Anda di halaman 1dari 12

KEPERAWATAN MATERNITAS II

“IMPOTENSI”

DISUSUN OLEH :
Yetri muliza

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Dilgu Meri, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes AL-INSYIRAH PEKANBARU
TA.2018/2019

Asuhan keperawatan Impotensi


1. Definisi dan Prevalensi Disfungsi Ereksi (DE)
Kemampuan ereksi yakni suatu kemampuan untuk mencapai dan
mempertahankan ereksi yang cukup untuk kepuasan seksual sedangkan disfungsi ereksi
(DE) didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan
ereksi pada penis yang berkualitas sehingga dapat mencapai hubungan seksual yang
memuaskan (Shamloul dan Ghanem, 2013). Menurut Institut Kesehatan Nasional (NIH)
dalam konferensi pengembangan konsensus, merekomendasikan penggunaan kata
‘disfungsi ereksi’ sebagai istilah yang lebih disukai sebagai pengganti kata ‘impotensi’.
2. Faktor Risiko DE
 Usia
Usia menjadi salah satu faktor risiko terjadinya disfungsi ereksi. Usia mempengaruhi
terjadinya DE berkaitan dengan penurunan fungsi fisiologis dari organ-organ tubuh.
Pada penelitian lain yang dilakukan pada kelompok pria usia.
 Psikogenik
Faktor psikologis seperti stres, depresi, schizofrenia, dan berkurangnya gairah seksual
mempengaruhi sulitnya mengalami ereksi (Lasker dkk, 2010). Untuk saat ini,
Disfungsi ereksi psikogenik secara umum berhubungan dengan kelompok faktor yang
memengaruhi, mempercepat, dan memelihara disfungsi ereksi itu sendiri. Faktor-
faktor tersebut antara lain faktor predisposisi seperti pengalaman traumatik masa lalu,
edukasi seks yang tidak adekuat, masalah kesehatan mental dan fisik atau faktor
presipitasi seperti masalah relasi, tekanan dalam keluarga atau social (Shamloul dan
Ghanem, 2013).
 Neurogenik
Beberapa kelainan neurologis yang sering dihubungkan dengan Disfungsi Ereksi,
antara lain multi sklerosis, epilepsi lobus temporalis, penyakit Parkinson, stroke,
penyakit Alzheimer, dan trauma korda spinalis (Shamloul dan Ghanem, 2013).
Prevalensinya sebesar 10-19% dari penyebab DE secara keseluruhan. Disfungsi
ereksi neurogenik berkaitan dengan kegagalan inisiasi ereksi. Hal ini berhubungan
dengan berbagai kelainan neurologis seperti disebutkan sebelumnya, yang secara
garis besar dibagi dalam kategori rusaknya bagian saraf sentral, perifer ataupun
keduanya (Shridharani, 2016).
3. Patofisiologi
Ereksi merupakan peristiwa neurovaskular, maka dari itu segala penyakit yang
mempengaruhi otak, tulang belakang dan dan atau saraf kavernosa dan prudenda dapat
menimbulkan disfungsi. Dua pertiga kasus DE adalah organik. Penyakit vaskular dan
jantung (termasuk hiperlipidemia, diabetes dan hipertensi) berkaitan erat dengan
disfungsi ereksi. Penyalahgunaan zat seperti alkohol atau penggunaan obat-obatan juga
merupakan penyebab disfungsi ereksi. DE iatrogenik dapat disebabkan oleh gangguan
saraf pelvis atau pembedahan prostat.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang disarankan
a. USG abdomen disarankan pada pasien untuk melihat adanya perlemakan hati.
b. Foto thoraks disarankan untuk melihat adanya kardiomegali akibat hipertensi
pada pasien.
c. Angiografi disarankan pada pasien untuk melihat adanya penyumbatan arteri
akibat aterosklerosis pada pasien.

Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
1. Identitas diri
2. Riwayat kesehatan sekarang
Mulai kapan keluhan dirasakan?, Ada keluhan tambahan seperti polidipsia, poliuria?,
Apakah memiliki luka atau tidak? Kalau iya, cepat sembuh atau tidak?, Apakah
belakangan mengalami stress?
3. Riwayat kesehatan dahulu
Pernah menjalani operasi?, Apakah sebelumnya mengalami trauma?
4. Pemeriksaan fisik

TTV (TD: 110/ 80 mmHg

S: 37,5C

P: 20x/ menit

N: 90 x/menit )

BB: 60 kg TB: 175 cm

Genitalia : inspeksi : adanya kemerahan

 Data Subjketif :
 Klien mengatakan mengalami kecelakaan motor 3 hari yang lalu, bertabrakan
dengan motor lain, kemudian terjatuh dan penisnya terbentur.
 Klien merasakan sakit pada bagian penis
 Klien mengatakan setelah kecelakaan, penisnya menjadi merah.
 Klien mengatakan tidak dapat ereksi saat melakukan hubungan seksual
 Sebelum kecelakaan, klien tidak mengalami gangguan dalam hubungan seksual
(ereksi)
 Klien mengatakan takut tidak dapat membahagiakan istrinya
 Klien mengatakan merasa malu pada istrinya
 Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan (diabetes, penyakit
jantung)
 Klien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi alcohol
 Klien sedang tidak mengkonsumsi obat-obatan
 Klien mengatakan tidak ada gangguan saat berkemih
 Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit infeksi pada genital
 Data Objektif :

 Klien terlihat cemas

 Terlihat adanya kemerahan disekitar penis

 TTV (TD: 110/ 80 mmHg S: 37,5C P: 20x/ menit N: 90 x/menit )

 BB: 60 kg TB: 175 cm

b. Diagnosa Keperawatan
1. Disfungsi seksual, resiko tinggi terhadap perubahan struktur tubuh b.d kerusakan saraf
yang dimanifestasikan dengan ketidakmampuan untuk mencapai atau menjaga ereksi.
2. Ansietas b.d ketidakmampuan memenuhi kebutuhan seksual diri sendiri maupun
pasangan
3. Gangguan harga diri b.d efek hubungan seksual
c. Analisa Data :
Problem Etiologi Symptom
Disfungsi seksual resiko b.d kerusakan saraf Ditandai dengan :
tinggi terhadap perubahan  Klien mengatakan
struktur tubuh tidak dapat ereksi saat
melakukan hubungan
seksual.
 Sebelum kecelakaan,
klien tidak mengalami
gangguan dalam
hubungan seksual
(ereksi).
 Klien merasakan sakit
pada bagian penis.
 Klien Terlihat adanya
kemerahan disekitar
penis.
Ansietas b.d ketidakmampuan Ditandai dengan:
memenuhi kebutuhan seksual  Klien mengatakan
diri sendiri maupun pasangan takut akan
penolakan /reaksi
orang terdekat.
 Klien terlihat menarik
diri.
 Klien terlihat cemas.
 Klien terlihat depresi

Gangguan harga diri b.d efek hubungan seksual Ditandai dengan :


 Klien mengatakan
takut tidak dapat
membahagiakan
istrinya.
 Klien mengatakan
merasa malu pada
istrinya

Rencana Asuhan Keperawatan


No Diagnosa KH dan Tujuan Intervensi Rasional
1 Disfungsi seksual Tujuan : Mandiri :
resiko tinggi Setelah  Dengarkan  Masalah
terhadap dilakukan pernyataan seksual sering
perubahan intervensi klien/orang tersembunyi
struktur tubuh b.d selama 2x24 terdekat. sebagai
kerusakan saraf Jam klien pernyataan
Ditandai dengan : mampu untuk humor.
Ds : mencapai atau
Klien menjaga ereksi  Menunjukan
mengatakan: KH :  Kaji kesalahan
 Tidak  Klien informasi informasi
dapat mampu klien tentang yang
ereksi saat Menyatakan anatomi/fun mempengaruh
melakuka pemahaman gsi seksual i pengambilan
n perubahan dan keputusan.
hubungan anatomi/fun pengaruh
seksual. gsi prosedur
 Sebelum  klien pembedahan.
kecelakaa mampu
n, klien mengidentif  Identifikasi  Dapat
tidak ikasi faktor mempengaruh
mengalam kepuasan budaya/nilai i kembalinya
i seksual adanya kepuasan
gangguan yang konflik. hubungan
dalam diterima dan seksual.
hubungan beberapa  Bantu pasien  Mengakui
seksual alternatif untuk proses normal
(ereksi). cara menyadari/m kehilangan
 merasakan mengekspre enerima secara
sakit pada sikan tahap nyata/meneri
bagian seksual. berduka. ma perubahan
penis. dapat
Do : meningkatkan
 Klien koping dan
Terlihat memudahkan
adanya resolusi.
kemeraha  Dorong  Komunikasi
n disekitar pasien untuk terbuka dapat
penis. berbagi mengidentifik
pikiran asi area
/masalah penyesuaian
dengan dan
teman. peningkatan
diskusi dan
resolusi.
 Solusi  Membantu
pemecahan klien kembali
masalah terhadap
terhadap hasrat/kepuasa
masalah n terhadap
potensial. aktivitas
seksual.
 Diskusikan  Nyeri dapat
sensasi/ketid nyata
aknyamanan menyertai atau
fisik, kehilangan
perubahan sensori dapat
oada respon terjadi
seperti sehubungan
individu dengan trauma
biasanya. bedah.

Kolaborasi :
 Rujuk ke  Mungkin
konselor/ahli dibutuhkan
seksual bantuan
sesuai tambahan
kebutuhan untuk
meningkatkan
kepuasan
hasil.
2 Ansietas b.d Tujuan : Mandiri :
ketidakmampuan Setelah dilakukan  Yakinkan  Memberikan
memenuhi intervensi selama informasi dasar
kebutuhan seksual 1x24 Jam klien klien tentang pengetahuan
diri sendiri mampu mengakui diagnosis. perawat untuk
maupun dan mendiskusikan Perhatikan menguatkan
pasangan. masalah terhadap adanya kebutuhan
Ditandai dengan: hubungan seksual. penolakan informasi dan
Ds: KH : atau ansietas memebantu
Klien Ds : ekstrem. untuk
mengatakan: Klien mengatakan : mengidentifik
 Takut  Klien selalu asi klien
akan berfikir dengan
penolakan positif dan ansietas
/reaksi mampu tinggi.
orang beradaptasi  Jelaskan  Pemahaman
terdekat. terhadap tujuan dan jelas akan
penolakan. persiapan prosedur dan
Do : Do : untuk tes apa yang
Klien terlihat: Klien terlihat : diagnostik. terjadi
 Menarik  Tidak meningkatkan
diri. menarik diri perasaan
 Cemas.  Cemas kontrol dan
 Depresi berkurang mengurangi
 Tidak ansietas.
depresi.  Berikan  Waktu dan
lingkungan privasi
perhatian, diperlukan
keterbukaan untuk
dan memberikan
penerimaan. dukungan,
Juga privasi diskusi
untuk perasaan
pasien/ orng tentang
terdekat. antisipasi
Anjurkan kehilagan dan
orang masalah lain.
terdekat ada
kapan pun
diinginkan.
 Dorong  Memberi
pernyataan kesempatan
dan berikan untuk
waktu untuk mengidentifik
mengekspres asi dan
ikan takut. memperjeas
kesalahan
konsep dan
menawarkan
dukungan
emosi.
 Kaji  Menjadi
tersedianya sumber yang
dukungan membantu
pda pasien. bila klien siap.
Berikan
informasi
tentang
sumber
komunitas
bila ada.
 Diskusiakan/  Rehabilitasiad
jelaskan alah
peran komponen
rehabilitasi terapi penting
setelah untuk
pembedahan. memenuhi
kebutuhan
fisik, sosial,
emosional,
dan
vokasional
sehingga klien
dapat
mencapai
tingakat fisik
dan
fungsiemosi
sebaik
mungkin.
3 Gangguan harga Tujuan : Mandiri :
diri b.d efek Setelah dilakukan  Berikan  Memberikan
hubungan intervensi selama waktu untuk minat dan
seksual. 1x24 Jam klien mendengan perhatian.
Ditandai dengan: mampu masalah dan
 Klien menyatakan ketakutan
mengataka penerimaan diri pasien dan
ntakut pada situasi dan org terdekat.
tidak adaptasi terhadap Diskusikan
dapat perubahan pada persepsi diri
membaha citra tubuh. pasien
giakan KH : sehubungan
istrinya.  Klien dengan
 Klien mengatakan antisipasi
mengataka sudah dapat perubahan
n merasa menerima dan pola
malu pada dalam hidup
istrinya situasi ini. khusus.
 Klien  Kaji stress  Perawat perlu
terlihat emosi klien. menyadari
tidak Identifikasi apakah arti
menarik diri kehlangan tindakan ini
dan tidak pada terhadap klien
depresi. klien/orang untuk
terdekat. menghindari
Dorong klien tindakan
untuk kurang hati-
mengekspres hati atau
iakan dengan menyendiri.
tepat.
 Berikan  Memberikan
informasi kesempatan
akurat. pada klien
untuk
bertabya dan
mengasimilasi
informasi.

 Identifikasi  Membantu
perilaku dalam
koping membuat
positif kekuatan yang
sebelumnya. telah ada
bagiklien
untuk
digunakan
dalam situasi
saat ini.

 Berikan  Meningkatkan
lingkungan saling berbagi
terbuka pada keyakinan
klien untuk tentang subjek
mendiskusik sensitif dan
an masalah mengidentifik
seksualitas. asi kesalahan
konsep yang
dapat
mempengaruh
i penilaian
situasi.

 Perhatikan  Mengidentifik
perilaku asi tahap
menarik diri, kehilangan/ke
mengaggap butuhan
diri negatif, intervensi.
penggunaan
penolakan,
atau terlalu
mempermas
alahkan
perubahan
aktual yang
ada.
Kolaborasi :
 Rujuk ke  Mungkin
konseling memerlukan
profesional bantuan
sesuai tambahan
kebutuhan. untuk
mengatasai
perasaan
kehilangan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soegondo S, Purnamasari D. Sindroma Metabolik. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S, Editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC; 2009.
p. 1867-8
2. Arisman. Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas, Diabetes Melitus, & Dislipidemia: konsep, teori,
dan penanganan aplikatif . Jakarta: EGC; 2011
3. Greenstein, Ben, & Wood, Diana. 2010. At a Glance Sistem Endokrin. Jakarta :
Erlangga2.
4. Silbernagl, Stefan. & florian lang. 2007. Teks & atlas berwarna Patofisiologi. Jakarta :
EGC; 2007. P. 236-7, 246, 290.

Anda mungkin juga menyukai