Anda di halaman 1dari 14

-

-
-

Ditulis oleh : Dr. Andy Octavian Latief

Layout isi &


Desain Cover : Bayu Prayuda

Cetakan : Jumadats Tsaniyyah 1441 H

Penerbit : Indonesia Bertauhid


Pogung Dalangan, 16A 50/10 Sinduadi, Mlati,
Sleman, Yogyakarta
Dilarang memperbanyak buku ini tanpa izin langsung dari penerbit.
Ilmu itu bisa berupa nukilan yang benar atau berupa is-
tidlal yang akurat. Adapun selainnya maka bisa berupa ke-
batilan yang tertolak atau berupa sesuatu yang ditangguhkan,
tidak diketahui apakah ia palsu atau murni. Maka tafsir itu
ada dua jenis: tafsir dengan atsar dan tafsir dengan ra’yi.

Adapun tafsir dengan atsar, maka bisa berasal dari yang


ma’shum, seperti hadits Nabi n jika shahih sanadnya, atau
seperti ijma’ sahabat dan tabi’in jika terbukti adanya, atau bisa
berasal dari yang tidak ma’shum, seperti nukilan dari individu
sahabat dan tabi’in.
Metode tafsir yang paling baik: Menafsirkan al-Qur’an
dengan al-Qur’an. Apa yang disebut secara umum di sebuah
tempat maka ia diperinci di tempat lain. Dan apa yang dise-
but secara ringkas di sebuah tempat maka ia dijelaskan di
tempat lain. Jika tidak bisa dilakukan, maka tafsirlah dengan
menggunakan as-Sunnah, karena ia menjelaskan dan men-
erangkan al-Qur’an.

Jika engkau tidak menemukan tafsirnya di al-Qur’an


maupun di as-Sunnah, maka merujuklah kepada perkataan
para sahabat. Jika mereka berselisih pendapat, maka sebagian
besarnya adalah ikhtilaf tanawwu’, bukan ikhtilaf tadhad.

Dan ia terdiri atas dua jenis. Pertama: Setiap dari mereka


menggunakan lafazh yang berbeda dengan lafazh orang lain,
yang menunjukkan makna yang berbeda dengan makna yang
disebutkan oleh orang lain tersebut, sementara yang dimak-
sudkan itu sama. Ini termasuk kategori nama-nama yang mu-
takafi’ah, yang itu adalah di antara mutaradifah dan mutabayi-
nah.

Kedua: Setiap dari mereka menyebutkan sebagian jenis


dari sebuah nama yang umum, menyebutkannya dalam rang-
ka sebagai contoh dan memberikan pemahaman kepada pen-
dengar tentang jenis tersebut, bukan dalam rangka sebagai
definisi yang benar-benar sesuai, baik dalam keumumannya
ataupun dalam kekhususannya.

‘Ibrahnya adalah ada pada keumuman lafazh, bukan


kekhususan sebab. Mengetahui sababun-nuzul membantu kita
untuk memahami ayat, karena memiliki ilmu tentang sebab
akan membuat kita memiliki ilmu tentang ayat tersebut.

Dan perkataan mereka, “Ayat ini turun tentang hal ini dan
itu,” maka terkadang maksudnya adalah sebab turunnya ayat
tersebut, dan terkadang maksudnya adalah bahwa hal terse-
but tercakup dalam makna ayat, bukan bahwa ia adalah
sebab turunnya ayat.

Jika salah seorang dari mereka menyebutkan sebuah


sebab turunnya ayat, kemudian orang lain menyebutkan
sebab lainnya, maka keduanya bisa sama-sama benar karena
ayat tersebut turun setelah sebab-sebab tersebut, atau karena
ayat tersebut turun dua kali.

Jika sebuah lafazh itu mengandung dua kemungkinan


makna, maka bisa jadi karena lafazh tersebut memiliki dua
makna yang berbeda, atau karena lafazh tersebut memiliki
satu makna pokok tetapi yang dimaksudkan dalam ayat terse-
but adalah salah satu makna konteksnya.
Maka yang seperti ini bisa jadi boleh bagi kita untuk
mengambil semua yang disebutkan oleh para salaf tersebut,
atau bisa jadi tidak boleh. Bisa jadi boleh jika ayat tersebut
turun dua kali, atau lafazh tersebut memiliki dua makna dan
boleh bagi ayat tersebut untuk dipahami dengan kedua mak-
nanya, atau lafazh tersebut memiliki makna pokok sehingga
ia tetap dalam keumumannya jika tidak ada yang mengharus-
kan untuk mengkhususkannya.

Di antara perkataan salaf yang dianggap sebagai ikhtilaf


oleh sebagian orang adalah: Mereka hendak menyampaikan
sebuah makna dengan lafazh yang mirip, bukan dengan
lafazh yang sinonim, karena sinonim di bahasa Arab itu sedi-
kit. Adapun di al-Qur’an, maka sinonim itu jarang atau
bahkan tidak ada. Ini adalah di antara aspek mukjizatnya al-
Qur’an.

Dan bahwa orang Arab memasukkan makna kata kerja


ke dalam kata kerja dan menyamakannya dalam aspek
transitifnya. Maka di sini sebagian orang telah melakukan
kesalahan ketika mereka menjadikan sebagian huruf itu
menempati tempat sebagian huruf yang lain.

Jika engkau tidak menemukan tafsirnya di al-Qur’an, di


as-Sunnah, maupun di perkataan para sahabat, maka banyak
dari para imam yang merujuk kepada perkataan para tabi’in.
Dan perkataan sebagian dari mereka bukan hujjah atas seba-
gian lainnya, dan bukan pula hujjah atas orang-orang setelah
mereka.

Dan ikhtilaf di antara mereka lebih banyak daripada ikhtil-


af di antara sahabat. Semakin mulia sebuah generasi maka
semakin kuat persatuan, kesepakatan, ilmu, dan penjelasan
yang ada pada mereka.
Isra’iliyyat disebutkan sekedar sebagai bukti penguat,
bukan sebagai akidah. Ia banyak ditemukan di tafsir para ta-
bi’in. Dan ia terdiri atas empat jenis: (1) Apa yang kita
ketahui keshahihannya karena kita memiliki bukti yang men-
guatkannya, (2) apa yang kita ketahui kedustaannya karena
kita memiliki bukti yang menyelisihinya, (3) apa yang tidak
masuk akal, dan (4) apa yang statusnya masih ditangguhkan,
maka kita tidak mengimaninya dan juga tidak mendustakann-
ya, akan tetapi boleh menukilnya dan menyebutkan khilaf
tentangnya. Dan sebagian besarnya adalah hal-hal yang tidak
berfaidah secara agama.

Nukilan di tafsir itu bisa tanpa sanad, yaitu marasil, dan


bisa dengan sanad yang tidak shahih, seperti nukilan tentang
maghaziy dan malahim. Akan tetapi ia diterima: jika para ahli
ilmu telah menerimanya dan membenarkannya dan mereka
bersepakat atasnya, atau jika sanadnya itu banyak dan tanpa
ada kesepakatan untuk mengarangnya secara sengaja dan ju-
ga tanpa ada kebetulan yang tidak disengaja, atau jika mem-
iliki kesamaan dalam makna pokok walaupun lafazhnya ber-
beda-beda.

Maka, yang pertama itu karena umat Islam tidak akan


bersepakat di atas kesalahan, yang kedua itu karena nukilan
jika tanpa disertai kedustaan yang disengaja dan kesalahan
yang tidak disengaja maka nukilan itu benar, dan yang ketiga
itu karena sebagiannya mendukung sebagian lainnya.

Adapun tafsir dengan ra’yi maka ada dua jenis. Pertama:


Tafsir dengan sekedar akal, maka ini haram. Barangsiapa
yang berkata tentang al-Qur’an dengan akalnya maka dia te-
lah memaksakan sesuatu yang dia tidak memiliki ilmu ten-
tangnya dan tidak menapaki jalan yang telah diperintahkan
untuknya. Jika tafsirnya tersebut ternyata kebetulan benar,
maka dia tetap telah melakukan kesalahan, karena dia tidak
memasuki perkara tafsir ini dari pintunya. Akan tetapi, kasus
ini lebih ringan daripada jika tafsirnya tersebut ternyata salah.
Kedua: Tafsir dengan ijtihad, maka ini boleh.

Ibn ‘Abbas berkata: Tafsir itu ada empat macam: (1)


Tafsir yang diketahui oleh orang Arab melalui bahasa mere-
ka, (2) tafsir yang tidak seorang pun diberikan ‘udzur jika tid-
ak tahu tentangnya, (3) tafsir yang hanya diketahui oleh para
ulama’, dan (4) tafsir yang tidak diketahui oleh seorang pun
kecuali Allah.

Ketika menafsirkan dengan sekedar akal, maka bisa ter-


jadi kesalahan dari dua sisi. Pertama: Orang-orang yang
meyakini akidah yang menyimpang lalu menafsirkan al-
Qur’an sesuai dengan apa yang mereka yakini. Kedua: Orang
-orang yang menafsirkan al-Qur’an dengan sekedar kemung-
kinan makna lafazh dalam bahasa Arab, tanpa melihat pada
siapa yang diajak bicara dalam ayat tersebut dan tanpa
melihat pada konteks perkataannya.
Lahirnya Yayasan Indonesia Bertauhid bermula dari
rasa keprihatinan terhadap kondisi umat islam di Indo-
nesia yang dewasa ini tampak mengesampingkan pen-
didikan dan dakwah tauhid. Umat islam tersibukkan
dengan perdebatan dan permasalahan sosial ekonomi
politik dan seolah lupa bahwa tauhid harus menjadi lan-
dasan dan panduan dasar setiap muslim dalam
menghadapi semua problematika hidup. Oleh karena itu,
dakwah dan pendidikan tauhid perlu ditingkatkan pada
semua lapisan masyarakat. Gerakan Indonesia Bertauhid
sejak 2015, kemudian menjadi badan hukum sebagai
Yayasan Indonesia Bertauhid (disahkan pada tahun
2019) berikhtiar untuk hadir dan mengajak seluruh ele-
men umat islam untuk kembali menyemarakkan dakwah
tauhid di masyarakat. Yayasan Indonesia Bertauhid
berkedudukan di Yogyakarta dan dibina oleh Ustaz Aris
Munandar, M.PI dan Ustaz dr Raehanul Bahraen,
Sp.PK, M.Sc. Alhamdulillah dalam perjalanannya,
Yayasan Indonesia Bertauhid dimudahkan untuk me-
nyelenggarakan berbagai program bermanfaat seperti
1.Program ma'had sepekan sekali, membahas kitab-
kitab tauhid yang dibuat seperti pelajaran di sekolah (ada
ujian-ujian).
2.Progran dauroh, membahas tuntas satu kitab tau-
hid/akidah.
3.Program Belajar Tauhid Online, dengan total pe-
serta yang sudah ikut sekitar 25.000 peserta
4.Program tebar buku tauhid yang sudah menerbit-
kan puluhan ribu buku dan disebar ke berbagai pelosok
negeri.
5.Program dakwah online di social media dan web-
site dengan pengikut lebih dari satu juta akun.
Kami berharap, dakwah tauhid dapat semakin sema-
rak di Indonesia tercinta ini.

Daftar Rekening Indonesia Bertauhid:


BNI Syariah 455 655 455 9 - Donasi Umum & Oprasional
BNI Syariah 744 844 744 9 - Indonesia Bertauhid TV
BNI Syariah 644 744 644 3 - Tebar Buku & Sosial

Semua an. Yayasan Indonesia bertauhid

Konfirmasi ke WA 0895 37660 3093 - Humas IB

Anda mungkin juga menyukai