Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia, merupakan bahasa yang setiap hari kita gunakan, layaknya

bahasa pada umumnya, digunakan untuk tujuan tertentu dan dalam kondisi tertentu.

Tujuan dan kondisi inilah yang akan mempengaruhi dan menentukan ragam bahasa

Indonesia yang harus kita gunakan. Sebagai mahasiswa kita harus sadar bahwa kita

berada dalam dunia akademik atau ilmiah yang menuntut kita untuk menggunakan

“Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dan Karakteristik dari bahasa ragam ilmiah ?

2. Bagaimanakah ciri ragam bahasa ilmiah dan ragam bahasa ilmiah ?

3. Bagaimanakah ragam bahasa pidato ilmiah ?

4. Bagaimanakah penulisan karya ilmiah dengan ragam akademik ?


2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Karakteristik Bahasa Ragam Ilmiah

Bahasa indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia

yang digunakan dalam pertemuan dan penulisan karya ilmiah. Sebagai bahasa yang

digunakan untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori, atau gabungan dari

keempatnya. Dimana bahasa ragam ilmiah ini diperoleh sesuai dengan sifat

keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang

tertentu, disusun menurut metode (pendekatan rasional pendekatan empiris) dengan

sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggung

jawabkan kebenarannya/keilmiahannya. Bahasa indonesia ragam ilmiah memiliki

karakteristik cendekia, lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmentaris, bertolak

dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten. Cendekia yang

dimaksud yakni mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir

logis. Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama

sehingga gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh

pembaca. Lugas dan Jelas diartikan mampu menyampaikan gagasan ilmiah secara

jelas dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan diungkapkan secara langsung sehingga akan

menghindari kesalah-pahaman dan kesalahan menafsirkan isi kalimat. Menghindari

Kalimat Fragmentasi, Kalimat fragmentaris adalah kalimat yang belum selesai.

Kalimat terjadi antara lain karena adannya keinginan penulis menggunakan gagasan
3

dalam beberapa kalimat tanpa menyadari kesatuan gagasan yang diungkapkan. Sifat

Bertolak dari Gagasan artinya Penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal yang

diungkapkan dan tidak pada penulis. Implikasinya, kalimat-kalimat yang digunakan

didominasi oleh kalimat pasif sehingga kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku

perlu dihindari. Formal dan Objektif, Sifat formal dan objektif ditandai dengan kosa

kata, bentukan kata, dan kalimat. Kosakata yang digunakan bernada formal dan

kalimat-kalimatnya mengandung unsur yang lengkap. Ringkas dan Padat, Sifat

ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang

mubazir. Itu berarti menuntut adanya penggunaan bahasa yang hemat. Konsisten,

unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah digunakan secara konsisten. Sekali

sebuah unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilah digunakan sesuai

dengan kaidah, itu semua selanjutnya digunakan secara konsisten.


4

2.2 Ciri Ragam Bahasa Ilmiah dan Ragam Bahasa Ilmiah

 Ciri Ragam Bahasa Ilmiah

Setiap ragam bahasa memiliki cirri khasnya masing-masing, ciri ragam bahasa

ilmiah sebagai berikut:

1. Struktur kalimat jelas dan bermakna lugas

2. Struktur wacana bersifat formal, mengacu pada standar konvensi naskah

3. Singkat,berisi analisis, dan pembuktian, menyajikan konsep secara lengkap.

4. Cermat dalam menggunakan unsure baku (istilah kata), ejaan, bentuk kata,

kalimat, paragraph,wacana

5. Cermat dan konsisten menggunakan penlaran dari penetuan topik,

pendahuluan, deskripsi teori, deskripsi data, analisis data, hasil analisis,

sampai dengan kesimpulan dan saran.

6. Menggunakan istilah khusus yang bersifat teknis dalam bidang ilmu

tertentu.

7. Objektif dapat di ukur kebenarannya secara terbuka oleh umum,

menghindari bentuk pesona, dan ungkapan subjektif.

8. Konsisten dalam pembahasan topic, pengendalian variable, permasalahan,

tujuan, penalaran, istilah, sudut pandang, pendahuluan, landasan teori,


5

deskripsi data, analisis data, hasil analisis, sampai dengan kesimpulan dan

saran.

 Berbagai Ragam Bahasa

Ragam bahasa yang digunakan dalam suasana akrab (santai) biasanya mempunyai

kelainan jika dibandingkan dengan bahasa yang dipakai dalam suasana resmi. Dalam

suasana akrab, penutur bahasa biasanya sering menggunakan kalimat-kalimat pendek,

kata-kata dan ungkapan yang maknanya hanya dipahami dengan jelas oleh peserta

percakapan itu. Sebaliknya, dalam suasana resmi, seperti dalam pidato resmi,

ceramah ilmiah, perkuliahan, dalam rapat resmi biasanya digunakan kalimat-kalimat

panjang, pilihan kata, dan ungkapan sesuai dengan tuntunan kaidah bahasa yang

benar. Brenstein menamakan kedua ragam bahasa yang terakhir ini masing-masing

sebagai ragam ringkas (restricted code) dan ragam lengkap (elaborate code).

1.      Ragam Lisan dan Ragam Tulisan

Ragam suatu bahasa dapat juga dibedakan berdasarkan jenis kesatuan

dasarnya (Halim, 1998). Dilihat dari wujud kesatuan dasar ini ragam bahasa dapat

pula dibedakan antara ragam lisan dan ragam tulisan. Kesatuan dasar ragam tulisan

adalah huruf. Tidak semua bahasa terdiri atas ragam lisan dan tulisan, tetapi pada

dasrnya semua bahasa memiliki ragam lisan.

a.       Ragam Bahasa Lisan

Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech)

dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata

bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat
6

memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat

untuk mengungkapkan ide.

Ciri-ciri ragam bahasa lisan:

1)    Memerlukan kehadiran orang lain;

2)   Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap;

3)   Terikat ruang dan waktu; dan

4)   Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.

Kelebihan ragam bahasa lisan adalah dapat menatap langsung ekspresi orang

sebagai lawan pembicara.

b.      Ragam Bahasa Tulis

Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan

dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata

cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain

dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti

bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan

ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.

Ciri-ciri ragam bahasa tulis:

1)    Tidak memerlukan kehadiran orang lain;

2)   Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap;

3)   Tidak terikat ruang dan waktu; dan

4)   Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.


7

Kekurangan ragam bahasa tulis adalah sering terjadi kesalahan tanggapan antara

pembaca dan penulis. Selain itu, ragam bahasa tulis dapat menyebabkan kurang

jelasnya penyampaian makna yang dimaksud.

Hubungan antara lisan dan ragam tulisan adalah timbal balik. Ragam tulisan

melambangkan ragam lisan dengan pengertian bahwa kesatuan ragam tulisan

melambangkan ragam tulisan, yaitu huruf melambangkan kesatuan-kesatuan dasar

lisan, yaitu bunyi bahasa dalam bentuk yang dapat dilihat. Hubungan perlambangan

antara kedua ragam bahasa itu tidak jarang menimbulkan kesan bahwa struktur lisan

sama benar dengan struktur ragam tulisan. Dalam kenyataan, kedua ragam bahasa itu

pada dasarnya berkembang menjadi dua sistem bahasa yang terdiri atas perangkat

kaidah yang tidak seluruhnya sama. Ini berarti bahwa kaidah yang berlaku bagi ragam

lisan belum tentu berlaku juga bagi ragam tulisan, kaidah yang mengatur

menghilangkan unsur-unsur tertentu dalam kalimat ragam lisan, misalnya tidak

berlaku seluruhnya bagi ragam tulisan, yang menuntut adanya kalimat-kalimat dalam

bentuk selengkap mungkin.

Dalam hubungan dengan bahasa Indonesia, perbedaan antara kaidah ragam

lisan dan kaidah ragam tulisan telah berkembang sedemikian rupa, sehingga kedua

ragam itu memrlukan pembakuan yang berbeda, sesuai dengan perkembangannya

sebagai bahasa perhubungan antar daerah dan antar suku selama berabad-abad di

seluruh Indonesia (Teew, 1961; Halim, 1998).

2.      Ragam Baku dan Nonbaku

Dalam pembicaraan seorang penutur selalu mempertimbangkan kepada siapa

ia berbicara, dimana, tentang masalah apa, kapan dan dalam suasana bagaimana.
8

Dengan adanya pertimbangan semacam itu, timbullah ragam pemakaian bahasa

sesuai dengan fungsi dan situasinya (Suwito, 1983).

Situasi di kantor, di depan kelas, dalam ruangan rapat resmi, dalam berdiskusi,

berpidato, memimpin rapat resmi, dan sebagainya merupakan situasi/suasana resmi

(formal). Dalam situasi/suasana seperti ini hendaknya dipakai ragam resmi atau

formal yang biasa disebut dengan istilah ragam bahasa baku atau dengan singkat

ragam baku. Ragam baku ini selain digunakan dalam suasana seperti yang telah

disinggung di atas, juga digunakan dalam surat menyurat resmi, administrasi

pemerintahan, perundang-undangan Negara, dan dalam karya-karya ilmiah.

Sebaliknya, situasi di dalam rumah tangga, di pinggir jalan, di warung-warung, di

pasar, di lapangan olahraga, dan sebagainya merupakan situasi/suasana yang tak

resmi (informal). Dalam suasana seperti ini hendaknya kita menggunakan ragam

bahasa tak resmi (informal) yang biasanya disebut dengan istilah ragam bahasa

takbaku (nonbaku) atau dengan singkat ragam takbaku (nonbaku). Jadi, pemakaian

bahasa di luar suasana formal (resmi) dan hanya berfungsi sebagai alat komunikasi

antarsahabat, antaranggota keluarga di rumah, dan antarpembeli kesemuanya

digolongkan ke dalam ragam  takbaku.

Yang dimaksud dengan bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang

dijadikan pokok, yang diajukan dasar ukuran atau yang dijadikan standar. Ragam

bahasa ini lazim digunakan dalam:

a.    Komunikasi resmi, yakni dalam surat menyurat resmi, surat menyurat dinas,

pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perundang-

undangan, penamaan dan peristilahan resmi, dan sebagainya.


9

b.    Wacana teknis seperti dalam laporan resmi, karang ilmiah, buku pelajaran, dan

sebagainya.

c.    Pembicaraan didepan umum, seperti dalam ceramah, kuliah, pidato dan

sebagainya.

d.   Pembicaraan dengan orang yang dihormati dan sebagainya. Pemakaian (1) dan (2)

didukung oleh bahasa baku tertulis, sedangkan pemakaian (3) dan (4) didukung oleh

ragam bahasa lisan.

Ragam bahasa baku dapat ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a.    Penggunaan Kaidah Tata Bahasa

Kaidah tata bahasa normatif selalu digunakan secara ekspilisit dan konsisten.

b.    Penggunaan Kata-Kata Baku

Kata-kata yang dipakai adalah kata-kata umum dan sudah lazim digunakan atau yang

frekuensi penggunaanya cukup tinggi. Kata-kata yang belum lazim atau masih

bersifat kedaerahan sebaiknya tidak digunakan, kecuali dengan pertimbangan-

pertimbangan khusus.

c.    Penggunaan Ejaan Resmi Dalam Ragam Tulisan

Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan bahasa Indonesia yang

disempurnakan (EYD). EYD mengatur mulai dari penggunaan huruf, penulisan kata,

penulisan partikel, penulisan angka penulisan unsur serapan, sampai pada

penggunaan tanda baca.


10

d.   Penggunaan Lafal Baku Dalam Ragam Lisan

Hingga saat ini lafal yang benar atau baku dalam bahasa Indonesia belum pernah

ditetapkan. Tetapi ada pendapat umum bahwa lafal baku dalam bahasa Indonesia

adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau lafal daerah.

e.    Penggunaan Kalimat Secara Efektif

Kalimat-kalimat yang digunakan dapat dengan tepat menyampaikan pesan

denganlisan atau tulisan kepada pendengar atau pembaca, persis seperti yang di

maksud pembicara atau penulis.

Secara keseluruhan ragam baku itu hanya ada satu dalam sebuah bahasa,

dengan kata lain ragam-ragam selebihnya (termasuk dialek) merupakan ragam

nonbaku. Dari sudut kebahasaan, terdapat perbedaan antara ragam baku dan nonbaku

antara lain tata bunyi, tata bentukan, kosa kata, dan tata kalmat. Dalam BI ejaan yang

diakui baku adalah EYD, sehingga penulisan yang tidak sesuai dengan EYD adalah

ejaan nonbaku. Sayangnya dalam BI belum ada pengaturan yang tuntas mengenai

pelafalan, sehingga batas antara baku dan nonbaku masih agak kabur meski tetap ada

batas-batas tertentu yang memisahkan keduanya.

Kalau diperhatikan pemakaian kedua ragam bahasa itu, ragam baku adalah

ragam bahasa yang dilambangakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat

pemakaiannya. Sebagai kerangka rujukan, ragam baku berisi rujukan yang

menentukan benar tidaknya pemakaian bahasa, baik ragam lisan maupun ragam

tulisan, sedangkan ragam takbaku selalu ada kecenderungan untuk menyalahi

norma/kaidah bahasa yang berlaku.


11

3.      Ragam Bahasa Berdasarkan Bidang Fungsional

a.       Ragam Bahasa Ilmiah

Ciri bahasa indonesia ragam ilmiah:

1)      Bahasa Indonesia ragam baku;

2)      Pengunaan kalimat efektif;

3)      Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda;

4)      Pengunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan menghindari

pemakaian kata dan istilah yang bermakna kias;

5)      Menghindari penonjolan persona dengan tujuan menjaga objektivitas isi

tulisan; dan

6)    Adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi dan Antaralinea.

b.      Ragam Bahasa Sastra

Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra banyak mengunakan

kalimat yang tidak efektif. Pengambaran yang sejels-jelasnya melalui rangkaian kata

bermakna  konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar

tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca.

c.       Ragam Bahasa Iklan

Bergaya bahasa hiperbola, berpersuasif, dan berkalimat menarik, ciri-ciri ragam

bahasa iklan. Selain itu, ragam bahasa iklan bernada sugestif dan propogandis.

d.      Ragam Bahasa Bidang-bidang Tertentu

Ragam bahasa ini digunakan pada bidang-bidang tertentu seperti transportasi,

komputer, ekonomi, hukum, dan psikologi.diagnosis, infus, dan USG adalah contoh

istilah dalam bidang kedokteran.


12

2.3 Ragam Bahasa Pidato Ilmiah (Presentasi Ilmiah)

Persentasi ilmiah adalah penyajian bahan ilmiah oleh seseorang di suatu

forum yang pesertanya secara sukarela terlibat aktif dalam interaksi verbal ilmiah

untuk mencapai tujuan dalam waktu yang tersedia.Fungsinya yaitu sarana

penyebaran informasi ilmiah, baik konseptual maupun prosedural. Ragam pidato

ilmiah terdiri atas beberapa jenis yaitu: Presentasi Ilmiah, Presentasi skripsi,

Presentasi tesis, Presentasi disertasi, Pidato pengukuhan guru besar untuk

mendapat hasil yang optimal, seorang presenter ilmiah harus memperhatikan

beberapa hal, yaitu: Untuk mendapatkan hasil yang optimal, seorang presenter

harus memperhatikan beberapa hal, yaitu:

a. Etika ilmiah Tata Cara dan Etika Presentasi Ilmiah, Presentasi ilmiah akan

berhasil jika penyaji menaati tata cara yang lazim. Pertama, penyaji perlu

memberi informasi kepada peserta secara memadai. Informasi tersebut akan

dipahami dengan baik jika peserta memperoleh bahan tertulis, baik bahan lengkap

maupun bahasan presentasi powerpoint. Jika diperlukan, bahan dapat dilengkapi

dengan ilustrasi yang relevan. Apabila bahan ditayangkan, harus dipastikan

bahwa semua peserta dapat melihat layar dan dapat membaca tulisan yang

disajikan. Kedua, penyaji menyajikan bahan dalam waktu yang tersedia. Untuk

itu, penyaji perlu merencanakan penggunaan waktu dan menaati panduan yang

diberikan oleh moderator. Ketiga, penyaji menaati etika yang berlaku di forum

ilmiah karena forum ilmiah merupakan wahana bagi ilmuwan dan akademisi dari

berbagai disiplin ilmu saling asah otak dan hati serta bertukar berbagai informasi
13

akademik, baik sebagai hasil pemikiran maupun hasil penelitian. Dalam forum

tersebut, ada beberapa peran yang dimainkan oleh aktor yang berbeda, yakni

penyaji, pemandu (moderator), notulis, peserta, dan teknisi. Semua pihak wajib

melakukan tugasnya dan menjaga agar jalannya presentasi ilmiah dapat berjalan

dengan lancar sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan.

b. Ketentuan lembaga (universitas) Yaitu mengikuti Formal penulisan sesuai

dengan ketentuan lembaga atau universitas, mengikuti prosedur yang berlaku

pada suatu lembaga atau universitas, dan mengikuti system yang berlaku pada

lembaga atau universitas.

c. Kemampuan personal Yaitu bersikap simpatik,sopandan hormat kepada

pendengar , satun dalam setiap tutur kata, tidak menunjukan kemampuan diri

secara berlebihan, menghindari subjektivitas dengan menggunakan aku,

saya,piker, dan lain- lain. Sebaiknya seorang presenter menggunakan kata

pengalaman membuktikan, uji coba menunjukan, dan lain-lain, kemudian pakaian

juga harus sopan, bersikaf positif, serius,cermat, dan percaya diri.

d. Kemampuan teknis yaitu menganalisis data primer dan sekunder baik

kualitatif maupun kuantitatif (Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat

diukur secara pasti) mengaplikasikan penggunaan pustaka, melengkapi

pembuktian teori dari buku yang dipakai ataupun foto kopi halaman yang dikutip

dari buku jika buku asli tidak ada, menggunakan sarana visual seperti LCD, OHP,

Peraga, dan data, dan data yang berupa gambar, garafik, atau data lain yang
14

relevan. Ketika melakukan presentasi ilmiah, presenter juga dituntut untuk

berusaha sekuat tenaga agar bahasa Indonesia lisan yang digunakan diwarnai oleh

sifat-sifat ragam bahasa Indonesia ilmiah sebagaimana yang dikemukakan di atas.

Sementara itu, beberapa fasilitas dalam penggunaan bahasa lisan tetap dapat

dimanfaatkan, misalnya adanya kesempatan untuk mengulang-ulang menekankan

dengan menggunakan intonasi, jeda, dan unsur intonasi lainnya. Be Super

Presenter:

1.ANTUSIAS, menampilkan semangat hidup diri

2.BERWIBAWA, menggerakkan orang untuk melakukan sesuatu

3.POSITIF, melihat peluang dalam setiap saat

4.SUPEL, mudah menjalin hubungan dengan peserta

5.HUMORIS, berhati lapang, tetap mengikuti irama

6.LUWES, menemukan banyak cara

7.FASIH, berkomunikasi dengan jelas, fasih dan benar

8.TULUS, memiliki niat dan motivasi positif

9.INTERAKTIF, hubungan pembicara peserta hidup

10.MEMOTIVASI, mengairahkan pendengar, membangun harapan


15

2.4 Ragam Ilmiah dalam Menulis Akademik

Menggunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam menulis dan presentasi

ilmiah berarti memanfaatkan potensi bahasa Indonesia untuk memaparkan fakta,

konsep, prinsip, teori atau gabungan dari keempat hal tersebut, serta hasil

penelitian secara tertulis dan lisan. Itu berarti bahwa pada saat menulis tulisan

ilmiah, penulis harus berusaha keras agar bahasa Indonesia yang digunakan

benar-benar menunjukkan sifat yang cendekia, lugas dan jelas, mengindari

kalimat yang fragmentasi, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan

padat, dan konsisten. Sifat-sifat bahasa Indonesia yang demikian ditampakkan

pada pilihan kata, pengembangan kalimat, pengembangan paragraf, kecermatan

dalam menggunakan ejaan, dan aspek-aspek lainnya. Contoh : Berbahasa adalah

aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang lain, kegiatan

berbahasa baru dapat terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Di dalam

berbicara, pembicara dan lawan bicara sama- sama menyadari bahwa ada kaidah-

kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, inpterpretasi-

interpretasi lainnya terhadap tindakan lawan bicara. Setiap peserta penutur

bertanggung jawab atas tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah kebahasaan

yang dilakukan dalam interaksi lingual itu.


16

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia

yang digunakan dalam pertemuan dan penulisan karya ilmiah. Dalam bahasa ragam

ilmiah memiliki ciri khas yakni cendekia, lugas dan jelas, menghindari kalimat

fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan

konsisten. Terdapat berbagai macam ragam bahasa. Untuk mendapatkan hasil yang

optimal, seorang presenter ilmiah harus memperhatikan beberapa hal, yaitu : etika

ilmiah, ketentuan lembaga (universitas), kemampuan personal, dan kemampuan

teknis. Menggunaan bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam menulis dan presentasi

ilmiah berarti memanfaatkan potensi bahasa Indonesia untuk memaparkan fakta,

konsep, prinsip, teori atau gabungan dari keempat hal tersebut, serta hasil penelitian

secara tertulis dan lisan.


17

DAFTAR PUSTAKA

 Tim Pengajaran Bahasa Indonesia Universitas Hasanuddin.2008.”Himpunan

Materi Kuliah Bahasa Indonesia”.Makassar: UPT MKU Universitas Hasanuddin.

 Haedar, Darmayanti. “Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah”.

http://www.slideshare.net/darmayantihaedar/makalah-presentasi-1-bahasa-

indonesia-ragam-ilmiah. diakses pada tanggal 26 Februari 2015.

 http://somasalims.blogspot.com/2011/03/bahasa-indonesia-ragam-ilmiah.html.

diakses pada tanggal 26 Februari 2015.

Anda mungkin juga menyukai