-tulang
pendengaran. Akan tetapi, hampir semua jenis ular tidak memiliki gendang
telinga. Sehingga, sinyal-sinyal getaran diterima dari lingkungan melalui rahang
bawah.
3) Kemoreseptor khusus
a) Organ Vomeronasal
Organ ini fungsinya ekuiivalen dengan indera pembau pada manusia. Karena
hidung ular hanya memiliki epitel respirasi, maka fungsi penciumannya
digantikan oleh organ ini. Organ vomeronasal atau organ Jacobson
berhubungan dengan bulbus olfaktorius dan berfungsi sebagai pendeteksi
kimia adanya mangsa maupun pemangsa. Lidah berfungsi sebagai pembawa
sinyal kimia berupa gas dari lingkungan ke dalam organ ini.
b) Organ perasa
Lidah pada reptil memiliki sedikit kuncup kecap. Sehingga, ia bisa merasakan
mangsanya.
c) Pit Organ
Pit organ merupakan detektor panas pada ular. Pit organ ini berupa lubang-
lubang di depan wajah ular yang di dalamnya terdapat membran
thermoreseptor.

C. Klasifikasi Kelas Reptilia


Kelas Reptilia dibagai menjadi 4 ordo, yaitu Rhyncocephalia, Chelonia,
Squamata dan Crocodilia. Uraiannya sebagai berikut.
1. Ordo Rhynchocephalia
Ordo ini telah diketahui sejak dahulu melalui catatn fosil pada Era Triasik Akhir
yaitu antara 210 sampai 220 juta tahun yang lalu (Sari, 2016). Ordo Rhynchocephalia
memiliki jenis tengkorak diapsid dan bentuk tubuhnya ketika dewasa memiliki
panjang sekitar 30 cm. Bentuk morfologinya juga mirip dengan anggota Lacertilia.
Semua jenis reptil yang masuk ke dalam ordo ini adalah hewan karnivora dan akan
mencari makan saat malam hari. Reptil jenis ini biasanya melakukan reproduksi
secara internal dan berkembang biak dengan cara bertelur (ovipar). Seperti halnya
jenis reptil yang lain, telur yang dikeluarkan oleh tubuh akan disimpan di dalam
lubang di tanah dan akan menetas setelah satu tahun. Untuk habitatnya, reptil pada
ordo ini dapat hidup di air dan juga di daratan.
Ordo Rhynchocephalia memiliki satu familia dan satu genus yaitu famili
Sphenodontidae dan genus Sphenodon. Yang termasuk ke dalam genus tersebut
hanya ada dua spesies yaitu Sphenodon punctatus dan Sphenodon guntheri (Tuatara),
keduanya merupakan spesies endemik dari Selandia Baru.

Sphenodon punctatus Sphenodon guntheri


Sumber: pinterest.com Sumber: flickr.com

2. Ordo Chelonia/Testudines
Species pada ordo ini memiliki tubuh bulat pipih dan umumnya relative besar,
terbungkus oleh perisai. Perisai sebelah dorsal cembung yang disebut carapace, dan
perisai sebelah ventral datar yang disebut plastron. Kedua bagian perisai itu
digabungkan pada bagian lateral bawah, dibungkus oleh kulit dengan lapisan zat
tanduk tebal. Tidak mempunyai gigi, tetapi rahang berkulit tanduk sebagai gantinya.
Tulang kuadrat pada cranium mempunyai hubungan bebas dengan rahang bawah,
sehingga rahang bawah mudah digerakkan. Tulang belakang toraks dan tulang costae
(rusuk) biasanya menjadi satu dengan perisai. Termasuk hewan ovipar. Telurnya
diletakkan dalam lubang pasir atau tanah. Ekstremitas sebagai alat gerak baik di darat
maupun di air. Ordo Chelonia terbagi atas dua famili yaitu:
a. Famili Chelonidae
Contoh spesies: Penyu hijau (Chelonia mydas)

Sumber: naturefiji.org
 Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Class : Reptilia
Ordo : Chelonia/Testudines
Famili : Chelonidae
Genus : Chelonia
Species : Chelonia mydas
 Karakteristik
Tubuh terlindung di antara karapaks dan plastron. Plastron itu terbagi-bagi
transversal sehingga memudahkan bergerak, sedang karapaks kurang
memungkinkan pergerakan. Panjang tubuh ± 1 m, dengan berat ± 200 kg.
kepala dengan leher, ekor dan kaki semuanya menonjol keluar diantara
karapaksdan plastron. Dua lubang hidung dekat ujung anterior kepala. Mata
lateral, dengan kelopak mata atas dan bawah, mempunyai membrane
niktitans. Tidak ada telinga luar. Membran timpani tertutup dengan selapis
kulit, pinggiran mulut terbentuk dari rahang bersat tanduk, tidak ada gigi,
kaki dengan cakar, lubang kloaka ventral pada dasar ekor.

 Habitat
Penyu hijau (Chelonia mydas) merupakan jenis penyu yang mayoritas
mendiami perairan pasifik Indonesia. Serupa dengan namanya, penyu hijau
memiliki corak warna hijau pada cangkangnya yang disebabkan oleh struktur
lemak yang dikonsumsi berasal dari alga, rumput laut dan plankton sebagai
makanannya. Habitat Penyu hijau ini hidup di perairan tropis dan sub-tropis
di sekitar pesisir benua dan kepulauan. Kemampuan migrasi Penyu hijau pada
beberapa populasi dapat mencapai jarak 2.094 kilometer dari habitat
peneluran menuju habitat mencari makan. Meskipun daya jelajahnya sampai
ribuan kilometer, uniknya Penyu hijau hanya bereproduksi di tempat yang
sama berdasarkan navigasi medan magnet bumi.
b. Famili Tryonychidae
Contoh species: Geochelone gigantean (Kura kura Aldabra)

Sumber: okdogi.com
 Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Class : Reptilia
Ordo : Chelonidae
Famili : Tryonychidae
Genus : Geochelone
Species : Geochelone gigantean
 Karakteristik
- Memiliki cangkang cembung, pada tulang belakang tergabung ke sebuah
piring kurus yang etrdapat di bawah kulit yang terpaut sehingga
terbentuklah cangkang yang keras.
- Hidung yang menyerupai hidung babi. Memiliki selaput yang berfungsi
melindungi hidung dari benda asing.
- Aktif pada pagi hari, dan menghabiskan waktunya tetap tenang.
Menghabiskan waktu untuk tidur dan makan.
- Perkembangbiakannya mulai pada bulan Februari sampai Mei.
- Memiliki leher yang panjang untuk menggapai daun yang terdapat di
ranting pohon dengan ketinggian 1 meter, sebagi makanan utamanya.
 Habitat
Habitat di tempat yang berumput, semak belukar, dan di rawa-rawa di
pinggiran pantai Aldabran, Zanzidar di Samudra Hindia.
3. Ordo Squamata
Ordo Squamata disebut juga dengan reptilia bersisik. Sisik reptil pada ordo ini
terbuat dari bahan tanduk dan akan mengalami pergantian secara periodik (sering
disebut dengan molting). Reptil ordo ini memiliki 3 sub ordo yakni Sub ordo
Ophidia, Sub ordo Amphisbaenia, dan Sub Ordo Lacertilia. Hewan reptil yang
tergabung ke dalam ordo Squamata memiliki tulang kuadrat dan ekstrimitas. Reptil
pada ordo ini akan melakukan reproduksi secara internal dan melakukan
perkembangbiakan hewan secara ovovivipar dan ovivipar.
Persebaran reptil ordo Squamata sangat luas di seluruh belahan dunia, kecuali di
wilayah Arktik, Antartika, Irlandia, Selandia Baru, dan beberapa pulau di Oceania.
a. Sub Ordo Sauria/Lacertalia
Sub ordo ini memiliki tubuh berbentuk silindris, mempunyai dua pasang
extremitas. Cingulum anterior (pectoral girdle) dan cingulum posterior (pelvic
girdle) tumbuh baik. Makanannya berupa insecta atau invertebrata lainnya.
Terdapat di daerah tropis. Sub ordo ini terbagi atas 4 familia, yaitu:
1) Familia : Lacertidae. Species: Cicak (Hemidacty frenatus)
2) Familia : Geckonocidae. Species: Tokek (Gecko monarchis)
3) Familia : Henoermatidae. Species : Kadal (Mouboya multifasciata)
4) Familia : Varanidae. Species: Komodo (Varanus komodoensis) dan Biawak
(Voronus salvator).
Cicak (Sumber: detik-media.blogspot.com) Tokek (Sumber: wikivisually.com)

Kadal (Sumber: biologionline.info)


 Spesies Varanus komodoensis

Sumber: wikimedia commons


 Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Class : Reptilia
Ordo : Squamata
Sub ordo : Lacertalia
Famili : Varanidae
Genus : Varanus
Spesies : Varanus komodoensis
 Karakteristik
- Panjang badannya sampai 3 mater dengan berat badannya mencapai 140
kg.
- Ekornya panjang, gemuk agak pipih. Ekor binatang ini merupakan alat
yang ampuh untuk meroboh kan mangsanya dalam sekali serangan.
- Lidahnya panjang, bercabang dua diujungnya dan berwarna kuning
kemerah-merahan. Kepalanya bermoncong tidak runcing.
- Seluruh tubuhnya kulit keras, berwarna hitam keabu-abuan. Kulit binatang
ini bercorak khusus.
b. Sub ordo Serpentes/Ophidae (Ular)
Tubuh tidak memiliki extremitas, walaupun sisanya ditemukan pada spesies
tertentu. Mandibula (rahang bawah) terikat seluruhnya dengan ligament, gigi
bulat panjang. Diantara spesies yang berbisa memiliki gigi taring, taring atas
berfungsi alat penyuntik bisa. Anggota sub ordo kurang lebih 2500 spesies.
Contoh: Lampropeltis bovlii (ular weling) dan Phyton molurus (ular sawah)
 Spesies Phyton molurus
 Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Class : Reptilia
Ordo : Squamata
Sub ordo : Serpentes
Famili : Pythonidae
Genus : Python
Spesies : Python molurus
Phyton molurus

Sumber: biolib.cz
 Karakteristik
- Warnanya kuning cerah dengan sebagian warna putih di bagian bawah
tubuhnya.
- Phyton Morulus bisa mencapai 17 sampai 18 kaki.
- Berat tubuhnya lebih dari 200 pon.
- Memiliki mata yang sempurna yang digunakan untuk melihat mangsa.
- Memiliki sisik disepanjang sisi tubuhnya.
- Memiliki lidah yang panjang tetapi kecil digunakan sebagai indra
pembau.
- Umumnya mencari makan pada malam hari.
c. Subordo Amphisbaenia
Merupakan bagian dari Ordo Squamata yang tidak berkaki namum memiliki
kenampakan seperti cacing karena warnanya yang semu merah muda dan sisiknya
yang tersusun seperti cincin. Kelangkaanya dan kehidupanya yang meliang
menjadikan sedikit keterangan yang bisa diketahui dari subordo ini.

Sumber: aryanurullizardlover.10.blogspot.com

4. Ordo Crocodila/Loricata
Ordo ini memiliki tubuh panjang, kepala besar dan runcing, rahang kuat dan gigi
tumpul. Kaki pendek dengan jari-jari berselaput tebal, ekor panjang, kulit tebal,
jantung terbagi atas 4 ruangan terpisah. Ovipar, telinga berlubang kecil. Contoh:
Crocodylus porosus.

Sumber: alamy.com
 Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Class : Reptilia
Ordo : Crocoduylia
Famili : Crocodylidae
Genus : Crocodylus
Species : Crocodylus porosus
 Karakteristik
- Merupakan reptil yang paling besar (Schneider, 1801). Beratnya mencapai
1.000-1.200 kg. Pada buaya jantan dewasa dapat mencapai 6-7 m. Buaya
betina lebih kecil dan pada umumnya berkisar 3 m.
- Kepalanya cukup besar dan mempunyai sepasang tepi di sepanjang dari
mata ke tengah hidung.
- Sisiknya berbentuk oval dan biasanya lebih kecil daripada spesies lain.
- Pada Buaya Muara berwarna kuning pucat dengan garis-garis hitam
dengan bintik-bintik yang ditemukan di tubuh dan ekor. Pada buaya
dewasa berwarna lebih gelap dengan warna abu-abu kehitaman.
- Pada permukaan bawah (ventral) berwarna kuning atau putih, dan garis-
garis dihadirkan pada sisi lebih bawah pada tubuh tetapi tidak memperluas
sampai bagian perut.
- Ekor berwarna abu-abu.
- Mempunyai sepasang rahang yang berat dan kuat dengan jumlah gigi
antara 64-68 buah.
- Pada permukaan atas (dorsal) tubuh terdapat seperti duri.
- Pada setiap sela jari pada kakinya terdapat selaput
BAB 3
PENUTUP

A. Simpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka diperoleh simpulan
sebagai berikut.
1. Banyak para ahli yang mengatakan bahwa reptilia berevolusi dari amfibi, namun
belum ada bukti yang kuat. Karena pada hakikatnya keduanya memiliki
perbedaan yang sangat jelas berbeda. Penyebaran reptilia utama pertama kali
terjadi pada awal masa premium, yaitu masa terakhir Paleozoikum, dan menjadi
dua cabang evolusi utama yaitu sinapsida dan sauropsida. Sauropsida terbagi
menjadi dua sub cabang awal yaitu anapsida (kura-kura) dan diapsida (kadal,
ular, dan buaya).
2. Karakteristik dari kelas reptilia yaitu adalah hewan melata, adanya sisik dan
kulit yang menanduk untuk mencegah kehilangan air, memiliki system
peredaran ganda tertutup, bernapas dengan paru-paru, adanya lengkung branchi
pada fase embrio, alat ekskresi berupa sepasang ginjal metanephros, hasil
ekskresinya berupa asam urat terutama sisa nitrogen, alat kelamin terpisah,
fertilisasi internal dan telur ditutupi oleh cangkang kapur dan dilindungi selaput
ekstraembrionik (amnion, korion dan allantois).
3. Kelas Reptilia dibagai menjadi 4 ordo, yaitu Rhyncocephalia, Chelonia,
Squamata dan Crocodilia.

B. Saran
Dengan kita mengetahui bagaimana karakteristik dan habitat dari setiap
kelompok reptilia yang ada, maka kita harus berusaha untuk melindungi habitat
mereka agar kehidupan mereka tidak terganggu dan tidak mencapai titik kepunahan.
Selain itu, dari segi penyajian makalah ini kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun apabila terdapat banyak hal yang tidak sepatutnya kami bahas ataupun
karena banyaknya kekurangan dari makalah yang kami buat ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ajat, Ajat. [online]. Tersedia: https://www.academia.edu/13129294/Paper Reptilia.


[21 November 2018, pukul 14.40 WIB]
Anonym. 2014. [online]. Tersedia: https://dokumen.tips/documents/makalah-zoover-
chelonia.html. [23 November 2018, pukul 19.55 WIB]
Bhara, Anselmus Mogo., Kristofel K. Mahing, Yahya Banani. 2014. Evolusi Reptil.
Universitas Nusa Cendana: Kupang.
Nurfauzia, Rifani. 2012. Reptilia. [online]. Tersedia:
http://rifanifanfan.blogspot.com/2012/11/makalah-reptilia.html. [23 November
2018, pukul 19.45 WIB]
Ristagustina. 2013. Struktur Eksternal/Morfologi Reptilia. [online]. Tersedia:
https://ristagustina.wordpress.com/2013/06/27/struktur-
eksternalmorfologimorfologi-reptilia-meliputi-kepala-yang-terpisah-leher/.
[21 November 2018, pukul 15.30 WIB]
Sari, Maya. 2016. Hewan Reptil : Pengertian, Ciri ciri dan Klasifikasinya. Pusat
Ilmu terlengkap dari Dosen Biologi. [online]. Tersedia:
https://dosenbiologi.com/hewan/hewan-reptil. [23 November 2018, pukul
19.05 WIB]

Widagdo, Prasetyo. 2016. Pola Distribusi Hewan: Penyu Hijau (Chelonia Mydas).
[online]. Tersedia:
https://www.academia.edu/30623732/POLA_DISTRIBUSI_HEWAN_PENY
U_HIJAU_CHELONIA_MYDAS. [23 November 2018, pukul 20.30 WIB]
Zahro, N. 2012. Karakteristik Klasifikasi Kelas Reptilia Crocodilia. [online].
Tersedia: https://www.scribd.com/doc/95951719/Karakteristik-Klasifikasi-
Kelas-Reptilia-Crocodilia. [26 oktober 2018, pukul 20.00 WIB]

Anda mungkin juga menyukai