Anda di halaman 1dari 39

Asuhan Keperawatan pada

klien dengan perkosaan dan


korban kekerasan

KELOMP OK 12 :

RI ZQI DHI YA
TI NTON HARYANTO
DIMAS JANU P RATAMA
Ke l o mp o k 1 2 PAGE h o me

PART

Perkosaan KDRT
KDRT PAGE 0 1

KDRT ?
segala bentuk perbuatan yang menimbulkan luka baik
secara fisik maupun psikologis. Kekerasan merupakan
suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau
sejumlah orang kepada seseorang atau sejumlah orang,
yang dengan sarana kekuatannya, baik secara fisik
maupun non-fisik dengan sengaja dilakukan untuk
menimbulkan penderitaan kepada obyek kekerasan.

Annisa (2010),
KDRT PAGE 0 2

ETIOLOGI

motif biologis
motif psikologis
motif teologis
motif teologis
Harapan
Nilai atau norma
KDRT PAGE 0 3

JENIS KDRT
Kekerasan fisik
Kekerasan psikologis
Kekerasan seksual
Penelantaran rumah tangga
KDRT PAGE 0 4

MANIFESTASI KLINIK

Ditemukan adanya Penurunan konsentrasi Gejala psikiatrik


Kontusio Sakit kepala kronis Terisolasi
Laserasi Disfungsi seksual Tersirat upaya/gestur bunuh
Abrasi Keluhan perut diri
Luka tusuk Ginekologi Cemas hingga panik
Luka tembak Gastrointestinal Depresi
Terkilir Inveksi vagina Gangguan tidur
Patah tulang Infeksi saluran kemih Gannguan makan
Penggunaan obat terlarang
KDRT PAGE 0 5

Pola penganiayaan

Fase ekskalasi Fase akut Fase de – eskalasi


• Mengendalikan • Pelaku
dan mengisolasi menggunakan • Meminta maaf
korban ancaman dan dan berjanji
• Tahap samar paksaan • Mengingkari
• Kekerasaan fisik
biasa terjasi
KDRT PAGE 0 6

Dampak
Dampak pada istri

a. Perasaan rendah diri, malu dan pasif


b. kecemasan yang berlebihan, susah makan dan susah tidur
c. sakit serius, luka parah dan cacat permanen
d. Gg kesehatan seksual
e. rasa sakit fisik dikarenakan luka
f. turun atau bahkan hilangnya gairah seks,

Dampak pada anak :

a. Mengembangkan prilaku agresif dan pendendam


b. Mimpi buruk, ketakutan, dan gangguan kesehatan
c. Kekerasan menimbulkan luka, cacat mental dan cacat fisik
KDRT PAGE 0 7

Peran Perawat Dalam Kasus KDRT

1. meningkatkan dan mempertahankan kesehatan klien dengan


mendorong klien untuk lebih proaktif jika membutuhkan
pengobatan.
2. Memeriksa kesehatan korban sesuai dengan standar profesi
3. Melakukan konseling untuk menguatkan dan memberikan rasa
aman bagi korban
4. Memberikan informasi mengenai hak-hak korban
5. Mengantarkan korban ke tempat aman
6. Melakukan koordinasi yang terpadu dalam memberikan layanan
kepada korban
KDRT PAGE 0 8

KASUS
Seorang wanita Ny. M berusia 20 tahun datang ke puskesmas Jatinangor diantar kakaknya
dengan keluhan sering dianiaya oleh suaminya. Ia meminta visum sebagai bukti untuk
dilaporkan ke kepolisian. Ny M mengatakan kalau dirinya sering dipukulin dan ditendang
oleh suaminya sejak suaminya di PHK dari pekerjaannya 1 tahun yang lalu. Sejak itu
suaminya jadi sering uring-uringan dan mabuk-mabukan serta menjadi temperamental, dan
terkadang suaminya melakukan kekerasan dalam hubungan seksual jika istri tidak
memenuhi kebutuhannya. Ny.M mengatakan bahkan pernah di siram pakai minyak panas
saat memasak karena dianggap masakannya tidak enak. Saat dilakukan pengkajian, terlihat
luka memar pada muka serta perut korban, Ny M tampak menangis dan ketakutan.
Dilakukan pemeriksaan TTV, TD : 100/70, ND : 102 RR : 28 SH : 36, Ny M mengatakan bahwa
pernah ingin mencoba bunuh diri karena tidak kuat dengan penderitaan yang dilakukan
suaminya tersebut. Tetapi tidak jadi karena suaminya akan memohon-mohon untuk
dimaafkan setelah dilakukan penyiksaan tersebut. Ny. M mengatakan malu dengan tetangga
dengan kondisi rumah tangganya saat ini. Klien tampak murung.
KDRT PAGE 0 9

Pengkajian
Nama : Ny. M
Usia : 20 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan :-
Alamat :-
Pekerjaan :-
Agama :-

a. Keluhan Utama : Ny. M sering dianiaya oleh suaminya.


b. Faktor Predisposis :
 Kekerasan Fisik :
- Ny M mengatakan kalau dirinya sering dipukulin dan ditendang oleh suaminya.
- Ny.M mengatakan bahkan pernah di siram pakai minyak panas saat memasak karena
dianggap masakannya tidak enak
 Kekerasan Psikis :
Ny.M mengatakan bahwa pernah ingin mencoba bunuh diri karena tidak kuat dengan
penderitaan yang dilakukan suaminya tersebut.
 Seksual :
Ny. M mengatakan terkadang suaminya melakukan kekerasan dalam hubungan seksual
jika istri tidak memenuhi kebutuhannya
KDRT PAGE 1 0

 Kekerasan Ekonomi :
Ny M mengatakan kalau dirinya sering dipukulin dan ditendang oleh suaminya sejak suaminya di
PHK dari pekerjaannya 1 tahun yang lalu.
Pemeriksaan Fisik

 Keadaan Umum : Kesadaran compos mentis


 TTV : TD 100/70, ND : 102, RR : 28, SH : 36.
· Pemeriksaan Luka : Terdapat luka memar pada muka dan perut Ny.M 18

· Psikososial : Klien tampak menangis dan ketakutan. Klien tampak murung

 Status mental
Penampilan : klien tampak kurang terawat
Pembicaraan : Klien tampak terbata-bata saat bercerita
Aktivitas Motorik : klien tampak tegang
Interaksi selama wawancara : klien tampak murung, lebih banyak menunduk.
Aspek Spiritual : klien beragama islam namun klien jarang melakukan ibadah
Data MASALAH KEPERAWATAN

DS : - Ny. M mengatakan sering dipukuli dan ditendang oleh Ansietas


suaminya - Ny.M mengatakan bahkan pernah di siram pakai minyak
panas saat memasak karena dianggap masakannya tidak enak DO : -
Terlihat luka memar pada muka dan perut klien - Klien tampak
menangis dan ketakutan.

DS : - Ny.M pernah mengatakan bahwa pernah ingin mencoba bunuh Koping tidak efektif
diri karena tidak kuat dengan penderitaan yang dilakukan suaminya
tersebut - Kakak Ny.M mengatakan klien terlihat sering murung dan
menyendiri. DO : - Klien tampak menangis dan ketakutan - Tampak
luka memar pada muka dan perut klien.

DS : Ny. M mengatakan malu dengan tetangga dengan kondisi rumah


tangganya saat ini. DO : - Klien tampak menangis dan ketakutan - Harga diri rendah situasional

Klien tampak murung - Tampak luka memar pada muka dan perut
klien
KDRT PAGE 1 2
No Doagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
hasil
1 Anxietas Tujuan Umum: 1. Sapa klien dengan ramah, baik verbal 1. menciptakan kesan yang
Klien dapat mengurangi maupun nonverbal (lakukan komunikasi baik di awal pertemuan
ansietasnya sampai tingkat terapeutik) 2. menghilangkan
sedang atau ringan. 2. Yakinkan klien dalam keadaan aman dan kecurigaan klien pada
perawat siap menolong dan perawat
Tujuan Khusus: mendampinginya 3. klien lebih mudah untuk
Klien percaya terhadap 3. Yakinkan bahwa kerahasiaan klien akan terbuka
perawat, ketakutan mulai tetap terjaga 4. Keterbukaan dan
menghilang dan tampak tegar 4. Tunjukkan sikap terbuka dan jujur meningkatkan rasa
menghadapi masalahnya. 5. Perhatikan kebutuhan dasar dan beri percaya klien terhadap
bantuan untuk memenuhinya perawat
Kriteria hasil : 6. Kurangi stimulus lingkungan dan batasi 5. meningkatkan
- Klien mendiskusikan interaksi klien dengan klien lain. kepercayaan dan
perasaan cemasnya - Klien 7. diskusi kan semua masalah yang dialami kerjasama klien sehingga
dapat mengidentifikasi klien lebih memudahkan
respon terhadap stress 8. berikan penjelasan dan respon positif perawat dalam
terhadap masalah klien memberikan intervensi
6. Kondisi lingkungan dapat
memengaruhi tingkat
ansietas
7. menurunkan ansietas dan
membuka jalan
penyelesaian masalah
klien
8. penjelasan dan respon
positif dapat mengurangi
ansietas.
No Doagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
hasil
2 Koping Tujuan umum : 1. Bina hubungan saling percaya dengan 1. Kejujuran, kesediaan dan
individu Meningkatkan koping klien klien penerimaan meningkatkan
tidak dan klien dapat menggunakan 2. Identifikasi penyebab koping tidak kepercayaan hubungan
efektif koping yang adaptif efektif antara klien dan perawat.
Tujuan Khusus : 3. Diskusikan dengan klien tentang koping 2. Membantu pasien untuk
- Klien dapat mengetahui yang biasa klien gunakan untuk beradaptasi dengan persepsi,
cara untuk mengurangi mengatasi perasaan kesal, sedih, kecewa stressor, perubahan, atau
depresinya. dan tidak menyenangkan ancaman yang mengganggu
- Klien dapat mencari 4. Bersama klien mencari berbagai pemenuhan tuntunan dan
alternative koping yang alternative koping yang lebih efektif peran hidup
lebih efektif 5. Diskusi dengan klien dan keluarga 3. Mengidentfikasi koping
- Klien dapat mengetahui tentang perawatan untuk meninjau yang digunakan klien dan
manfaat dari koping yang mekanisme koping klien dan untuk menilai tingkat keefektifan
ia gunakan menyusun rencana perawatan yang akan koping yang digunakan
Kriteria hasil : dijalani klien. klien.
Menunjukkan koping yang 4. Mengidentifikasi cara atau
efektif - Klien menunjukkan koping yang tepat dan efektif
penyesuaian psikososial untuk mengatasi depresi
dengan menggunakan strategi yang klien alami.
koping efektif dalam 5. Dukungan keluarga
menghadapi masalah dibutuhkan klien dalam
proses perawatan
No Doagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
hasil

3 Harga diri Tujuan umum : 1. Berikan perhatian dan penghargaan 1. Memberikan rasa nyaman
rendah Klien dapat meningkatkan positif terhadap klien klien terhadap perawat
situasional harga dirinya 2. Dengarkan klien dengan empati : 2. Meningkatkan hubungan
Tujuan Khusus : berikan kesempatan bicara (jangan di trust antara perawat dan
1. Membina hubungan buru-buru), tunjukkan perawat klien
saling percaya mengikuti pembicaraan klien 3. Rasa percaya terhadap
2. Klien dapat 3. Tunjukkan rasa percaya terhadap kemampuan diri merupaka
mengungkapkan kemampuan klien untuk mengatasi salah satu upaya untuk
perasaannya situasi. meningkatkan harga diri
3. Klien mendapat 4. Lakukan interaksi sering dan singkat klien
dukungan dan dengan klien 4. Interaksi singkat dan sering
semangat dari keluarga 5. Motivasi / temani klien untuk melatih klien berani
Kriteria Hasil : Klien berinteraksi dengan orang yang berinteraksi dengan yang
menunjukkan harga diri dipercaya dan mampu membantu lain
yang positif Klien mampu permasalahan klien 5. Dapat membantu
mengungkapkan 6. Dorong dan beri kesempatan klien permasalahan klien
perasaannya untuk mengungkapkan perasaannya. 6. Mengurangi beban fikiran
7. Fasilitas hubungan klien dengan yang dirasakan oleh klien
keluarga secara terapeutik. 7. Keluarga merupakan
bagian terdekat klien yang
sangat berperan dalam
upaya peningkatan
kesehatan klien

KDRT PAGE 1 5
&
p e rk o s a a n PAGE 0 1

Perkosaan/rape ?
Perkosaan (rape) merupakan bagian dari
tindakan kekerasan (violence),
sedangkan kekerasan dapat berupa
kekerasan secara fisik, mental, emosional
dan hal-hal yang sangat menakutkan
pada korban. Perkosaan adalah suatu
penetrasi penembusan penis ke vagina
perempuan yang tidak dikehendaki, tanpa
persetujuan dan tindakan itu diikuti
dengan pemaksaan baik fisik maupun
mental
p e rk o s a a n PAGE 0 2

Gangguan stress pasca trauma

trauma berarti cidera, kerusakan jaringan, luka


atau shock. Sementara trauma psikis, dalam
Psikologi diartikan sebagai kecemasan hebat dan
mendadak akibat suatu peristiwa dilingkungan
seseorang yang melampaui batas kemampuannya
untuk bertahan, mengatasi atau menghindar

(Roan, W., 2003).


kondisi yang muncul setelah pengalaman luar
biasa yang mencekam, mengerikan, dan
mengancam jiwa seseorang seperti bencana alam,
kecelakaan hebat, sexual abuse (kekerasan
seksual), atau perang

(Hikmat, 2005).
p e rk o s a a n PAGE 0 3

Tanda dan gejala


1. Terdapat stressor yang berat dan jelas (kekerasan, perkosaan) Penghayatan yang berulang-ulang
dari trauma
a. ingatan berulang dan menonjol tentang peristiwa itu;

b. mimpi-mimpi berulang dari peristiwa itu;

c. timbulnya secara tiba-tiba atau perasaan seolah-olah peristiwa traumatik itu sedang timbul
kembali
2. Penumpulan respons terhadap atau berkurangnya hubungan dengan dunia luar
(“psychic numbing” atau “anesthesia emotional”)
d. berkurangnya secara jelas minat terhadap satu atau lebih aktivitas yang cukup berarti;

e. perasaan terlepas atau terasing dari orang lain;

f. afek (alam perasaan) yang menyempit (constricted affect) atau afek depresif (murung,
sedih, putus asa).
p e rk o s a a n PAGE 0 4

Paling sedikit ada dua dari gejala-gejala berikut ini yang tidak ada sebelum trauma
terjadi, yaitu :

a. kewaspadaan atau reaksi terkejut yang berlebihan;

b. gangguan tidur (disertai mimpi-mimpi yang menggelisahkan);

c. perasaan bersalah karena lolos dari bahaya maut, sedangkan orang lain tidak, atau
merasa bersalah tentang perbuatan yang dilakukannya agar tetap hidup;

d. hendaya (impairment) daya ingat atau kesukaran konsentrasi

e. penghindaran diri dari aktivitas yang membangkitkan ingatan tentang peristiwa


traumatik itu;

f. peningkatan gejala-gejala apabila dihadapkan pada peristiwa yang menyimbolkan


atau menyerupai peristiwa traumatik itu
p e rk o s a a n PAGE 0 5

Batasan karakteristik
Fase akut
1. Respons somatic
 Peka rangsang gastrointerstinal (mual, muntah, anoreksia)
 Ketidaknyamanan genitourinarius (nyeri, pruritus)
 Ketegangan otot-otot rangka (spasme, nyeri).
2. Respons psikologis
 Menyangkal
 Syok emosional
 Marah
 Takut – akan mengalami kesepian, atau pemerkosa akan kembali
 Rasa bersalah
 Panik melihat pemerkosa atau adegan penyerangan
3. Respon Seksual
 Tidak percaya pada laki-laki
 Perubahan dalam perilaku seksual
p e rk o s a a n PAGE 0 6

Fase jangka Panjang

Setiap respons pada fase akut dapat berlanjut jika tidak pernah terjadi
resolusi

1. Respons psikologis
 Fobia
 Mimpi buruk atau gangguan tidur
 Ansietas
 Depresi
p e rk o s a a n PAGE 0 7

Permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan korban pemerkosaan

1. Panic attack
2. Perilaku menghindar
3. Depresi
4. Membunuh pikiran dan perasaan
5. Merasa disisihkan sendiri
6. Merasa tidak percaya dan dikhianati
7. Mudah marah
8. Gangguan yang berarti dalam kehidupan sehari hari
9. Persepsi dan kepercayaan yang aneh
p e rk o s a a n PAGE 0 8

Pengobatan

1.Farmakologi  anti depresiva pada gangguan stress pasca


traumatik ini masih kontroversial

2.Psikoterapi
Anxiety management
p e rk o s a a n PAGE 0 9

Peran perawat
• Pentingnya mengkomunikasikan ucapan
a. Saya prihatin hal ini terjadi padamu
b. Anda aman disini
c. Saya senang anda hidup
d. Anda tidak bersalah

• Jelaskan setiap prosedur pengkajian yang akan dilakukan

• Pastikan bahwa pasien memiliki privasi yang adekuat

• Dorong pasien untuk menghitung jumlah serangan. Dengarkan, tapi tidak menyelidiki.

• Diskusikan dengan pasien siapa yang dapat dihubungi untuk memberikan dukungan atau

bantuan

• Discharge Planning
p e rk o s a a n PAGE 1 0

Kasus
Seorang Mrs.S berusia 11 tahun datang ke RSJ di antar oleh keluarga
dengan keluhan bahwa si anak melakukan percobaan bunuh diri. Ibu
pasien mengatakan bahwa anaknya menjadi korban pemerkosaan.
ibu mengatakan beberapa hari sebelumnya pasien mengungkapkan
bahwa dia telah membuat aib keluarga dan mengatakan dirinya tidak
berguna lagi. Ibu mengatakan saat ini anaknya mengalami trauma
berat dan ketika ibu pasien masuk ke kamarnya ibu pasien melihat si
anak mengkonsumsi narkotika. Ibu juga mengatakan bahwa si anak
tidak mau beraktivitas seperti biasa, mudah curiga dan emosi kepada
orang lain sehingga tidak mau berinteraksi dengan orang sekitar dan
mengurung diri dikamar. Saat dilakukan pengkajian pasien tidak mau
di ajak berkomunikasi, tidak menatap lawan bicara, lebih banyak
menunduk dan pasien tampak ketakutan.
p e rk o s a a n PAGE 11

Anamnesa

Nama : Mrs.S
Umur : 11 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Faktor presipitasi : Ibu mengatakan bahwa anaknya menjadi
korban pemerkosaan
Factor fisiologis :Pasien tampak lemas
Factor psikologis : Pasien tampak ketakutan
Pasien tampak panic
Pasien mudah curiga kepada orang lain
Pasien mengatakan membaut aib keluarga
Pasien mengatakan bahwa dinya tidak berguna
lagi
Perilaku : Pasien tidak mau beriteraksi kepada
orang lain
Respon emosional : Pasien mudah emosi
Masalah
No Data Pasien
Keperawatan
1 DS : Resiko bunuh diri
- Keluarga mengatakan bahwa pasien melakukan pencobaan bunuh diri
- Ibu mengatakan bahwa pasien menjadi korban pemerkosaan
- Ibu mengatakan bahwa melihat anaknya mengkonsumsi narkotika pasca kejadian pemerkosaan
DO :
-

2 DS : Isolasi sosial
- Ibu mengatakan bahwa pasien mudah curiga kepada orang lain
- Ibu mengataan pasien tdak mau beriteraksi kepada orang lain
- Ibu mengatakan pasien mengurung diri di kamar
DO :
- Pasien tidak mau berkomunikasi
- Pasien tampak ketakutan

3 DS : Harga diri rendah


- Pasien mengatakan bahwa dia telah membuat aib keluarga
- Pasien mengatakan bahwa dirinya sudah tidak berguna lagi
- Keluarga mengatakan pasien tidak mau beraktivitas seperti biasanya
DO :
- Pasien tidak mau menatap lawan bicara
- Pasien tampak menunduk
p e rk o s a a n PAGE 1 3
p e rk o s a a n PAGE 1 4

Diagnosa

1. Risiko Bunuh Diri [SDKI D.0135]


2. Isolasi Sosial [SDKI D.0121]
3. Harga Diri Rendah Situasional [SDKI D.0087]
Intervensi
Manajemen Mood (I.09289)
Observasi
• Identifikasi mood (mis: tanda, gejala, Riwayat penyakit)
• Identifikasi risiko keselamatan diri atau orang lain
• Monitor fungsi kognitif (mis: konsentrasi, memori, kemampuan membuat keputusan)
• Monitor aktivitas dan tingkat stimulasi lingkungan
Terapeutik
• Fasilitasi pengisian kuesioner self-report (mis: beck depression inventory, skala status
fungsional), jika perlu
• Berikan kesempatan untuk menyampaikan perasaan dengan cara yang tepat (mis: sandsack,
terapi seni, aktivitas fisik)
Edukasi
• Jelaskan tentang gangguan mood dan penanganannya
• Anjurkan berperan aktif dalam pengobatan dan rehabilitasi, jika perlu
• Anjurkan rawat inap sesuai indikasi (mis: risiko keselamatan, deficit perawatan diri, sosial)
• Ajarkan mengenali pemicu gangguan mood (mis: situasi stres, masalah fisik)
• Ajarkan memonitor mood secara mandiri (mis: skala tingkat 1 – 10, membuat jurnal)
• Ajarkan keterampilan koping dan penyelesaian masalah baru
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian obat, jika perlu
• Rujuk untuk psikoterapi (mis: perilaku, hubungan interpersonal, keluarga, kelompok), jika perlu
Pencegahan bunuh diri

Observasi
• Identifikasi gejala risiko bunuh diri (mis: gangguan mood, halusinasi, delusi, panik, penyalahgunaan zat,
kesedihan, gangguan kepribadian)
• Identifikasi keinginan dan pikiran rencana bunuh diri
• Monitor lingkungan bebas bahaya secara rutin (mis: barang pribadi, pisau cukur, jendela)
• Monitor adanya perubahan mood atau perilaku
Terapeutik
• Libatkan dalam perencanaan perawatan mandiri
• Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
• Lakukan pendekatan langsung dan tidak menghakimi saat membahas bunuh diri
• Berikan lingkungan dengan pengamanan ketat dan mudah dipantau (mis: tempat tidur dekat ruang perawat)
• Tingkatkan pengawasan pada kondisi tertentu (mis: rapat staf, pergantian shift)
• Lakukan intervensi perlindungan (mis: pembatasan area, pengekangan fisik), jika diperlukan
• Hindari diskusi berulang tentang bunuh diri sebelumnya, diskusi berorientasi pada masa sekarang dan masa
depan
• Diskusikan rencana menghadapi ide bunuh diri di masa depan (mis: orang yang dihubungi, ke mana mencari
bantuan)
• Pastikan obat ditelan
Edukasi
• Anjurkan mendiskusikan perasaan yang dialami kepada orang lain
• Anjurkan menggunakan sumber pendukung (mis: layanan spiritual, penyedia layanan)
• Jelaskan tindakan pencegahan bunuh diri kepada keluarga atau orang terdekat
• Informasikan sumber daya masyarakat dan program yang tersedia
• Latih pencegahan risiko bunuh diri (mis: latihan asertif, relaksasi otot progresif)
• Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian obat antiansietas, atau antipsikotik, sesuai indikasi
• Kolaborasi tindakan keselamatan kepada PPA
• Rujuk ke pelayanan kesehatan mental, jika perlu
Promosi Sosialisasi (I.13498)

Observasi
• Identifikasi kemampuan melakukan interaksi dengan orang lain
• Identifikasi hambatan melakukan interaksi dengan orang lain
Terapeutik
• Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan
• Motivasi kesabaran dalam mengembangkan suatu hubungan
• Motivasi berpartisipasi dalam aktivitas baru dan kegiatan kelompok
• Motivasi berinteraksi di luar lingkungan (mis: jalan-jalan, ke toko buku)
• Diskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam berkomunikasi dengan orang lain
• Diskusikan perencanaan kegiatan di masa depan
• Berikan umpan balik positif dalam perawatan diri
• Berikan umpan balik positif pada setiap peningkatan kemampuan
Edukasi
• Anjurkan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
• Anjurkan ikut serta kegiatan sosial dan kemasyarakatan
• Anjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain
• Anjurkan meningkatkan kejujuran diri dan menghormati hak orang lain
• Anjurkan penggunaan alat bantu (mis: kacamata dan alat bantu dengar)
• Anjurkan membuat perencanaan kelompok kecil untuk kegiatan khusus
• Latih bermain peran untuk meningkatkan keterampilan komunikasi
• Latih mengekspresikan marah dengan tepat
Terapi Aktivitas (I.01026)
Observasi
• Identifikasi defisit tingkat aktivitas
• Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
• Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
• Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
• Identifikasi makna aktivitas rutin (mis: bekerja) dan waktu luang
• Monitor respons emosional, fisik, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
Terapeutik
• Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan defisit yang dialami
• Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi dan rentang aktivitas
• Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan sosial
• Koordinasikan pemilhan aktivitas sesuai usia
• Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
• Fasilitasi transportasi untuk menghadiri aktivitas, jika sesuai
• Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan lingkungan untuk mengakomodasi aktivitas yang dipilih
• Fasilitasi aktivitas rutin (mis: ambulasi, mobilisasi, dan perawatan diri), sesuai kebutuhan
• Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami keterbatasan waktu, energi, atau gerak
• Fasilitasi aktivitas motorik kasar untuk pasien hiperaktif
• Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan, jika sesuai
• Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot
• Fasilitasi aktivitas aktivitas dengan komponen memori implisit dan emosional (mis: kegiatan keagamaan khusus) untuk pasien
demensia, jika sesuai
• Libatkan dalam permainan kelompok yang tidak kompetitif, terstruktur, dan aktif
• Tingkatkan keterlibatan dalam aktivitas rekreasi dan diversifikasi untuk menurunkan kecemasan (mis: vocal group, bola voli,
tenis meja, jogging, berenang, tugas sederhana, permainan sederhana, tugas rutin, tugas rumah tangga, perawatan diri, dan
teka-teki dan kartu)
• Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
• Fasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan diri
• Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri untuk mencapai tujuan
• Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
• Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas
Edukasi
Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual, dan kognitif dalam menjaga
fungsi dan Kesehatan
Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika sesuai
Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas
Kolaborasi
Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai
Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas, jika perlu
Promosi Harga Diri (I.09308)

Observasi
• Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan usia terhadap harga diri
• Monitor verbalisasi yang merendahkan diri sendiri
• Monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai kebutuhan
Terapeutik
• Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri
• Motivasi menerima tantangan atau hal baru
• Diskusikan pernyataan tentang harga diri
• Diskusikan kepercayaan terhadap penilaian diri
• Diskusikan pengalaman yang meningkatkan harga diri
• Diskusikan persepsi negatif diri
• Diskusikan alasan mengkritik diri atau rasa bersalah
• Diskusikan penetapan tujuan realistis untuk mencapai harga diri yang lebih tinggi
• Diskusikan Bersama keluarga untuk menetapkan harapan dan Batasan yang jelas
• Berikan umpan balik positif atas peningkatan mencapai tujuan
• Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan diri
Edukasi
• Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan dalam perkembangan konsep positif diri pasien
• Anjurkan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki
• Anjurkan mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi dengan orang lain
• Anjurkan membuka diri terhadap kritik negatif
• Anjurkan mengevaluasi perilaku
• Ajarkan cara mengatasi bullying
• Latih peningkatan tanggung jawab untuk diri sendiri
• Latih pernyataan/kemampuan positif diri
• Latih cara berfikir dan berperilaku positif
• Latih meningkatkan kepercayaan pada kemampuan dalam menangani situasi PAGE 2 0
&

Anda mungkin juga menyukai