Anda di halaman 1dari 15

KEGIATAN BELAJAR 1:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN DAN KEBUTAHAN


DASAE IBU HAMIL

Setelah menyelesaikan Unit kegiatan belajar ini


diharapkan mahasiswa mampu menerangkan faktor-
TUJUAN faktor yang mempengaruhi kehamilan dan kebutuhan
dasar ibu hamil

Uraian Materi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHAMILAN DAN


KEBUTUHAN DASAR IBU HAMIL
1. Faktor fisik
a. Status Kesehatan
Status kesehatan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
kondisi kesehatan ibu hamil. Pengaruh status kesehatan terhadap kehamilan antara
lain:
1) Penyakit atau komplikasi akibat langsung dari kehamilan, seperti hyperemesis
gravidarum, preeklamsi, kelainan lamanya kehamilan, kehamilan ektopik,
kelainan plasenta, atau selaput janin, pendarahan antepartum, dan gamelli.
2) Penyakit atau kelainan yang tidak langsung berhubungan dengan kehamilan.
Terdapat hubungan timbal balik dimana penyakit ini dapat memperberat serta
mempengaruhi kehamilan, contohnya:
a) Penyakit kelainan bagian kandungan seperti varises vulva, kelainan
bawaan, hematoma vulva, peradangan, gonorea, DM, kista bartholini,
fistula vagina, kista vagina, kelainan bawaan uterus, kelainan letak uterus,
tumor uteri, mioma uteri, karsinoma serviks, karsinoma korpus uteri.
b) Penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung, hipertensi, stenosis
aorta, jantung rematik, endokarditis.
c) Penyakit darah misalnya anemia karena kehamilan, leukimia, hemastosis
dan kelainan pembekuan darah, purpura trombositopeni,
hipofibrinogenemia.
d) Penyakit saluran nafas misalnya influenza, bronchitis, pneumonia, asma
bronkiale, TB paru.
e) Penyakit traktus digestivus misalnya ptialismus, kries, gingivitis, pirosis,
hernia diafragmatika gastritis, ileus, valvulusta, hernia, appendik, colitis,
megakolon, hemmorhoid.
f) Penyakit hepar misalnya hepatitis, rupture hepar, sirosis hepatis, ikterus,
atrofi hepar, penyakit pankreas.
g) Penyakit ginjal atau saluran kemih misalnya infeksi saluran kemih,
bakteriuria, sistisis, sindroma nefrotik, batu ginjal, tbc ginjal.
h) Penyakit endokrin misalnya diabetes dalam kehamilan, kelainan kelenjar
gondok, dan kelainan hipofisis.
i) Penyakit saraf misalnya korea gravidarum, epilepsia, pendarahan
intakranial, tumor otak, poliomyelitis.
j) Penyakit menular misalnya IMS, AIDS, kondolimata akuminata, tetanus,
erysipelas, difteri, lepra, torch, morbilli, campak, parotitis, variola, malaria
dan lain-lain.
Beberapa pengaruh penyakit terhadap kehamilan adalah terjadi abortus, intra
uterin fetal death, anemia berat, infeksi tranplasental, dismaturitas, shock,
pendarahan.

b. Status Gizi
Status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan pada masa kehamilan,
karena faktor gizi sangat dipengaruhi terhadap status kesehatan ibu selama hamil
serta guna pertumbuhan dan perkembangan janin. Jika berat badan ibu hamil
kurang dari normal kemungkinan ibu beresiko keguguran, anak lahir premature,
berat badan lahir rendah, gangguan kekuatan rahim mengeluarkan anak, dan
pendarahan setelah persalinan. Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara garis
besar antara lain:
1) Asam folat, Asam folat ini berfungsi sebagai menurunkan resiko kerusakan
otak, kelainan neural, spina bifida, dan anansepalus, baik pada ibu hamil
normal maupun beresiko. Minimal pemberian asam folat dimulai dari 2 bulan
sebelum konsepsi dan berlanjut 3 bulan pertama kehamilan. Dosis pemberian
asam folat untuk preventif adalah 500 kg atau 0,5- 0,8 mg, sedangkan untuk
kelompok beresiko adalah 4 mg/hari. Bila kekurangan asam folat akan
menyebabkan anemia pada ibu dan cacat bayi yang dilahirkan.
2) Energi, kebutuhan energi ibu hamil adalah 285 kalori untuk proses tumbuh
kembang janin dan perubahan pada tubuh ibu.
3) Protein. Protein berfungsi sebagai menambah jaringan tubuh ibu seperti
jaringan
payudara dan rahim dan dapat diperoleh dari susu, telur, dan keju.
4) Zat besi (Fe), membutuhkan tabahan 700-800 mg zat besi. Jika kekurangan,
bisa terjadi perdarahan sehabis melahirkan.
5) Kalsium, berfungsi sebagai untuk pembentukan tulang dan gigi bayi.
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 500 mg/hari.
6) Vitamin D, berkaitan dengan zat kapur dan jika kekurangan zat kapur maka
pembentukan gigi geliginya dan lapisan luar gigi tidak sempurna.
7) Yodium, berfungsi sebagai mencegah gondongan dan jika kekurangan yodium
pada ibu hamil dapat menyebabkan janin menderita kretenisme, sebuah
ketidakmampuan yang mempengaruhi pemikiran.
8) Vitamin A, berfungsi sebagai mencegah rabun ayam, kebutaan dan membantu
tubuh untuk melawan infeksi.

c. Gaya hidup:
1) Substance abuse
Subtstance Abuse adalah pola psikoaktif dari penggunaan zat atau bahan yang
beresiko secara fisik bagi kesehatan ibu hamil dan janinnya, dapat memberikan
pengaruh juga secara psikologis. Pengaruh psikologis tersebut dalam bentuk
ketergantungan, kecanduan dan penyalahgunaan. Gejala- gejala gangguan
psikologis akibat substance abuse antara lain : ganggguan dalam sosialisasi,
gelisah, sifat lekas marah, halusinasi, euphoria atau ketagihan dan over dosis,
paranoid, stres.
2) Perokok
Hampir semua komplikasi pada plasenta dapat ditimbulkan oleh rokok
meliputi abortus, solusio plasenta, insufisiensi plasenta, berat badan lahir
rendah dan plasenta previa. Hal ini akan meningkatkan kematian neonatus dan
sindroma kematian bayi mendadak (SIDS). Selain itu komplikasi ketuban
pecah dini dan persalinan kurang bulan juga dapat terjadi. Seorang perokok
pasif akan mempunyai risiko yang sama dengan perokok aktif satu sampai
lima batang per hari. Perempuan yang merokok pada trimester kedua dan tiga
mempunyai risiko yang sama bila merokok selama kehamilan. Bayi yang lahir
dari seorang perokok bukan hanya mempunyai berat badan lahir rendah, tetapi
juga ukuran panjang tubuh, kepala dan dada yang lebih kecil, PH tali pusat
yang rendah dan menunjukan lebih banyak kelainan pada pemeriksaan
neurologic (Prawirohardjo, 2010).

3) Hamil diluar nikah


Adapun Menurut Sarwono dalam Lutfiah Nur Aini,
kehamilan di luar nikah merupakan bentuk dari adanya perilaku seksual.
Dimana perilaku seksual ini berupa segala tingkah laku yang didorong
oleh hasrat seksual. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-
macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan,
bercumbu, dan bersenggama. Adapun menurut Sarlito Wirawan Sarwono
menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi hamil di luar nikah adalah
sebagai berikut:
a) Meningkatnya libido seksualitas, hal ini bisa terjadi apabila
seseorang memperoleh rangsangan dari luar yang ditangkap oleh indra,
berupa video porno, gambar porno, adanya sentuhan dari dari
lawan jenis, atau dipicu oleh faktor lain seperti cerita dewasa dan
lain-lain.
b) Penundaan usia perkawinan. Penundaan perkawinan ini bisa saja
menyebabkan seseorang menjadi lepas kontrol, karena hasrat dan
kebutuhan akan seks yang sudah mencapai waktunya namun belum
memperoleh penyaluran yang tepat, sehingga memicu adanya
perilaku seks.
c) Faktor pendidikan. Beberapa penulisan seperti penulisan yang
dilakukan oleh Elisabettelah membuktikan bahwa tingkat
permisivitas reponden yang berpendidikan tinggi dan rendah
hampir sama. Hasil uji statistik tidak menunjukkan adanya
hubungan antara pendidikan dengan sikap remaja terhadap
hubungan seks pranikah.
d) Faktor pergaulan bebas. Pergaulan ini mengarah kepada
internalisasi budaya-budaya barat, dan lebih mengesampingkan
sistem moral budaya Indonesia, khususnya di Jawa.

4) Kehamilan tidak diharapkan


Kehamilan tidak diinginkan (unwanted pregnancy) merupakan
terminology yang biasa dipakai untuk memberi istilah adanya kehamilan yang
tidak dikehendaki oleh wanita bersangkutan maupun lingkungannya.
Pengertian Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang
terjadi dikarenakan suatu sebab sehingga keberadaannya tidak diinginkan oleh
salah satu atau kedua calon orangtua bayi tersebut (Kusmiran, 2011).
Kehamilan tidak diinginkan berhubungan dengan meningkatnya risiko
morbiditas wanita dan dengan perilaku kesehatan selama kehamilan yang
berhubungan dengan efek yang buruk. Sebagai contoh, wanita yang pada
kehamilan tidak diinginkan mungkin menunda ke pelayanan prenatal yang
pada akhirnya akan mempengaruhi kesehatan bayinya (Mudzdalifah, 2008).
Kehamilan yang tidak diinginkan menimbulkan banyak kecemasan pada
wanita. Meskipun keputusan melakukan aborsi tampak tepat bagi mereka,
adanya penyesalan yang tidak dapat dielakkan. Wanita dapat mengalami
berbagai tahap berduka karena keputusan mereka, menyangkal, marah, depresi
dan menerima (Suzanne, 2012).

2. Faktor Psikologis
1) Stressor Internal dan External
Stres yang terjadi pada ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan
janin. Janin dapat mengalami keterhambatan perkembangan atau gangguan emosi
saat lahir nanti jika stres pada ibu tidak tertangani dengan baik. Stres ini di bagi
menjadi dua, yaitu :
a) Stres Internal : Faktor psikologis yang mempengaruhi dalam kehamilan dapat
berasal dari dalam diri ibu hamil (internal). Faktor psikologis yang
mempengaruhi ibu hamil sendiri ialah latar belakang kepribadian ibu dan
pengaruh perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Ibu hamil
memiliki kepribadian immature atau kurang matang biasanya dijumpai pada
calon ibu dengan usia ibu yang masih sangat muda, introvet atau tidak mau
berbagi dengan orang lain.
b) Stres Eksternal : berasal dari orang lain, sikap penerimaan atau penolakan
orang lain terhadap individu. Penyebab lain dari stres dapat berasal dari
eksternal dimana terjadinya keretakan dalam rumah tangga, pengangguran atau
adanya kematian anggota keluarga.
Stres yang terjadi pada ibu hamil juga berasal dari support keluarga. Ibu
merupakan salah satu anggota keluarga yang sangat berpengaruh sehingga
perubahan apapun yang terjadi pada ibu akan mempengaruhi keadaan keluarga.
Bagi pasangan baru, kehamilan merupakan kondisi dari masa anak menjadi orang
tua sehingga kehamilan dianggap suatu krisis bagi kehidupan berkeluarga yang
dapat diikuti oleh stres dan kecemasan. Dukungan keluarga memegang peranan
yang besar dalam menentukan status kesehatan ibu, karena selama hamil ibu
mengalami perubahan fisik atau psikologis sehingga membuat emosi ibu hamil
labil.
2) Support Keluarga
Memberikan dukungan berbentuk perhatian, pengertian, kasih sayang pada
wanita dari ibu, terutama dari suami, anak jika sudah mempunyai anak dan
keluarga-keluarga dan kerabat. Hal ini untuk membantu ketenangan jiwa ibu hamil.
3) Substance abuse
Menurut pendapat Kusmiyati dkk (2008), Susbtance Abuse adalah perilaku
yang merugikan atau membahayakan bagi ibu hamil termasuk penyalahgunaan
atau penggunaan obat atau zat-zat tertentu yang membahayakan ibu hamil.
Jenis-jenis substance abuse antara lain, yaitu:
a) Penggunaan obat-obatan selama hamil
Periode intrauterin selama dua pekan sampai tiga bulan merupakan
masa perkembangan janin yang sangat peka terhadap efek obat yang dapat
mengakibatkan malformasi, karena pada masa inilah terbentuknya organ-
organ utama. Penggunaan obat selama kehamilan merupakan suatu
masalah khusus. Selama beberapa dekade diperkirakan bahwa plasenta
berfungsi sebagai rintangan (barrier) yang melindungi janin terhadap efek
merugikan dari obat-obatan. Tetapi ternyata bahwa kebanyakan obat dapat
secara pasif menembus atau ditransfer secara aktif melalui plasenta. Hal
ini terbukti secara drastis dan menyedihkan oleh peristiwa talidomida pada
permulaan tahun 1960, peristiwa itu menggambarkan tentang pengaruh
suatu obat terhadap janin selama masa kritis dari perkembangannya dapat
mengakibatkan defek fisik pada organ-organ tertentu (Tjay dan Rahardja,
2007).
Teratoginisitas merupakan penelitian mengenai perkembangan janin
abnormal dan merujuk pada abnormalitas struktural dan fungsional. Selain
molekul-molekul besar (seperti heparin), semua obat yang diberikan pada
ibu akan melintasi plasenta hingga derajat tertentu. Efek obat tertentu pada
janin tergantung pada dosis, waktu dan lama pajanan, serta faktor genetik
dan lingkungan yang masih belum didefinisikan secara jelas, yang saling
berinteraksi untuk menentukan kerentanan masing-masing janin terhadap
cedera struktural. Janin berada pada risiko tertinggi untuk mengalami
cedera selama embriogenesis (hari ke 17-54 pascakonsepsi), sedangkan
pajanan pada ayah tidak pernah terbukti bersifat teratogenik (Norwitz dan
Schorge, 2007).
Menurut Tjay dan Rahardja (2007), banyak ibu hamil memerlukan
pengobatan untuk keluhan-keluhan yang yang disebabkan oleh kehamilan,
misalnya mual dan muntah. Berikut beberapa prinsip harus dipatuhi pada
pemilihan obat selama kehamilan:
a) Sebaiknya menggunakan obat-obat yang sejak lama sudah digunakan
dalam praktek daripada obat-obat pengganti yang baru, walaupun obat
baru memiliki efek samping lebih sedikit bagi orang dewasa, tetapi
keamanannya bagi janin kurang jelas.
b) Untuk menurunkan risiko sejauh mungkin bagi janin sebaiknya digunakan
dosis obat yang paling rendah selama kehamilan. Hal ini sebetulnya
bertentangan karena sebagian wanita hamil justru membutuhkan dosis
obat yang lebih tinggi dari normal. Pada saat hamil tua berhubung
meningkatnya berat badan dan lebih cepatnya ekskresi “clearance” dari
berbagai obat, misalnya litium, digoksin dan fenitoin.
c) Wanita hamil tidak dianjurkan untuk menggunakan obat bebas (over-the-
counter-drugs) tanpa konsultasi dengan dokter, karena banyak faktor yang
dapat menimbulkan risiko bagi janin.

Tabel 1.1 Daftar beberapa obat yang berpotensi membahayakan atau


menimbulkan kelainan pada janin.
Nama Obat Kemungkinan kelainan pada janin
Kloramfenikol Gangguan pernafasan, grey sindrom (sindrom
abu-abu)
Tetrasiklin Gangguan pertumbuhan tulang, perubahan
warna gigi, gigi rapuh
Dihidrosetreptomisin Tuli
Setreptomisin Gangguan keseimbangan
Amitriptin Iritabilitas neonatus
Amfetamin Iritabilitas, tidak mau menyusu,
takhikardi, malformasi
kardiovaskuler dan muskuluskeletal
Nitrofuratoin Gangguan dalam darah
Fenasetin Gangguan dalam darah
Nama Obat Kemungkinan kelainan pada janin
Anti diabetik per oral Kematian janin dalam kandungan
Anti kanker Trombositopenia, cacat bawaan
Anti malaria Kelainan konginetal
Aspirin IUGR
Ibuprofen Kontriksi duktus arteriosus
Paracetamol Dislokasi sendi pada dan clubfoot
Vitamin dengan dosis Kerusakan ginjal, defek susunan
tinggi saraf pusat dan kranifasial, skorbut,
ketidak mampuan belajar, kerusakan
hati dan tulang
(Kusmiyati dkk, 2008).

Tabel 1.2 Daftar beberapa obat atau zat dengan efek teratogenik pada
manusia.
Jenis Efek Utama
Thalidomide Phocomelia
DES Kecacatan traktus genitalia
Warfarin Hipoplasia hidunng, gangguan tulang
Androgens Maskulinisasi janin wanita
Folic acid Cacat pada kepala dan muka, pertumbuhan
antagonists janin terhambat.
Antikonvulsan Cacat pada kepala dan muka, pertumbuhan
Retinoic acid janin terhambat.
Alkohol Cacat kepala dan wajah, cacat jantung.
Cacat pada kepala dan muka, pertumbuhan
janin terhambat.
(Kusmiyati dkk, 2008).

4) Partner abuse
Partner abuse merupakan kekerasan atau penyiksaan yang dilakukan oleh
pasangan ibu hamil dan sangat berpengaruh terhadap proses kehamilan.
Kekerasan terebut dapat berupa kekerasan emosional,seksual atau fisik,
kekerasan seperti pemukulan, penyiksaan dibebani kerja berat. Kekerasan
psikologis seperti tidak di perhatikan, suami selingkuh, dimarahi tanpa sebab
yang pasti, istri menanggung beban keluarga, tingkah laku suami yang buruk
seperti mabuk,judi dan pemarah. Kekerasan terhadap wanita dapat terjadi pada
semua kebudayaan, pendidikan, ras, agama dan latar belakang sosial ekonomi.
Kekerasan terhadap wanita merupakan suatu bentuk kejantanan laki-laki
terhadap wanita. Seseorang wanita bagaikan sebuah benda, harta yang harus
tunduk pada peraturan rumah tangga dan patut mendapat kekerasan .

3. Faktor Lingkungan, sosial, budaya, ekonomi


1) Kebiasaan adat istiadat
Adat istiadat merupakan akar budaya masayarakat atau kebiasaan yang
dilakukan. Banyak sekali kebiasaan adat istiadat yang masih dipertahankan di
indonesia untuk mencapai keturunan yang baik secara psikis maupun jasmani.
Faktor sosial budaya yang mempengaruhi kehamilan seperti larangan ibu hamil
melihat orang menyembelih binatang, upacara tujuh bulan, kedekatan masyarakat
pada dukun beranak, ibu hamil harus makan dua kali lipat, ibu hamil tidak boleh
makan nanas, pisang ambon dan duren, minum es membuat janin besar, ibu hamil
tidak boleh makan daging kambing, minum air kelapa, minum jamu-jamuan
tradisional, minum air rebusan kacang hijau, peringatan 4 bulanan, ibu hamil tidak
boleh makan cabe, ibu hamil tidak boleh memasak sambil jongkok.
2) Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan, berfungsi sebagai menentukan kualtas pelayanan pada
ibu hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan adanya penyulit akan lebih tepat,
sehingga langkah antisipatif akan lebih cepat diambil serta adanya fasilitas
kesehatan ini dapat menurunkan angka kematian ibu hamil (AKI).
3) Ekonomi
Kehidupan berekonomi ada sejak maanusia dilahirkan. Kehidupan
berlangsung di lingkup keluarga maupun masyarakat. Dalam kehidupan seharihari
nampak berbagai kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam
hal ini, terdapat faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi kehamilan antara lain:
a) Ekonomi rendah menyebabkan gangguan emosi ibu hamil
b) Ekonomi rendah mempengaruhi gizi yang disebabkan gangguan makanan
c) Ekonomi rendah mempengaruhi banyaknya jumlah anak
d) Ekonomi rendah mempengaruhi saat terjadi pendarahan
e) Ekonomi rendah mempengaruhi banyaknya anak yang disebabkan kurangnya
penyuluhan keluarga berencana
f) Ekonomi rendah menyebabkan ibu yang sedang hamil dalam melakukan
g) pemeriksaan mendapatkan fasilitas pelayanan pemeriksaan yang tidak efektif
karena kurangnya biaya yang harus dikeluarkan
h) Ekonomi rendah menyebabkan ibu hamil yang pendidikannya rendah tidak
mengetahui tentang pemeriksaan kehamilan yang baik
i) Ekonomi rendah menyebabkan masyarakat khususnya ibu hamil bertempat
tinggal di daerah yang jauh dari pelayanan kesehatan
j) Ekonomi rendah menyebabkan ibu hamil berperan penting dalam
masalahtransportasi dan biaya lain yang mempengaruhi kehamilan

KEGIATAN BELAJAR 2:
KEBUTUHAN DASAAR IBU HAMIL SESUAI TAHAPAN PERKEMBAGANNYA
TERMASUK PMTCT DALAM KEHAMILAN

Setelah menyelesaikan Unit kegiatan belajar ini


diharapkan mahasiswa mampu menerangkan
TUJUAN kebutuhan dasaar ibu hamil sesuai tahapan
perkembagannya termasuk pmtct dalam kehamilan.

Uraian Materi
A. Kebutuhan psikologi ibu hamil trimester I, II, dan III
Perubahan psikologis selama kehamilan antara lain, yaitu:
1. Trimester I
Trimester pertama ini sering dirujuk sebagai masa penentuan. Penentuan untuk
menerima kenyataan bahwa ibu sedang hamil. Segera setelah konsepsi, kadar hormon
progesteron dan estrogen dalam tubuh akan meningkat dan ini menyebabkan
timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, lemah,lelah dan membesarnya payudara.
Ibu merasa tidak sehat dan sering kali membenci kehamilannya (Kamariyah dkk,
2014).
2. Trimester II
Trimester kedua sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan, saat ibu merasa
sehat. Ibu sudah menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi serta
pikirannya secara konstruktif (Kumalasari, 2015).
3. Trimester III
Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu dan waspada sebab pada saat
itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Rasa tidak nyaman akibat
kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya
jelek. Disamping itu, ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan
kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu
memerlukan keterangan dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan (Dewi dkk,
2011)

Tabel 2.1 Kebutuhan Psikologi pada Ibu Hamil Trimester I, II, dan III
Trimester Kebutuhan Psikologi
Support Keluarga Support dari tenaga Rasa aman dan nyaman
kesehatan dalam kehamilan
Memberikan Memberikan Menurut (Romauli,
dukungan pendidikan, 2011) mengungkapkan
berbentuk pengetahuan dari awal bahwa orang yang
perhatian, kehamilan sampai paling penting bagi
pengertian, kasih akhir kehamilan yang seorang wanita hamil
I
sayang pada wanita berbentuk konseling, biasanya ialah suami.
dari ibu, terutama penyuluhan, dan Wanita hamil yang
dari suami, anak pelayanan-pelayanan diberi perhatian dan
jika sudah kesehatan lainnya. kasih sayang oleh
mempunyai anak Contoh: keluhan mual suaminya menunjukkan
dan keluarga- dan muntah, bidan lebih sedikit gejala
keluarga dan akan menyarankan emosi dan fisik, lebih
kerabat. Hal ini sering makan tapi porsi sedikit komplikasi
untuk membantu sedikit, konsumsi persalinan, dan lebih
ketenangan jiwa biscuit pada malam mudah melakukan
II
ibu hamil. hari, sesuatu yang penyesuaian selama
manis (permen, dan jus masa nifas. Ada dua
buah), hindari kebutuhan utama yang
makanan yang ditunjukkan wanita
beraroma tajam, selama hamil antara
yakinkan bahwa situasi lain: menerima tanda-
ini akan berakhir saat tanda bahwa ia dicintai
bulan ke-4. dan dihargai, merasa
yakin akan penerimaan
III
pasangannya terhadap
sang anak yang
dikandung ibu sebagai
keluarga baru.

B. Persiapan menjadi orang tua

Menurut (Romauli, 2011) mengungkapkan bahwa persiapan orang tua harus


dipersiapkan karena setelah bayi lahir banyak perubahan peran yang terjadi, mulai dari
ibu, ayah, dan keluarga. Bagi pasangan yang baru pertama mempunyai anak, persiapan
dapat dilakukan dengan banyak berkonsultasi dengan orang yang mampu untuk membagi
pengalamannya dan memberikan nasihat mengenai persiapan menjadi orang tua. Bagi
pasangan yang sudah mempunyai lebih dari satu anak, dapat belajar dari pengalaman
mengasuh anak sebelumnya. Selain persiapan mental, yang tak kalah pentingnya adalah
persiapan ekonomi, karena bertambah anggota maka bertambah pula kebutuhannya.

Pendidikan orang tua adalah sebagai proses pola untuk membantu orang tua dalam
perubahan dan peran ibu hamil. Pendidikan orang tua bertujuan untuk mempersiapkan
orang tua untuk menemukan tantangan dalam melahirkan anak dan segera menjadi orang
tua. Persiapan orang tua sebaiknya meliputi kedua calon orang tua yaitu istri dan suami
serta harus mencangkup tentang kehamilan. Pendekatan yang dilakukan bervariasi
dengan memperhatikan aspek fisik dan psikologis keduanya. Salah satu persiapan orang
tua dapat dilaksanakan dengan kelas pendidikan kelahiran atau kelas antenatal.

Manfaat pendidikan bagi calon orang tua antara lain: suatu kesempatan belajar
perubahan fisik selama hamil, persalinan dan setelahnya, mengetahui perubahan
psikologis, emosional, intelektual dan perubahan lingkungan yang terjadi dalam masa
kehamilan dan kelahiran bayi, mendapatkan support social dari orang tua yang
mempunyai pengalaman serupa dengan mereka, suatu cara belajar dengan sesama ibu
yang baru mempunyai seorang anak, membangun kepercayaan ibu dan suami dalam
menghadapi kelahiran dan persalinan.

C. Respon terhadap citra tubuh


Wanita yang sedang hamil mempunyai gambaran citra tubuh yang negatif dan
percaya diri yang rendah serta merasa gemuk dan kurang menarik. Faktor penentu
ketidakpuasan citra tubuh pada saat kehamilan berupa perubahan bentuk dan berat badan.
Fase kehamilan wanita akan sangat rentan mengalami ketidakpuasan pada tubuhnya
dibanding fase lain pada masa hidupnya saat bentuk tubuhnya relatif stabil. Penafsiran
negatif juga ikut disematkan pada periode hamil, periode hamil diyakini merupakan
proses terjadinya perubahan citra tubuh menjadi negatif, sebab pada masa ini terjadinya
peningkatan berat badan dan berubahnya bentuk badan menjadi lebih gemuk.

D. Persiapan sibling/ saudara kandung

Persiapan sibling dimana wanita telah mempunyai anak pertama atau kehamilan para
gravidum, yaitu persiapan anak untuk menghadapi kehadiran adiknya:
1. Support anak untuk ibu (wanita hamil) menemani ibu saat konsultasi dan kunjungan
saat perawatan akhir kehamilan untuk proses persalinan.
2. Apabila tidak dapat beradaptasi dengan baik dapat terjadi kemunduran perilaku,
misalnya mengisap jari, ngompol, nafsu makan berkurang, rewel.
3. Intervensi yang dapat dilakukan misalnya memberikan perhatian dan perlindungan
tinggi dan ikut dilibatkan dalam persiapan menghadapi kehamilan dan persalinan.
Adaptasi sibling tergantung dari perkembangan anak bila usia kurang dari 2 tahun:
Belum menyadari kehamilan ibunya, belum mengerti penjelasan. usia 2-4 tahun:
mulai berespon pada fisik ibu. Usia 4-5 tahun: senang melihat dan meraba
pergerakan janin. Usia sekolah: dapat menerima kenyataan, ingin mengetahui
terjadinya kehamilan dan persalinan.

E. Perubahan pada paternal

Selama masa kehamilan ayah juga mengalami adaptasi peran yang cukup
menimbulkan stres tersendiri.

1. Sumber stres ayah


a. Masalah keuangan
b. Kondisi yang tidak diinginkan selama hamil
c. Cemas bayinya tidak sehat/ tidak normal
d. Khawatir tentang nyeri istrinya saat melahirkan.
e. Peran setelah melahirkan.
f. Perubahan hubungan dengan istri, keluarga, dan teman-temannya.
g. Kemampuan sebagai orang tua.

2. Perubahan psikologis ayah


Perubahan psikologis yang dialami oleh ayah dalam rangka pencapaian
penerimaan peran barunya sejalan dengan fase-fase yang dialami oleh ibu. Secara
umum ayah yang stres menyukai anak-anak, senang berperan sebagai ayah, dan
senang mengasuh anak, percaya diri dan mampu menjadi ayah, serta senang
membagi pengalamannya tentang kehamilan dan melahirkan dengan pasangannya.
a. Trimester I
1) Memberitahu keluarga, teman, dan relasi.
2) Sering bingung terhadap perubahan istrinya, meliputi perubahan perasaan
dan tubuhnya. Ia memperhatikan kebutuhan istrinya yang mudah lelah dan
menurunnya keinginan untuk berhubungan seksual.
3) Saat ini, anaknya adalah bayi yang “potensial”. Ayah sering dibayangkan
berinteraksi dengan anaknya yang sudah berusia 5 atau 6 tahun, walaupun
kehamilan istrinya belum kelihatan.
b. Trimester II
1) Peran ayah saat ini masih samar-samar , tetapi kebingungan atas
keterbatasannya menurun dengan melihat dan merasakan gerakan fetus.
2) Merasa lebih nyaman dengan dapat melihat anaknya pada USG.
3) Khawatir tentang pembagian peran anatara mencari nafkah dan membantu
istri mengurus anak. Pada tahap ini kadang timbul konflik pada pasangan
mengenai bagaimana ia akan menjadi ayah.
c. Trimester III
1) Persiapan yang nyata terlihat untuk kelahiran bayinya.
2) Terlibat dalam kelas bersama, mendampingi istri saat memeriksakan
kehamilannya.
3) Timbul rasa takut.
4) Timbul pertanyaan dalam benak, “Seperti apa menjadi orang tua?” atau
“Dapatkah ia membantu istrinya selam proses persalinan?”
5) Timbul rasa tidak percaya, seperti apakah ia akan benar-benar mempunayai
anak?
Jordan (1990) mendeskripsikan 3 proses perkembangan yang dialami oleh calon
ayah, yaitu mengaitkan dengan realitas akan kehamilan dan anak, mengenal peran
orang tua dari keluarga dan lingkungan masyarakat, serta berusaha melihat relevansi
akan childbearing.
F. Penerimaan terhadap kehamilan
Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap kenyataan bahwa dia sedang
mengandung. Penerimaan terhadap kenyataan ini dan arti semua ini bagi dirinya
merupakan tugas psikologis yang paling penting pada trimester pertama kehamilan.
Penerimaan ini biasanya terjadi pada akhir trimester pertama dan difasilitasi oleh
perasaan sendiri yang merasa cukup aman untuk mulai mengungkapkan perasaan-
perasaan yang menimbulka konflik yang ia alami. Sementara ini ketidaknyamanan pada
trimester pertama seperti nausea, kelemahan, perubahan nafsu makan, kepekaan
emosional, semua ini dapat mencerminkan konflik dan depresi yang ia alami pada saat
bersamaan hal-hal tersebut menjadi pengingat tentang kehamilan.
Beberapa wanita terutama mereka yang telah merencanakan hamil atau yang telah
berusaha keras untuk hamil merasa suka cita sekaligus tidak percaya bahwa dirinya
hamil, dan mencari bukti kehamilan pad setiap jengkal tubuhnya. Trimester pertama
sering menjadi waktu yang sangat menyanangkan untuk melihat apakah kehamilan akan
berkembang dengan baik validasi kehamilan dilakukan berulang-ulang saat wanita mulai
memeriksa dengan cermat setiap perubahan tubuh, yang merupakan bukti kehamilan.
Bukti yang paling kuat adalah berhentinya menstruasi. Selama trimester I, kehamilan
seorang wanita menjadi rahasianya sendiri yang hanya ia bagikan pada orang yang
dikehendaki. Pikiranya meliputi sebagian besar apa yang terjadi pada dirinya, tubuhnya,
dan kehidupanya. Pada saat ini bayi yang ia kandung masih dianggap sebagai mahluk
yang terpisah dari dirinya.

G. Respon emosi
Tabel 2.2 Respon Emosional pada Ibu Hamil

Trimester Respon Emosi


I 1. Rasa cemas bercampur bahagia
Timbulnya rasa cemas dan ragu sekaligus bahagia. Mereka cemas
akan hal-hal yang tidak dipahami karena mereka merasa tidak dapat
mengendalikan tubuhnya dan kehidupan yang mereka jalani sedang
berada dalam suatu proses yang tidak dapat berubah kembali.
2. Sikap Ambivalen
Sikap ambivalen menggambarkan suatu konflik perasaan yang
bersifat stimulan, seperti cinta dan benci terhadap seseorang,
sesuatu, atau kondisi (Bobak, Lowdermilk, dan Jensen 2005).
Sebagian besar wanita merasa sedih dan ambivalen tentang
kenyataan bahwa ia hamil. 80% wanita mengalami kekecewaan,
penolakan, kecemasan, depresi dan kesedihan.
3. Fokus pada diri sendiri
Dari fokus pada diri sendiri ini timbul ambivalensi mengenai
kehamilanya seiring usaha menghadapi pengalaman kehamilan
yang buruk yang pernah dialami sebelumnya, efek kehamilan
terhadap kehidupan kelak (terutama jika berkarier), tanggung
jawabnya yang baru atau tambahan yang ditanggung, kecemasan
yang berhubungan dengan untuk menjadi ibu, masalah keuangan
dan rumah tangga dan peneriman orang terdekat terhadap
kehamilanya.
4. Perubahan Seksual
Hasrat seksual pada trimester I sangat bervariasi antar satu wanita
dan wanita lain. Meski beberapa wanita mengalami peningkatan
hasrat seksual tetapi secara umum trimester I merupakan waktu
terjadinya penurunan libido dan hal ini merupakan komunikasi
yang jujur dan terbuka terhadap pasangan.
5. Perubahan Emosional
Perubahan-perubahan emosi pada trimester pertama menyebabkan
adanya penurunan kemauan berhubungan seksual, rasa letih dan
mual, perubahan suasana hati, depresi, kekhawatiran ibu tentang
kesejahterannya dan bayinya, kekhawatiran pada bentuk
penampilan diri yang kurang menarik, dan sebagainya.
Trimester II terbagi dalam dua fase yaitu : Pra Quickening (sebelum ada
gerakan janin yang dirasakan ibu) dan pasca Quickening (setelah ada
gerakan janin yang dirasakan ibu). Quickening menunjukan kenyataan
adanya kehidupan yang terpisah yang menjadi dorongan bagi wanita
dalam melaksanakan tugas psikologis utama yaitu : mengembangkan
II
identitas sebagai ibu bagi drinya sendiri yang berbeda dari ibunya.
Trimester II relatif terbebas dari segala ketidaknyamanan fisik, dan
ukuran perut belum menjadi masalah besar, lubrikasi vagina semakin
banyak, kecemasan kekhawatiran dan masalah-masalah yang
sebelumnya menimbulkan ambivalensi mulai mereda.
Perasaan takut akan muncul, ibu mungkin merasa cemas dengan
kehidupan bayi dan dirinya sendiri seperti apakah bayinya akan lahir
abnormal, terkait persalinan (nyeri, kehilangan kendali dan lain-lain).
III Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik dan semakin
kuat menjelang akhir kehamilan, ia akan merasa canggung, jelek,
berantakan dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan konsisten
dari pasangan.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian Nanny Lia; Sunarsih, Tri. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jakarta :
Salemba Medika

Jordan VC. 1990. The only true antiestrogen is no estrogen. Mol Cell Endocrinol. 74:C91–
C95.
Kamariyah, Nurul, dkk. 2014. Buku Ajar Kehamilan untuk Mahasiswa dan Praktisi
Keperawatan serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Kumalasari, Intan. 2015. Panduan Praktik Laboratorium dan Klinik Perawatan


Antenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir dan Kontrasepsi. Jakarta: Salemba
Medika

Kusmiran, E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika.

Kusmiyati, Y, et al. 2008. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya.

Lutfiah Nur Aini, “Hubungan Pemahaman Tingkat Agama (Religiusitas) Dengan Perilaku
Seks Bebas Pada Remaja Di Sman 1 Bangsal Mojokerto,” Jurnal Keperawatan, Volume
01 / Nomor 01/ Januari 2011-Desember 2011.

Musdalifah, E. 2008. Hubungan Antara Kegagalan Kontrasepsi dengan Kejadian Kehamilan


Tidak Diinginkan (KTD) pada Wanita Pernah Kawin Usia 15-49 Tahun di Indonesia.
Skripsi. Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Departemen Biostatistik dan
Informatika Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta.

Norwitz, E, Schorge, J. 2007. At a Glance Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Erlangga.

Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC

Romauli,S. 2011. Buku Ajar Kebidanan Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Tjay, T.H, Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta: Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai