Anda di halaman 1dari 26

HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN

CABAI SERTA PENGENDALIANNYA

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN


(BPTP) JAMBI
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN
PERTANIAN
2014
HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN CABAI
SERTA PENGENDALIANNYA

Araz Meilin

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN


(BPTP) JAMBI
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTRIAN PERTANIAN
2014
HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN CABAI
SERTA PENGENDALIANNYA

Penanggung Jawab : Ir. Endrizal, M.Sc


(Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi)

Dewan Redaksi

Ketua:
Rima Purnamayani, SP, M.Si

Anggota:
Endang Susilawati, S.Pt

Tata Letak & Desain Sampul:


Eva Salvia, SP
Farida

Diterbitkan Oleh:
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Jambi Alamat :
Jl. Samarinda Paal V Kotabaru Jambi
36128, Jl. Raya Jambi – Palembang KM16
Desa Pondok Meja, Kec. Mestong, Kab. Muaro Jambi
Telepon: 0741-40174/7053525, Fax: 0741-40413
e-mail: bptp-jambi@litbang.deptan.go.id /
bptp_jambi@yahoo.com
website:jambi.litbang.deptan.go.id
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena


atas berkat dan rahmatNya penyusunan booklet Hama dan
Penyakit pada Tanaman Cabai Serta Pengendaliannya dapat
diselesaikan.

Penyusunan booklet ini dimaksudkan untuk membantu pelaku


usaha pengembangan Cabai dalam melaksanakan budidaya
Cabai.

Mudah-mudahan booklet ini dapat bermanfaat bagi pelaku


usaha budidaya Cabai, penyuluh pertanian dan petugas
lainnya.

Jambi, Agustus 2014


Kepala Balai,

Ir. Endrizal, M.Sc


19580101 198503 1 001
DAFTAR ISI

Hal
Kata Pengantar.......................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................ii
Daftar Gambar......................................................................................iii
I. Hama Penting pada Tanaman Cabai...................................1
1. Thrips (Thrips parvispinus Karny).................................1
2. Lalat Buah (Bactrocera sp)..............................................3
3. Kutu Kebul (Bemisia tabaci)............................................5
4. Kutu Daun Persik (Myzus persicae)..............................7
5. Kutu Daun (Aphididae).....................................................8
6. Tungau (Polyphagotarsonemus latus dan
Tetranychus).....................................................................10
II. Penyakit Penting pada Tanaman........................................11
1. Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f. Sp)...........11
2. Penyakit Layu Bakteri Ralstonia (Ralstonia
solanacearum)..................................................................12
3. Penyakit Busuk Buah Antraknosa
(Collectrotichum gloeospoiroides).............................14
4. Penyakit virus Kuning (Gemini virus).........................16
5. Penyakit Bercak Daun (Cercospora sp.)...................18
Sumber Bacaan...................................................................................20

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

1. Gejala serangan Thrips.........................................................1


2. Perangkap warna kuning.....................................................3
3. Gejala serangan lalat buah..................................................3
4. Perangkap lalat Buah............................................................4
5. Kutu tebal..................................................................................4
6. Kutu daun..................................................................................8
7. Gejala serangan tungau.....................................................10
8. Serangan layu Fusarium pada cabai merah................11
9. Layu Bakteeri pada cabai merah.....................................13
10. Busuk Buah antraknosa..................................................... 15
11. Serangan gemini virus pada tanaman...........................17
12. Gejala bercak daun Cercospora.......................................18

iii
I. Hama Penting pada Tanaman Cabai
1. Thrips ( Thrips parvispinus Karny)
(Thripidae:Thysanoptera) a. Gejala serangan :

Gambar 1. Gejala serangan Thrips


(Foto: Surahmat, 2011)
Hama ini menyerang tanaman dengan menghisap
cairan permukaan bawah daun (terutama daun-daun muda).
Serangan ditandai dengan adanya bercak keperak - perakkan.
Daun yang terserang berubah warna menjadi coklat tembaga,
mengeriting atau keriput dan akhirnya mati. Pada serangan
berat menyebabkan daun, tunas atau pucuk menggulung ke
dalam dan muncul benjolan seperti tumor, pertumbuhan
tanaman terhambat dan kerdil bahkan pucuk tanaman
menjadi mati.

Hama ini merupakan vektor penyakit virus mosaik dan


virus keriting. Pada musim kemarau perkembangan hama
sangat cepat, sehingga populasi lebih tinggi sedangkan pada
musim penghujan populasinya akan berkurang karena banyak
thrips yang mati akibat tercuci oleh air hujan.
Hama ini bersifat polifag dengan tanaman inang utama
cabai, bawang merah, bawang daun, jenis bawang lainnya
dan tomat, sedangkan tanaman inang lainnya tembakau, kopi,
ubi jalar, waluh, bayam, kentang, kapas, tanaman dari famili
Crusiferae, Crotalaria dan kacang-kacangan.

b. Cara Pengendalian :

 Menggunakan tanaman perangkap seperti kenikir


kuning.
 Menggunakan mulsa perak
 Sanitasi lingkungan dan pemotongan bagian tanaman
yang terserang thrips.
 Penggunaan perangkap warna kuning sebanyak 40 buah
2
per ha atau 2 buah per 500 m yang dipasang sejak
tanaman berumur 2 minggu. Perangkap dapat dibuat
dari potongan bambu yang dipasang plastik map warna
kuning. Plastik diolesi dengan lem agar thrips yang
tertarik menempel. Apabila plastik sudah penuh dengan
thrips maka plastik perlu diganti.
 Pemanfaatan musuh alami yang potensial untuk
mengendalikan hama thrips, antara lain predator
kumbang Coccinellidae, tungau, predator larva
Chrysopidae, kepik Anthocoridae dan patogen
Entomophthora sp.

2
Gambar 2. Perangkap Warna Kuning

 Pestisida digunakan apabila populasi hama atau


kerusakan tanaman telah mencapai ambang
pengendalian (serangan mencapai lebih atau sama
dengan 15% per tanaman contoh) atau cara-cara
pengendalian lainnya tidak dapat menekan populasi
hama.

2. Lalat Buah (Bactrocera sp.)

Gambar 3. Gejala Serangan Lalat Buah


(Foto: Surahmat, 2011)

3
a. Gejala serangan :

Lalat buah menyebabkan kerusakan pada buah cabai


yang masih muda maupun buah yang sudah matang. Buah
yang terserang akan membusuk dan kemudian jatuh ke tanah.
Gejala awal terlihat dari adanya titik hitam pada bagian
pangkal buah, titik hitam pada pangkal buah muncul karena
aktifitas lalat buah dewasa yang memasukkan telurnya pada
buah cabai. Telur tersebut akan menetas dan berkembang di
dalam buah cabai. Larva yang terdapat di dalam buah
menimbulkan kerusakan dari dalam, buah menjadi berwarna
kuning pucat dan layu. Kualitas buah cabai yang terserang
hama ini akan menurun dan tidak layak untuk dipasarkan.

Serangan berat terjadi pada musim hujan disebabkan


oleh bekas tusukan ovipositor serangga betina terkontaminasi
oleh cendawan sehingga buah yang terserang menjadi busuk
dan jatuh ke tanah.

b. Pengendalian:

 Pemusnahan buah terserang


 Pembungkusan buah
 Pengggunaan perangkap atraktan metil eugenol (ME)
atau petrogenol sebanyak 1 ml/perangkap. Jumlah
perangkap yang dibutuhkan 40 buah/Ha. Perangkap
dipasang pada saat tanaman berumur 2 minggu sampai
akhir panen dan atraktan diganti setiap 2 minggu sekali.
 Rotasi tanaman
 Pemanfaatan musuh alami antara lain parasitoid larva
dan pupa (Biosteres sp, Opius sp), predator semut,
Arachnidae (laba – laba), Staphylinidae (kumbang) dan
Dermatera (Cecopet).

4
Pengendalian secara kimiawi dilakukan apabila cara – cara
pengendalian lainnya tidak dapat menekan populasi hama.
Pestisida yang digunakan harus efektif, terdaftar dan sesuai
anjuran.

Gambar 4. Perangkap Lalat Buah

3. Kutu Kebul (Bemisia tabaci)

Gambar 5. Kutu

Kebul a. Gejala serangan :

Gejala serangan pada daun berupa bercak nekrotik,


disebabkan oleh rusaknya sel-sel dan jaringan daun akibat
5
serangan nimfa dan serangga dewasa. Pada saat populasi
tinggi, serangan kutu kebul dapat menghambat pertumbuhan
tanaman. Embun muda yang dikeluarkan oleh kutu kebul
dapat menimbulkan serangan jamur jelaga yang berwarna
hitam, menyerang berbagai stadia tanaman. Keberadaan
embun jelaga menyebabkan terganggunya proses fotosintesis
pada daun.

Kisaran inang serangga ini cukup luas dan dapat


mencapai populasi yang besar dalam waktu yang cepat
apabila kondisi lingkungan menguntungkan. Beberapa
tanaman pertanian yang menjadi inang kutu kebul adalah
kentang, timun, melon, labu, terong, cabai, lettuce dan
brokoli. Selain kerusakan langsung oleh isapan imago dan
nimfa, kutu kebul sangat berbahaya karena dapat bertindak
sebagai vektor virus. Sampai saat ini tercatat 60 jenis virus
yang ditularkan oleh kutu kebul antara lain Geminivirus,
Closterovirus, Nepovirus, Carlavirus, Potyvirus, Rod-shape
DNA Virus.

b. Pengendalian :

 Pemanfaatan musuh alami, seperti predator, parasitoid


dan patogen serangga.
 Predator yang diketahui efektif terhadap kutu kebul,
antara lain Menochilus sexmaculatus (mampu
memangsa larva Bemisia tabaci sebanyak 200 – 400
larva/hari), Coccinella septempunctata, Scymus
syriacus, Chrysoperla carnea, Scrangium
parcesetosum, Orius albidipennis, dll.
 Parasitoid yang diketahui efektif menyerang B. Tabaci
adalah Encarcia adrianae (15 spesies), E. Tricolor,
Eretmocerus corni (4 spesies), sedangkan jenis
6
patogen yang menyerang B. Tabaci, antara lain Bacillus
thuringiensis, Paecilomyces farinorus dan Eretmocerus.
 Penggunaan perangkap kuning dapat dipadukan
dengan pengendalian secara fisik/mekanik dan
penggunaan insektisida secara selektif. Dengan cara
tersebut populasi hama dapat ditekan dan kerusakan
yang ditimbulkannya dapat dicapai dalam waktu yang
relatif lebih cepat.
 Sanitasi lingkungan
 Tumpangsari antara cabai dengan Tagetes,
penanaman jagung disekitar tanaman cabai sebagai
tanaman perangkap.
 Sistem pergiliran tanaman (rotasi) dengan tanaman
bukan inang, seperti tanaman kentang dan mentimun.
 Penggunaan pestisida selektif sebagai alternatif
terakhir antara lain Permethrin, Amitraz, Fenoxycarb,
Imidacloprid, Bifenthrin, Deltamethrin, Buprofezin,
Endosulphan dan asefat.

4. Kutu Daun Persik (Myzus persicae)

Kutu daun yang berada pada permukaan bawah daun


mengisap cairan daun muda dan bagian tanaman yang masih
muda. Daun yang terserang akan tampak berbercak-bercak.
Hal ini akan menyebabkan daun menjadi keriting. Pada bagian
tanaman yang terserang akan didapati kutu yang
bergerombol. Bila terjadi serangan berat daun akan berkerut-
kerut (menjadi keriput), tumbuhnya kerdil, berwarna
kekuningan, daun-daunnya terpuntir, menggulung kemudian
layu dan mati. Kutu daun persik merupakan hama yang
menjadi hama utama karena beberapa alasan diantaranya
mampu bertahan hidup pada hampir semua tanaman
7
budidaya, merupakan penular yang paling efisien
dibandingkan hama lainnya.

Tanaman inangnya lebih dari 400 jenis, dengan inang


utama pada sayuran adalah cabai, kentang dan tomat. Kutu
ini dapat berperan sebagai vektor lebih dari 90 jenis virus
penyakit pada sekitar 30 famili tanaman antara lain meliputi
jenis kacang-kacangan, bit-gula, tebu, kubis-kubisan, tomat,
kentang, jeruk dan tembakau.
Populasi hama ini dapat meningkat pada musim
kemarau, seballiknya pada musim hujan populasi akan turun

Pengendalian hama kutu daun ini dapat dilakukan


dengan penyemprotan insektisida, bila populasi tinggi
(ambang batas), yaitu lebih dari 50 setiap tanaman pada
tanaman muda, tanaman pindahan, hampir panen. Musuh
alami kutu daun ini dapat berupa parasitoid yaitu Diaretiella
rapae, sedangkan predator yang berfungsi sebagai musuh
alami dari hama ini seperti kumbang macan, laba-laba, larva
dari syrphid, dan belalang sembah.

5. Kutu Daun (Aphididae)

Gambar 6. Kutu daun


8
Serangan berat biasanya terjadi pada musim kemarau.
Bagian tanaman yang diserang oleh nimfa dan imago biasanya
pucuk tanaman dan daun muda. Daun yang diserang akan
mengkerut, mengeriting dan melingkar, menyebabkan
pertumbuhan tanaman terhambat dan tanaman menjadi kerdil.
Hama ini juga mengeluarkan cairan manis seperti madu, yang
biasanya disebut dengan embun madu. Embun madu menarik
datangnya semut dan cendawan jelaga. Adanya cendawan pada
buah dapat menurunkan kualitas buah.

Aphid juga dapat berperan sebagai vektor virus (50


jenis virus) seperti, Papaya Ringspot Virus, Watermelon
Mosaic Virus, Cucumber MosaicVirus (CMV).
Penyebaran hama ini sangat luas, meliputi daerah
beriklim tropis dan sedang kecuali Canada bagian utara dan
Asia bagian utara. Kisaran inang dari hama ini cukup luas,
seperti tanaman dari family Fabaceaae (Legumes, Lucerne),
Solanaceae, Cucurbitaceae dan asteraceae. Kutu daun
menyebabkan kerusakan yang cukup serius pada beberapa
tanaman sayuran, seperti asparagus, cabai, terong dan okra.
Selain tanaman sayuran, kutu daun juga menyebabkan
kerusakan yang cukup parah pada jeruk, kapas dan melon.

Pengendalian dapat dilakukan dengan


menginfestasikan musuh alami seperti, parasitoid Aphelinus
gossypi (Timberlake), Lysiphlebus testaceipes (Cresson),
predator Coccinella transversalis atau cendawan
entomopatogen Neozygites fresenii.

9
6. Tungau (Polyphagotarsonemus latus dan
Tetranychus sp.)

Gambar 7. Gejala serangan Tungau


(Foto: Spark, 2004)

Gejala Serangan:

Tungau menyerang daun-daun muda dengan cara


menghisap cairan tanaman dan menyebabkan kerusakan
sehingga terjadi perubahan bentuk menjadi abnormal dan
perubahan warna seperti daun menebal dan berubah warna
menjadi tembaga atau kecokelatan. Daun menjadi kaku dan
melengkung ke bawah, menyusut dan keriting. Tunas dan
bunga gugur. Serangan berat terjadi pada musim kemarau,
biasanya serangan bersamaan dengan serangan Thrips dan
kutu daun.

Pengendalian :

1. Sanitasi dengan mengeradikasi bagian tanaman yang


terserang kemudian dimusnahkan.

10
2. Pemanfaatan musuh alami yaitu predator Ambhyseins
cucumeris

3. Pengendalian dengan akarisida yang efektif, terdaftar dan


diijinkan Menteri Pertanian dilakukan apabila ditemukan
gejala kerusakan daun dan populasi tungau.

II. Penyakit Penting pada Tanaman


Cabai
Pada umumnya penyakit yang sering menyerang
tanaman cabai merah disebabkan oleh cendawan, terutama
disebabkan oleh lahan yang selalu lembab sehingga
memungkinkan cendawan berkembang dengan baik. Beberapa
jenis penyakit penting yang menyerang tanaman cabai merah,
antar lain :

1. Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f.sp)

Gambar 8. Serangan Layu Fusarium pada Cabai Merah


11
a. Gejala Serangan :

Daun yang terserang mengalami kelayuan mulai dari


bagian bawah, menguning danmenjalar ke atas ke ranting
muda. Bila infeksi berkembang tanaman menjadi layu. Warna
jaringan akar dan batang menjadi coklat. Tempat luka infeksi
tertutup hifa putih seperti kapas. Bila serangan terjadi pada
saat pertumbuhan tanaman maksimum, maka tanaman masih
dapat menghasilkan buah. Namun bila serangan sudah sampai
pada batang, maka buah kecil akan gugur.

b. Pengendalian:

 Sanitasi dengan mencabut dan memusnahkan tanaman


terserang
 Dianjurkan memanfaatkan agen antagonis
Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. yang
diaplikasikan bersamaan dengan pemupukan dasar.
 Penggunaan fungisida sesuai anjuran sebagai alternatif
terakhir.

2. Penyakit Layu Bakteri Ralstonia (Ralstonia


solanacearum)
a. Gejala Serangan :

Pada tanaman tua, layu pertama biasanya terjadi pada


daun yang terletak pada bagian bawah tanaman. Pada
tanaman muda, gejala layu mulai tampak pada daun bagian
atas tanaman. Setelah beberapa hari gejala layu diikuti oleh
layu yang tiba-tiba dan seluruh daun tanaman menjadi layu
permanen, sedangkan warna daun tetap hijau, kadang-kadang

12
sedikit kekuningan. Jaringan vaskuler dari batang bagian
bawah dan akar menjadi kecoklatan. Bila batang atau akar
dipotong melintang dan dicelupkan ke dalam air yang jernih,
maka akan keluar cairan keruh koloni bakteri yang melayang
dalam air menyerupai kepulan asap. Serangan pada buah
menyebabkan warna buah menjadi kekuningan dan busuk.
Infeksi terjadi melalui lentisel dan akan lebih cepat
berkembang bila ada luka mekanis. Penyakit berkembang
dengan cepat pada musim hujan.

Gambar 9. Layu Bakteri pada Cabai Merah

Penyakit ini disebabkan oleh Pseudomonas solanacearum,


bakteri ini ditularkan melalui tanah, benih, bibit, sisa-sisa
tanaman, pengairan, nematoda atau alat-alat pertanian. Selain
itu, bakteri ini mampu bertahan selama bertahun-tahun di
dalam tanah dalam keadaan tidak aktif. Penyakit ini cepat
meluas terutama di tanah dataran rendah.

13
b. Pengendalian :

 Kultur teknis dengan pergiliran tanaman, penggunaan


benih sehat dan sanitasi dengan mencabut dan
memusnahkan tanaman sakit.
 Dianjurkan memanfaatkan agen antagonis
Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. yang
diaplikasikan bersamaan dengan pemupukan dasar.
 Penggunaan bakterisida sesuai anjuran sebagai
alternatif terakhir.

3. Penyakit Busuk Buah Antraknosa (Collectrotichum


gloeospoiroides)

a. Gejala serangan :

Gejala awal penyakit ini ditandai dengan munculnya bercak


yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair, berwarna
hitam, orange dan coklat. Warna hitam merupakan struktur
dari cendawan (mikro skelerotia dan aservulus), apabila
kondisi lingkungan lembab tubuh buah akan berwarna orange
atau merah muda. Luka yang ditimbulkan akan semakin
melebar dan membentuk sebuah lingkaran konsentris dengan
ukuran diameter sekitar 30 mm atau lebih. Dalam waktu yang
tidak lama buah akan berubah menjadi coklat kehitaman dan
membusuk, ledakan penyakit ini sangat cepat pada musim
hujan. Serangan yang berat menyebabkan seluruh buah
keriput dan mengering. Warna kulit buah seperti jerami padi.

14
Gambar 10. Busuk Buah Antraknosa
(Foto: Meilin, 2014)

Penyakit ini menyerang bagian buah cabai, baik buah yang


masih muda maupun yang sudah masak. Cendawan ini
termasuk salah satu patogen yang terbawa oleh benih.
Penyebaran penyakit ini terjadi melalui percikan air, baik air
hujan maupun alat semprot. Suhu optimum bagi
perkembangan cendawan ini berkisar antara 20–24° C.

Penyakit ini menyerang bagian buah cabai, baik buah yang


masih muda maupun yang sudah masak. Cendawan ini
termasuk salah satu patogen yang terbawa oleh benih.
Penyebaran penyakit ini terjadi melalui percikan air, baik air
hujan maupun alat semprot. Suhu optimum bagi
perkembangan cendawan ini berkisar antara 20–24° C.

15
b. Pengendalian :

 Pencegahan dapat dilakukan dengan membersihkan


lahan dan tanaman yang terserang agar tidak
menyebar.
 Seleksi benih atau menggunakan benih cabai yang
tahan terhadap penyakit ini perlu dilakukan mengingat
penyakit ini termasuk patogen tular benih.
 Kultur teknis dengan pergiliran tanaman, penggunaan
benih sehat dan sanitasi dengan memotong dan
memusnahkan buah yang sakit.
 Penggunaan fungisida sesuai anjuran sebagai alternatif
terakhir. Hindari pengguanaan alat semprot, atau
lakukan sanitasi terlebih dahulu sebelum menggunakan
alat semprot.

4. Penyakit Virus kuning (Gemini Virus)


a. Gejala serangan :

Helai daun mengalami vein clearing dimulai dari daun


pucuk berkembang menjadi warna kuning jelas, tulang daun
menebal dan daun menggulung ke atas. Infeksi lanjut dari
gemini virus menyebabkan daun mengecil dan berwarna
kuning terang, tanaman kerdil dan tidak berbuah.

Keberadaan penyakit ini sangat merugikan karena


mampu mempengaruhi produksi buah.

16
Gambar 11. Serangan Gemini Virus pada Tanaman

Selain cabai virus ini juga mampu menyerang tanaman


tomat, buncis, gula bit, babadotan, atau tanaman pertanian
yang lain. Penyakit ini disebabkan oleh virus gemini dengan
diameter partikel isometri berukuran 18–22 nm. Virus gemini
mempunyai genome sirkular DNA tunggal. Virus dapat
ditularkan melalui penyambungan dan melalui vektor Bemisia
tabaci

b. Pengendalian :

 Mengendalikan serangga vektor virus kuning yaitu kutu


kebul (Bemisia tabaci) dengan menggunakan musuh
alami predator seperti Menochilus sexmaculatus atau
jamur patogen serangga seperti Beauveria bassiana
atau Verticillium lecani.
 Penanaman varietas tahan seperti hotchilli.
 Melakukan sanitasi lingkungan terutama tanaman
inang seperti ciplukan, terong, gulma bunga kancing.
 Pemupukan tambahan untuk meningkatkan daya tahan
tanaman sehingga tanaman tetap berproduksi
walaupun terserang virus kuning.

17
 Kultur teknik yang meliputi : perendaman benih,
penggunaan mulsa plastik (untuk menekan gulma
inang, populasi vektor, menunda perkembangan virus)
 Penanaman tanaman pembatas seperti jagung dan
tagetes.

5. Penyakit bercak daun (Cercospora sp.)

Gambar 12. Gejala bercak daun


Cercospora

a. Gejala Serangan :
Penyakit ini menimbulkan kerusakan pada daun, batang
dan akar. Gejala serangan penyakit ini mulai terlihat dari
munculnya bercak bulat berwarna coklat pada daun dan
kering, ukuran bercak bisa mencapai sekitar 1 inci. Pusat
bercak berwarna pucat sampai putih dengan warna tepi lebih
tua. Bercak yang tua dapat menyebabkan lubang-lubang.
Bercak daun mampu menimbulkan kerugian ekonomi yang
besar pada budidaya cabai, daun yang terserang akan layu
dan rontok. Penyakit bercak daun ini dapat menyerang
tanaman muda di persemaian, dan cenderung lebih banyak
18
menyerang tanaman tua. Serangan berat meyebabkan
tanaman cabai kehilangan hampir semua daunnya, kondisi ini
akan mempengaruhi kemampuan cabai dalam menghasilkan
buah.

Kondisi lingkungan yang selalu hujan mendukung


perkembangan dan penyebaran penyakit bercak daun. Pada
musim kemarau dan pada lahan yang mempunyai drainase
baik, penyakit layu kurang berkembang.

Pengendalian :

1. Sanitasi dengan cara memusnahkan dan atau sisa-sisa


tanaman yang terinfeksi/terserang

2. Menanam bibit yang bebas patogen pada lahan yang tidak


terkontaminasi oleh patogen, baik dipersemaian maupun di
lapangan

3. Perlakuan benih sebelum tanam

4. Perbaikan drainase

5. Waktu tanam yang tepat adalah musim kemarau dengan


irigasi yang baik dan pergiliran tanaman dengan tanaman
non solanaceae

6. Pengendalian kimia dapat dilakukan dengan fungisida


secara bijaksana, efektif, terdaftar dan diijinkan oleh
Menteri Pertanian, berpedoman pada peramalan cuaca dan
populasi spora di lapangan

19
SUMBER BACAAN

Anonim. 2009. Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya


Cabai Merah Kulon Progo. Dinas Pertanian Provinsi
Daeran Istimewa Yogyakarta.

Nurhayati. 2012. Virus Penyebab Penyakit Tanaman. Unsri


Press. Palembang.

Pracaya, 2008, Pengendalian Hama & Penyakit Tanaman


secara Organik, Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Spark, A.N., 2004. Broad mite Polyphagotarsonemus latus.


http://www. forestryimages.
org/browse/detail.cfm?imgnum=1328062

Surahmat, F. 2011. Pengelolaan Tanaman Cabai Keriting


Hibrida Tm 999 (Capsicum Annuum) Secara
Konvensional Dan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

20

Anda mungkin juga menyukai