Anda di halaman 1dari 3

RINA IRIANI

Hj. Rina Iriani Sri Ratnaningsih, S.Pd., M. Hum adalah mantan bupati
Karanganyar periode 2003-2008. Wanita berparas cantik yang lahir di Karanganyar
pada 3 Juni 1962 ini adalah seorang istri dari Ir. Toni Haryono, MM dan pernah
memiliki 4 orang anak sebelum anak keduanya meninggal dunia. Wanita yang telah
menyabet beragam penghargaan di daerahnya ini adalah bupati perempuan
pertama untuk wilayah eks-Keresidenan Surakarta. Rina Iriani merupakan seorang
pengusaha sukses dan sempat dinobatkan sebagai salah saatu bupati terkaya.
Pada tanggal 17 Juli 2008, ia mengundurkan diri dari jabatan karena mencalonkan
diri untuk keduakalinya sebagai bupati kabupaten tersebut ,Rina Iriani berhasil
meraih suara 62% dalam pilkada tahun 2008 dan Rina Iriani kembali menjabat
sebagai Bupati Karanganyar untuk periode 2008-2013.
Wanita yang mendapatkan gelar S3 pada bidang linguistik di Universitas Sebelas
Maret Surakarta ini juga mencintai dunia seni terbukti saat ia menciptakan banyak
lagu seperti Kencar-kencar, Jagung Karanganyar, Adipura, dll. Wanita yang pernah
bekerja sebagai guru Sekolah Dasar ini menjabat sebagai Bupati Karanganyar para
periode 2003-2008 dan mengundurkan diri dari jabatan karena mencalonkan diri
untuk kedua kali sebagai bupati kabupaten tersebut pada 17 Juli 2008.
Wanita yang banyak disukai oleh masyarakat daerah yang dipimpinnya ini
dinyatakan terlibat dalam tindak pidana korupsi penyalahgunaan anggaran subsidi
perumahan dari Kementerian Perumahan Rakyat 2007/2008 pada proyek
perumahan Griya Lawu Asri (GLA) di Dukuh Jeruk Sawit, Gondangrejo, Kabupaten
Karanganyar. Adapun kerugian Negara diperkirakan mencapai Rp 20, 1 miliar.
Berdasarkan dokumen yang ada, Rina Iriani ditetapkan sebagai tersangka dalam
laporan Jampidsus surat Nomor: R-3209/0.3/Fd.1/10/2010 tertanggal 13 Oktober
2010. Sebelumnya, kasus ini juga telah memidanakan tiga orang yang satu
diantaranya adalah Toni Haryono (Ketua Badan Pengawas KSU Sejahtera), yang
merupakan suami dari wanita yang juga seorang wiraswasta di bidang kesenian,
kecantikan, dan properti ini. Tetapi fakta hukum penyertaan sesuai dalam Pasal 55
KUHP tidak terpenuhi untuk kasus Rina, sebab nama Rina tidak disebut dalam
putusan pengadilan. Maka jika proses hukum terhadap Rina akan dilanjutkan, Kejati
harus melakukan kembali dari awal.
Korupsi yang dilakukan Rina Iriani yaitu,
Rina Iriani melakukan perbuatan korupsi dengan menyalahgunaan bantuan subsidi
perumahan(Griya Lawu Asri) dari kementerian perumahan rakyat kepada koperasi
serba usaha (KSU) sejahtera, Kabupaten Karanganyar tahun 2007-2008. Rina
terbukti melakukan tindak korupsi bersama dengan terpidana Tony Iwan Haryo
Haryono, Handoko Mulyono dan Fransiska Rianasari . Korupsi yang dilakukan Rina
Iriani tersebut merugikan Negara sebesar 18 Milyar. Selain itu Bupati Karanganyar
juga dituntut atas pencucian uang dana Perumahan rakyat Griya Lawu. Dalam
Kasus penyalahgunaan subsidi perumahan tersebut,Tersangka (Rina) berperan
secara melawan hukum merekomendasikan KSU Sejahtera sebagai Lembaga
Keuangan Mikro (LKM)/Lembaga Keuangan Non Bank (LKBN) yang berhak
menyalurkan Bantuan Subsidi Perumahan kepada Menteri Perumahan Rakyat tanpa
melalui verifikasi dan rekomendasi dari Dinas Koperasi setempat.
Vonis Serta Keberlangsungan Kasusnya,
Mantan Bupati Rina Iriani dijatuhi hukuman enam tahun penjara dalam
penyimpangan dana subsidi perumahan Griya Lawu Asri Kabupaten Karanganyar,
Jawa Tengah. Hukuman tesebut dibacakan Hakim Ketua Dwiarso Budi dalam
sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Semarang, Selasa (17/2), tersebut lebih
ringan dari tuntutan jaksa selama 10 tahun penjara. Hakim juga menjatuhkan denda
sebesar Rp 500 juta yang jika tidak dibayar akan diganti dengan hukuman tiga bulan
penjara. Selain itu, ia pun wajib membayar uang pengganti kerugian negara sebesar
Rp 7,8 miliar.
Dalam putusannya, hakim menyatakan terdakwa terbukti melanggar peraturan
perundang-undangan secara kumulatif. Mantan orang nomor satu di Kabupaten
Karanganyar itu terbukti melanggar Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan
tindak pidana korupsi. Rina juga terbukti melanggar Undang-undang Nomor 8 tahun
2010 tentang pemberantasan tidak pidana pencucian uang.
Perbuatan Korupsi yang dilakukan Rina Iriani sangat merugikan masyarakat
terutama masyarakat yang berpenghasilan rendah yang ridak bisa menikmati
program rehabilitasi rumah. Selain itu, dalam persidangan Rina juga tidak bisa
membuktikan penghasilan lain yang didapatkan selama menjadi bupati,Rina juga
sempat berusaha mengaburkan harta yang diduga hasil korupsi tersebut lewat
sejumlah rekening atas nama pribadi dan anak - anaknya.
Setelah tidak puas dengan vonis hakim dengan enam tahun penjara dan denfa
sebesar Rp 500 Juta serta membayar uang pengganti kerugian negara sebesar 7,8
miliar, Rina melakukan banding. Namun hasil bandingnya sia-sia , karena hakim di
pengadilan tinggi juga hanya menguatkan putusan pengadilan tingkat pertama.
Karena merasa tidak bersalah Rina mengajukakan Kasasi ke Mahkamah Agung.
Mahkamah Agung (MA) menjatuhkan vonis hukuman lebih berat kepada mantan
Bupati Karanganyar, Rina Iriani Sri Ratnaningsih, dalam kasasi perkara
penyalahgunaan anggaran subdisi perumahan dari Kementerian Perumahan Rakyat
tahun anggaran 2007-2008 untuk proyek Perumahan Griya Lawu Asri. Rina yang
sebelumnya diputus hukuman 6 tahun penjara, oleh MA masa hukuman Rina
ditambah hingga 12 tahun penjara atau naik dua kali lipat dari putusan tingkat
pertama dan tingkat banding. Selain itu, Rina Iriani dijatuhi hukuman denda Rp1
miliar dan membayar uang pengganti kerugian keuangan negara Rp11,875 miliar.
Pendapat mengenai kasus korupsi Kabupaten Karanganyar oleh Rina Iriani,
Kasus korupsi yang dilakukan oleh Rina Iriani ini sangat merugikan masyarakat
terutama berpenghasilan rendah. Mereka yang seharusnya dapat membeli rumah
ataupun mendapat subsidi rumah menjadi pupus harapannya. Bupati Rina Iriani
yang sempat dinobatkan sebagai bupati terkaya pun masih memakan uang rakyat,
sungguh murka akan uang.Menurut saya atas putusan hakim yang pertama kurang
karena sangat jauh dari dakwaan jaksa yang diberikan. Namun akibat Kasasi yang
diajukkan oleh Rina yang berbalik sehingga masa pemenjaraan pun bertambah dan
ganti rugi pun ikut bertambah. Kegigihan rina untuk melawan hakim sangat
disayangkan, dengan bukti yang jelas dia tetap melawan hukum dan tidak merasa
bersalah . Koruptor-koruptor indonesia lah koruptor yang ridak tahu malu dan
merasa benar. Saya pikir para koruptor harus diberikan`hukuman yang lebih agar
lebih jera dan tingkat korupsi di indoneisa pun menurun. Jangan hanya penjara dan
vonisnya jauh lebih dari dakwaan, saya rasa perlu hukuman dengan menguras harta
bendanya atau dengan sedikit hukuman moral agar dirimya merasa malu. Ataupun
dia sadardiri bila dia melakukan kesalahan mengakuinya bukan menolak untuk
menerima dan melawan seperti kasus korupsi iriani ini. Sebaiknya dia mengakui
kesalahannya dan mengembalikkan uang hasil rampasannya dengan begita
mungkin hakim akan meringankan hukumannya dan masyarakatpun akan sedikit
menerimanya kembali.

Anda mungkin juga menyukai