Uraian Materi
b. Status Gizi
Status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan pada masa kehamilan,
karena faktor gizi sangat dipengaruhi terhadap status kesehatan ibu selama hamil
serta guna pertumbuhan dan perkembangan janin. Jika berat badan ibu hamil
kurang dari normal kemungkinan ibu beresiko keguguran, anak lahir premature,
berat badan lahir rendah, gangguan kekuatan rahim mengeluarkan anak, dan
pendarahan setelah persalinan. Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara garis
besar antara lain:
1) Asam folat, Asam folat ini berfungsi sebagai menurunkan resiko kerusakan
otak, kelainan neural, spina bifida, dan anansepalus, baik pada ibu hamil
normal maupun beresiko. Minimal pemberian asam folat dimulai dari 2 bulan
sebelum konsepsi dan berlanjut 3 bulan pertama kehamilan. Dosis pemberian
asam folat untuk preventif adalah 500 kg atau 0,5- 0,8 mg, sedangkan untuk
kelompok beresiko adalah 4 mg/hari. Bila kekurangan asam folat akan
menyebabkan anemia pada ibu dan cacat bayi yang dilahirkan.
2) Energi, kebutuhan energi ibu hamil adalah 285 kalori untuk proses tumbuh
kembang janin dan perubahan pada tubuh ibu.
3) Protein. Protein berfungsi sebagai menambah jaringan tubuh ibu seperti
jaringan
payudara dan rahim dan dapat diperoleh dari susu, telur, dan keju.
4) Zat besi (Fe), membutuhkan tabahan 700-800 mg zat besi. Jika kekurangan,
bisa terjadi perdarahan sehabis melahirkan.
5) Kalsium, berfungsi sebagai untuk pembentukan tulang dan gigi bayi.
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 500 mg/hari.
6) Vitamin D, berkaitan dengan zat kapur dan jika kekurangan zat kapur maka
pembentukan gigi geliginya dan lapisan luar gigi tidak sempurna.
7) Yodium, berfungsi sebagai mencegah gondongan dan jika kekurangan yodium
pada ibu hamil dapat menyebabkan janin menderita kretenisme, sebuah
ketidakmampuan yang mempengaruhi pemikiran.
8) Vitamin A, berfungsi sebagai mencegah rabun ayam, kebutaan dan membantu
tubuh untuk melawan infeksi.
c. Gaya hidup:
1) Substance abuse
Subtstance Abuse adalah pola psikoaktif dari penggunaan zat atau bahan yang
beresiko secara fisik bagi kesehatan ibu hamil dan janinnya, dapat memberikan
pengaruh juga secara psikologis. Pengaruh psikologis tersebut dalam bentuk
ketergantungan, kecanduan dan penyalahgunaan. Gejala- gejala gangguan
psikologis akibat substance abuse antara lain : ganggguan dalam sosialisasi,
gelisah, sifat lekas marah, halusinasi, euphoria atau ketagihan dan over dosis,
paranoid, stres.
2) Perokok
Hampir semua komplikasi pada plasenta dapat ditimbulkan oleh rokok
meliputi abortus, solusio plasenta, insufisiensi plasenta, berat badan lahir
rendah dan plasenta previa. Hal ini akan meningkatkan kematian neonatus dan
sindroma kematian bayi mendadak (SIDS). Selain itu komplikasi ketuban
pecah dini dan persalinan kurang bulan juga dapat terjadi. Seorang perokok
pasif akan mempunyai risiko yang sama dengan perokok aktif satu sampai
lima batang per hari. Perempuan yang merokok pada trimester kedua dan tiga
mempunyai risiko yang sama bila merokok selama kehamilan. Bayi yang lahir
dari seorang perokok bukan hanya mempunyai berat badan lahir rendah, tetapi
juga ukuran panjang tubuh, kepala dan dada yang lebih kecil, PH tali pusat
yang rendah dan menunjukan lebih banyak kelainan pada pemeriksaan
neurologic (Prawirohardjo, 2010).
2. Faktor Psikologis
1) Stressor Internal dan External
Stres yang terjadi pada ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan
janin. Janin dapat mengalami keterhambatan perkembangan atau gangguan emosi
saat lahir nanti jika stres pada ibu tidak tertangani dengan baik. Stres ini di bagi
menjadi dua, yaitu :
a) Stres Internal : Faktor psikologis yang mempengaruhi dalam kehamilan dapat
berasal dari dalam diri ibu hamil (internal). Faktor psikologis yang
mempengaruhi ibu hamil sendiri ialah latar belakang kepribadian ibu dan
pengaruh perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Ibu hamil
memiliki kepribadian immature atau kurang matang biasanya dijumpai pada
calon ibu dengan usia ibu yang masih sangat muda, introvet atau tidak mau
berbagi dengan orang lain.
b) Stres Eksternal : berasal dari orang lain, sikap penerimaan atau penolakan
orang lain terhadap individu. Penyebab lain dari stres dapat berasal dari
eksternal dimana terjadinya keretakan dalam rumah tangga, pengangguran atau
adanya kematian anggota keluarga.
Stres yang terjadi pada ibu hamil juga berasal dari support keluarga. Ibu
merupakan salah satu anggota keluarga yang sangat berpengaruh sehingga
perubahan apapun yang terjadi pada ibu akan mempengaruhi keadaan keluarga.
Bagi pasangan baru, kehamilan merupakan kondisi dari masa anak menjadi orang
tua sehingga kehamilan dianggap suatu krisis bagi kehidupan berkeluarga yang
dapat diikuti oleh stres dan kecemasan. Dukungan keluarga memegang peranan
yang besar dalam menentukan status kesehatan ibu, karena selama hamil ibu
mengalami perubahan fisik atau psikologis sehingga membuat emosi ibu hamil
labil.
2) Support Keluarga
Memberikan dukungan berbentuk perhatian, pengertian, kasih sayang pada
wanita dari ibu, terutama dari suami, anak jika sudah mempunyai anak dan
keluarga-keluarga dan kerabat. Hal ini untuk membantu ketenangan jiwa ibu hamil.
3) Substance abuse
Menurut pendapat Kusmiyati dkk (2008), Susbtance Abuse adalah perilaku
yang merugikan atau membahayakan bagi ibu hamil termasuk penyalahgunaan
atau penggunaan obat atau zat-zat tertentu yang membahayakan ibu hamil.
Jenis-jenis substance abuse antara lain, yaitu:
a) Penggunaan obat-obatan selama hamil
Periode intrauterin selama dua pekan sampai tiga bulan merupakan
masa perkembangan janin yang sangat peka terhadap efek obat yang dapat
mengakibatkan malformasi, karena pada masa inilah terbentuknya organ-
organ utama. Penggunaan obat selama kehamilan merupakan suatu
masalah khusus. Selama beberapa dekade diperkirakan bahwa plasenta
berfungsi sebagai rintangan (barrier) yang melindungi janin terhadap efek
merugikan dari obat-obatan. Tetapi ternyata bahwa kebanyakan obat dapat
secara pasif menembus atau ditransfer secara aktif melalui plasenta. Hal
ini terbukti secara drastis dan menyedihkan oleh peristiwa talidomida pada
permulaan tahun 1960, peristiwa itu menggambarkan tentang pengaruh
suatu obat terhadap janin selama masa kritis dari perkembangannya dapat
mengakibatkan defek fisik pada organ-organ tertentu (Tjay dan Rahardja,
2007).
Teratoginisitas merupakan penelitian mengenai perkembangan janin
abnormal dan merujuk pada abnormalitas struktural dan fungsional. Selain
molekul-molekul besar (seperti heparin), semua obat yang diberikan pada
ibu akan melintasi plasenta hingga derajat tertentu. Efek obat tertentu pada
janin tergantung pada dosis, waktu dan lama pajanan, serta faktor genetik
dan lingkungan yang masih belum didefinisikan secara jelas, yang saling
berinteraksi untuk menentukan kerentanan masing-masing janin terhadap
cedera struktural. Janin berada pada risiko tertinggi untuk mengalami
cedera selama embriogenesis (hari ke 17-54 pascakonsepsi), sedangkan
pajanan pada ayah tidak pernah terbukti bersifat teratogenik (Norwitz dan
Schorge, 2007).
Menurut Tjay dan Rahardja (2007), banyak ibu hamil memerlukan
pengobatan untuk keluhan-keluhan yang yang disebabkan oleh kehamilan,
misalnya mual dan muntah. Berikut beberapa prinsip harus dipatuhi pada
pemilihan obat selama kehamilan:
a) Sebaiknya menggunakan obat-obat yang sejak lama sudah digunakan
dalam praktek daripada obat-obat pengganti yang baru, walaupun obat
baru memiliki efek samping lebih sedikit bagi orang dewasa, tetapi
keamanannya bagi janin kurang jelas.
b) Untuk menurunkan risiko sejauh mungkin bagi janin sebaiknya digunakan
dosis obat yang paling rendah selama kehamilan. Hal ini sebetulnya
bertentangan karena sebagian wanita hamil justru membutuhkan dosis
obat yang lebih tinggi dari normal. Pada saat hamil tua berhubung
meningkatnya berat badan dan lebih cepatnya ekskresi “clearance” dari
berbagai obat, misalnya litium, digoksin dan fenitoin.
c) Wanita hamil tidak dianjurkan untuk menggunakan obat bebas (over-the-
counter-drugs) tanpa konsultasi dengan dokter, karena banyak faktor yang
dapat menimbulkan risiko bagi janin.
Tabel 1.2 Daftar beberapa obat atau zat dengan efek teratogenik pada
manusia.
Jenis Efek Utama
Thalidomide Phocomelia
DES Kecacatan traktus genitalia
Warfarin Hipoplasia hidunng, gangguan tulang
Androgens Maskulinisasi janin wanita
Folic acid Cacat pada kepala dan muka, pertumbuhan
antagonists janin terhambat.
Antikonvulsan Cacat pada kepala dan muka, pertumbuhan
Retinoic acid janin terhambat.
Alkohol Cacat kepala dan wajah, cacat jantung.
Cacat pada kepala dan muka, pertumbuhan
janin terhambat.
(Kusmiyati dkk, 2008).
4) Partner abuse
Partner abuse merupakan kekerasan atau penyiksaan yang dilakukan oleh
pasangan ibu hamil dan sangat berpengaruh terhadap proses kehamilan.
Kekerasan terebut dapat berupa kekerasan emosional,seksual atau fisik,
kekerasan seperti pemukulan, penyiksaan dibebani kerja berat. Kekerasan
psikologis seperti tidak di perhatikan, suami selingkuh, dimarahi tanpa sebab
yang pasti, istri menanggung beban keluarga, tingkah laku suami yang buruk
seperti mabuk,judi dan pemarah. Kekerasan terhadap wanita dapat terjadi pada
semua kebudayaan, pendidikan, ras, agama dan latar belakang sosial ekonomi.
Kekerasan terhadap wanita merupakan suatu bentuk kejantanan laki-laki
terhadap wanita. Seseorang wanita bagaikan sebuah benda, harta yang harus
tunduk pada peraturan rumah tangga dan patut mendapat kekerasan .
KEGIATAN BELAJAR 2:
KEBUTUHAN DASAAR IBU HAMIL SESUAI TAHAPAN PERKEMBAGANNYA
TERMASUK PMTCT DALAM KEHAMILAN
Uraian Materi
A. Kebutuhan psikologi ibu hamil trimester I, II, dan III
Perubahan psikologis selama kehamilan antara lain, yaitu:
1. Trimester I
Trimester pertama ini sering dirujuk sebagai masa penentuan. Penentuan untuk
menerima kenyataan bahwa ibu sedang hamil. Segera setelah konsepsi, kadar hormon
progesteron dan estrogen dalam tubuh akan meningkat dan ini menyebabkan
timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, lemah,lelah dan membesarnya payudara.
Ibu merasa tidak sehat dan sering kali membenci kehamilannya (Kamariyah dkk,
2014).
2. Trimester II
Trimester kedua sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan, saat ibu merasa
sehat. Ibu sudah menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi serta
pikirannya secara konstruktif (Kumalasari, 2015).
3. Trimester III
Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu dan waspada sebab pada saat
itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Rasa tidak nyaman akibat
kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya
jelek. Disamping itu, ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan
kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu
memerlukan keterangan dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan (Dewi dkk,
2011)
Tabel 2.1 Kebutuhan Psikologi pada Ibu Hamil Trimester I, II, dan III
Trimester Kebutuhan Psikologi
Support Keluarga Support dari tenaga Rasa aman dan nyaman
kesehatan dalam kehamilan
Memberikan Memberikan Menurut (Romauli,
dukungan pendidikan, 2011) mengungkapkan
berbentuk pengetahuan dari awal bahwa orang yang
perhatian, kehamilan sampai paling penting bagi
pengertian, kasih akhir kehamilan yang seorang wanita hamil
I
sayang pada wanita berbentuk konseling, biasanya ialah suami.
dari ibu, terutama penyuluhan, dan Wanita hamil yang
dari suami, anak pelayanan-pelayanan diberi perhatian dan
jika sudah kesehatan lainnya. kasih sayang oleh
mempunyai anak Contoh: keluhan mual suaminya menunjukkan
dan keluarga- dan muntah, bidan lebih sedikit gejala
keluarga dan akan menyarankan emosi dan fisik, lebih
kerabat. Hal ini sering makan tapi porsi sedikit komplikasi
untuk membantu sedikit, konsumsi persalinan, dan lebih
ketenangan jiwa biscuit pada malam mudah melakukan
II
ibu hamil. hari, sesuatu yang penyesuaian selama
manis (permen, dan jus masa nifas. Ada dua
buah), hindari kebutuhan utama yang
makanan yang ditunjukkan wanita
beraroma tajam, selama hamil antara
yakinkan bahwa situasi lain: menerima tanda-
ini akan berakhir saat tanda bahwa ia dicintai
bulan ke-4. dan dihargai, merasa
yakin akan penerimaan
III
pasangannya terhadap
sang anak yang
dikandung ibu sebagai
keluarga baru.
Pendidikan orang tua adalah sebagai proses pola untuk membantu orang tua dalam
perubahan dan peran ibu hamil. Pendidikan orang tua bertujuan untuk mempersiapkan
orang tua untuk menemukan tantangan dalam melahirkan anak dan segera menjadi orang
tua. Persiapan orang tua sebaiknya meliputi kedua calon orang tua yaitu istri dan suami
serta harus mencangkup tentang kehamilan. Pendekatan yang dilakukan bervariasi
dengan memperhatikan aspek fisik dan psikologis keduanya. Salah satu persiapan orang
tua dapat dilaksanakan dengan kelas pendidikan kelahiran atau kelas antenatal.
Manfaat pendidikan bagi calon orang tua antara lain: suatu kesempatan belajar
perubahan fisik selama hamil, persalinan dan setelahnya, mengetahui perubahan
psikologis, emosional, intelektual dan perubahan lingkungan yang terjadi dalam masa
kehamilan dan kelahiran bayi, mendapatkan support social dari orang tua yang
mempunyai pengalaman serupa dengan mereka, suatu cara belajar dengan sesama ibu
yang baru mempunyai seorang anak, membangun kepercayaan ibu dan suami dalam
menghadapi kelahiran dan persalinan.
Persiapan sibling dimana wanita telah mempunyai anak pertama atau kehamilan para
gravidum, yaitu persiapan anak untuk menghadapi kehadiran adiknya:
1. Support anak untuk ibu (wanita hamil) menemani ibu saat konsultasi dan kunjungan
saat perawatan akhir kehamilan untuk proses persalinan.
2. Apabila tidak dapat beradaptasi dengan baik dapat terjadi kemunduran perilaku,
misalnya mengisap jari, ngompol, nafsu makan berkurang, rewel.
3. Intervensi yang dapat dilakukan misalnya memberikan perhatian dan perlindungan
tinggi dan ikut dilibatkan dalam persiapan menghadapi kehamilan dan persalinan.
Adaptasi sibling tergantung dari perkembangan anak bila usia kurang dari 2 tahun:
Belum menyadari kehamilan ibunya, belum mengerti penjelasan. usia 2-4 tahun:
mulai berespon pada fisik ibu. Usia 4-5 tahun: senang melihat dan meraba
pergerakan janin. Usia sekolah: dapat menerima kenyataan, ingin mengetahui
terjadinya kehamilan dan persalinan.
Selama masa kehamilan ayah juga mengalami adaptasi peran yang cukup
menimbulkan stres tersendiri.
G. Respon emosi
Tabel 2.2 Respon Emosional pada Ibu Hamil
Dewi, Vivian Nanny Lia; Sunarsih, Tri. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jakarta :
Salemba Medika
Jordan VC. 1990. The only true antiestrogen is no estrogen. Mol Cell Endocrinol. 74:C91–
C95.
Kamariyah, Nurul, dkk. 2014. Buku Ajar Kehamilan untuk Mahasiswa dan Praktisi
Keperawatan serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Kusmiran, E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika.
Lutfiah Nur Aini, “Hubungan Pemahaman Tingkat Agama (Religiusitas) Dengan Perilaku
Seks Bebas Pada Remaja Di Sman 1 Bangsal Mojokerto,” Jurnal Keperawatan, Volume
01 / Nomor 01/ Januari 2011-Desember 2011.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC
Romauli,S. 2011. Buku Ajar Kebidanan Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Tjay, T.H, Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta: Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia.