OLEH KELOMPOK 4:
Ni Ketut Ngetis Megi Megayani 1804551056
Kadek Doni Wiguna 1804551068
Ni Wayan Padma Dewi 1804551069
Nathasya Crhistie 1804551070
Ni Luh Dewi Sundariwati 1804551100
Kelas B
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
JIMBARAN
2020
A. Definisi wisata dan berwisata
Wisata dalam bahasa Inggris disebut tour yang secara etimologi berasal dari kata torah
(ibrani) yang berarti belajar, tornus (bahasa latin) yang berarti alat untuk membuat lingkaran,
dan dalam bahasa Perancis kuno disebut tour yang berarti mengelilingi sirkuit. Pada
umumnya orang memberi padanan kata wisata dengan rekreasi, wisata adalah sebuah
perjalanan, namun tidak semua perjalanan dapat dikatakan wisata (Suyitno,2001).
Dari beberapa pengertian wisata tersebut dapat disimpulkan atau ditarik unsur-unsur dari
wisata, yaitu:
Lalu apa yang dimaksud dengan berwisata? Berwisata berasal dari kata dasar wisata yang
kemudian ditambahkan dengan awalan ber-, imbuhan kata ber- di sini artinya melakukan
sesuatu atau untuk melakukan suatu tindakan. Jadi berwisata artinya melakukan perjalanan
wisata.
1
Sri Utari, dkk. 2016. Buku Ajar Hukum Hak Asasi Manusia. Denpasar: Fakultas Hukum Universitas Udayana.
Hal.13
2
Sri Utari. 1995. Pengertian dan Sejarah Hak Asasi Manusia (hasil Penelitian. Fakultas Hukum Unud Denpasar,
h.4
3
UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dalam menimbang b
Seiring dengan perjalanan waktu HAM mengalami perkembangan dari zaman ke
zaman. Sehingga HAM di bagi menjadi tiga generasi sesuai dengan zaman
pengakuannya masing–masing, Yaitu:
1. Generasi yang pertama ( dari abad ke 17 dan ke 18), memuat hak – hak
“kebebasan” yang sering di rujuk untuk mewakili hak – hak sipil dan politik,
yakni hak – hak asasi manusia yang “klasik”. Hak – hak ini muncul dari tuntutan
untuk melepaskan diri dari kungkungan kekuasaan absolutisme negara dan
kekuatan – kekuatan sosial lainnya. Hak – hak tersebut pada hakekatnya ingin
melindungi kehidupan pribadi manusia atau menghormati otonomi setiap orang
atas dirinya sendiri (kedaulatan individu). Hak yang termasuk dalam generasi
pertama ini adalah :
- Hak hidup
- Keutuhan jasmani
- Hak kebebasan bergerak
- Hak suaka dari penindasan
- Perlindungan terhadap hak milik
- Kebebasan berpikir, beragama, dan berkeyakinan
- Kebebasan untuk berkumpul dan menyatakan pikiran
- Hak bebas dari penahanann dan penangkapan sewenang – wenang
- Hak bebas dari penyiksaan
- Hak bebas dari hukuman yang berlaku surut
- Hak mendapatkan proses peradilan yang adil
Hak – hak pada generasi pertama ini sering pula disebut sebagai “hak –
hak negatif”, artinya tidak terkait dengan nilai – nilai buruk, melainkan merujuk
pada tiadanya campur tangan terhadap hak – hak dan kebebasan individual. Jadi di
generasi ini negara tidak boleh berperan aktif (positif) terhadapnya, karena akan
mengakibatkan pelanggaran terhadap hak – hak dan kebebasan tersebut
2. Generasi kedua ( pada abad 19 dan abad 20), memuat “persamaan” atau
seperangkat hak yang dikenal dengan hak – hak ekonomi, sosial dan budaya.
Generasi ini berbeda dengan hak – hak generasi pertama. Pada generasi ini hak –
hak muncul dari tuntutan agar negara menyediakan pemenuhan terhadap
kebutuhan dari setiap orang, mulai dari makan sampai pada kesehatan. Hak – hak
pada generasi ke-dua ini adalah :
- hak atas pekerjaan
- hak atas upah yang layak
- hak atasjaminan sosial
- hak atas pendidikan
- hak atas kesehatan
- hak atas pangan
- hak atas tanah
- hak atas lingkungan yang sehat
- hak atas perlindungan hasil karya ilmiah, kesasteraan, dan kesenian
Hak – hak generasi ini pada dasarnya adalah tuntutan akan persamaan
sosial, yang sering dikatakan sebagai “hak positif”. Yang di maksud posistif disini
adalah bahwa pemenuhan hak –hak tersebut sangat membutuhkan peran aktif
negara. Jadi, untuk memenuhi hak – hak pada generasi ini negara diwajiban untuk
menyusun dan menjalankan program – program bagi pemenuhan hak – hak
tersebut. Misalnya : “seharusnya negara bisa menjamin hak untuk bekerja”
3. Generasi ketiga muncul selama tiga dekade terakhir abad 20, “persaudaraan” atau
hak generasi ketiga diwakili oleh tuntutan atas “hak solidaritas” atau “hak
bersama”. Hak – hak ini muncul atas tuntutan gigih negara – negara berkembang
atau Dunia Ketiga atas tatanan internasional yang adil. Hak – hak pada generasi ke
tiga ini adalah:
- Hak atas pembangunan
- Hak atas perdamaian
- Hak atas sumbera daya alam sendiri
- Hak atas lingkungan hidup yang baik
- Hak atas warisan budaya sendiri
- Hak atas generasi ketiga hak asasi manusia itu
ayat (1) : “setiap orang berhak atas kebebasan bergerak dan berdiam didalam
batas-batas setiap negara”
ayat (2) : “setiap orang berhak meninggalkan suatu negeri termasuk negerinya
sendiri dan berhak kembali ke negerinya”
b. Berdasarkan ICESRC (International Covenant on Economic Social and
Cultural Rights)
Kovenan internasional tentang hak-hak ekonomi, social, dan budaya yang
telah diratifikasi menjadi UU No. 11 tahun 2005 tentang ratifikasi
International Covenant on Economic Social and Cultural Rights.
Pasal 7 : “negara pihak pada kovenan ini mengakui hak setiap orang untuk
menikmati kondisi kerja yang adil dan menguntungkan, dan khususnya
menjamin”
Huruf (d) : “istirahat, hiburan dan pembatasan jam kerja yang wajar, dan
liburan berkala dengan gaji maupun imbalan-imbalan lain pada hari libur
umum”
c. Berdasarkan Kode Etik Pariwisata Dunia (Global Code of Ethics for
Tourism)
Pasal 7 tentang hak atas pariwisata (angka 1 dan angka 2)
Pasal 8 tentang kebebasan perjalanan wisata (angka 1)
d. Berdasarkan UUD NRI Tahun 1945
Pasal 28 C ayat (1)
Pasal 28 I ayat (4)
e. UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Dalam tataran hukum nasional yang telah ada, UU No. 10/2009 tentang
kepariwisataan telah mencantumkan kegiatan berwisata sebagai HAM, hal ini dapat
dilihat pada konsideran menimbang huruf b yang menyatakan “bahwa kebebasan
melakukan perjalanan dan memanfaatkan waktu luang dalam wujud berwisata
merupakan bagian dari hak asasi manusia”. kemudian ketentuan lebih lanjut diatur
pada Pasal 19 ayat (1) UU No. 10/2009 tentang kepariwisataan yang menyatakan “(1)
Setiap orang berhak: a. memperoleh kesempatan memenuhi kebutuhan wisata;
b. melakukan usaha pariwisata; c. menjadi pekerja/buruh pariwisata; dan/atau
d. berperan dalam proses pembangunan kepariwisataan.
Pasal 24
“setiap orang berhak atas istirahat dan liburan, termasuk pembatasan- pembatasan jam
kerja yang layak dan hari liburan berkala, dengan tetap menerima upah”