PERCOBAAN VIII
ANALISIS KARBOHIDRAT
Disusun oleh :
Shelly Vermilion (10715004)
Kelompok L-2 (Kamis)
LABORATORIUM FARMAKOKIMIA
PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI
SEKOLAH FARMASI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2017
PERCOBAAN VIII
ANALISIS KARBOHIDRAT
I. Tujuan Percobaan
1. Menentukan jenis karbohidrat dalam sampel dengan metode uji kualitatif berupa uji
Iodin, uji Fehling, uji Molisch, uji Seliwanoff, dan hidrolisis asam.
2. Menentukan kadar glukosa dalam sampel beserta galatnya dengan metode uji
kuantitatif menggunakan Spektroskopi UV-Visible
Beberapa tetes reagen berupa KI dan I2 ditambahkan ke masing- masing tabung reaksi
Fehling Test
Molish Test
10 tetes larutan sukrosa dan 10 tetes larutan fruktosa dimasukkan ke tabung reaksi
berbeda
2 tetes reagen Molish ditambahkan ke masing- masing tabung reaksi
Waktu yang diperlukan hingga terbentuk cincin merah diukur dan dicatat
Seliwanoff Test
Hidrolisis asam
= 57,42 mg/dL
% Galat =
= 28,225%
IV. Pembahasan
1. Monosakarida
Monosakarida merupakan karbohidrat paling sederhana yang tidak dapat
dihidrolisis menjadi karbohidrat lebih sederhana. Monosakarida terdiri dari 2-6
jumlah atom karbon. Contoh monosakarida yang terdiri dari 6 atom karbon adalah
glukosa, fruktosa, galaktosa. Ketiga monosakarida ini paling banyak ditemukan di
alam. Contoh monosakarida yang terdiri dari 2 atom karbon adalah 2-
Hydroxyacetaldehyde yang tidak dapat ditemukan di alam. Berdasarkan gugus
fungsinya, monosakarida dibedakan menjadi aldosa (polihidroksialdehid) dan
ketosa (polihidroksiketon). Aldosa adalah monosakarida dengan gugus fungsi
aldehid, contohnya glukosa dan galaktosa, sedangkan ketosa adalah monosakarida
dengan gugus fungsi keton, contohnya fruktosa.
2. Disakarida
Uji Fehling dilakukan untuk menguji adanya gula pereduksi dalam sampel.
Gula pereduksi merupakan gula yang memiliki gugus aldehida (aldosa) dan keton
(ketosa) bebas sehingga memiliki kemampuan mereduksi. Pada uji Fehling digunakan
reagen Fehling A (CuSO 4 .5H2 O yang dilarutkan dalam air) dan Fehling B (Natrium
Kalium Tartrat dan NaOH yang dilarutkan dalam air). Cu2+ dari CuSO 4 .5H2 O akan
direduksi oleh gula pereduksi menjadi ion Cu+ yang akan mengendap menjadi Cu2 O
(warna merah bata) dalam suasana basa. Persamaan reaksi pembentukan endapan
Cu2 O adalah sebagai berikut:
NaOH ditambahkan sebagai pemberi suasana basa karena reaksi pada uji Fehling
hanya berjalan pada suasana basa. Natrium Kalium Tartrat digunakan untuk
menstabilkan reaksi, mencegah reaksi balik yaitu terbentuk Cu2+ kembali dari Cu+.
Ion tartrat dari Natrium Kalium Tartrat akan membentuk kompleks dengan Cu2+
menjadi kompleks [Cu(CHO)]4− agar Cu(OH)2 tidak terbentuk dari reaksi
CuSO 4 .5H2 O dan NaOH yang ada dalam larutan. Pada percobaan, dilakukan uji
Fehling terhadap larutan kontrol glukosa dan sukrosa. Setelah reagen ditambahkan
dengan larutan kontrol, campuran dipanaskan untuk mempercepat reaksi. Berdasarkan
percobaan, pada larutan glukosa terbentuk endapan merah bata sedangkan, pada
larutan sukrosa tidak. Hal ini menunjukkan bahwa glukosa merupakan gula pereduksi
karena memiliki gugus aldehid sehingga dapat dioksidasi membentuk asam
glukoronat serta sukrosa bukan merupakan gula pereduksi. Ikatan antara glukosa
dengan fruktosa dalam sukrosa melibatkan gugus hemiasetal glukosa dan gugus
hemiketal fruktosa sehingga tidak dapat mereduksi. Hasil percobaan ini sesuai dengan
teori. Pada beberapa kasus, hasil positif (terbentuk endapan merah bata) dapat terjadi
pada sukrosa yang disebabkan terjadinya tautomerisasi pada sukrosa. Tautomerisasi
adalah reaksi perubahan keton menjadi aldehid yang dapat terjadi akibat pengaruh
konsentrasi, pelarut, pH, dan temperatur.
Uji hidrolisis asam adalah uji yang bertujuan untuk memecah disakarida atau
polisakarida menjadi monosakarida dengan bantuan pemanasan. Pada percobaan,
dilakukan uji hidrolisis asam terhadap larutan kontrol galaktosa dan sukrosa. Dalam
masing-masing larutan kontrol ditambahkan HCl dan dipanaskan selama 10 menit.
HCl digunakan untuk memecah ikatan glikosida disakarida sehingga terbentuk
monomer monosakarida. Setelah itu, larutan asam dinetralkan dengan penambahan
NaOH hingga kertas lakmus merah berubah menjadi biru. NaOH digunakan sebagai
pemberi suasana basa karena reaksi pada uji Fehling hanya dapat berjalan dalam
suasana basa. Selanjutnya, dilakukan uji Fehling pada kedua hidrolisat untuk
memastikan terjadinya reaksi hidrolisis. Hasil percobaan yang diperoleh tidak sesuai
dengan teori, yaitu hasil positif (terbentuk endapan merah bata) pada larutan fruktosa
dan sukrosa. Fruktosa bukan merupakan gula pereduksi karena fruktosa adalah
karbohidrat ketosa yang tidak dapat dioksidasi reagen Fehling. Hasil positif ini dapat
terjadi karena reaksi tautomerisasi pada fruktosa akibat pemasan yang terlalu lama.
Pada reaksi tautomerisasi, karbonil yang sangat reaktif terbentuk pada ketosa
sehingga ketosa berubah menjadi aldosa. Sukrosa menghasilkan warna merah bata
karena sukrosa telah dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa dengan penambahan
HCl sebagai katalis. Hasil positif diperoleh karena glukosa merupakan gula pereduksi.