Anda di halaman 1dari 14

KESEIMBANGAN ANTARA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

DALAM PELAKSANAAN NILAI-NILAI PANCASILA

Oleh:
Rifda Elpiya
201810160311110
Program Studi Manajemen
Universitas Muhammadiyah Malang

PENDAHULUAN
Hak merupakan kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang
semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat
oleh pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa
olehnya.
Sedangkan Kewajiban merupakan Sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh
rasa tanggung jawab. Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dilakukan,
keharusan, atau sesuatu hal yang harus dilaksanakan. Artinya, apabila seseorang
menjadi warga suatu negara, maka orang tersebut mempunyai hak dan kewajiban.
Hak dan kewajiban ini merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan, akan tetapi
akan jadi pertentangan bila tidak seimbang. Untuk mencapai keseimbangan
anatara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui posisi kita sendiri.
Sebagai seorang warga negara kita harus tahu hak dan kewajiban kita. Seperti
yang sudah tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang berlaku. Jika hak dan
kewajiban di Indonesia seimbang dan terpenuhi maka kehidupan masyarakat akan
aman dan sejahtera. Hak dan kewajiban di Indonesia ini tidak akan pernah
seimbang apabila masyarakat tidak bergerak untuk merubahnya. Karena para
pejabat tidak akan pernah merubahnya, walaupun rakyat menderita sekalipun.
Mereka lebih memikirkan bagaimana mendapatkan materi daripada memikirkan
rakyat, dan sampai saat ini masih banyak warga yang tidak mendapatkan haknya.
Oleh karena itu, kita sebgai warga negara yang berdemokrasi harus bangun dari
mimpi kita yang buruk ini dan merubahnya untuk medapatkan hak-hak dan tak
lupa melaksanakan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia.
Dalam UUD 1945 pada pasal 28 telah ditetapkan bahwa hak warga negara dan
penduduk untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan
maupun tulisan dan sebagainya. Pasal ini mencerminkan bahwa Indonesia bersifat
demokrasi.
Mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih baik dan maju dapat kita lakukan
dengan cara menjalankan hak-hak dan kewajiban kita sebagai warga negara
dengan seimbang. Sejatinya, kita sering menuntut hak namun melupakan sebuah
kewajiban kita. Jika hak dan kewajiban telah terpenuhi dan dilaksanakan dengan
baik, maka akan tercipta kehidupan yang harmonis, nyaman, tentram dan
sejahtera. Apabila hak dan kewajiban tidak seimbang dalam pelaksanannya akan
menimbulkan perselisihan dan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain. Oleh
karena itu, kita sebagai warga negara yang baik harus menegakkan hak dan
kewajiban dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita telah melaksanakannya dengan
baik, kita boleh menuntut hak kita sebagai warga negara kepada pemerintah.
Dengan begitu, rasa keadilan akan lebih terasa di tengah kehidupan yang rumit
ini.
Sebagaimana yang telah ditetapkan bahwasanya Hak dan Kewajiban Warga
Negara sudah tercantum dalam UUD 1945. Namun saat ini pelaksanaannya masih
saja tidak seimbang antara hak dan kewajibannya. Sebenarnya ini adalah tanggung
jawab bersama, mencari solusi yang tepat untuk pencapaian tersebut. Bisa
dikatakan faktornya bisa saja dari faktor pribadi maupun pemerintahan. Faktor
pemerintah sendiri masih mencerminkan hal yang negatif dalam
kepemimpinannya dalam membangun negeri ini. Sedangkan peran pemerintah
sang penting bagi bangsa dan negara ini sendiri, dan berpengaruh pada rakyatnya
yang mereka pimpin. Para pemerintah cenderung mementingkan kepentingaan
pribadinya dan melupakan kepentingan kesejahteraan masyarakatnya, dilihat dari
banyaknya kasusu korupsi yang dilakukan oleh para pemerintah. Jika hal tersebut
terus terjadi maka akan terjadinya ketidakseimbangan yang mengakibatkan
kesenjangan sosial yang berkepanjangan. Marilah memulai dari diri sendiri untuk
bergerak merubahnya agar mendapatkan hak – hak dan tak lupa melaksanakan
kewajiban sebagai warga negara Indonesia.
PEMBAHASAN
Hak dan Kewajiban Warga Negara
Hak dapat diartikan sebagai kuasa untuk menerima atau melakukan suatu
yang semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak
dapat oleh pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara
paksa olehnya sedangkan Kewajiban dapat diartikan sebagai sesuatu yang harus
dilakukan.
Hak dan Kewajiban sebagai warga negara  merupakan sesuatu yang tidak
mungkin dapat dipisahkan, Bahwa setiap warga negara memiliki hak dan
kewajiban untuk mendapatkan  perlindungan hukum, mendapatkan pekerjaan dan
penghidupan yang layak, berhak memilih, , memeluk serta meyakini kepercayaan
yang diyakininya, berhak mendapatkan kedudukan yang sama dimata hukum,
berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran , dan tentunya masih banyak hak-
hak kita sebagai warga Negara, tapi pada kenyataannya banyak warga negara
yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua itu
terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak
daripada kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada maka akan terjadi
kesenjangan sosial yang berkepanjangan. Akan Tetapi sebagai warga negara kita
jangan hanya menuntut hak-hak saja sebelum menjalankan kewajiban kita sebagai
warga Negara yang mempunyai tanggung jawab yang besar.
Sebagai komponen dari suatu bangsa, warga negara akan mendapatkan
kompensasi dari negaranya sebagai hak yang harus diperoleh, selain memberikan
kontribusi tanggung jawab sebagai kewajiban pada negaranya. Berikut ini
beberapa hak dan kewajiban yang dimiliki warga negara Indonesia yang telah
tercantum dalam undang-undang dasar 1945: a)  Hak atas kesamaan kedudukan
dalam hokum dan pemerintahan; b)    Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak; c) Kemerdekaan berserikat dan berkumpul; d)   Kemerdekaan memeluk
agama; e)   Hak dan kewajiban bela Negara; f) Hak mendapatkan pengajaran
Menjadi kewajiban pemerintah atau Negara hokum untuk mengatur pelaksanaan
dari pada hak-hak asasi ini, yang berarti menjamin pelaksanaannya, mengatur
pembatas-pembatasnya demi kepentingan umum, kepentingan bansa dan Negara.
Negara telah mengatur hak-hak serta kewajiban warga Negara dalam pembukaan
UUD1945, contohnya: dalam alinea yang pertama UUD’45 : “Hak kemerdekaan
yang dimiliki oleh segala bangsa didunia. Oleh sebab itu penjajahan dunia harus
dihauskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
prikeadilan…………….”
Dengan demikian maka kewajiban warga Negara adalah melaksanakan segala
aturan-aturan Negara dalam bernegara seperti: a) Pengamalan pancasila sebagai
pandangan hidup; b)  Pengamalan pancasila sebagai dasar Negara; c)  Pengamalan
pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dalam hidup sehari-hari.
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa hak dan kewajiban warga
negara merupakan wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Wujud
hubungan warga negara dan negara pada umumnya berupa peranan (role). Hak
kewajiban warga negara Indonesia tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal
31 UUD 1945. Hak- hak manusia pada hakikatnya berhubungan serta selaras
dengan kewajiban – kewajiban yang harus dilaksanakan. Jelaslah kiranya bahwa
memahami hak – hak yang kita miliki berarti pula menyadari  kewajiban
menjunjung tinggi hak serta kepentingan orang lain, misalnya: 1)  Setiap orang
mempunyai hak mencari rezeki dan memiliki sesuatu yang harus kita akui, akan
tetapi hak kebebasan mencari rezeki dan memiliki harta benda itu tidak boleh
merugikan dan mengganggu orang lain, 2)  Setiap orang bebas belajar menuntut
ilmu pengetahuan, akn tetapi ilmu pengetahuan yang diperoleh harus
dipergunakan untuk kesejahteraan manusia dan kemanusiaan kita tidak boleh
menyalahgunakan pengetahuan sehingga menyebabkan kerugian dan penderitaaan
umat manusia.

Pentingnya Keseimbangan Hak dan Kewajiban


Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan
tetapi terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa
setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan
yang layak, tetapi pada kenyataannya banyak warga negara yang belum
merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua itu terjadi karena
pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak daripada
kewajiban. Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki
pangkat akan tetapi mereka berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika
keadaannya seperti ini, maka tidak ada keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Jika keseimbangan itu tidak ada akan terjadi kesenjangan sosial yang
berkepanjangan.
Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara
mengetahui posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga negara harus tahu hak
dan kewajibannya. Seorang pejabat atau pemerintah pun harus tahu akan hak dan
kewajibannya. Seperti yang sudah tercantum dalam hukum dan aturan-aturan
yang berlaku. Jika hak dan kewajiban seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan
masyarakat akan aman sejahtera. Hak dan kewajiban di Indonesia ini tidak akan
pernah seimbang. Apabila masyarakat tidak bergerak untuk merubahnya. Karena
para pejabat tidak akan pernah merubahnya, walaupun rakyat banyak menderita
karena hal ini. Mereka lebih memikirkan bagaimana mendapatkan materi daripada
memikirkan rakyat, sampai saat ini masih banyak rakyat yang belum mendapatkan
haknya. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara yang berdemokrasi harus
bangun dari mimpi kita yang buruk ini dan merubahnya untuk mendapatkan hak-
hak dan tak lupa melaksanakan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia.
Sebenarnya warga Negara Indonesia masih banyak yang belum benar-benar
memahami apa sebenarnya hak dan kewajiban kita sebagai warga Negara yang
baik yang berada dalam lingkup peraturan mutlak yang disebutkan dalam UUD
1945. Kita hanya mengetahui tanpa memahami hak dengan mengimbanginya
dengan kewajiban. Terkadang kita hanya mementingkan hak-hak kita semata yang
harus kita dapatkan tanpa melaksanakan kewajiban yang semestinya sebagai
warga Negara. Bahkan hanya untuk menghargai hak orang lain pun kita masih
tidak dapat melakukannya. Berada di Negara yang bersifat demokratis seperti
Indonesia yang bebas mengeluarkan pendapat yang memiliki nilai toleransi tinggi
kita perlu memahami bahwa kesejahteraan bersama sangatlah perlu diciptakan di
tengah Negara yang memiliki banyak perbedaan seperti ini. Masih banyak sekali
yang harus diperbaiki dari semua bidang pemerintahan Negara Indonesia. Karena
semakin merajalelanya ketidakadilan yang menimbulkan kesengsaraan rakyat.
Para pejabat tinggi yang memiliki kekuasaan yang hanya mementingkan hak-
haknya saja tanpa melaksanakan kewajibannya dengan baik. Banyak yang telah
merasa bahwa kita telah melakukan kewajiban dan bukan hanya sekedar
mengerjakan namun bagaimana hasil dari apa yang kita kerjaan benar-benar
memberikan perubahan terhadap kemajuan Negara dengan baik padahal
kenyataannya kita hanya melakukan kewajiban seadanya. Akhirnya 
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan terhadap hak dan kewajiban dari
masing-masing warga Negara. Alasan pentingnya Menjaga Keseimbangan Antara
Hak Dan Kewajiban sebagai berikut, 1) Karena manusia adalah makhluk individu
sekaligus makhluk social, maka disamping memiliki hak di tuntut kewajiban
memperhatikan orang lain, 2) Kebahagiaan akan tercapai apabila dikembangkan 
hubungan selaras, serasi dan seimbang antara individu dan masyarakat, 3) Karena
kita warga Negara memiliki hak dan kewajiban yang sama tanpa membedakan
suku, keturunan, ras maupun kedudukan.
Untuk menciptakan keseimbangan antara hubungan hak dan kewajiban menurut
nilai-nilai dari Pancasila, ada tiga hal yang perlu diketahui antara lain : 1)
Hubungan Vertikal, Hubungan vertikal adalah hubungan manusia dengan Tuhan
Yang Maha Kuasa, seperti yang terealisasi dari nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha
Esa. Sila pertama dalam nilai Pancasila menjadi yang terutama dan pertama.
Relasi manusia dengan Tuhan, merupakan hal fundamental yang harus dihidupi.
Manusia wajib taat pada perintah Tuhan dan menghentikan segala larangan-Nya.
Manusia yang tunduk pada hukum Tuhan akan mendapat ganjarannya, manusia
akan memperoleh imbalan yang menjadi haknya di kemudian hari, tetapi tidak
diterima di dunia ini. Imbalan itu akan diterima pada akhir hayat nantinya.
Hubungan yang baik antara Tuhan sebagai pencipta dan manusia sebagai
ciptaanNya, hanya bisa tercipta bila manusia tunduk pada hukum Ilahi. Menurut
sila Ketuhanan Yang Maha Esa, manusia Indonesia disadarkan dan diingatkan
akan adanya Allah dengan sifat yang dimiliki-Nya. Pengenalan dan pengamalan
akan Allah, diharapkan manusia memiliki sikap dan tindakan yang tepat dalam
hubungannya dengan Allah. Sikap yang tepat dianjurkan dalam butir-butir P4
(pedoman, penghayatan, dan pengamalan Pancasila), sebagai pedoman untuk
menghayati dan mengamalkan Pancasila; 2) Hubungan Horizontal, Hubungan
horizontal adalah hubungan manusia dengan sesamanya, baik sebagai warga
masyarakat, warga bangsa dan warga negara. Sebagai warga negara memiliki
kewajiban kepada negara, misalnya membayar pajak. Sedangkan hak warga
negara yang harus diterima dari negara, misalnya infrastruktur (jalan raya, PAM,
Listrik, dan lain- lain). Sila kedua sangat menekankan sifat Kemanusiaan Yang
Adil dan Beradab. Manusia diharapkan menyadari keluhuran martabatnya sebagai
manusia. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih dan melaksanakan apa
yang dikehendakinya. Sikap saling mengakui, menghargai, menghormati, dan
menjunjung tinggi martabat kemanusiaan adalah sikap dasar dari pengamalan
Pancasila khususnya sila kedua; 3) Hubungan Alamiah, Hubungan alamiah adalah
hubungan manusia dengan alam sekitar, yang meliputi hewan, tumbuh-tumbuhan,
dan alam dengan segala isinya. Seluruh alam semesta dengan segala isinya
diperuntukkan bagi kelangsungan hidup manusia. Manusia juga memiliki
kewajiban untuk melestarikan alam dan kekayaan yang ada di dalamnya. Alam
juga mengalami penyusutan, sedangkan manusia semakin berkembang, dengan
demikian kebutuhannya juga bertambah. Memelihara kelestarian alam juga
merupakan kewajiban manusia, sebab alam sudah menyumbangkan banyak hal
untuk kelangsungan hidup manusia. Hubungan manusia dengan alam harus
seimbang antara kewajiban dan hak, sama seperti hubungan manusia dengan
masyarakat dan manusia dengan Tuhan. Pancasila adalah suatu pandangan hidup
atau ideologi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan
masyarakat atau bangsanya, dan manusia dengan alam lingkungannya.

Hak Warga Negara dalam Nilai Dasar Pancasila


Nilai dasar berkaitan dengan hakikat kelima sila Pancasila, yaitu: nilai
ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.
Nilai-nilai dasar tersebut bersifat universal, sehingga di dalamnya terkandung cita-
cita, tujuan, serta nilai-nilai yang baik dan benar. Selain itu, nilai ini bersifat tetap
dan melekat pada kelangsungan hidup negara. Hubungan antara hak dan
kewajiban warga negara dengan Pancasila dapat dijabarkan secara singkat sebagai
berikut :
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjamin hak warga negara untuk bebas
memeluk agama sesuai dengan kepercayaannya serta melaksanakan ibadah sesuai
dengan ajaran agamanya masing-masing. Sila pertama ini juga menggariskan
beberapa kewajiban warga negara untuk: a) membina kerja sama dan tolong-
menolong dengan pemeluk agama lain sesuai dengan situasi dan kondisi di
lingkungan masing-masing; b) mengembangkan toleransi antarumat beragama
menuju terwujudnya kehidupan yang serasi, selaras, dan seimbang; serta c) tidak
memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menempatkan hak setiap warga negara
pada kedudukan yang sama dalam hukum serta memiliki hak-hak yang sama
untuk mendapat jaminan dan perlindungan hukum. Adapun kewajiban warga
negara yang tersirat dalam sila kedua ini di antaranya kewajiban untuk : a)
memperlakukan orang lain sesuai harkat dan martabatnya sebagai makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa; b) mengakui persamaan derajat, hak, dan
kewajiban setiap manusia tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, jenis
kelamin, dan sebagainya; c) mengembangkan sikap saling mencintai sesama
manusia, tenggang rasa, dan tidak semena-mena kepada orang lain; serta d)
melakukan berbagai kegiatan kemanusiaan.
Sila Persatuan Indonesia menjamin hak-hak setiap warga negara dalam
keberagaman yang terjadi kepada masyarakat Indonesia seperti hak
mengembangkan budaya daerah untuk memperkaya budaya nasional. Sila ketiga
mengamanatkan kewajiban setiap warga negara untuk: a) menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan; b)
sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara; c) mencintai
tanah air dan bangsa Indonesia; d) mengembangkan persatuan Indonesia atas
dasar Bhinneka Tunggal Ika; serta e) memajukan pergaulan demi persatuan dan
kesatuan bangsa.
Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalamPermusyawaratan /Perwakilan dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan,
bernegara, dan bermasyarakat yang demokratis. Sila keempat menjamin
partisipasi politik warga negara yang diwujudkan dalam bentuk kebebasan
berpendapat dan berorganisasi serta hak berpartisipasi dalam pemilihan umum.
Sila keempat mengamanatkan setiap warga negara untuk: a) mengutamakan
musyawarah mufakat dalam setiap pengambilan keputusan; b) tidak memaksakan
kehendak kepada orang lain; dan c) memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil
rakyat yang telah terpilih untuk melaksanakan musyawarah dan menjalankan
tugas sebaik-baiknya.
Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia mengakui hak milik
perorangan dan dilindungi pemanfaatannya oleh negara serta memberi
kesempatan sebesar-besarnya kepada masyarakat. Sila kelima mengamanatkan
setiap warga negara untuk: a) mengembangkan sikap gotong royong dan
kekeluargaan dengan masyarakat di lingkungan sekitar; b) tidak melakukan
perbuatan yang merugikan kepentingan umum; dan c) suka bekerja keras.

Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam Nilai Instrumental Sila-Sila


Pancasila
Nilai instrumental pada dasarnya merupakan penjabaran dari nilai-nilai
dasar yang terkandung dalam Pancasila. Perwujudan nilai instrumental pada
umumnya berbentuk ketentuan-ketentuan konstitusional mulai dari undang-
undang dasar sampai dengan peraturan daerah. Pada bagian ini, Anda akan diajak
untuk menganalisis keberadaan hak dan kewajiban warga negara dalam UUD NRI
Tahun 1945.
a. Hak atas Kewarganegaraan
Siapakah yang menjadi warga negara dan penduduk Indonesia? Pasal 26 ayat (1)
dan (2) dengan tegas menjawab pertanyaan tersebut. Berdasarkan ketentuan pasal
tersebut, yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang- undang sebagai warga
negara. Adapun yang menjadi penduduk Indonesia ialah warga negara Indonesia
dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Pasal 26 merupakan jaminan
atas hak setiap orang untuk mendapatkan status kewarganegaraannya yang tidak
dapat dicabut secara semena-mena.
b. Kesamaan Kedudukan dalam Hukum dan Pemerintahan
Negara Republik Indonesia menganut asas bahwa setiap warga negara mempunyai
kedudukan yang sama dihadapan hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1)
menyatakan bahwa “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya”. Hal ini menunjukkan adanya keseimbangan antara
hak dan kewajiban dan tidak adanya diskriminasi di antara warga negara
mengenai kedua hal ini. Pasal 27 ayat (1) merupakan jaminan hak warga negara
atas kedudukan sama dalam hukum dan pemerintahan, serta merupakan kewajiban
warga negara untuk menjunjung hukum dan pemerintahan.
c. Hak atas Pekerjaan dan Penghidupan yang Layak Bagi Kemanusiaan
Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Berbagai peraturan
perundang-undangan yang mengatur hal ini, seperti yang terdapat dalam undang-
undang agraria, perkoperasian, penanaman modal, sistem pendidikan nasional,
tenaga kerja, perbankan, dan sebagainya yang bertujuan menciptakan lapangan
kerja agar warga negara memperoleh penghidupan layak.
d. Hak dan kewajiban bela negara
Pasal 27 ayat (3) menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya pembelaan negara”. Ketentuan tersebut menegaskan hak dan
kewajiban warga negara menjadi sebuah kesatuan. Dengan kata lain, upaya
pembelaan negara merupakan hak sekaligus menjadi kewajiban dari setiap warga
negara Indonesia.
e. Kemerdekaan Berserikat dan Berkumpul
Pasal 28 menetapkan hak warga negara untuk berserikat dan berkumpul, serta
mengeluarkan pikiran secara lisan maupun tulisan, dan sebagainya. Dalam
ketentuan ini, terdapat tiga hak warga negara, yaitu hak kebebasan berserikat, hak
kebebasan berkumpul, serta hak kebebasan untuk berpendapat. Dalam
melaksanakan ketiga hak tersebut, setiap warga negara berkewajiban mematuhi
berbagai ketentuan yang mengaturnya.
f. Kemerdekan Memeluk Agama
Pasal 29 ayat (1) menyatakan bahwa “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang
Maha Esa”. Ketentuan ayat ini menyatakan kepercayaan bangsa Indonesia
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian Pasal 29 ayat (2) menyatakan
“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.
Hal ini merupakan hak warga negara atas kebebasan beragama. Dalam konteks
kehidupan bangsa Indonesia, kebebasan beragama ini tidak diartikan bebas tidak
beragama, tetapi bebas untuk memeluk satu agama sesuai dengan keyakinan
masing-masing, serta bukan berarti pula bebas untuk mencampuradukkan ajaran
agama.
g. Pertahanan dan Keamanan Negara
Pertahanan dan keamanan negara dalam UUD NRI Tahun 1945 dinyatakan dalam
bentuk hak dan kewajiban yang dirumuskan dalam Pasal 30 ayat (1) dan (2).
Ketentuan tersebut menyatakan hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
h. Hak Mendapat Pendidikan
Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia tecermin dalam alinea
keempat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, yaitu pemerintah negara Indonesia
antara lain berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa. Pasal
31 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 menetapkan bahwa “Setiap warga negara
berhak mendapat pendidikan”. Ketentuan ini merupakan penegasan hak warga
negara untuk mendapatkan pendidikan. Selanjutnya, Pasal 31 ayat (2) ditegaskan
bahwa “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya”.
i. Kebudayaan Nasional Indonesia
Pasal 32 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 menetapkan bahwa “Negara memajukan
kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin
kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembang- kan nilai-nilai
budayanya”. Hal ini merupakan penegasan atas jaminan hak warga negara untuk
mengembangkan nilai-nilai budayanya. Kemudian, dalam Pasal 32 ayat (2),
disebutkan “Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai
kekayaan budaya nasional”.
j. Perekonomian Nasional
Pasal 33 UUD NRI Tahun 1945 mengatur tentang perekonomian nasional. Pasal
33 terdiri atas lima ayat, yaitu sebagai berikut:
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-
undang.
Ketentuan Pasal 33 ini merupakan jaminan hak warga negara atas usaha
perekonomian dan hak warga negara untuk mendapatkan kemakmuran.
k. Kesejahteraan Sosial
Masalah kesejahteraan sosial dalam UUD RI Tahun 1945 diatur dalam Pasal 34.
Pasal ini terdiri atas empat ayat, yaitu sebagai berikut.
Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruah rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan.
Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-
undang.
PENUTUP
Keseimbangan hak dan kewajiban warga negara dalam pelaksanaan nilai-nilai
Pancasila telah melekat pada individu manusia yang menjadi persyaratan demi
terlaksananya harmonisasi hak dan kewajiban manusia. Pancasila sebagai ideologi
negara Indonesia mengandung berbagai makna dalam pelaksanaanya terkait hak
dan kewajiban warga negara. Sebagai warga negara Indonesia kita hendaknya
terus mempertahankan dan menjunjung nilai-nilai Pancasila sebagai identitas
negara dan juga sebagai individu dalam negara Indonesia secara bermoral serta
berkarakter kebangsaan Indonesia. Oleh karenanya setiap manusia merupakan
makhluk yang memiliki kemampuan untuk dapat bermoral, menurut Borba (2008)
dalam Nina dan Nadiroh (2015), bahwa kemampuan tersebut adalah untuk
memahami hal-hal yang benar dan salah serta memiliki keyakinan etika yang kuat
dan tindakan berdasarkan hal itu yang dinamai dengan kecerdasan moral.
Kecerdasan moral tersebut dapat membuat seseorang mampu berperilaku baik
serta beretika. Namun keyakinan etika yang kuat tersebut perlu unuk ditumbuhkan
dan dikembangkan, sehingga dapat menajadi kemampuan yang cerdas dalam
melakukan tindakan bermoral, bahkan dapat dipelajari melalui proses pendidikan
di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
http://rakaraperz.blogspot.com/2016/12/makalah-hak-kewajiban-warga-negara-
indonesia.html
https://nurulhaj19.wordpress.com/hak-dan-kewajiban-warga-negara-indonesia/
https://manalor.wordpress.com/2018/07/14/substansi-hak-dan-kewajiban-warga-
negara-dalam-pancasila/
https://mail.google.com/mail/u/0/#inbox/QgrcJHrnrmlwHJvNWdhNLzmcbzHLB
KkQwNQ
https://manalor.wordpress.com/2018/07/14/substansi-hak-dan-kewajiban-warga-
negara-dalam-pancasila/
https://www.academia.edu/19753748/NILAI-
NILAI_PANCASILA_MENJADI_DASAR_DAN_ARAH_KEHIDUPAN_BAN
GSA_INDONESIA
https://www.plimbi.com/article/170234/implementasi-nilainilai-pancasila-
berdasarkan-kelima-silanya
https://www.researchgate.net/publication/330280019_Pemenuhan_Hak_dan_Kew
ajiban_Warga_Negara_Indonesia/download

Anda mungkin juga menyukai