Anda di halaman 1dari 46

Bekerja Dengan Orang-Orang Yang Kurang Memiliki Kemampuan

Komunikasi Dapat Menjadi Pengalaman Frustrasi

Setelah perusahaan merekrut karyawan, sebaiknya karyawan


tersebut dilatih dengan keterampilan dasar yang harus mereka miliki
untuk menjalankan pekerjaan di perusahaan.Khususnya untuk
menguasai
budaya perusahaan,
komunikasi dan interaksi di internal perusahaan,
manajemen waktu,
manajemen marah,
keterampilan bekerja sama,
keterampilan menjalankan peran dan fungsi organisasi, dan
keterampilan untuk selalu produktif, efektif,
bersama integritas dan etika.

Semua ini harus diajarkan dan dilatih secara terus-menerus


sehingga karyawan menjadi ekselen untuk berkontribusi secara
profesional kepada perusahaan.
Perusahaan tidak hanya cukup menyerahkan tanggung jawab
pekerjaan kepada karyawan,
tanpa melengkapi mereka dengan sebanyak mungkin keterampilan
dasar agar para karyawan tersebut mampu berprestasi dan sukses
di tempat kerja.
Biasanya, karyawan baru hasil lulusan perguruan tinggi, memiliki
pengetahuan yang sangat memadai,
tapi memiliki keterampilan dasar yang sangat minim, serta tidak
memiliki pengalaman untuk berkomunikasi kepada stakeholder
melalui panduan etika bisnis dan etika kerja yang profesional.
Dalam hal penguasaan keterampilan dasar, saya selalu mengamati
bahwa orang-orang yang sudah sangat berpengalaman pun sering
sekali sangat minim kemampuan keterampilan dasarnya. Akibatnya,
mereka menjadi sumber daya manusia yang menghambat kualitas
dan pelayanan kerja terbaik di tempat kerja. Di sini, perusahaan
harus turun ke sebuah awal untuk melatih kembali setiap karyawan
yang miskin keterampilan dasar tersebut dengan berbagai
keterampilan dasar, agar mereka bisa menjadi pribadi-pribadi unggul
yang menciptakan kualitas kerja dan pelayanan kerja terbaik di
dalam organisasi.
Keterampilan dasar karyawan bisa hard skill atau pun soft skill.
Untuk hard skill biasanya tidak sulit, dan perusahaan dengan sangat
mudah mampu melakukan evaluasi dan penilaian atas kemampuan
hard skill karyawan. Tetapi, hal ini tidak berlaku untuk penilaian
terhadap soft skill. soft skill seperti kemampuan interpersonal,
kecerdasan emosional, kecerdasan integritas, dan kecerdasan etika
tidaklah mudah untuk dinilai. Para penilai soft skill juga tidak bisa
sembarangan orang, sebab di dalam soft skill semua hal-hal akan
saling berkaitan dan menyatu ke dalam kepribadian seseorang
secara unik, sehingga diperlukan penilai dengan kepribadian
dewasa yang tercerahkan oleh empati dan nilai-nilai positif
kehidupan.
Berikut ini ada tiga hal dalam soft skills yang tidak boleh diabaikan
oleh siapa pun di internal perusahaan. Ketiga hal tersebut adalah
keterampilan dasar komunikasi, keterampilan dasar pemecahan
masalah, dan keterampilan dasar interpersonal.
Keterampilan dasar komunikasi adalah sebuah ketrampilan dasar
yang sangat menentukan keberhasilan di tempat kerja. Bekerja
dengan orang-orang yang kurang memiliki kemampuan komunikasi
dapat menjadi pengalaman frustrasi dan sakit hati. Oleh karena itu,
perusahaan harus sangat peduli untuk melatih secara terus-menerus
terhadap setiap karyawan tentang kemampuan membaca, menulis,
mendengar, dan berbicara secara efektif kepada stakeholder dalam
sifat baik, tatakrama dan sopan-santun. Khususnya, dalam hal
membaca, menulis, dan mendengar. Biasanya, ketiga hal ini selalu
diabaikan, dan perusahaan selalu lebih suka memperhatikan
komunikasi berbicara efektif. Padahal kemampuan untuk membaca
dan memahami dokumen-dokumen dalam pelayanan organisasi
kepada stakeholder sangatlah menentukan kualitas interaksi dengan
stakeholder; kemampuan untuk menulis dan memilih kata-kata yang
tepat dan santun dalam penulisan melalui email ataupun penulisan
untuk kepentingan stakeholder dalam bentuk non email sangatlah
membangun reputasi perusahaan; dan kemampuan untuk
mendengarkan secara aktif tentang stakeholder juga tidak kalah
pentingnya dalam menciptakan komunikasi yang luar biasa dengan
stakeholder.
Keterampilan dasar pemecahan masalah adalah keterampilan dasar
yang sangat menentukan kemampuan setiap orang untuk
mendapatkan solusi yang hebat, serta untuk bisa menghindari
kesalahan dan konflik. Hal ini termasuk tentang cara
mengidentifikasi masalah, brainstorming untuk menghargai
pendapat orang lain dan untuk menemukan solusi terbaik,
mengevaluasi suatu keadaan untuk mendapatkan jawaban alternatif
untuk sebuah keadilan, dan kecerdasan untuk menerapkan ide-ide
terbaik buat kebahagiaan stakeholder. Tujuan utama dari
pemecahan masalah adalah untuk menyelesaikan masalah secara
efektif, produktif, wajar, dan adil.
Keterampilan dasar interpersonal adalah sebuah keterampilan dasar
yang sangat menentukan kerja sama dan kontribusi karyawan untuk
keberhasilan perusahaan. Itulah sebabnya, mengapa karyawan
perlu untuk mengembangkan kualitas seperti empati, kecerdasan
emosi, sikap baik, perilaku positif, dan keterampilan untuk
mendukung kebutuhan kerja organisasi. Pastikan bahwa karyawan
sudah tercerahkan untuk memahami betapa pentingnya
keterampilan interpersonal ini. Kemudian, bentuk mind set dan
bangkitkan semangat karyawan untuk selalu menjaga sikap positif,
bekerja pada ketegasan sop, mencegah ketegangan di tempat kerja,
kemampuan untuk mengatasi masalah,
kemampuan untuk bekerja dalam integritas diri,
kemampuan untuk menjalankan etika dan prinsip-prinsip kerja
berkualitas,
serta kecerdasan untuk menyelesaikan konflik yang merugikan
organisasi dan stakeholder.
ika anda diminta untuk menyebutkan perilaku seperti apa yang anda
inginkan dimiliki oleh anak buah anda, maka dengan cepat anda
akan menyebutkan segala perilaku postif yang idealnya dimiliki oleh
seorang karyawan.
Dia haruslah seorang pekerja keras, rajin, disiplin dan pandai
mengatur waktu.
Tidak mengeluh ketika diminta bekerja ekstra, dapat bekerja dengan
minimal supervisi juga dapat dipercaya.
Apalagi ditambah dengan sopan santun, suka menolong dan
menjadi kesukaan banyak orang. Hmmm, tentulah mereka yang
menjadi atasan dari karyawan seperti ini bisa sedikit lega dan
berkurang bebannya. Namun bagaimanakah bila ternyata hal-hal
tersebut di atas tidak semuanya dapat anda temukan pada
karyawan anda?
Apakah berarti anda tidak dapat mengandalkan karyawan anda?
Apakah berarti anda menjadi bersikap pesimis dan kehilangan
kepercayaan?
Tentu itu bukan alasan yang tepat untuk melegalkan segala sikap
pesimis anda. Ingat tidak ada suatu apapun yang tidak dapat
berubah di muka bumi ini. 
Seperti dua sisi mata uang, demikianlah setiap karyawan memiliki 2
jenis perilaku, yaitu positif dan negatif. Jika segi positif yang lebih
menonjol, maka positif juga dampak yang akan ia peroleh.
Sebaliknya, jika segi negatif yang lebih menonjol, maka dampak
negatif juga yang akan didapat. Lalu bagaimanakah sebaiknya yang
dilakukan seorang atasan? Apakah mudah bagi seorang atasan
untuk meningkatkan sisi positif dari karyawannya? 
Dalam hal inilah, HRD memiliki peranan yang sangat penting untuk
memback up para atasan untuk meningkatkan perilaku positif dari
para karyawan. Salah satunya melalui berbagai program coaching
yang wajib diadakan oleh para atasan pada awal, pertengahan
ataupun akhir tahun. Ini merupakan suatu kesempatan yang baik
bagi kedua belah pihak untuk dapat mengevaluasi apa yang positif
yang dapat ditingkatkan dan apa yang negatif  yang seharusnya
dihilangkan.
Dalam hal meningkatkan nilai-nilai positif karyawan maka hendaknya
seorang atasan yang bijak tidak hanya menilai apakah bawahannya
baik atau buruk, namun sebaiknya seorang atasan dapat
mengungkapkan bagaimana seorang bawahan itu seharunya
berperilaku. Misalnya dengan membahas bagaimana seharusnya si
bawahan dapat memanfaatkan waktu kerja dengan efisien. Tidak
hanya menilai apakah si bawahan telah menggunakan waktunya
dengan efektif atau tidak, tetapi bagaimana si bawahan dapat
menggunakan waktunya dengan efektif. Lalu juga apakah target
sudah terpenuhi atau belum dan bagaimana seharusnya.

Berikut adalah 5 langkah yang dapat dilakukan oleh seorang atasan dengan
melalui arahan dari pihak HR:
1.       Seorang atasan haruslah dapat mengidentifikasi apa yang memotivasi
anak buahnya dalam bekerja. Paling tidak amatilah hal apa yang selalu
membuat ia antusias dalam melakukan pekerjaannya. Misalnya saja saat ia
dipercayakan untuk memimpin suatu proyek, atau saat dia diberikan
kepercayaan untuk mewakili perusahaan bertemu dengan perusahaan-
perusahaan lainnya. Atau ketika hasil kerjanya dihargai dengn suatu
pengakuan maka hal ini membuat ia menjadi lebih bersemangat dalam
bekerja.
2.       Cobalah juga untuk mengidentifikasi apa yang menghambat
motivasinya. Misalnya saja sang bawahan merasa tidak termotivasi untuk
terusberkembang oleh karena tidak adanya jenjang karir baginya.
3.       Buatlah serangkaian perencanaan yang dapat meningkatkan motivasi
kerja si karyawan. Cobalah dengan mendengarkan apa sebenarnya
perencanaan yang dimiliki oleh sikaryawan. Cobalah mengkajinya bersama-
sama dan buatlah suatu keputusan bagaimana mencapainya. Hal ini
haruslah dibuat oleh kedua belah pihak. Namun terutama sang bawahan
haruslah memiliki suatu motivasi yang kuat untuk mencapainya.
4.       Janganlah sungkan untuk mengirimkannya ke program pelatihan
walapun hal ini berarti akan mengambil sebagian jam kerjanya.
5.       Pastikan ia mengetahui setiap prosedur dengan jelas sehingga tidak
ada celah untuk melanggarnya.

Dari 5 hal di atas maka diharapkan seorang atasan dapat mengarahkan anak
buahnya untuk melakukan yang seharusnya serta dapat menghargai anak
buahnya ketika ia telah melakukan yang seharusnya. Hal ini akan membuat
si karyawan merasa nyaman dan mengembangkan sisi positif yang
dimilikinya.
Negaholic: Tips Menghadapi Karyawan Sulit
Dalam, artikel terdahulu Telah diuraikan
karakteristik Karyawan Yang tergolong Sulit Yang disebut
pengidap "negaholic". Jika manajer memiliki Karyawan
bertipe ini ada beberapa kemungkinan Maka Yang
dilakukannya. Ujug ada yg memindahkannya ke BAGIAN
DEPARTEMEN atau lain.Idealnya manajer menolongnya
agar menyanyikan Karyawan tersebut menjadi Orang Yang
berfungsi murah produktif.Kalau berhasil ITU DENGAN Baik
Maka pendekatan Yang dilakukan manajer ITU Akan dipakai
menjadi contoh pendekatan UNTUK Memperbaiki Karyawan
Yang lainnya juga Termasuk sulit.Tentunya KARENA
DENGAN modifikasi tak ada Karyawan Yang bersifat
homogen secara total.Namun Bisa jadi ada manajer
mengambil keputusan ekstrem Yang yakni memecatnya
kalau setelah beberapa kali perlakuan perbaikan tak ada
hasilnya positif Yang. Lalu bagaimana pendekatan secara
Umum Yang Seharusnya dilakukan manajer?
Hal Pertama Yang dilakukan manajer adalah njaluk
melakukan identifikasi apakah Benar menyanyikan Karyawan
Termasuk Orang Yang Sulit. Penting agar-agar ini cara
membuat kesalahan manajer Tidak mengambil keputusan
Dalam, gede.Jangan cepat berprasangka buruk.Bisa lembut
dan sehat seseorang Tampak Dari Luar sebagai Orang Yang
Sulit diajak Kerjasama. Padahal diameter sedang mengalami
kesulitan Ujug atau Masalah diameter tertentu Tidak Tahu
murah bagaimana mengatasinya. Biasanya Orang Yang
sedang bermasalah bersifat Sensitif Mudah murah
"menyerang" koleganya. Jadi hati-hati Harus murah jangan
Segera mengisolasinya. Artinya kalau Sudah memahami apa
Yang terjadi PADA Orang ITU Maka sebaiknya manajer
melakukan Kontak DENGAN Yang bersangkutan. Ketika ITU
manajer Bisa melakukan interograsi tentang Masalah Yang
dihadapi Karyawan murah dilanjutkan mencari pemecahan
masalahnya DENGAN.
Hal kedua adalah menelaah apakah masalahnya dapat
diatasi diam-diam DENGAN? Hal ini Penting Diketahui
KARENA tipe seperti ini berdampak Masalah PADA Aspek
psikologis. KARENA ITU Tidak ada baiknya dilakukan secara
Terbuka Sampai-Sampai Diketahui oleh kolega Karyawan
lainnya. Yang dihindari adalah njaluk agar para Karyawan
Yang Tidak Sulit tergolong Kehilangan muka apalagi merasa
diperlakukan secra kalu Dendam Terbuka.
Dalam, Tahap berikut manajer sebaiknya melakukan
pengelompokan Jenis sejauh mana kesulitan murah bobotnya
berpengaruh PADA kinerja individu murah juga
perusahaan. Semakin Ringan bobot murah lingkup
masalahnya semakin murah semakin Mudah Singkat Waktu
Yang dipakai Dalam, pemecahannya. Kalau masalahnya
relatif Ringan Bisa ditangani oleh manajer SENDIRI. Namun
kalau dimensinya semakin Kompleks, manajer Bisa
menggunakan jasa para psikolog murah praktisi Hukum,
misalnya, UNTUK membantu mengidentifikasi Mengatasi
Masalah Yang murah dihadapi Karyawan. Yang Jelas Dalam,
Tahap ini manajer jangan menunda-nunda Mengatasi
Masalah. Sekali menunda Akan berakibat berkali-kali
menghadapi Masalah Yang semakin bertumpuk Yang dialami
para Karyawan Yang tergolong Sulit. Tentunya juga Masalah
Yang bakal dihadapi manajer semakin menggunung.
Hal keempat adalah bagaimana njaluk Yang dilakukan
manajer? Salah Satu substansi njaluk Yang Tidak Pernah
dipenuhi adalah alinea Berhenti Mengatasi Karyawan Yang
Termasuk Sulit. Tak ada Istilah Hanya Satu tiket atau resep
UNTUK memindahkannya ke lain atau bahkan
DEPARTEMEN memecatnya. Jangan Mudah Menyerah Yang
Sulit menghadapi Karyawan. PADA dasarnya perilaku
Manusia Hukum terkena perubahan. Tinggal lagi apa murah
bagaimana Bentuk pendekatan Masalah Yang Sesuai
dianggap DENGAN beragam Masalah murah Karakter
Golongan Karyawan Yang Sulit. Pendekatan Komunikasi
multiarah, pendekatan imbalan Finansial murah non
Finansial, pendekatan Dinamika Kelompok murah Resolusi
konflik Serta pendekatan kekeluargaan adalah beberapa cara
Yang dapat dipertimbangkan UNTUK mengurangi Jumlah
Karyawan Yang tergolong berperilaku Sulit.

Semua manajer pasti akan atau telah menghadapi


karyawan sulit selama menjalani masa jabatannya
sebagai manajer. Pertama, karyawan sulit pasti akan
selalu ada. Yang kedua, hal ini merupakan tugas Anda
sebagai seorang manajer untuk mengelola hal tersebut.
Karena apabila Anda tidak mengelola hal tersebut maka
permasalahannya akan menjadi jauh lebih buruk.
Mengapa karyawan sulit ini ada?
Sebagian besar orang menjumpai karyawan sulit pada
berbagai level yang berbeda dari hirarki perusahaan.
Jarang terdapat bentuk atau fungsi kerja yang mudah
dimengerti yang dapat digunakan untuk memberikan
‘tantangan/challenge’ bagi karyawan untuk
menjalankannya. Kemungkinan kesulitan yang dialami
ditimbulkan oleh supervisor, manajer, rekan kerja,
bawahan, atau diri sendiri.

Alasan dibalik munculnya perilaku karyawan sulit


sangatlah beragam tergantung dari masing-masing
individu sendiri. Untuk mengetahui kemungkinan
adanya permasalahan itu, Anda dapat menanyakan
beberapa hal di bawah ini terhadap kondisi perusahaan
Anda:
· Apakah semua karyawan di perusahaan menyukai
Anda?
· Apakah semua staff berasal dari latar belakang
ekonomi yang sama?
· Apakah semua anggota tim berasal dari suku/etnis
yang sama?
· Apakah semua karyawan telah menikah? Lajang?
Tinggal bersama pasangan?
· Apakah semua anggota staff telah mengenyam
pendidikan tinggi (sarjana)?
Pertanyaan-pertanyaan di atas hanya menggambarkan
sebagian kecil dari berbagai hal yang dapat membentuk
karyawan sulit. Keragaman usia karyawan, kondisi
karyawan di tempat kerja sebelumnya dan isu-isu di luar
kerja juga dapat membuat permasalahan menjadi lebih
kompleks.
Hal yang juga perlu untuk dimengerti adalah bahwa
sebagian besar karyawan sulit ini selalu memunculkan
perilakunya karena perilaku ini memberikan
konsekuensi yang baik di masa lalunya. Hal itu
merupakan bentuk sederhana mengenai perilaku yang
selalu berhasil mengatasi masalahnya selama ini.
Seperti seorang anak yang menangis atau seekor
anjing yang menggonggong yang diberi “reward” untuk
menghentikan perilaku buruknya itu, banyak karyawan
sulit yang menggunakan mekanisme seperti ini secara
tidak disadari untuk mencapai tujuannya.

Apa yang dapat seorang Manajer lakukan untuk


menghadapi karyawan sulit?
· Cari Fakta yang terjadi di lapangan. Hindari gosip,
rumor, persepsi, atau berbagai informasi yang idak
membenarkan. Yakinkan bahwa Anda memiliki bukti
sendiri atau menerima informasi dari pihak yang tepat.

· Buat Evaluasi dengan penuh pertimbangan terhadap


fakta yang ada. Ketika telah mendapati seorang
karyawan yang termasuk dalam kategori sulit,
perkirakan status permasalahan tersebut terhadap
situasi yang terjadi. Beberapa pertanyaan yang dapat
membantu merumuskan hal ini antara lain: “Seberapa
besar kerusakan operasional yang disebabkan oleh
karyawan ini?”, “Apakah efek yang dirasakan oleh tim,
akibat perilaku karyawan?”, “Seberapa besar kerugian
produktivitas tim atau departemen yang diakibatkan
oleh ketidakpatuhan karyawan?”. Jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan ini terkadang mempengaruhi
jenis tindakan yang harus Anda ambil untuk
memperbaiki situasi.

· Buat Action-plan untuk memperbaiki situasi. Sebagai


seorang manajer, Anda telah menguasai nilai-nilai
perencanaan. Situasi ini juga tidak berbeda dengan
perencanaan biasanya. Anda harus merencanakan
waktu pelaksanaan tindakan, menentukan tempat untuk
mempresentasikan permasalahan pada karyawan, serta
menentukan apakah Anda membutuhkan kehadiran
pihak lain untuk menyelesaikan masalah ini dengan
karyawan yang bersangkutan.

· Ambil Tindakan segera dengan waktu yang tepat.


Hadapi permasalahannya, jangan dihindari. Hal ini
mungkin akan membuat Anda merasa tidak enak, tapi
ini adalah bagian dari tugas Anda. Permasalahan ini
tidak akan dapat membaik dengan sendirinya, dan
bahkan dapat menjadi lebih buruk apabila tidak segera
diatasi.

· Be Positive, Supportive and Persistent. Yang perlu


diingat adalah tujuan Anda menghadapi masalah ini
adalah untuk menciptakan solusi, bukan untuk
‘menang’. Fokuslah pada perilaku tidak sesuai, bukan
pada individunya. Jadilah orang yang positif. Katakana
pada karyawan apa yang Anda inginkan darinya.

Karyawan sulit yang dikelola dengan baik dan sesuai


biasanya akan menjadi pemain dalam tim yang
produktif. Bila Anda menjalankan tips tindakan di atas
atau yang sejenis, Anda akan memberikan kesempatan
bagi Anda pribadi dan karyawan sulit tersebut untuk
sukses. Walaupun demikian, tidaklah ada jaminan untuk
sukses.
Beberapa karyawan sulit sangat terikat dengan
kebiasaannya atau memiliki permasalahan yang ekstrim
dalam hidupnya sehingga bahkan tindakan manajemen
yang paling terencana dengan baik pun tidak akan
efektif.

Satu-satunya rencana tindakan yang dijamin mengalami


kegagalan adalah ‘tidak melakukan tindakan apapun’.
Tips dan Tehnik Menghadapi Karyawan yang
Sedang Marah
Kemarahan adalah suatu kekuatan yang dapat mendorong
seseorang atau kelompok untuk bergerak lebih maju lagi atau
justru sebaliknya akan membawa kehancuran terhadap
kemampuannya dalam mencapai tujuan - tujuan yang telah di
rencanakan. Merupakan sifat yang pasti dimiliki oleh manusia
dan itu sangat kodrati apabila seseorang marah, namun cara
mengekspresikannya berbeda-beda ada yang secara terang-
terangan dan ada yang cuma disimpan saja marahnya tanpa
diungkapkan oleh karena itu, berhati-hatilah karena
kemarahan yang nampak lebih mudah ditangani dari pada
kemarahan yang terjadi tanpa di ekspresikan oleh seseorang.
Anda juga harus tahu bahwa kemarahan yang tidak di
ekspresikan langsung biasanya mempunyai jumlah yang
besar.
Lalu bagaimana kalau salah satu teman kantor kita marah -
marah mungkin pada atasannya, sesama rekan kerjanya,
marah pada orang lain di luar dari perusahaan, atau bahakan
marah dengan Anda. Tindakan apakah yang harus kita
lakukan agar kondisi kantor dan pekerjaan tetap berjalan
lancar sesuai dengan waktunya. Banyak masalah kinerja
menjadi menurun sebagai akibat dari penundaan dalam
menangani kemarahan.
Tunjukkan minat Anda. Ketika seorang karyawan menunjukan
kemarahan, bersegeralah sebisa mungkin untuk berurusan
dengannya, dengan menunjukan minat padanya dan
menciptakan waktu untuk membicarakan situasi tersebut,
tunjukan bahwa Anda peduli dan menghargai persepsi dan
perasaaan karyawan tersebut.
Tunjukkan rasa empati. Tanggapilah perasaan orang
tersebut, bersikaplah empati seolah-olah Anda ada pada
posisi karyawan tersebut. Berikan pendapat Anda mengenai
permasalahannya secara objektif.
Beri kesempatan dia untuk bicara. Selalu mengijinkan
karyawan untuk bicara, jangan menginterupsi jika mereka
ragu-ragu untuk berbicara, doronglah mereka dengan penuh
perhatian dan cara yang halus. Contoh: “Anda kelihatannya
lagi kacau. Saya mau membantu Anda meskipun Anda
marah pada saya”. Jika seorang karyawan menolak untuk
membicarakan apa yang merisaukan mereka, pertimbangkan
dengan menggunakan kata-kata: “saya paham kalau Anda
ragu-ragu untuk membicarakan hal ini, mungkin Anda bisa
membicarakannya lain waktu, saya masih terbuka untuk
Anda dimanapun dan kapanpun”.
Lakukan pembicaraan empat mata. Jika ternyata rekan Anda
ini memiliki permasalahan dengan Anda, ajaklah dia untuk
bicara langsung dengan Anda berdua saja misalnya minum
kopi setelah jam kantor. Mungkin dengan cara ini dia lebih
bisa mengekspresikan pendapatnya mengenai Anda.
Jadilah pendengar yang baik. Sebelum Anda menyatakan
pendapat dari sisi Anda tentang situasi tersebut, pastikan
Anda sudah mendengar apa yang dia katakan, gunakan
mendengar aktif. Contoh: “Pak Budi, jika saya memahami
Anda dengan benar, Anda sedang marah karena saya
meragukan kemampuan Anda, apakah itu benar?”.
Bersikap netral. Jika rekan Anda sudah bisa menceritakan
kemarahannya dan menemukan titik permasalahan sekaligus
solusinya, jangan lupa katakan “apakah perasaan Anda lebih
baik sekarang?”. Anda mungkin tidak benar-benar
mendapatkan respon atau jawaban yang jujur jadi, berhati-
hatilah dengan nada suara dan isyarat non verbal sehingga
Anda bisa membicarakannya lain waktu.

Habiskan Jatah Gagalmu!

Apa yang akan Anda lakukan seandainya Anda diberikan


jatah makanan sebanyak lima piring nasi? Kira-kira, jumlah itu
sudah cukup untuk Anda, terlalu banyak ataukah kurang?

Andai terlalu banyak, apakah Anda memang harus menghabiskan


semuanya? Bila kurang, apakah Anda tidak bertanya kepada diri
sendiri, jangan-jangan memang diri Anda terlalu rakus?

Anda mungkin akan berpikir lagi, bisa jadi jatah itu sudah cukup
bagi Anda. Jatah itu sudah sesuai. Kalau Anda memakan lebih
daripada jatah itu, ada kemungkinan Anda akan mengalami
masalah, misalnya: perut kembung, lemas dan menjadi cepat
mengantuk. Tentu hal itu akan mengganggu. Jika Anda memakan
kurang dari jumlah itu, maka Anda mungkin akan merasa kelaparan
dan tidak akan cukup energi yang dibutuhkan gerak dan kerja Anda.
Jatah itu sudah diperhitungkan. Nah, seperti itulah prinsip dari jatah
Anda dan masing-masing orang.

Sekarang, bagaimana kalau kita berbicara mengenai kegagalan?


Sepertinya kata ini sudah menjadi momok bagi banyak orang.
Kegagalan dianggap sebagai sesuatu yang mengerikan,
menakutkan, menyeramkan, bahkan menjijikkan. Sebegitu buruknya
kata tersebut hingga kita berharap tidak bertemu dengannya. Kita
ingin hidup kita selalu berhasil dan tanpa kegagalan. Persepsi ini
sungguh sangat salah dan menyalahi kodrat kita sebagai manusia.
Kalau ada yang selalu berhasil dan tidak pernah gagal, maka itu
adalah Tuhan Yang Mahakuasa. Manusia adalah makhluk yang
lemah dan tidak berdaya tanpa kuasa dari Tuhan. Jadi, manusia
pasti akan menemui kegagalan, bagaimanapun bentuk, waktu dan
keadaannya.

Dalam masyarakat kita, seseorang yang gagal seringkali dianggap


sebelah mata. Seolah-olah dia adalah manusia hina. Oleh karena
itu, kita mungkin sering mengolok-ngoloknya. Mungkin pula kita
berbuat seperti itu karena kita "sayang" kepadanya. Kita kasihan
kepada orang yang gagal dalam bisnis sehingga uangnya habis.
Kita kasihan kepada orang yang mengalami kegagalan dalam
rumah tangganya.

Ah, benarkah kita kasihan terhadap mereka? Lalu kita mengatakan


untuk menyudahi usahanya, daripada gagal lagi. Apakah itu
termasuk nasihat? Jangan-jangan, yang kita keluarkan itu bukan
kalimat nasihat, melainkan justru racun! Ya, racun yang membuat
mereka terus berpikir tentang kegagalannya. Meratapi nasib.
Menyalahkan orang lain. Bahkan menyalahkan Tuhan. Membuat
mereka berpikir ulang untuk bangkit lagi karena siapa tahu
kegagalan yang lebih besar memang benar akan ditemui. Akhirnya,
daripada bertemu dengan kegagalan, lebih baik tidak melakukan
apa-apa. Tidak ada risiko. Semuanya aman-aman saja.

Padahal, jika dihubungkan dengan jatah seperti yang dibahas di


awal tadi, kita ini sebagai manusia sebenarnya sudah diberikan
jatah kegagalan oleh Tuhan. Ada yang banyak, ada pula yang
sedikit. Tuhan Maha Adil. Jatah kegagalan diberikan sesuai dengan
kemampuan masing-masing orang. Tidak ada kedholiman dalam
hal itu.

Jadi, bila kita suatu saat menemui kegagalan, lebih baik kita berpikir
positif saja. Ini kegagalanku yang keberapa? Jika kita merasa masih
sedikit mengalami kegagalan dan sadar akan jatah kegagalan kita,
maka kita akan terus mencari kegagalan kita. Kita tidak perlu risau
dalam hal ini. Lebih positif dan dahsyatnya lagi, kita malah akan
penasaran, berapakah kita diberikan jatah kegagalan itu? Wah, luar
biasa dahsyat! Kita akan terus bangkit, tanpa terlalu dipedulikan
dengan omongan orang lain tentang kegagalan kita. Kita sudah ada
jatah gagalnya. Kalau makin banyak jatahnya, maka sebenarnya
kita ini adalah manusia yang luar biasa berkualitas, hebat dan
dahsyat. Bukankah orang hebat dan dahsyat itu sanggup melalui
masalah-masalahnya? Sanggup pula melewati kegagalan-
kegagalannya?

Sampai di sini, marilah kita terus bangkit, berjalan dan selalu


bersemangat dalam menjalani setiap napas kehidupan. Kita harus
siap untuk mencari kegagalan-kegagalan kita dan siap pula untuk
menghadapinya. Habiskanlah jatah kegagalan kita dan nikmatilah
hidup ini!
Mari Rayakan Kesalahan

Banyak orang menyesali kesalahan dan kegagalan


dalam hidup, termasuk soal kariernya. Tapi, sebenarnya, ada
banyak hal yang bisa dipelajari sehingga kesalahan itu justru
berbuah pembelajaran yang akan mendongkrak karier.

Menurut Alexander Kjerulf, konsultan Sumber Daya Manusia (SDM),


ada banyak hal yang justru harusnya disyukuri saat melakukan
kesalahan.

Kesalahan adalah kesempatan untuk belajar lebih banyak


Suatu ketika, kita barangkali melakukan kesalahan. Dan, sudah
pasti itu akan membuat tidak nyaman. Tapi, jika kita membiasakan
diri untuk memilih belajar --dibanding sekadar menyesali tiada
henti-- itu akan membuat kita makin dewasa dan berkembang.

Tak perlu berusaha menutupi kesalahan


Dengan kepala dingin dan hati yang lapang, saat mengakui
kesalahan --meski kadang terasa sangat berat-- sebenarnya itu
justru melegakan. Bayangkan, jika kita justru berusaha menutupinya
dengan segala cara pastinya kita hanya akan terbayang-bayang
dengan kesalahan itu dan berusaha mati-matian agar tak ketahuan.
Akibatnya, pekerjaan di masa mendatang yang harusnya bisa
dilakukan maksimal, justru tak bisa dikerjakan karena sibuk
menutupi kesalahan. Karena itu, Kjerulf menyarankan, cobalah lebih
terbuka dan diskusikan tentang kesalahan yang dibuat. Sehingga,
saat ditemukan solusi, kita akan jauh lebih lega dan dapat fokus
untuk menyelesaikan pekerjaan lainnya.
Memperkuat kreativitas dan inovasi
Randy Pausch, seorang profesor yang terkenal, memelopori
pemberian penghargaan yang disebut the First Penguin(pinguin
pertama). Penghargaan itu diberikan kepada tim di kelasnya yang
paling berani mengambil risiko- dan gagal. Penghargaan itu
terinspirasi oleh kisah pinguin pertama --selalu ada yang pertama--
yang berani mengambil risiko terjun ke dalam air, meski tahu persis
di air itu barangkali ada predator yang siap memangsa mereka.
Namun, tanpa keberanian dari pinguin pertama, tak akan ada
belasan dan ratusan pinguin yang berani masuk ke air.

Itulah bentuk "pengorbanan" yang sebenarnya-kadang-perlu


dilakukan untuk menguji mentalitas. Dan, seperti banyak sejarah
mencatat, mereka yang pertamalah yang biasanya berjaya.
Sisanya? Adalah para follower yang jika tak mumpuni, hanya akan
begitu-begitu saja...

Kesalahan biasanya justru membuka "pintu" peluang lain


Masih ingat kisah perekat kertas Stick a note dari 3M, lem yang
dianggap gagal karena kurang rekat? Tapi, dengan kreativitas
tertentu, lem itu kini justru jadi bahan industri kertas penempel
pesan yang mudah dilepas dan dibuang dan membuat untung
perusahaan hingga miliaran dolar. Jadi, saat berbuat kesalahan,
coba pelajari sisi lain dari kesalahan itu. Siapa tahu ada sesuatu
yang bisa dikreasikan untuk mencapai keberhasilan.

Saat kita merayakan kesalahan, kita justru memperkecil peluang


berbuat kesalahan
Peter Drucker-seorang ahli manajemen-menyebutkan, sebuah
perusahaan justru harus mencari karyawan yang tak pernah berbuat
kesalahan dan memecatnya. Mengapa? Menurut Drucker,
karyawan yang tak pernah berbuat kesalahan sebenarnya justru tak
pernah melakukan sesuatu. Jadi, jangan pernah takut berbuat
salah.
Nah, dengan manfaat itu pantas jika kita "merayakan" kesalahan.
4 Perencanaan Wajib Agar Sukses Berkarier

Orang bilang perencanaan adalah setengah keberhasilan. Ada yang


mengatakan ketika kita gagal merencanakan maka kita sedang
merencanakan kegagalan kita sendiri. Kalau begitu mari kita buat
perencanaan yang baik agar bisa selalu sukses.

Perencanaan itu luar biasa sekali. Jika Anda tak berpikir untuk
membuat perencanaan untuk karier Anda, pertimbangkan ini:

· Perencanaan mempermudah dan memungkinkan langkah Anda


menuju kesuksesan.
· Perencanaan adalah jalur sukses Anda. Sehingga Anda akan tahu
apakah masih berada pada jalur yang benar (on the right track) dari
sukses Anda.
· Perencanaan adalah jalur cepat sukses Anda (on the fast track).
· Perencanaan membuat yang tak mungkin menjadi mungkin.
· Perencanaan mengukur kinerja Anda.
 

4 Jenis Perencanaan Wajib Agar Anda agar Sukses dalam Karier

Katakanlah Anda benar-benar ingin sukses dalam karier, maka


Anda harus membuat perencanaan yang super matang. "Apa yang
harus direncanakan, sebenarnya?" Ini pasti menjadi tanda tanya
semua orang. Saya pikir, 4 hal di bawah ini adalah perencanaan
wajib bagi siapa saja yang ingin sukses dalam bidang apa saja.

1. Perencanaan Visi
Visi adalah perencanaan yang berkaitan dengan tujuan Anda.
Impian harus diterjemahkan dalam visi dan misi (di mana posisi
Anda sekarang, dan bagaimana Anda akan sampai pada tujuan
utama hidup Anda). Menurut Brian Tracy, ada 6 hal yang perlu
dijawab dalam membuat sebuah perencanaan terkait visi.

- Di mana Anda sekarang? Bagaimana keadaan Anda?


- Bagaimana Anda bisa sampai di sini?
- Jika Anda ingin beranjak dari sini, ke mana Anda ingin pergi? Apa
tujuan Anda?
- Dengan apa sampai di sana?
- Masalah/tantangan apa yang akan Anda hadapi nantinya?
- Hal-hal apa yang Anda miliki untuk mempercepat langkah Anda?

2. Perencanaan Waktu
Hal-hal yang berkaitan dengan pola-pola, kebiasaan, dan cara Anda
menggunakan waktu. Dan juga target waktu yang Anda tetapkan
untuk meraih visi Anda. Misal, jika Anda seorang pengacara,
bagaimana Anda mengatur waktu sehari-hari atau dalam seminggu
seoptimal mungkin untuk mencapai visi sesuai target.

3. Perencanaan Biaya
Berapa biaya yang diperlukan untuk mencapai impian Anda?
Berapa biaya awal untuk memulai usaha Anda meraih visi? Semua
perlu dibuat terstruktur sejelas mungkin.

4. Perencanaan Energi
Ini yang kadang terlupa. Padahal Jim Loeke dan Toni Schwaltz
dalam buku best-seller-nya yang berjudul "Terampil Mengelola
Energi Bukan Waktu", mengatakan bahwa justru energilah sumber
potensi kita yang terbesar. Bukan waktu. Perencanaan energi terkait
dengan hal-hal tekhnis seperti, keterampilan, bakat, personal
branding, personal branding statement, dan lainnya.
Bagaimana persiapan dan perencanaan Anda?

Guru Disiplin Banyak Difavoritkan

SURABAYA - Guru yang disiplin dan tegas banyak difavoritkan


siswa. Paling tidak, itulah yang tecermin di SMP dan SMA Khadijah.
Sedikitnya 1.200 siswa sekolah tersebut kemarin melakukan gunting
kupon (balot) untuk memilih guru favorit mereka. Kondisi hujan tidak
menghalangi semangat para siswa. Sedianya, pengguntingan balot
dua sekolah tersebut bakal dibarengkan. Namun, karena kondisi
hujan, para guru terpaksa membagi pengguntingan balot tersebut
dalam dua sesi.

Pertama, 600 siswa SMP Khadijah digiring masuk aula. Sehari


sebelumnya, para guru telah berpesan agar siswa membawa koran
Jawa Pos untuk digunting kuponnya, kemudian diisi nama guru
favorit pilihan masing-masing siswa. Kemarin, begitu diberi aba-aba
oleh Wakasek Siti Chofsoh, para siswa langsung mengacungkan
koran bersama-sama.

Selanjutnya, mereka mengisi balot dengan pilihan guru favorit plus


alasannya. Jika di sekolah lain, guru yang difavoritkan adalah
mereka yang lucu, keren, dan baik hati, beda dengan di SMP dan
SMA Khadijah. Banyak siswa sekolah tersebut yang justru memilih
guru disiplin dan tegas.Achmad Darmawan, siswa kelas 9 D,
mengaku memilih Iswari, guru mata pelajaran IPS.

"Saya memilih beliau karena tegas dan disiplin. Dia beralasan, guru
seperti itu membuat pelajaran gampang terserap otak. "Terus
terang, saya malah suka yang tegas. Saat pelajaran, semua siswa
konsentrasi terhadap pelajaran," jelasnya. Sikap seperti itu, kata
Darmawan, juga tidak membuat kelas gaduh. "Kami sekolah, bukan
bermain. Jadi harus disiplin," terang ABG 15 tahun itu.

Hal yang hampir sama diungkapkan Alaika Muhammad Bayu yang


juga memilih Iswari sebagai guru favorit. "Beliau orangnya tepat
waktu," katanya.

Wakasek Siti Chofsoh menjelaskan, pemilihan guru favorit memiliki


banyak manfaat. "Ini sekaligus alat ukur bagi sekolah, bagaimana
penerimaan para murid terhadap cara mengajar gurunya,"
terangnya. Bukan hanya itu. Pemilihan guru favorit juga bakal
menjadi bahan evaluasi cara mengajar yang lebih disukai murid.

"Kami harus memahami mereka sebagai konsumen pendidikan,"


tambahnya. Setelah siswa SMP, giliran 600 siswa SMA Khadijah
melakukan hal yang sama. Ayu Rahmawati, siswa 11 IPA 3, lebih
memilih Agus Fahmi, pengajar bahasa Arab. "Saya suka
mengajarnya. Meski sudah memiliki tiga anak, dia mengajarnya
keren," jelasnya. Gaya mengajar Agus Fahmi, lanjutnya, mudah
dimengerti. "Beliau itu mengikuti perkembangan tren remaja untuk
mengajar," ucapnya.

Yang menarik lagi, saat masuk kelas, Agus tak mau disebut guru.
Dia lebih suka disebut tamu. "Kalau tamu itu jarang yang marah
kepada tuan rumah," terang Ayu. Dukungan terhadap Agus Fahmi
juga datang dari Hidayatul Munawaroh, siswa 12 IPS 2. Dia menilai
gurunya itu bisa memahami suasana belajar.

Siapa pun pilihan siswa SMP dan SMA Khadijah, mereka harus
bersaing dengan ribuan siswa dari sekolah lain. Mereka harus
sebanyak-banyaknya mengirimkan balot agar peluang terpilih
semakin besar.

Ketua PGF Guntur Prayitno mengungkapkan bahwa pemilihan guru


favorit tersebut menjanjikan banyak penghargaan, yakni
penghargaan mingguan, utama, dan grand prize. Penghargaan
mingguan untuk Guru Favorit yang beruntung sebesar Rp 1,5 juta
plus siswa pemilihnya juga Rp 1,5 juta. Terdapat pula 10 paket
menarik masing-masing Rp 500 ribu untuk siswa pemilih.

Penghargaan utama akan diberikan kepada sepuluh guru favorit


yang beruntung. Masing-masing mendapatkan Rp 3 juta. Begitu
juga siswa pemilihnya, akan mendapatkan Rp 3 juta per siswa.
Sepuluh pasangan guru-siswa yang mendapatkan hadiah utama
juga masih berkesempatan mendapatkan grand prize masing-
masing sebuah motor Honda Revo. (git/ita/nw

Guru dan Siswa yang Malas Membaca, Malas Belajar, dan


Malas Menulis
Berbicara tanpa makna, rugi sendiri dan merugikan yang
mendengar. Menulis tanpa makna, tak merugikan siapun.
Berbicara sendiri laksana orang tidak waras. Menulis sendiri malah
menyehatkan dan membuat pikiran semakin waras.
Pak/bu guru, siswaku, temenku, apa yang sudah anda tulis hari ini?
Karena terbiasa menangkap ide akhirnya draft tulisan masih banyak
dan belum terselesaikan, tinggal finishing, menunggu momen yang
tepat untuk di-publish di blog. Blog jadi sarana yang manjur untuk
arena onani otak. Gratis dan tidak membebani. Sangat cocok untuk
orang yang “kurang kerjaan”. Apakah anda sangat sibuk sehingga
tidak sempat menulis atau sekedar punya blog abal-abal seperti
blog saya ini? 
Salut dengan teman yang tulisannya sudah ribuan, tiap hari menulis
2-3 tulisan bahkan lebih. Ternyata dia orang sibuk, bertubuh
tambun. Katanya orang tambun itu susah gerak, tapi dia malah
dinamis dan otaknya jauh lebih dinamis lagi. Hobinya menulis dan
baca buku. Disekitar kita lebih banyak lagi yang punya hobi cuma
membaca, menulis tidak pernah/jarang. Dikemanakan yah intisari
hasil bacaannya selama ini? Ups itu termasuk saya loh.
Ada guru yang rajin baca buku, ada yang cuma rajin baca koran,
ada yang hanya rajin baca buku-buku pelajaran. Tapi yang unik,
ada guru yang tidak hobi baca apa-apa. Ada guru yang rajin
menulis, ada guru yang menulis sesekali saja, ada guru yang
menulis di papan tulis ketika mengajar tok, ada juga guru yang tak
pernah menulis kecuali membuat garis, bulatan, dan kotak sambil
mengoceh di depan kelas.
Dunia guru adalah dunia belajar, beruntunglah kita yang jadi guru.
Tiada hari tanpa belajar. Itu idealnya. Nyatanya ada guru yang tidak
pernah belajar, hanya mengajar saja. Kedengarannya hebat banget
itu guru. Anehnya gajinya lancar saja. Koh apa ada kaitan antara
guru rajin belajar dengan gaji?! Memang gak ada kaitannya antara
guru A, B, C,…Z antara kerajinannya belajar dengan gaji, asal
pegawai negeri dibayar sesuai dengan pangkat dan golongannya.
Bolos atau rajin juga dibayar penuh. Enak tenan… dan edan
tenan   ) Pantas aja pada berjubel pada jadi guru berstatus pns.
Dunia guru adalah dunia baca tulis, dunianya membaca dan
dunianya menulis…?! Guru mestinya rajin, membaca, rajin menulis.
Membaca dan menulis apa saja, lebih-lebih yang ada kaitannya
dengan tugasnya Guru dipaksa lewat aturan wajib membuat karya
tulis untuk naik pangkat pun sepertinya gak mempan. Kalau
mempanpun sepertinya terpaksa. Tak terbiasa menulis, begitu
menulis yang dicari jiplakan. Halah! Mungkin yang ada dalam
pikirannya yang penting bisa naik pangkat. Naiki tuh pangkat!
Setali tiga uang dengan guru. Siswa adalah dunia belajar, tapi
kebanyakan siswa ada saja yang malas belajar. Apakah ini ada
kaitannya dengan para gurunya yang malas belajar. Saran dan
nasehatnya tidak digubris. Pemberi nasehat sepertinya perlu
introspeksi deh kalau begitu. Kalau siswa ada bimbingan konseling
atau bimbingan belajar, maka guru mesti juga rutin mengikuti
bimbingan mengajar. Tapi apa ada?!
Mungkin karena semua belum memiliki niat yang benar untuk
berangkat dan memulai tugasnya. Baik siswa maupun guru
semestinya selalu memperbaiki niat sebelum meninggalkan rumah
menuju sekolah. Memperbaiki niat yang sebelumnya hanya rutinitas
tanpa isi. Berniat, melangkah, berbicara, dan mendengar dengan
sesadar-sadarnya untuk menjalankan tugasnya. Yakini itu akan
memberikan hasil yang luar biasa. Ayo perbaiki diri bersama. Tiada
kata terlambat.
Mental Guru dan Kinerjanya
Sudut pandang beda memberikan prespektif yang berbeda juga.
Sama halnya, kita akan memberikan respon berbeda dengan orang
lain jika diberikan hal yang sama. Guru malas menurut prespektinya
sendiri akan berbeda dengan pimpinannya. Mengapa bisa
berbeda,tentu ini disebabkan karena beda visi dan misinya.
Persepsi, visi, dan misi harus sejalan. Semua tahu itu.
Berikut percakapan rekaan saya antara kepala sekolah (si bos)
dengan Bu X:
Si Bos: Kenapa Bu X kok meninggalkan kelas, kan belum selesai
jam mengajarnya?
Bu X: Anu pak, saya lagi anu itu… anu… *Glagapan*
Si Bos: Anu sampean kenapa?
Bu X: (Tambah merah muka si ibu guru ini) Balik bertanyalah ia,
“Lah Pak Y yang bolos berhari-hari kok bapak biarkan?!”
Si Bos: (dengan lantang njawab) “Emang saya harus lapor sampean
kalau saya sudah menegur pak Y?!
Percakapan yang jelas-jelas terkait penampakan sikap sebagai
manusia “irian” (Bu X) yang muncul karena kepepet atau memang
itu menjadi pembenaran diri untuk meninggalkan kelas,
mengorbankan kepentingan pembelajaran siswa. Meskipun dengan
begitu banyak siswa yang bersorak gembira. Sangat klop untuk
situasi sekolah yang runyam. Kondisi siswa yang ditinggalkan guru
seperti di atas memberikan peluang keributan sangat besar karena
kelas kosong.
Datanglah Si Bos ke kelas tersebut. “Lah ini pelajaran apa, gurunya
ke mana nih”. “Pelajaran pqr ada tugas dari Bu X pak” serempak
siswa menjawab. “Kok kalian pada ribut gak mengerjakan tugas”.
“Tugas yang biasa kami kerjakan gak pernah di koreksi juga kok
pak”, koor siswa lagi. “Panggil bu X di ruang guru sana” serga si-
bos.
Siswa saja sudah tahu kebiasaan buruk gurunya. Anehnya guru
tidak malu, dan ada saja alasannya ketika ditagih hasil kerja/tugas
yang pernah ia berikan ke sisiwa. Hasil ulangan pun mereka tidak
pernah tahu. Anehnya lagi kontrol kepala sekolah tidak ada sama
sekali, mestinya ia bisa berbagi dengan wakilnya. Penilaian kinerja
guru dari siswa juga tidak pernah dilakukan. Oo… Manajemen lama
rupanya yang ia anut.
Tentang kinerja guru secara nyata yang tahu persis dan paling
merasakan memang siswa. Dia yang akan merasakan bagaimana
upaya guru untuk memfasilitasi dalam belajar. Bagaimana tampilan
guru sesungguhnya siswa yang tahu. Si Bos tahunya guru masuk
kelas, guru sudah bikin/ngopi perangkat pembelajaran. Itu hanya
untuk jaga-jaga kalau ada yang periksa saja. Selebihnya sak karep-
mu. Guru sebenarnya tidak usahlah kreatif atau inovatif, terlalu
muluk-muluk itu. Guru cukup memenuhi standar kompetensi saja
sudah buagus. Nyatanya kita (saya dan anda guru) sudahkah
memenuhinya. Lebih nyatanya sudahkah kita apa saja kompetensi
standar yang harus kita miliki sebagai guru. Jangan-jangan baru
dengar atau belum pernah baca ya?! Parah kalau itu benar.
Kondisi nyata seperti yang saya tulis di atas tentu tidak terjadi di
semua sekolah. Paling hanya beberapa saja, paling hanya 1, 2, 3…
saja. Jadi tidak usah heran kalau pendidikan di negeri Indonesia
tercinta ini terpuruk, sulit bangkit. Jadi yang perlu dibereskan
terlebih dulu adalah mental guru-guru, termasuk mental saya juga
kok. Membangunkan guru yang pingsan seperti saya ini   .
Berapa persenkah anggaran pendidikan yang dialokasikan untuk
pembinaan/peningkatan kinerja/kualitas guru. Dari persentase itu
berapa persenkah yang ditindaklanjuti untuk selalu ada kontrol dan
laporan serius ttg perkembangannya? Kalaupun ada pasti hanya
laporan di atas kertas juga. Sepertinya memang perlu permak habis
deh! Halah saya ini siapa?! Lah malah lupa diri yah?!

Kompetensi Guru Dicuekin, Mengajar Seenaknya


Kalau guru lain sudah canggih dalam metode mengajarnya maka
saya masih kuno, yah begitu-begitu saja. Sadar terlambat lebih baik
daripada tidak mau beranjak untuk memperbaiki diri. Kadang
mengajar tidak lebih dari mengandalkan apa yang di kepala tanpa
persiapan pun masuk kelas. Karena merasa ‘hebat’ untuk materi
yang akan diajarkan. Alhasil guru hebat seperti itu ternyata
menghasilkan siswa sekarat.
Para guru sakti, mengajarpun biasa dengan tangan kosong. Karena
sangat saktinya ia tidak perlu membawa apapun ke kelas. Siswapun
terkesima dengan kesaktian sang guru. Masih banyak-kah guru-
guru sakti zaman sekarang? Sepertinya sudah mulai punah. Patut
dilestarikan tuh. Sayangnya guru sakti begitu malah tidak dianjurkan
oleh ‘pakem’ mengajar jaman sekarang.
Mengajar dengan tanpa persiapan hasilnya memang berantakan
(seperti guru sakti itu). Ini adalah salah satu sebab mengapa siswa
kita sering mengalami kesulitan memahami apa yang kita
sampaikan. Atau kalau tidak karena salah cara menyiapkan
prosedur pembelajarannya. Guru seperti itu kadang anehnya,
menanyakan sampai mana pelajaran pada pertemuan terakhir. Ini
indikasi guru tidak melakukan persiapan, yang tahu siswa kan. Tapi
apa yang bisa siswa lakukan terhadap guru semacam itu.
Sangat disayangkan tidak sedikit guru yang menyiapkan perangkat
pengajarannya hanya karena alasan administrasi atau mau
disupervisi. Inilah potret nyata guru profesional yang katanya sudah
mengantongi sertifikat pendidik. Kita, guru seolah pingsan, tidak
menyadari tugas guru itu mulya dan amat berat. Tapi karena sistem
di negeri ini masih amburadul maka hal itu merupakan kesempatan
empuk bagi guru untuk berleha-leha dan malas belajar lagi.
Jumlah siswa yang tambun semestinya membuat guru selalu sibuk
untuk menyiapkan segala sesuatunya. Tapi di ruang-ruang guru di
negeri ini masih ada saja guru yang asyik mahsyuk ngerumpi.
Padahal di mejanya terongok setumpuk buku siswa yang tak
kunjung disentuh. Masih mending ia rajin membaca, mengali ilmu,
berbagi ilmu dengan rekan seprofesi di daratan lain di negeri ini
atau aktif diskusi di milis yang mencerahkan diri. Duh…
Guru-guru yang tidak tahu tugasnya semestinya membaca kembali
tuntutan standar kompetensi guru.  Misalnya membuat matrik apa
yang belum dia kerjakan dan kuasai. Tapi apa ada sih guru yang
tidak tahu tugas dan tanggung jawabnya?  Ups, gak perlu dijawab
yah. Kalau mau coba saja periksa pada kompetensi profesional itu
sudahkan ia penuhi semua. Sayangnya belum semua guru tahu
kompetensi profesionalnya itu apa saja. Halah jangankan
melakukan, baca aja belum pernah. Sungguh terlalu…!
Jika kita para guru memahami kompetensi pedagogi yang berjumlah
10 bagian itu, maka barang kali kita tak punya waktu luang untuk
santai saat di sekolah. Tapi nyatanya kita malah bisa santai
sesantai-santainya. Jadi ingat, rekan kita guru di Singapore tak
satupun yang terlihat ngobrol dengan sesamanya. Mereka sibuk
dengan akitaivitasnya yang kalau di indonesia layaknya pegawai
bank. Kita?!
Pak Urip sampean kok getol dengan TIK, pak Urip apa sudah baca
kompetensi guru? Hah… Belum?! Getol dengsn TIK itu termasuk
dalam kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional tauk!
Makanya baca tuh lampiran permendiknas no 16 tahun 2007.
Kompetensi guru, guru apapun kita terkait TIK yaitu pada
kompetensi pedagogik: memanfaatkan TIK untuk kepentingan
pembelajaran, pada kompetensi profesional: memanfaatkan TIK
untuk berkomunikasi dan pengembangan diri. Itu sebagian kecil
saja dari kompetensi yang harus kita punya sebagai guru.

Wakil Kepala Sekolah Ur. Kurikulum antara Mau dan Tidak Mau


Jadi guru, guru biasa, tanpa ada tugas tambahan ini itu jelas asyik
dan mengasyikkan. Ada teman saya yang pernah jadi wakur (wakil
kepala sekolah urusan kurikulum) mengeluh. Konon wakur itu
tangan kanan kepala sekolah. Tugasnya banyak, bahkan kalau
kebijakan yang diambil tidak populis banyak tak disukai rekan
sejawatnya dan mungkin juga siswa. Meskipun itu untuk kemajuan
sekolah.
Ada yang menjadi wakur karena  ’terpaksa’  karena tak punya
ambisi. Ada yang berambisi karena ingin jadi kepala sekolah.
Mengapa tak punya ambisi jadi kepsek? Yah karena kepsek tugas
yang diemban kalau mau konsisten bejibun, mengurusi anak orang
dan guru-guru, dan harus bisa mempertangunggjawabkannya. juga
harus loyal pada atasannya lagi agar awet di posisi itu. Beratlah
menurutnya.
Mengapa ada yang berambisi untuk jadi wakur, yah itu, karena
konon untuk jadi kepsek mesti pernah jadi wakur dan ia ingin jadi
kepsek. Menurutnya (mungkin loh) dengan jadi kepala sekolah ia
punya kuasa untuk melampiaskan cita-cita luhurnya atau mungkin
juga pingin dapat penghasilan lebih. Ah itu mungkin loh, wong saya
gak punya ambisi untuk itu.
Ada juga yang menghitung soal honor atas posisi wakur tadi,
sehingga dia menolak. Tugasnya banyak (kalau mau kerja sih) tapi
honornya kecil, sudah gitu kalau gak pinter-pinter dengan rekan
sejawatnya bisa dimusuhi lagi. Benar bahwa wakur memiliki tugas
berat, karena dari sononya mungkin akan diplot jadi kepala sekolah.
Jadi wakur ini adalah ajang latihan untuk mengelolah sekolah,
meskipun skupnya hanya kurikulum/akademik/pengajaran saja.
Kadang ada juga yang tidak mau jadi wakur karena memang semua
guru dilingkungannya tak pernah menghargai kebijakan wakur,
sering mencemooh atau tak mengindahkan setiap kata-katanya.
Artinya, ah cuman wakur saja bilang gini-gitu. Sok banget. Ini
adalah sikap rekannya yang membuatnya moh jadi wakur. Padahal
di situlah pembelajarannya, bagaimana ia bisa menghadapi rekan
sejawatnya.
Ada pula yang menolak jadi wakur karena ia gaptek. Ini mah alasan
yang jelek. Hari gini masih ada guru yang gaptek, terus menghindar
dan tidak mau belajar. Cihui… Ketinggalan kereta deh guru macam
itu. Lihat kompetensi guru sekarang sudah harus bisa
memanfaatkan TIK untuk pembelajarannya. Memang banyak tugas
yang harus diselesaikan wakur memerlukan tool ya berupa TIK itu,
pantas menolak.
Memang benar salah satu tugas wakur berurusan dengan tugas
administrasi, dan itu akan dipermudah dengan adanya TIK, seperti
bagaimana bikin jadwal pelajaran, mengelolah nilai dan sebagainya.
Itu tidak sulit kalau mau belajar. Jadi tidak pantas itu dijadikan
alasan. Guru maksa siswanya rajin belajar, mosok gurunya moh
belajar meskipun hal baru. Toh penggunaan TIK itu hanya soal
pembiasaan saja. Kecuali mau jadi pakar TIK. Yah kan?!
Ada juga yang tidak lagi mau jadi wakur karena dia sudah merasa
capek, trauma dengan tugas berjibun dia pingin santai jadi guru tok
tanpa tugas ekstra yang pasti perlu tenaga dan pikiran ekstra pula
hehehe. Lebih parah lagi kalau ada yang selalu menjegalnya
selama ia di wakur karena memang secara perorangan memang
tidak saling cocok akhirnya cek-cok mulu.
Kini memang sudah jamannya teknologi canggih. Tapi masih ada
sih tersisa kepsek yang gaptek, kepsek yang tidak mau belajar.
Sebab teknologi yang diperlukan hanyalah soal pembiasaan, tinggal
ia mau pakai atau tidak. Lebih-lebih wakur harus bisa donk. Kalau
gak bisa harus belajar, kalau gak mau juga belajar bagaimana ia
mempengaruhi siswa atau rekan sejawatnya belajar kalau diri
sendiri aja wegah belajar.
Yah benar wakur memang tangan kanan bos di sekolah (kepsek).
kalau kepsek tidak ditempat mestinya ia bisa menjalankan sebagian
tugas kepsek, kalau kepseknya mau mendelegasikannya. Anehnya
masih ada guru yang tidak memahami peran wakur, sehingga ia
cuek saja tdk perduli dengan keberadaan wakur, padahal wakur ini
juga manajer urusan kurikulum loh… Weleh… Lebay kalau yang ini.
Guru Malas Mengajar, di mana Nuranimu?
Guru di sekolah malas mengajar, siswa cuma diberi tugas, dirinya nyantai di
ruang guru. Ada juga yang mengajar separuh jalan sisa waktunya kelas
ditinggal begitu saja. Ada guru yang meninggalkan tempat tugas selama
berhari-hari. Kalau anda jadi kepala sekolah bagaimana mengatasinya?

Sungguh masuk orang yang tidak bersyukur, kalau jadi orang tidak amanah
menjalankan tugas kerja, lebih-lebih seorang guru (apalagi berstatus pns)
melalaikan tugas yang dipercayakan padanya. Gaji diterima penuh untuk
menghidupi diri dan keluarganya, tetapi kinerja tidak juga membaik. Mari kita
berusaha untuk memperbaiki kinerja diri. Tidak lagi mengambil ukuran diri
pada orang berkinerja jelek, karena pimpinan tak tegas.

Saya juga guru, suka bandel juga sih, alias bukan guru yang baik, tapi beban
tugas mengajar untuk memberikan yang terbaik itu jadi obsesi saya. Wou
sok banget yah kedengarannya. Benar siswa adalah segalanya bagi guru.
Kasihan mereka kalau sampai tidak kita layani dengan baik. Semua itu
bukan karena siapa-siapa tapi kita sudah terlanjur janji untuk mau mengabdi.
Halah…

Kebijakan pemerintah (mungkin pejabat daerah) yang tidak bisa mengatur


penempatan pegawai (guru) berdampak menumpuknya guru tertentu
sehingga seolah guru bidang tertentu seperti tidak ada pekerjaan tapi
menerima gaji, akibat selanjutnya guru tersebut tidak kerasan dan ingin
sekali pindah ke tempat yang ‘enak’ yang mungkin tenaganya akan jauh
tergunakan. Begitu tidak dituruti pindah maka pegawai tersebut mbalelo,
sering mangkir tanpa alasan logis. Menurut saya tidak ada alasan kepala
sekolah tidak memberikan ijin pindah, toh sesuai SK mengajarnya jelas di
suatu sekolah yang surplus guru itu “tidak mendapat” jam mengajar sesuai
porsi. Ini berdampak lebih lanjut pada guru lain, yang kebanyakan orang-
orang ‘irian’. Siswalah korbannya.
Mental guru buruk yang tak kan pernah memikirkan bagaimana siswa bisa
terlayani belajar dengan baik. Melaksanakan tugas hanya sekedarnya,
apalagi kalau supervisi tidak pernah ada atau dilakukan pihak terkait. Ujian
pun jarang mereka koreksi dengan benar. Ini belum dikaitkan dengan
standar kompetensi guru itu loh. Umpan balik dari hasil ujian tidak pernah
diambil untuk memperbaiki kinerja diri dan siswanya. Alhasil hancurlah
sekolah itu. Terpuruklah siswa yang memiliki berpotensi itu.

Karena mental sudah buruk ada saran positif pun tidak digubris. Memang
saran, nasehat dari siapapun kalau sudah tidak suka dengan yang beri
nasehat pasti nasehat itu tak berguna. Subyektivitas diri lebih mengemuka,
efeknya membuat segalanya tidak akan membaik. Produktivitas diri tak
berubah lebih baik, kinerja hancur. Pikiran-pikiran tertutup hanya bisa
terbuka kalau mereka dapat hidayah dari Tuhan. Barangkali perlu teguran
keras dari Tuhannya.

Jika kondisi sekolah, terutama guru-gurunya tidak kondusif untuk mengajar,


sebaiknya perlu dikembalikan ke khitah tugas guru (lihatlah kembali standar
yang harus dipenuhi seorang guru itu), disadarkan perlu karena mungkin
sedang pingsan. Bila perlu dilakukan ‘pencucian pikiran/otak’, perlu format
ulang. Tapi terlalu sadis nadanya. Siapa yang bisa mengubah keadaan dari
luar? Sepertinya diperlukan pimpinan bertangan besi tapi berhati lembut.
Adakah?!
Jaman sekarang kok ternyata masih ada guru yang malas mengajar tapi
rajin menerima gaji. Kalau saya jadi bosnya sudah saya depak kalau
memang tidak mau dinasehati. Untung bukan saya (tapi saya tidak akan
pernah jadi kepala sekolah jadi santai saja yah, jangan takut   ).
Pemerintah sudah saatnya memberikan kewenangan pimpinan untuk
‘menghadiahi’ guru yang kerjanya tidak beres. Tidak cukup hanya DP3 saja.
DP3 selama ini toh formalitas saja.

Taring kepala sekolah kini tidak menakutkan dan memang bukan untuk
menakuti, tapi untuk “menggigit daging”. Meskipun punya kewenangan
menyetop tunjangan profesi nyatanya dengan kinerja buruk tunjangan itu
mengalir begitu saja ke rekening guru tersebut. Sungguh runyam sistem
kepegawaian di sini. Dulu sempat didengungkan dibeberapa instansi soal
insentif berbasis kinerja, tapi hingga detik ini tidak juga diaplikasi di kalangan
pendidik. Sudah saatnya kepala sekolah dijadikan ‘pejabat’ tidak sekedar
tugas tambahan bagi seorang guru saja.

Kepala sekolah yang tidak memiliki visi dan misi yang jelas ternyata akan
menjadikan sekolah itu berjalan tak terukur (hehehe sudah pastilah itu).
Jalan ditempat dan pincang-pincang. Ini adalah tulisan di mana saya yang
bukan dan belum tidak akan pernah jadi kepala sekolah (soal tidak mau
jangan tanya mengapa!) Apakah mereka tidak pernah diajari manajemen
persekolahan? Atau tidak mau melaksanakan?
Di instansi daerah saya bekerja, selama ini belum pernah ada tes calon
kepala sekolah, apalagi pelatihan calon kepala sekolah. Yang jadi kepala
sekolah adalah mereka-mereka yang mau saja. Atau yang ada kedekatan
dengan pihak tertentu. Saya pernah ditawari jadi kepala sekolah begitu saja,
tapi saya merasa tak sanggup akhirnya saya tolak. Sepertinya dengan cara
itulah kepala sekolah-kepala sekolah direkrut, hasilnya anda bisa
memperkirakannya.

Jika pola rekrutmen seenaknya begitu (tidak sesuai aturan yang ada),
hasilnya pasti tidak bisa optimal, bahkan cenderung kacau. Suatu ketika ada
sekolah karena tidak ada “kader” yang layak untuk diangkat jadi kepala
sekolah, maka serampangan mengangkat guru untuk jadi kepala sekolah.
Alhasil sekolah itu benar-benar berantakan. Penerimaan siswa tahun
berikutnya hanya dapat 3 orang siswa. Itu sekolah negeri. Tidakkah itu
cukup jadi pelajaran?!

Sekali lagi manajemen yang kacau di level wilayah sampai level sekolah
sangat merugikan siswa. Penyadaran akan tanggung jawab sebagai guru
dengan amanah mulya sangat diperlukan. Pelatihan yang menyentuh hati
sangat dibutuhkan dan diintensifkan. Bukan hanya pelatihan formal yang
sekedarnya. Guru… Di mana nurani-MU? Masih adakah?!

Belajarlah Untuk Berkata "Cukup"


Alkisah, seorang petani menemukan sebuah mata air
ajaib.Mata air itu bisa mengeluarkan kepingan uang emas
yang tak terhingga banyaknya. Mata air itu bisa membuat si
petani menjadi kaya raya seberapapun yang diinginkannya,
sebab kucuran uang emas itu baru akan berhenti bila si
petani mengucapkan kata "cukup".
Seketika si petani terperangah melihat kepingan uang emas
berjatuhan di depan hidungnya. Diambilnya beberapa ember
untuk menampung uang kaget itu. Setelah semuanya
penuh,dibawanya ke gubug mungilnya untuk disimpan
disana.Kucuran uang terus mengalir sementara si petani
mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya, bahkan
mengisi penuh rumahnya. Masih kurang!
Dia menggali sebuah lubang besar untuk menimbun
emasnya. Belum cukup, dia membiarkan mata air itu terus
mengalir hingga akhirnya petani itu mati tertimbun bersama
ketamakannya karena dia tak pernah bisa berkata cukup.
Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia barangkali
adalah kata "cukup".
Kapankah kita bisa berkata cukup?
Hampir semua pegawai merasa gajinya belum bisa dikatakan
sepadan dengan kerja kerasnya. Pengusaha hampir selalu
merasa pendapatan perusahaannya masih dibawah target.
Istri mengeluh suaminya kurang perhatian. Suami
berpendapat istrinya kurang pengertian. Anak-anak
menganggap orang tuanya kurang murah hati. Semua
merasa kurang dan kurang.
Kapankah kita bisa berkata cukup? Cukup bukanlah soal
berapa jumlahnya. Cukup adalah persoalan kepuasan hati.
Cukup hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa
mensyukuri. Tak perlu takut berkata cukup. Mengucapkan
kata cukup bukan berarti kita berhenti berusaha dan
berkarya. "Cukup" jangan diartikan sebagai kondisi stagnasi,
mandeg dan berpuas diri. Mengucapkan kata cukup
membuat kita melihat apa yang telah kita terima, bukan apa
yang belum kita dapatkan. Jangan biarkan kerakusan
manusia membuat kita sulit berkata cukup. Belajarlah
mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini,
maka kita akan menjadi manusia yang berbahagia.

Belajarlah untuk berkata "Cukup"


 

ciri-ciri guru yang mengajar dengan hati adalah


1. selalu mau tahu dan belajar segala hal yang baru soal
pendidikan, bisa IT, bisa metode dan semua ia lakukan tanpa mesti
ada hubungannya dengan penggajian. Mau gajinya naik apa tidak
dengan dia belajar IT dia tdk peduli, sukur2 jika ada pengaruhnya.
2. Tidak mudah patah semangat oleh konflik. Yang saya maksud
konflik adalah konflik dengan ortu, sesama guru bahkan dengan
yayasan atau kepala sekolah. walaupun ia dalam posisi di zalimi ia
tidak akan kurang mutu mengajarnya karena ia mengajar demi
siswa.
3. Punya kehidupan lain setelah mengajar. Ini penting, guru yang
hidupnya monoton cenderung ia cuma menunggu gajian hehhee
4. Sabar soal kesejahteraan, tapi jika ia menuntut ia akan bicara
dengan bijak atau tidak sama sekali. Guru yang baik peduli akan
kesejahteraannya karena ia merasa gaji juga sumber semangat ia
dalam mengajar, tapi juga tidak melulu mengartikan segalanya soal
uang.
5. Mengartikan semua hal sebagai kesempatan belajar, Ia tidak
hitung2an sat diminta bekerja lebih, sepanjang ia akan dapat
pengalaman baru, kesempatan itu akan ia terima.
6. hormat pada senior, dan mau berbagi dengan yunior. Ilmu
baginya akan bertambah jika dibagi

6 Hal yang Mesti Dihindari Oleh Guru Profesional


Saat guru mengajar, ada dua kemungkinan yg akan terjadi pada
seorang guru, ia lupa waktu atau ia sering mengecek waktu kenapa
belum juga berakhir.
Kalau yang pertama terjadi pada anda, selamat anda layak disebut
sebagai guru profesional. Tapi jangan senang dulu lupa waktu bisa
juga berarti anda belum cermat dalam membagi waktu.
Lupa waktu juga bisa berarti anda asyik dan senang serta larut
dalam kesenangan mengajar. Anda merasa interaksi dengan siswa
sangat intens, siswa senang belajar dengan anda dan sebaliknya.
Jika anda masih menjadi guru yang senangnya melirik jam, sambil
mempertanyakan kenapa jam bergerak lama sekali, mungkin ini
jawabannya.
1. anda masih menomorsatukan peran anda di kelas. Anda masih
merasa andalah sumber ilmu, andalah yang bertanggung jawab
terhadap pembelajaran, dll. Padahal mengapa tidak kita bagi
tanggung jawab bersama siswa.
2. Anda masih merasa buku teks sebagai sumber satu-satunya
inspirasi dalam mengajar. Buku teks penting, sayapun senang
padanya karena ia banyak membantu saat kita kekurangan ide.
Tapi apakah sekali-kali anda tidak ingin meramu pelajaran anda
sendiri. Sumber inspirasi bisa dapat dari mana saja, dari koran
sampai tv dari tetangga sampai siswa kita sendiri, semua bisa
dijadikan inspirasi.
3. Anda memaksa siswa dikelas, untuk bisa mengingat informasi
yang anda sampaikan. Hanya karena saat anda sekolah dulu
merasa paling jago menghafal, anda didik siswa anda dengan cara
yang sama. Cara ini sangat rawan stress, baik bagi anda sebagai
guru, apalagi siswa.
4. Anda berharap dan senang dengan jawaban yang ‘benar’. Siapa
guru yang tidak senang saat siswa menjawab benar, tapi
percayalah butuh proses untuk sampai kesana. Prosesnya antara
lain dengan anda mengarahkan diskusi siswa, menunjukkan fakta-
fakta berupa gambar atau data yang membuat siswa paham, dan
masih banyak lagi cara dalam menciptakan situasi siswa paham
dan senang untuk unjuk pendapat dalam diskusi yang berujung
pada ‘kebenaran’ yang disepakati bersama.
5. Anda tidak merencanakan pembelajaran. Lupakan sejenak
Rencana Perencanaan Pembelajaran yang benar menurut pelatihan
yang anda hadiri. Lupakan sejenak pakem-pakem, yang anda
perlukan adalah menulis hal yang ingin anda lakukan dengan siswa
anda dikelas. Cukup itu saja dulu, anda tidak akan menjadi guru
profesional jika tunggu ilmu anda cukup untuk menulis sebuah RPP
yang ‘benar’.
6. Anda berkonsentrasi membuat siswa menguasai ‘fakta’ dalam
pembelajaran. Fakta yang saya maksud adalah tanggal, bulan,
tempat, nama tokoh. Siswa akan merasakan hal-hal yang dipaksa
mereka untuk kuasai malah tidak ada hubungannya dengan
kehidupan mereka sekarang. Berikan penugasan yang menantang,
buat mereka berpikir bahwa belajar adalah mengambil pelajaran
dari hal yang sudah lewat untuk dipakai dimasa depan.
Tips menjadi guru yang disukai siswa
dengan 28 komentar
Siapa yang tidak mau menjadi guru yang disukai siswa. Semua guru
sepertinya mengharapkan ini. Tapi tahukah anda bahwa semakin
minta disukai siswa semakin jauh kita dari kriteria guru yang layak
disukai siswa? jika disukai siswa menjadi tujuan kita sebagai guru
tidak ada yang namanya profesionalisme lagi, yang ada hanyalah
menuruti apa yang siswa mau dan inginkan, bahkan bila yang
diinginkan sudah keluar jalur kegiatan belajar dan mengajar.
Menjadi guru yang disukai bukan perkara mudah tapi juga tidak
sulit, saya pribadi pun masih dalam upaya untuk bisa disukai siswa.
Namun tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, dimana ada
kemauan disitu ada jalan. Berikut ini adalah caranya.
Tidak terlalu banyak melaksanakan metode ceramah
Memberikan contoh kepada siswa apa yang ia ingin siswa lakukan.
Jika anda sebagai guru berharap siswa anda hormat pada anda,
silahkan terlebih dahulu menjaga harga diri siswa anda di kelas.
Jika marah atau kecewa pada siswa, berbicara lah pada mereka
dan bukan berteriak.
berbagi senyum tulus pada semua siswa. Siswa yang dicap sebagai
anak yang ‘bermasalah’ akan luntur dan akan menyukai anda jika
anda berikan senyum pada mereka.
Memotivasi siswa dengan cara memotivasi dan bukan menyindir.
Menggunakan humor pada tempat dan saat yang tepat.
Mudah diajak berteman oleh siswa dan bukan menjadi teman siswa.
Mudah diajak berteman artinya anda pihak yang pasif dalam
berkomunikasi namun tetap dengan cara yang profesional.
Berusaha menjadi teman siswa hanya akan menyulitkan situasi
anda dikemudian hari.
Penyabar dan menganggap semua siswa sedang berproses.
Hindari meneruskan warisan guru lain dengan melanjutkan cap
yang sudah diterima oleh siswa tertentu.

Anda mungkin juga menyukai