Anda di halaman 1dari 6

Tugas 2.

1
Managing Workload

Saat ini kita merasakan persaingan yang ketat antar individu, perusahaan dan bangsa-
bangsa di berbagai sector. Untuk memenangkan persaingan, setiap organisasi baik
organisasi provit maupun organisasi non provit perlu memiliki keunggulan kompetitif
tertentu dibandingkan dengan pesaingnya. Keunggulan kompetitif dibentuk melalui
berbagai cara seperti menciptakan produk dengan desain yang unik, penggunaan teknologi
modern, desain organisasi dan pengelolaan sumber daya manusia secara efektif.
Pemimpin organisasi, manajer, para teknokrat perlu meningkatkan kecerdasan
emosi agar mampu mendayagunakan SDM secara optimal dalam mencapai kinerja,
sehingga mampu mendudukan perusahaan pada posisi persaingan pasar yang lebih
kuat.

Beberapa pennelitian para ahli menyimpulkan bahwa” Pencapaian kinerja suatu organisasi
ditentukan hanya 20 % dari IQ sedangkan 80 % ditentukan oleh kecerdasan emosi ( EQ-
Emotional Quotient ). Oleh karena itu, pimpinan dan manajer suatu organisasi jika
mengharapkan pencapaian kinerja maksimal di organisasinya, maka upaya yang paling
tepat adalah bagaimana membina diri dan membina SDM orang-orang yang dipimpinnya
untuk memiliki kecerdasan emosi yang baik. Kecerdasan emosi yang baik adalah suatu
keadaan yang mampu memahami diri dan orang lain secara benar, memiliki jati diri,
kepribadian dewasa mental, tidak iri hati, tidak benci, tidak sakit hati, tidak dendam, tidak
memiliki perasaan bersalah berlebihan, tidak cemas, tidak mudah marah dan tidak mudah
frustrasi.

Salah satu masalah dalam mengelola emosi adalah komunikasi. Seringkali orang gagal
menyampaikan apa yang mereka pikirkan dan yang mereka rasakan. Komunikasi bukan
sekedar hanya menyampaikan informasi, tetapi suatu kegiatan yang amat penting dalam
satu organisasi. Jika komunikasi dilakukan dengan baik, maka hal itu mendorong
pelaksanaan pekerjaan lebih baik. Dengan komunikasi yang baik karyawan akan
memahami pekerjaan mereka lebih baik dan lebih akrab dalam melaksanakannya.
Komunikasi yang baik menolong menurunnya angka kemangkiran, keluhan, meningkatkan
kepuasan kerja dan produktivitas. Karyawan akan lebih termotivasi dan lebih efektif
dalam melaksanakan pekerjaan jika komunikasi dari pimpinan lancar dan cocok. Karena
itu seorang pemimpin organisasi hendaklah menyusun strategi kerja untuk menyediakan
waktu yang rutin menemui karyawannya dan berbicara dengan mereka. Dengan bertemu
karyawan baiklah pemimpin menanyakan masalah dan hambatan dengan pekerjaan
sekaligus mengetahui kemajuan dan prestasi kerja karyawan dan dapat saja pemimpin
menyampaikan pujian sehubungan dengan prestasi kerja yang dicapai. Seorang pemimpin
seyogyanya membuka kesempatan dan memberi izin karyawannya bertemu dan
menyampaikan keluhan dan masalah mereka tanpa tertekan karena hal itu akan membawa
manfaat antara lain: meningkatnya semangat kerja, terciptanya hubungan yang baik dan
harmonis. Seorang pemimpin supaya aktif berkomunikasi dengan karyawannya.
Kamunikasi yang lancar akan membuat karyawan menyayangi pimpinannya.

Untuk itu setiap orang membutuhkan ketrampilan berkomunikasi secara cerdas emosional.

 Menggunakan emosi untuk memberikan kedalaman dan kekayaan terhadap diri sendiri
sebagai seorang pribadi dan membawa kehidupan diri pada tindakan
 Mengatur diri sedemikian rupa untuk dapat bertindak sesuai dengan pesan yang
disampaikan.
 Mengetahui cara membaca emosi orang lain untuk memperlancar alur komunikasi
 Menyeimbangkan apa yang kita rasakan dengan yang kita lakukan, sehingga keduanya
saling melengkapi. Kata-kata kita adalah perbuatan kita
 Memahami perasaan orang lain dan melihat orang lain berdasarkan perspektif mereka
sebelum melakukan tindakan

Dalam mengelola emosi diri dan orang lain sebagai upaya meningkatkan kecerdasan
emosi untuk peningkatan kinerja individu dan produktivitas organisasi dapat kita lakukan
melalui beberapa cara sebagaimana yang ditawarkan Patricia Patton berikut ini:

 Jangan meruntuhkan kerja orang lain dengan mengabaikan prestasi mereka


 Jangan menggunakan intimidasi dan ancaman sebagai sarana pengembangan semangat
 Jangan memberikan pelayanan dengan cara mengabaikan keberadaan orang lain
 Jangan menciptakan harapan yang tidak realistik dengan orang lain
 Jangan menggunakan manipulasi dan pemaksaan untuk mengendalikan orang lain agar
patuh
 Jangan ingkar janji dengan orang lain sebaliknya berusahalah memenuhi setiap janji
kepada orang lain.

Manfaat Mengelola Emosi

Manfaat dari upaya mengelola emosi dalam kaitan dengan kehadiran sebagai pimpinan,
manajer dan karyawan dalam sebuah organisasi dalam rangka meningkatkan produktifitas
lembaga adalah: adanya kemampuan membangun hubungan interpersonal yang sehat dan
efektif, mampu mengendalikan diri dari perilaku orang lain yang berpotensi memicu
emosi, adanya sikap obyektif dan mawas diri yang kuat, adanya kemampuan
mengendalikan diri dalam menghadapi situasi apapun, mampu membangun relasi kerja
sehingga iklim kerja dalam organisasi tetap kondusif, membangun saling percaya dan
saling mendukung melalui program kerja dan struktur organisasi efektif dan efisien.

Pimpinan dan manajer yang cerdas sekalipun, jika tidak memiliki ketrampilan
berkomunikasi yang efektif dan produktif dalam membangun hubungan kerja, maka
mereka sulit mencapai tujuan organisasi. Agar tercipta hubungan kerja yang harmonis dan
efektif pimpinan dan manajer perlu melakukan beberapa hal antara lain:

 Menciptakan lingkungan kerja yang mendukung sinergitas dan partisipasi karyawan


 Menyusun aturan dan kebijakan yang layak dan adil yang tidak menimbulkan
pertentangan antara karyawan dengan karyawan dan antara karyawan dan pimpinan
 Meluangkan waktu untuk mempelajari aspirasi-aspirasi emosional karyawan dan
bagaimana mereka berhubungan dengan sesama karyawan
 Memilih orang-orang sesuai peran dan mengangkat pimpinan unit atau badan yang
memiliki kemampuan profesional dan kecerdasan emosional baik
 Memberikan penghargaan kepada yang berkinerja baik dan sanksi kepada yang
berkinerja buruk
 Menciptakan suasana saling memperhatikan dan memotivasi kreativitas
 Mengembangkan mentalitas melayani dengan hati dalam hubungan dengan karyawan
dan mereka yang dilayani.

Tugas 2.2.
Ringkasan dan contoh Perbedaan BOOS dan LEADER

Selain sebutan kepala sekolah, sebagai pemegang amanah kepala sekolah mungkin
beberapa guru atau terutama pegawai non guru menyebut kepala sekolah dengan panggilan
Pak BOS. Sebenarnya panggilan itu bermaksud untuk menghormati kita sebagai kepala
sekolah, namun sebenarnya akan menjadi lebih baik jika mereka mengakui dan menyebut
kita sebagai seorang pemimpin.
Menjadi bos tidaklah otomatis menjadi leader (pemimpin), karena seorang leader
mempunyai karakteristik yang berbeda dengan seorang bos. Berikut ini adalah beberapa
perbedaan makna antara bos dengan leader :
1. Seorang bos merasa mengetahui segalanya, sedangkan leader merasa masih banyak
perlu belajar. Leader akan terus memperbarui ilmunya dari manapun sumbernya
walaupun itu dari luar lingkup sekolahnya.
2. Seorang Bos lebih suka banyak bicara, sedangkan leader lebih suka mendengar.
Seorang pemimpin akan lebih suka untuk mendengar bawahannya ataupun orang-
orang yang terkait dengan layanan yang diberikan (peserta didik, orang tua peserta
didik, masyarakat, komite sekolah) dalam menyelesaikan suatu masalah maupun untuk
meningkatkan kualitas tim dan layanan pendidikan yang diselenggarakan. Dengan
mendengar, dia akan memahami suatu masalah dan mampu memberi solusi yang tepat.
3. Seorang Bos lebih suka memberi jawaban pembenaran, leader lebih suka memberi
solusi.
Dalam menghadapi masalah, bos akan lebih banyak mencari pembenaran dan mencari
kambing hitam dan memberi banyak penjelasan beserta alasan-alasannya. Leader lebih
suka mencari solusi terbaik bagi orang-orang yang dipimpinnya.
4. Seorang Bos cenderung mengidentifikasi kekurangan bawahannya, leader cenderung
mengidentifikasi bakat/kelebihan bawahannya. Bos seringkali mencari-cari kekurangan
bawahan dan memaksa bawahan untuk terus mengevaluasi kekurangannya tersebut
sehingga lupa akan kelebihannya. Sebaliknya, leader akan mengidentifikasi bakat
masing-masing anggota timnya dan membuat masing-masing anggota tersebut untuk
fokus memaksimalkan bakatnya. Leader sangat menyadari bahwa kekurangan pasti
selalu ada dan akan tidak terihat jika seseorang mampu memaksimalkan kelebihannya.
Leader pun sadar bahwa masing-masing orang mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing-masing.
Seorang pemimpin akan membuat anggota timnya pandai dan berdaya sesuai tugasnya
masing-masing. Dengan demikian sikap yang diambil adalah memberdayakan anggota
tim.
Dengan kata lain, anggota tim diberi kesempatan maju, tumbuh dan berkembang
bersama dengan pemimpinnya.
Sedangkan bos hanya akan memanfaatkan anak buahnya untuk mencapai target
tertentu tanpa memberi kesempatan untuk maju dan berkembang.
5. Seorang Bos lebih suka mengikuti trend (yang sedang terjadi hari ini), leader
mempunya sifat visioner (berpandangan jauh kedepan)
Leader mempunyai visi masa depan yang kuat. Dia selalu ingin agar hari esok harus
lebih baik dari hari ini, cara yang dilakukan harus terus diperbaharui, ilmu pun harus
diperbaharui. Dia melihat ke depan jauh diantara yang lain. Cara yang paling ampuh
untuk mengetahui masa depan adalah dengan melakukan inovasi dan melakukan hal-
hal baik saat ini.
6. Seorang Bos sering menakut-nakuti, leader memberikan memotivasi.
Naik turunnya prestasi dan semangat kerja adalah hal biasa. Dalam usaha untuk
membangkitkan kinerja tim, seorang bos terbiasa untuk menakut-nakuti anak buahnya
agar bekerja lebih. Bentuk menakut-nakutinya bisa dalam hal marah-marah, ancaman
potong gaji, pemecatan, atau suatu bentuk peringatan. Seorang leader akan
menanggapinya dengan cara berbeda. Dia akan memberi empati kepada bawahannya
dan membangkitkan antusiasme serta motivasi sehingga orang yang dipimpinnya
bersemangat kembali.
7. Seorang Bos len ih banyak berfikir negatif, leader lebih banyak berfikir positif.
Berfikir positif akan membuat iklim kerja menjadi lebih nyaman, sementara berfikir
negatif akan menjadikannya tidak nyaman karena segala hal akan terlihat jelek.
Seorang bos akan beranggapan bahwa anggota timnya adalah orang yang harus selalu
diawasi, minus pengalaman, pemalas yang tidak jalan kalau tidak disuruh.
8. Seorang Bos lebih suka menyuruh, sedangkan leader lebih suka memberi teladan.
Sudah dibuktikan dalam sejarah bahwa komandan-komandan perang terbaik berada di
garis depan memimpin pasukannya. Pasukannya tidak khawatir karena pemimpinnya
bersama mereka dan berperang bersama. Seorang pemimpin akan memberikan contoh
dan membimbing timnya dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Sedangkan bos hanya
memerintah anak buahnya tanpa memberikan bimbingan atau contoh dan hanya tahu
hasil akhirnya.
9. Seorang Bos menganggap jabatannya adalah hasil kerja kerasnya, leader menganggap
jabatannya adalah amanah. Bos selalu memperhitungkan untung rugi secara materi dan
image, sedangkan leader selalu berfikir bahwa apa yang dilakukan harus untuk
kemanfaatan orang-orang yang dipimpinnya dan akan dipertanggungjawabkan dunia
akhirat.
10. Seorang Bos lebih mengedepankan tentang “Saya”, Leader lenih mengedepankan
tentang “Kita”.
Setiap waktu, bos selalu menunjukkan otoritasnya, wewenangnya, dan kekuasaannya.
Dia juga berdalih bahwa prestasi yang diraih timnya adalah karena dia. Sedangkan
seorang leader merasa dirinya bagian dalam sebuah tim. Kegagalan tim atau orang
yang dipimpinnya juga merupakan tanggung-jawabnya. Seorang pemimpin sangat
menghargai dan mengakui karya/prestasi anggota tim sebagai hasil kerja kerasnya
tanpa menyebut dirinya.

Dalam kehidupan di sekolah seorang pemimpin adalah yang memberi tauladan dalam
semua aspek kehdupan sekolah, membuat keputusan dengan mendengarkan aspirasi semua
warga sekolah, cerdas memberikan pandangan tentang masa depan sekolah, mampu
mendorong, semua warga sekolah sebagai seorang individu maupun sebagai tim untuk
terus berubah menjadi lebih baik dan memberi keyakinan akan keberhasilan dan
kebahagiaan bersama yang dapat diraih di masa depan, memiliki empati dan memberi
kesempatan yang adil pada semua warga sekolah untuk mengembangkan potensinya,
partisipatif, trasnparan dan akuntabel dalam mengelola administrasi sekolah.

Anda mungkin juga menyukai