Anda di halaman 1dari 6

14 Cara Ampuh Memotivasi Karyawan Agar Semangat Bekerja

Motivasi ibarat bensin sebuah kendaraan. Jika tidak ada bensin, kendaraan tidak dapat beroperasi dengan baik. Demikian halnya
dengan motivasi karyawan di sebuah perusahaan.

Jika Anda seorang atasan, Anda harus selalu berusaha memotivasi karyawan Anda. Selain meningkatkan kerja sama tim,
karyawan yang termotivasi akan membantu Anda meraih profit yang ditargetkan secara elegan.

Bagaimana caranya? Berikut 14 cara ampuh yang bisa Anda lakukan.

1. Dengarkan dan hargai ide-ide baru karyawan

Setiap orang ingin didengarkan, tak terkecuali karyawan Anda. Berikan waktu Anda untuk mendengarkan ide-ide baru
karyawan. Hal ini membuktikan Anda seorang atasan yang berwibawa dan bijaksana.

Perusahaan yang baik memberi kesempatan bagi karyawan untuk mengembangkan kreativitas melalui ide-ide baru karyawan.
Setiap pendapat, pemikiran atau ide adalah hasil dari buah pikiran. Jadi terdapat sebuah proses berpikir sebelum pendapat atau
ide itu muncul di kepala karyawan Anda. Hargailah setiap pendapat atau ide yang diajukan oleh karyawan.

2. Pelihara hubungan sosial yang baik

Komunikasi dan interaksi yang baik antara Anda dan karyawan akan menumbuhkan hubungan yang lebih baik. Sikap peduli
Anda akan membuat karyawan merasa segan karena mereka diperhatikan oleh Anda.

Contoh kecil yang bisa Anda lakukan adalah kunjungan ke rumah karyawan. Kunjungan ini dilakukan untuk memelihara
hubungan sosial dengan karyawan. Mengenal dan mengetahui kondisi keluarga karyawan dapat memberi Anda gambaran akan
kepribadian dan karakter karyawan tersebut.

Hubungan sosial juga terjalin dari komunikasi yang baik antara Anda dan karyawan. Menurut Forbes.com Anda harus selalu
menularkan pengaruh positif dan koneksi emosional yang positif. Jika Anda marah-marah atau depresi, emosi ini akan
berpengaruh kepada karyawan Anda.

3. Bantu merencanakan karier karyawan

Tentu setiap karyawan ingin naik jabatan sehingga kariernya lebih baik. Jangan tutup mata terhadap karier karyawan Anda.
Lakukan penilaian kinerja karyawan. Rencanakan pelatihan yang sesuai untuk menumbuhkembangkan keterampilan yang
merupakan kelebihan karyawan tersebut, tidak hanya fokus pada kekurangan karyawan.

Menurut PakarKinerja.com, merencanakan karier karyawan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja. Perencanaan karier
karyawan dapat menjaga semangat karyawan agar tidak jenuh dengan posisinya saat ini dan tahu kapan ia akan naik jabatan
apabila kinerjanya terus meningkat.

4. Jelaskan peran karyawan terhadap perusahaan

Karyawan ingin mendapat pengakuaan bahwa mereka berkontribusi terhadap pencapaian visi, misi, dan nilai perusahaan.
Dengan demikian Anda harus memberi penjelasan tentang ketiga hal tersebut dan peran penting karyawan dalam meraihnya.

Buatlah karyawan merasakan bahwa tujuan perusahaan adalah tujuan mereka. Dengan kata lain, visi, misi, dan nilai perusahaan
adalah milik mereka sehingga mereka berusaha untuk turut serta mewujudkannya.

5. Apresiasi peningkatan kinerja sekecil apa pun

Anda sebaiknya memperhatikan setiap peningkatan kinerja karyawan Anda. Sekecil apa pun hal positif atau peningkatan
keterampilan yang telah diupayakan oleh karyawan, Anda harus mengapresiasinya. Pemberian apresiasi ini sangat penting untuk
meningkatkan motivasi kerja mereka.

Jangan hanya menuntut karyawan meningkatkan keterampilan di bidangnya. Percuma saja Anda meminta mereka belajar tetapi
tidak ada yang memberi evaluasi terhadap implementasi dari hal yang telah dipelajari.

6. Lakukan kontrol dengan sering muncul saat karyawan bekerja

Kehadiran Anda sebagai atasan tertinggi bisa berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan. Banyak karyawan yang malas
bekerja dan akhirnya demotivasi karena tidak pernah dikunjungi oleh atasannya. Bahkan atasan langsungnya terkesan tidak
peduli dengan hasil kerja keras bawahannya.
Upayakan sapa karyawan yang berpapasan dengan Anda. Selain itu, luangkan waktu Anda untuk datang ke ruangan mereka atau
saat mereka bekerja. Jangan segan-segan untuk membantu mereka apabila mereka mengalami kesulitan yang benar-benar tidak
bisa diselesaikan.

7. Bangun kepercayaan antara Anda dan karyawan

Kepercayaan adalah modal untuk hubungan kerja yang lebih baik. Bangun kepercayaan dengan mengutamakan kejujuran.
Jangan pernah berbohong atau bergosip tentang karyawan yang kurang Anda sukai kepada karyawan lain. Ini akan menjadi
bumerang bagi Anda karena kepercayaan karyawan terhadap Anda bisa runtuh.

Selain itu, membina komunikasi yang baik juga menjadi salah satu cara membangun kepercayaan. Harus ada dialog dua arah
apabila ingin membina komunikasi yang baik antara atasan dan karyawan. Anda mendengarkan karyawan dan sebaliknya
karyawan pun akan mendengarkan Anda. Dengan begitu terbangun kepercayaan yang membuat karyawan semakin semangat
bekerja.

8. Buat suasana kerja yang positif dan menyenangkan

Lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan kerap membuat karyawan semangat bekerja. Karyawan mendapat dorongan
dari luar diri yang mempengaruhi mereka untuk tetap positif sehingga bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat
waktu.

Sebagai atasan tertinggi, Anda hendaknya membuat suasana kerja menjadi lebih positif. Tentu saja Anda harus memelihara
pemikiran positif terlebih dahulu. Jika Anda memiliki karakter positif dan selalu melihat bahwa segala sesuatu ada jalan
keluarnya, akan sangat mudah menciptakan suasana kerja yang positif dan menyenangkan untuk meningkatkan motivasi
karyawan Anda.

9. Dorong karyawan untuk terus belajar dan berkembang

Jangan pernah memandang rendah bawahan Anda. Seperti Anda, karyawan adalah pribadi yang unik dengan kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Rangkul mereka sebagai teman dan saudara. Dorong mereka untuk terus belajar dan
mengembangkan keterampilan mereka.

Jika perlu, beri mereka kata-kata motivasi untuk terus bersemangat. Jika Anda tidak tahu kata-kata motivasi yang bagus, silakan
lihat di postingan ini.

Jangan sesekali Anda merasa terancam dengan adanya karyawan yang lebih terampil di satu bidang. Malah, Anda harus
mengembangkannya sehingga ia terus berkeinginan untuk belajar dan bertumbuh. Tentu Anda akan belajar sesuatu yang
berharga dari karyawan tersebut.

10. Berwibawalah namun tidak kaku

Menjadi atasan yang berwibawa adalah sebuah tantangan yang menarik dan harus Anda taklukkan. Karyawan menjadi semakin
segan apabila Anda mengupayakan cara-cara untuk menjadi atasan yang berwibawa dan bijaksana dalam mengambil keputusan
terkait kesejahteraan karyawan.

Tak ada salahnya jika Anda selalu menyapa bawahan terlebih dahulu dan aktif mengikuti acara yang diselenggarakan bawahan
Anda. Jangan pikir Anda harus dihormati terlebih dahulu hanya karena Anda adalah bos mereka.

Selain itu, upayakan untuk tidak terlalu kaku dalam mengambil keputusan. Simak dan pertimbangkan suara karyawan Anda.

11. Rencanakan waktu gathering dan refreshing bersama

Quality time tidak hanya diupayakan untuk anggota keluarga. Atasan yang peduli dengan karyawannya akan meluangkan waktu
yang berkualitas untuk sekedar berkumpul atau ngobrol ringan saat coffee break.

Melulu berbicara tentang pekerjaan membuat karyawan jenuh. Ada waktunya Anda harus melakukan kegiatan seperti family
gathering atau refreshing bersama. Ingat, jangan membahas soal pekerjaan saat Anda dan karyawan sedang menikmati kegiatan
tersebut.

12. Berikan perhatian dan human touch

Tentu setiap karyawan ingin mendapat perhatian dari atasannya. Tunjukkan jika Anda adalah atasan yang memperhatikan
karyawan.Tingkatkan kepedulian Anda kepada karyawan, tetapi tetap dalam batas wajar.

Memberi hak cuti kepada karyawan yang sedang ditimpa musibah atau bencana bisa jadi salah satu bentuk kepedulian Anda.
Tunjukkan simpati Anda sebagai atasan yang memperhatikan bawahannya.

13. Jadi contoh yang baik


Selalu menjadi contoh yang baik untuk bawahan Anda. Salah satu contohnya dengan selalu hadir lebih pagi. Banyak hal yang
bisa Anda lakukan dengan datang lebih pagi. Pun, ide-ide segar biasanya diperoleh saat pagi dalam suasana masih hening.

Jangan lihat perubahannya hari ini, tapi lihat beberapa minggu atau bulan ke depan. Banyak karyawan akan rajin datang tepat
waktu karena melihat Anda memberi contoh yang baik kepada mereka.

14. Beri insentif atau bonus yang adil

Walaupun uang bukan motivasi terbesar karyawan dalam bekerja, Anda tetap harus memperhatikannya. Insentif atau bonus yang
adil membuat karyawan berpikir bahwa perusahaan memberi hak karyawan secara profesional. Tentu hal ini akan berpengaruh
terhadap meningkatnya semangat kerja karyawan. Jika ia melakukan lebih, ia akan mendapatkan lebih. Sounds fair?

Motivasi karyawan perlu ditingkatkan agar mereka lebih berkinerja, bekerja dengan profesional dan betah menjadi karyawan di
perusahaan Anda. Jangan sampai mereka mengundurkan diri hanya karena tidak ada motivasi kerja. Lakukan cara-cara
memotivasi karyawan tersebut secara konsisten sehingga mencapai hasil yang maksimal.

Apakah Anda sudah merasa bahagia dan mencintai pekerjaan Anda, selain sekedar menerima gaji/tunjangan Anda saja?

Sebuah survei terbaru yang dilakukan oleh Ranstad mengungkapkan bahwa 56 persen karyawan di Singapura berencana untuk
mengundurkan diri dalam waktu dua tahun karena kompensasi perusahaan yang tidak memuaskan.

Memang, beberapa pimpinan perusahaan merasa dilema, beberapa rela menganggarkan uangnya pada karyawan terbaik mereka
jika itu berarti mempertahankan karyawan untuk sementara waktu lebih lama. Sayangnya, kebanyakan dari perusahaan tidak
memiliki anggaran yang memungkinkan untuk merekrut karyawan baru yang memuaskan seperti kinerja karyawan yang lebih
senior. Jadi apa yang harus dilakukan pimpinan untuk menjaga karyawan-karyawannya bahagia di bawah anggaran yang ketat
agar mereka betah dengan pekerjaannya?

Kuncinya adalah menjaga dan memenuhi kebutuhan karyawan pada tingkat emosionalnya. Dengan kata lain, karyawan perlu
untuk dicintai, hindari sentimental. Srvei juga menemukan bahwa selain tidak dibayar cukup, karyawan yang paling tergoda
untuk resign (mengundurkan diri) dihadapkan dengan ketidakkeseimbangan kerja dan kehidupan miskin serta suasana yang
negatif di lingkungna kerjanya. Sebuah lingkungan kantor dengan hubungan yang tulus antara pimpinan dan karyawan dapat
banyak membantu.

Berikut Sharing di Sini 10 Hal yang Dibutuhkan Karyawan Selain Uang.


1. Support dan ketegasan

Bos yang sentimentil akan cenderung memperlakukan staf mereka seperti pemula di sebuah kamp. Dia hanya dapat memerintah
dengan kaku, sehingga membuat jarak antara pimpinan dan karyawan menjadi tidak nyaman. Pemberian peringatan dengan
keras akan membuat emosional karyawan down dan tidak nyaman. Sebaiknya dihindari hal tersebut. Agar karyawan tetap
bekerja dengan baik dan mengapresiasi perusahaan, support dan ketegasan pimpinan kepada anak buah sangat dibutuhkan
(bukan kekerasan/kegarangan). Dengan memegang kendali emosional anak buah, justru akan membuat karyawan bertahan pada
perusahaan.

2. Apresiasi / penghargaan

Ada sebuah sikap yang dapat membuat karyawan bahagia lebih dari sekadar uang gaji atau tunjangan. Yakni sebuah apresiasi.
Jika Anda tidak bisa membayar mereka dalam jumlah yang belum layak, setidaknya ekspresikan betapa bersyukurnya Anda atas
kerja keras mereka. Ucapan terima kasih, merupakan upaya mengahragai kepada karyawan. Misalnya adalah kepedulian
terhadap keluarga karyawan (setidaknya bertanya mengenai kabar keluarga), pujian kepada karyawan atas pekerjaan yang tealh
ia selesaikan, menghargai waktu berjam-jam atas keseriusannya menyelesaikan pekerjaan, sejauh mana dia telah membaik (jika
saat karyawan sedang sakit), dan lainnya.

3. Keseimbangan pekerjaan dengan kehidupan

Sebagai bos, sangat mudah untuk mengatur agar karyawan menghabiskan lebih banyak waktu di tempat kerja dari yang
seharusnya. Jika sekali-kali saja mungkin masih dapat diterima, ketika volume pekerjaan menumpuk. Namun, jika hal ini
berlaku setiap hari, tentu akan membuat karyawan berfikir kembali, Apakah pekerjaan yang ia jalani sudah sesuai dengan uang
yang diterima serta keseimbangan dengan kehidupannya, yakni keluarga. Terutama bagi yang sudah berkeluarga atau wanita
yang sudah mempunyai anak, tentu hal ini sangat berat. Hal tersebut tidak jarang membuat banyak karyawan mengeluh bahkan
mengundurkan diri. Dan pada akhirnya karyawan akan berada di titik tertentu, dimana keinginan karyawan Anda untuk hidup
bahagia akan lebih besar daripada keinginannya untuk mengabdi pada perusahaan tempat ia bekerja. Jadi jangan pernah
melarang saat karyawan butuh cuti semantara waktu, berlibur sejenak untuk menghilangkan kepenatan rutinitas kantor.

4. Persahabatan

Karyawan sangat menginginkan suasana yang kondusif di tempat kerja. Suasana yang bersahabat sehingga para karyawan dapat
konsentrasi bekerja dengan baik. Suasana yang bersahabat ini yaitu antara pimpinan dan karyawan, serta antar sesama karyawan.
5. Pengakuan

Perbedaan antara pengakuan dan penghargaan adalah bahwa apresiasi/penghargaan bersifat pribadi/secara individu, sementara
pengakuan dilakukan di depan umum. Seorang karyawan akan merasa dihargai jika ada pengakuan dari pimpinan/perusahaan
bahwa hasil kerja seorang karyawan telah berkontribusi kepada keseluruhan perusahaan. Apa yang dilakukan seorang karyawan
adalah sangat penting untuk tim.

6. Kebanggaan bagi perusahaan

Karyawan membutuhkan perasaan bangga dan beruntung telah bekerja di perusahaan. Sehingga orang akan menilai seolah-olah
suatu kehormatan untuk dapat bekerja di perusahaan Anda.

7. Merasa di-manusia-kan

Suka atau tidak suka, karyawan bagaikan roda penggerak dalam mesin. Maka, perlakukan karyawan layaknya seperti manusia,
bukan robot. Jalin kedekatan hubungan antara pimpinan dan karyawan. Sekali-kali tanyakan kepada mereka tentang kehidupan
mereka. Tanyakan kepada mereka apa yang mereka inginkan untuk melepas stres pekerjaan yang menumpuk. Ingatkan kepada
karyawan untuk pulang jika mereka masih di kantor pukul 8 malam. Tunjukkan bahwa Anda (pimpinan) menghormati mereka
sebagai orang dengan memahami batas-batas mereka sebagai karyawan di jam kantor dan teman yang layak tidak kehilangan
waktu bersama keluarganya di luar jam kantor.

8. Sebuah tantangan intelektual

Karyawan membutuhkan sebuah penghargaan intelektual untuk membuktikan kemampuan dibidang intelektualnya. Pekerjaan
yang datar terkadang membuat karyawan merasa bosan dan tidak bersemangat. Terkadang ini juga membuat perasaan yang tidak
adil antara karyawan satu dan lainnya. Dengan sebuah tantangan intelektual akan membuat para karyawan lebih bersemangat
dalam bekerja. Misalnya adalah sebuah kesempatan untuk beasiswa, pelatihan atau jenjang karir, untuk karyawan yang
berprestasi baik dalam sebuah tugas., tentu saja suasana persaingan yang dibentuk harus kempetitif, adil dan profesional.

9. Sebuah lingkungan yang kondusif

Dalam bekerja, karyawan membutuhkan lingkungan perusahaan yang kondusif. Dalam hal ini adalah budaya dalam tempat
bekerja. Misalnya adalah suasana kebersamaan yang positif antara rekan, karyawan, bos yang baik hati dan membimbing.
Adanya biro yang menampung keluhan karyawan. Membangun kepercayaan di antara rekan seperusahaan, kebersamaan tim,
persamaan visi dan misi. Memperlakukan karyawan seperti orang yang mampu menjalani tugasnya dengan baik. Dalam hal ini
juga termasuk kondisi tempat kerja yang bagus, bersih, cerah, dan ketersediaan peralatan kantor yang memadahi.

10. Kesenangan

Dan poin yang terakhir adalah bahwa karyawan juga membuatuhkan sebuah kesenangan, hiburan, refreshing atau entertainment
dalam melepas beban pekerjaan. Contohnya adalah: merayakan hari-hari tertentu bersama rekan di perusahaan seperti: acara
makan besar hari raya, acara ulang tahun bos, makan besar ulang tahun perusahaan, perayaan proyek yang sukses, dinner
bersama tim, karaoke bersama rekan se kantor, event 17-an, acara outing, family fun day, mengadakan olahraga bersama
seminggu sekali + doorprice, dll. Hal hal unik lainnya yang menyenangkan dan membuat mereka bahagia.

Kisah ini saya kutip dari buku Setengah Isi Setengah Kosong karya Parlindungan Marpaung. Bagi yang sudah pernah membaca
sekedar hanya mengingatkan saja. Terutama para karyawan atau pegawai kiranya dapat menarik manfaat dari cerita ini.
Judulnya aslinya adalah EQ di Tempat Kerja, sengaja saya ganti dengan Judul kisah dua orang pegawai biar mudah diingat saja.
Kecerdasan Emosi (Emotional Intelligence=EQ) ini tidak khusus buat karyawan atau pegawai saja. EQ dapat diterapkan di
lingkungan mana saja karena intinya adalah tentang hubunga antar manusia. Berikut kisahnya :

Dua orang pegawai, sebut saja Badrun dan Bahrun sama-sama bergabung sebagai pegawai baru di sebuah kantor. Tingkat
kecerdasan yang mereka miliki (IQ) relatif sama.

Untuk meningkatkan kompetensi karyawan, kantor tempat mereka bekerja memberi kepada karyawan untuk mengambil
kuliah sore. Dalam hal ini, Badrun tampaknya lebih aktif, sedangkan Bahrun-karena kesibukannya-tidak memiliki kesempatan
serupa. Akan tetapi, pengetahuan Badrun yang semakin banyak ternyata tidak sebanding dengan caranya membawa diri di
tengah lingkungan kerja.

Kerapkali dia sok pintar dan memotong pembicaraan orang tanpa mengenali dulu isi pembicaraan tsb. Tidak hanya itu, banyak
keluhan yang muncul dari teman-temannya terhadap sikap Badrun. Hanya karena masalah sepele dia sering menunjukkan raut
muka tidak bersahabat, membanting telepon ketika idenya tidak diterima, dsb.

Alhasil, Badrun semakin tidak disenangi oleh pelanggan maupun rekan-rekan pegawai. Sementara si Bahrun, yang notabene
tidak memperoleh tambahan pengetahuan untuk mengembangkan diri ternyata memiliki tingkah laku yang berbeda dalam
membina relasi. Dia lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Baginya, teman-teman kerja dan atasan adalah orang
yang harus didengarkan serta dilayani sungguh-sungguh. Bahkan, di hadapan rekan-rekan kerja dan pimpinannya dia
memosisikan diri sebagai pelayan.

Bahrun tahu bagaimana membagi waktu yang proporsional antara kepentingan pribadi dan kepentingan perusahaan. Ketika
dia memegang dana anggaran belanja di kantor, dia mampu membuat pos tersendiri agar tidak berbaur dengan uang
pribadinya. Di tengah-tengah unit kerjanya dia adalah smart people pegawai yang disenangi. Alhasil, dalam waktu yang tidak
terlalu lama Bahrun telah dipromosikan menjadi salah satu pejabat dilingkungan perusahaannya, mendahului rekan
seangkatannya, Badrun.

Ilustrasi di atas kiranya dapat menunjukkan bahwa Kecerdasan Emosi (Emotional Intelligence=EQ) Bahrun lebih menonjol
dibandingkan Badrun. Dan tak dapat dipungkiri bahwa kemampuan mengelola emosi jelas merupakan hal yang mutlak
diperlukan dalam membina hubungan antar sesama manusia karena penilaian sikap dan perilaku kita bukan dinilai oleh diri
sendiri tetapi kita dinilai oleh orang lain.

Mengenai penjelasan tentang EQ ini akan saya tulis pada postingan selanjutnya.

Mengembangkan Mental Juara

Hidup memang senantiasa penuh kompetisi. Di dunia bisnis, fokus kompetisi adalah menghasilkan kualitas terbaik,
memenangkan tender-tender bergengsi, juga memenangkan loyalitas pelanggan. Kompetisi juga jelas terlihat, di dunia
pendidikan, politik, ekonomi, misalnya, dengan ditampilkannya peringkat daya saing bangsa, survei popularitas pejabat, indeks
korupsi lembaga, dan lain-lain. Kita seringkali kecut bila mendengar berita kekalahan, baik itu kalahnya tim sepakbola,
turunnya angka daya saing tenaga kerja, atau turunnya nilai ekspor handicraft. Sungguh berbeda rasanya saat kita mendengar
berita kemenangan, seperti kemenangan Indonesia dalam ajang Sea Games yang baru lalu. Kita seolah lega dan otomatis
berteriak bangga Kita Bisa!.

Seminggu lalu, saya mendengar dari teman saya, Susbandono, mengenai beberapa putra Indonesia yang berprestasi dalam ajang
kompetisi fisika tingkat dunia, WOPHO (Word Physics Olympiad), yaitu Dr Oki Gunawan, Christian Emor, dan Evan Laksono.
Edwin Tanin yang masih SMA pun, meraih medali emas pembuat soal eksperimen, padahal pemenang untuk soal-soal sejenis
ini biasanya adalah profesor atau S3 yang sudah mumpuni di bidang fisika. Bukankah hal-hal seperti ini sungguh
membanggakan?

Kompetisi yang kita hadapi semestinya membuat kita bisa mengembangkan mental juara, dan bukan sebaliknya menumbuhkan
pesimisme. Bagaimana dengan kompetisi pemilihan karyawan terbaik? Ada anggapan kompetisi semacam ini dinilai tidak
bergigi, bahkan sifatnya seolah bergilir seperti arisan. Kita memang tidak bisa berpikir sempit dan melihat kompetisi sebagai
sebuah ajang pendek, karena ia sesungguhnya berlangsung terus dari hari ke hari, dan merupakan penggerak pertumbuhan, baik
itu individu, tim, bahkan organisasi.
Di ruang pelatihan atlet olimpiade di Amerika, tertera tulisan di tiap pintu, loker, bahkan area bilas pemain: Not Every Four
Years: EVERYDAY. Tulisan sederhana ini dimaksudkan untuk mengingatkan bahwa excellence datang dari latihan dan
penguasan sehari-hari, bukan pada saat saat menjelang pertandingan saja. Inilah yang ingin ditumbuhkan oleh perusahaan dan
berbagai kompetisi seperti employee of the year. Tentunya perusahaan ingin agar karyawan mempunyai naluri fight yang
tumbuh dari kompetisi semacam ini, sekaligus melatih kita fokus pada pengembangan diri, dan menyuburkan mentalitas juara
sepanjang waktu.

Di mana garis finish Anda?


Beberapa orang, bila ditanya mengenai apa sasaran karier atau bahkan sasaran hidupnya, tidak bisa menjawab dengan segera.
Banyak pula pejabat senior di perusahaan yang tidak bisa dengan gamblang menceriterakan kapan dan bagaimana kelanjutan
karier atau perkembangan perusahaan berdasarkan pengetahuannya. Sangat berbeda bila orang terbiasa dengan kompetisi dan
terasah memiliki mentalitas juara. Kompetisi membantu perusahaan mendorong karyawan berdiskusi, berkomunikasi, dan
menyusun sasarannya dengan lebih jelas. Kompetisi bisa bermanfaat untuk membantu individu melihat sasaran ke depan sebagai
sesuatu garis finish sementara, atau batu loncatan. Adanya persaingan, otomatis membuat individu memikirkan kekuatan dan
area pengembangan dirinya, sekaligus mendorong ia membayangkan peluang-peluang untuk sukses.

Manusia memang pada dasarnya berorientasi pada sasaran. Otak kita bekerja untuk mencari solusi, setiap kita mempunyai
sasaran. Keinginan individu untuk mempunyai penghasilan akan membuat ia melamar pekerjaan. Pertanyaannya, apakah kita
biasa memperjelas sasaran dan membuat standar yang tinggi? Apakah kita terbiasa melakukan evaluasi dan melecut diri untuk
terus memikirkan pengembangan diri? Bila kita memiliki sasaran tinggi, otomatis kita juga jadi biasa berlari. Sasaran yang
sedang-sedang saja membuat individu pun tidak bersemangat. Itu sebabnya pimpinan perlu juga terus mendorong individu untuk
meletakkan sasaran-sasaran yang menantang. Kunci kesuksesan akan terletak pada the will to win, yang harus diasah setiap
hari sehingga individu mempersiapkan diri untuk meraih sukses dari waktu ke waktu. Keinginan untuk menang hanya bisa
dipelihara bila individu memang terus memperbaiki fokus dan konsentrasinya dalam pekerjaan sehari-hari. Jadi, setiap orang
bisa jadi juara.

Bertanding sebagai gaya hidup


Kita tidak bisa menutup mata bahwa memang banyak orang menumbuhkan sikap pesimis akut karena melihat kegagalan, dan
kecewa terhadap situasi yang ada di masyarakat atau pemerintahan. Bahayanya, sikap pesimis ini bisa terbawa juga ke tempat
kerja. Bayangkan apa jadinya bila di tempat kerja kita tidak mempunyai sikap optimis untuk berprestasi dan berkontribusi? Apa
jadinya bila setiap inisiatif atau program kerja baru senantiasa disikapi dengan sinis dan skeptis? Sikap pesimis sudah pasti
membuat kita menularkan kemacetan dan semata membawa kita jalan di tempat. Bila kita peduli pada pengembangan diri dan
pertumbuhan perusahaan, jalan terbaiknya adalah mengadopsi mental juara, memandang kompetisi sebagai gaya hidup yang
memicu adrenalin dan gairah untuk berprestasi. Big results setidaknya sudah musti ada di pikiran kita dulu.

Kita tahu bahwa keluarga perenang, Nasution, berlatih setiap subuh, sore, dan malam, sehingga bisa mencatat prestasi
mengesankan di ajang internasional. Kita tidak bisa hanya menjadi penonton, dan tidak bergerak mengadaptasi kebiasaan-
kebiasaan juara. Bila ingin menjadi pelari marathon, maka kita mesti mengadaptasi kebiasaan pelari marathon. Bila ingin
menjadi penulis, maka habit penulis harus menjadi habit kita. Bila ingin jadi pemenang, maka habit pemenang sudah harus kita
jalankan. Jangan lupa bahwa Your choices create your outcomes. Your habits create your outcomes.
Mental juara adalah efek kumulatif dari setting dan achieving sasaran kerja sehari-hari, dan tidak mentolerir standar kerja
yang rendah. Individu di lingkungan yang kompetitif sudah biasa mengukur kemampuan, selalu percaya diri, dan biasa jatuh
bangun dalam pencapaian sasaran. Mentalnya bukan mental Let it Happen, tetapi Make it Happen. Selamat Berkompetisi!

Anda mungkin juga menyukai