Anda di halaman 1dari 19

The Agency Cost Theory

PAPER / MAKALAH

Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah

Manajemen Keuangan

Program Pasca Sarjana Program Studi Magister Manajemen

Oleh:
Irawan
NIM: 201961015

PROGRAM PASCA SARJANA


PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI IPWIJA
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang

merupakan salah tugas mata kuliah manajemen operasional dengan judul “The

Agency Cost Theory”.

Maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk melengkapi salah satu

syarat dalam menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah manajemen operasional

pada Program Pasca Sarjana – Program Studi Magister Manajemen pada Sekolah

Tinggi Ilmu Ekonomi - Institut Pengembangan Wiraswasta Indonesia Jakarta

(STIE - IPWIJA) di Jakarta.

Adapun isi dari makalah ini yaitu menjelaskan penerapan manajemen

operasional di PT. SEC atau yang di singkat dengan SEC. Penyusun

menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Susanti Widhiastuti SE, MM,

selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Keuangan yang telah

membimbing dalam penyusunan makalah ini.

Pada akhirnya penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat

bermanfaat dengan baik bagi penulis sendiri maupun bagi para peneliti lanjutan

yang memerlukan sebagai literatur atau bahan referensi.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
TEORI KEAGENAN / AGENCY THEORY..........................................................4
Bagaimana Mengatasi Masalah Keagenan.....................................................7
Biaya Agensi (Cost Agency)........................................................................11
Tujuan dan Manfaat Teori Agensi................................................................12
PERMASALAHAN...............................................................................................13
SOLUSI & KESIMPULAN...................................................................................16

iii
TEORI KEAGENAN / AGENCY THEORY

Teori keagenan atau teori agensi adalah teori yang menjelaskan tentang


hubungan kerja antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dan manajemen.
Manajemen adalah Agen. Ditunjuk oleh pemegang saham (prinsipal). Diberi tugas
dan kewenangan untuk mengelola perusahaan. Atas nama pemegang saham.
Teori keagenan atau teori agensi muncul ketika pemegang saham mempekerjakan
pihak lain. Untuk mengelola perusahaannya. Teori agensi melakukan pemisahan
terhadap pemegang saham (prinsipal) dengan manajemen (agen). Meskipun
prinsipal adalah pihak yang memberikan wewenang kepada agen, namun prinsipal
tidak boleh mencampuri urusan teknis dalam operasi perusahaan. Urusan
keduanya: terpisah. Tidak tercampur. Contoh teori agensi dalam kehidupan
sehari hari: seorang pengusaha warnet yang tidak bisa mengelola dan menjaga
warnet yang dimiliki karena kesibukannya.

Pemilik warnet (disebut prinsipal) kemudian menyuruh orang lain untuk


mengelola warnetnya. Menjaganya siang malam. Orang yang ditunjuk adalah
bertindak sebagai AGEN dari pemiilik warnet. Sebagai orang yang disuruh. Agen
punya kewenangan mengelola warnet. Agen akan mendapatkan imbalan (gaji).
Dan dia harus bertanggung jawab kepada pemilik warnetnya. Atau bosnya.
Lalu apa menariknya hubungan agen dan prinsipal sampai harus ada teori
agensi, Itukan hanya hubungan kerja semata, Atasan dan bawahan.
Masalahnya ini: setiap hubungan, potensi masalah akan selalu ada. Hubungan

4
5

apapun itu. Termasuk hubungan agen dan prinsipal itu. Terlebih diperusahaan
skala besar. Bahkan ini: muncul biaya yang harus dikeluarkan hanya untuk
mengawasinya.
Teori agensi berfungsi untuk menganalisa dan menemukan solusi terhadap
masalah masalah yang ada dalam hubungan keagenan antara manajemen dan
pemegang saham. Pada tingkat usaha yang masih kecil, seperti usaha warnet tadi,
pemilik masih bisa mengelola sendiri warnet yang dia miliki, kalaupun harus
menyusurun "agen" untuk menjaganya, pengawasannya masih mudah. Yang
mengelola warnet mungkin maksimal hanya 2 orang. Mengawasi 2 orang tersebut
masih gampang walaupun ada potensi konflik, kecurangan dan yang lainnya yang
bisa merugikan.
Bagaimana jika skala usaha yang lebih besar, masif, ada jutaan kegiatan
yang dilakukan dan terdiri dari banyak komponen dan sistem yang rumit seperti
perusahaan besar, cara mengawasinya lebih susah. Potensi adanya masalah kian
besar. Bahkan perlu biaya hanya untuk mengawasi agen tersebut.

Masalah Teori Keagenan


Mengapa agen harus diawasi, untuk jaga jaga. Prinsipal harus berhati hati
agar tidak dirugikan. Oleh agen yang ditunjuknya. Dirugikan bagaimana, pada
teori keagenan, setiap pihak diasumsikan selalu bertindak untuk kepentingan
dirinya sendiri. Terutama: manajemen. Mereka punya kewenangan. Mereka yang
mengatur jalannya perusahaan. Agen yang pegang transaksinya. Pegang uangnya.
Pegang hampir semuanya. Jika mereka berbuat curang: prinsipal akan rugi. Posisi,
fungsi, kondisi dan situasi, tujuan, latar belakang dan keinginan manajemen bis
berbeda dengan keinginan pemilik. Kondisi ini akan memunculkan konflik
kepentingan (conflict of interest). Akhirnya: muncul masalah keagenan (agency
problem). Prinsipal bisa dirugikan oleh kegiatan manajemen.
Alih alih bisa menghasilkan keuntungan yang tinggi, manajemen bisa
melakukan hal hal yang merugikan seperti:
Mengangkat bawahan dengan nepotisme
Tidak memecat bawahan yang tidak memiliki kemampuan yang memadai
6

Memalsukan laporan.

Boros dalam pengeluaran yang tidak berdampak banyak terhadap kemajuan


perusahaan. Bahkan agen bisa menambah fasilitas dan gaji mereka sendiri.
Makanya: kebijakan dan aktivitas manajemen perusahaan harus diawasi.
Perbedaan tujuan dan kepentingan bahkan bukan hanya melibatkan antara
manajemen dengan pemegang saham saja, namun juga merambat kepihak-pihak
lain. Pada teori agensi setidaknya ada 3 macam konflik kepentingan yang bisa
terjadi pada perusahaan:
 Pemegang saham vs manajemen
 Pemegang saham vs kreditur
 Manajemen vs bawahan
Seandainya saja pemegang saham dan manajemen memiliki inforimasi yang
sama mengenai perusahaan, mungkin saja masalah agensi tidak akan rumit
walaupun manajemen memiliki kepentingan yang berbeda. Prinsipal bisa lebih
mudah mengontrolnya karena sudah memiliki informasi yang lengkap. Terutama
tentang apa saja yang dilakukan oleh agen. Nyatanya, informasi yang seimbang
antara yang diterima manajemen dan pemegang saham tidak seimbang.
Manajemen mempunyai informasi yang lebih lengkap dan rinci tentang
perusahaan dibandingkan pemegang saham. Terjadi asimetri informasi. 
Asimetri informasi bisa memicu masalah keagenan. Kondisi pemegang saham
yang tidak mengetahui informasi sedatail manajemen bisa dimanfaatkan oleh
manajemen yang lebih mengetahui informasi apa saja mengenai perusahaan untuk
memperoleh keuntungan pribadi. Ada potensi agen menyembunyikan informasi.
7

Bahkan agen bisa saja mempengaruhi angka angka laporan yang disajikan yang
bisa menguntungkan dirinya sendiri dan merugikan pemegang saham.
Agen bisa saja memberikan informasi yang tidak benar kepada prinsipal.
Seolah olah perusahaan sedang berkinerja baik walaupun kenyataannya tidak
demikian. Ketidaktahuan prinsipal memberikan celah bagi manajemen untuk
melakukan manajemen laba (memanipulasi laporan keuangan) untuk kepentingan
dirinya sendiri.

Bagaimana Mengatasi Masalah Keagenan

Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengatasi atau lebih
tepatnya meminimalkan konflik kepentingan yang terjadi antara prinsipal dan
agen, seperti yang diutarakan oleh Bathala(1994):
 Menyamakan kepentingan manajemen
Salah satu cara mengatasi atau paling tidak meminimalkan masalah
keagenan adalah dengan mensejajarkan atua menyamakan kepentingan
antara pemegang saham dengan manajemen.

Untuk mensejajarkan kepentingan agen, prinsipal bisa memberikan bagian


saham yang dimiliki kepada manajemen. Pemberian bagian saham ini bias
membuat manajemen akan memberikan kinerja terbaiknya tanpa harus
melakukan hal hal yang bisa merugikan pemegang saham karena
manajemen sendiri adalah pemegang saham juga. Kecil kemungkinan
manajemen merugikan dirinya sendiri. Maka pemberian bagian saham ini
8

bisa mengurangi biaya agensi. Strategi ini dikenal dengan istilah bonding
mechanism atau mengikat manajemen dengan pemberian modal. Namun,
apabila manajemen menjual lagi saham yang telah dimiliki. Maka akan
timbul masalah lagi tentunya.
 Pengawasan Good corporate governance (GCG)
Secara umum, Good corporate governance (GCG) adalah sebuah peraturan
yang berhubungan dengan hubungan antara manajemen, pemegang saham,
kreditur, karyawan, pemerintah dan pihak pihak yang berkepentingan
(stakeholder) yang lain yang berkaitan dengan hak dan kewajibannya
masing masing. Prinsip dari GCG adalah akuntabilitas, transparan,
responsibilitas dan keadilan. Masalah utama dalam teori agensi adalah
adanya asimetri informasi. GCG paling tidak bisa mengurangi asimetri
informasi, dan membatasi tindakan manipulasi laporan keuangan oleh
manajemen. Dalam menilai kinerja manajemen, pemegang saham selalu
mengandalkan informasi dari laporan keuangan yang disajikan
manajemen. Namun, laporan keuangan yang disusun oleh manajemen
apakah bisa dipertanggungjawabkan kebenarannnya, Apakah pemegang
saham akan langsung percaya. Tentu saja tidak. Pemegang saham tidak
langsung percaya terhadap laporan keuangan yang disusun oleh agen.
Karena potensi penyimpangan dan manipulasi laporan keuangan selalu
ada. Untuk itu, manajemen keuangan mewajibkan laporan keuangan
tersebut untuk diperiksa dengan cara AUDIT. Pemegang saham akan
mengeluarkan dana (agency cost) menyuruh pihak yang independen
(auditor) untuk memeriksa laporan keuangan yang diterbitkan agen.
Pemeriksaaan audit ini bertujuan agar laporan keuangan yang dihasilkan
memang benar benar berkualitas tanpa ada penyimpangan-penyimpangan
didalamnya. Audit bukan hanya dibutuhkan oleh pemegang saham,
kreditor bahkan manajemen sendiripun memerlukan audit. Dengan audit,
manajemen bisa memberikan legitimasi bahwa mereka telah bekerja
dengan baik dan jujur. Kreditor juga membutuhkan laporan hasil audit
untuk memastikan kemampuan perusahaan dalam melunasi piutang dan
9

bunganya. Bisa dikatakan bahwa auditor menjadi jembatan yang


menghubungkan kepentingan pihak yang terlibat dalam masalah keagenan.
Akuntanbilitas dan transparansi pada proses kinerja perusahaan akan
meminimalkan adanya penyimpangan oleh agen. Sebagai tambahan,
laporan keuangan manajemen yang tepat waktu akan mengurangi
terjadinya asimetri informasi. Semakin tidak tepat waktu, maka laporan
keuangan bisa tidak relevan dengan kondisi terkini.
 Pemberian reward dan punishment (penghargaan dan hukuman)
Pemberian reward dan punishmed (penghargaan dan hukuman) kepada
manajemen bisa menurunkan masalah agensi. Pemberian reward dan
punishment ditentukan berdasarkan kinerja dari manajemen.
Manajemen berkinerja baik tentu akan mendapatkan reward dan begitu
juga sebaliknya apabila kinerja manajemen tidak memuaskan bisa
mendapatkan ancaman atau hukuman dari pemegang saham.
Penghargaan
Pemberian reward bisa berupa pemberian insentif, bonus atau remunerasi
yang memadai bahkan pemberian bagian saham yang diberikan sebagai
apresiasi kinerja manajemen. Prinsipal menilai manajemen berdasarkan
kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi laba
maka semakin tinggi dividen yang akan dibagikan, semakin tinggi pula
insentif yang akan diterim aleh manajemen. Pemberian insentif ini bisa
mendorong manajemen untuk memberikan kinerja terbaiknya kepada
pemegang saham.
Pemberian (ancaman) Hukuman
Pemberian ancaman bahkan hukuman terhadap manajemen yang
berperilaku menyimpang dan merugikan pemegang saham bisa dilakukan
untuk mengatasi masalah keagenan. Hukuman yang diberikan oleh
pemegang saham bisa berupa pemecatan, merotasi atua memindahkan
tempat kerja dan posisi seseorang ketempat dan posisi yang jauh lebih
buruk dibanding sebelumnya. Bahkan jika terbukti melakukan manipulasi
yang melanggar hukum, pemegang saham bisa menjeratnya dengan
10

hukum pidana. Pemberian hukuman tentu sangat ditakuti oleh manajemen.


Ancaman hukuman membuat manajemen bekerja sebaik mungkin agar
mendapatkan hasil yang maksimal dan terhindar dari hukuman.
Manajemen akan berpikir berkali kali jika tidak ingin ketahuan melakukan
kecurangan.
11

 Utang sebagai sumber pendanaan perusahaan


Utang bisa menjadi salah satu cara meminimalkan masalah keagenan pada
manajemen. Dengan utang, maka ada pihak lain yang ikut mengawasi
kinerja dari manajemen perusahaan, yaitu KREDITUR.
Jadi bukan hanya pemegang saham selaku prinsipal saja yang akan
mengawasi manajemen perusahaan, namun juga pihak eksternal yaitu
kreditur juga mengawasi kinerjanya. Semakin banyak yang mengawasi
maka peluang manajemen melakukan tindakan yang bisa merugikan akan
semakin kecil. Kreditur tentu berkepentingan untuk mengawasi
manajemen agar manajemen tetap menghasilkan keuntungan untuk
perusahaan agar piutangnya bisa dilunasi beserta bunganya.
Pengawasan oleh kreditur ini akan meminimalkan biaya pengawasan yang
harus dikeluarkan oleh prinsipal. Namun, penggunaan utang yang
berlebihan juga memunculkan masalah lain dalan teori agensi. Utang bisa
memicu munculkna konflik antara pemegang saham dan kreditur. Terlebih
jika ada syarat-syarat tertentu dalam perjanjian utang yang bisa bertolak
belakang dengan keinginan dari pemegang saham. Kreditur bisa
membatasi penggunaan utang tersebut kepada agen. Rasio utang terhadap
ekuitas harus diperhatikan agar tidak terjadi masalah keagenan.
 Intervensi langsung oleh pemegang saham
Internvensi langsung oleh pemegang saham dapat membuat agen
mengalami tekanan dan cenderung untuk main aman, tidak mau
mengambil risiko dengan tidak mementingkan keuntungan pribadinya.
 Meningkatkan kepemilikan saham oleh institusi
Peningkatan kepemilikan saham oleh pihak lain akan membuat biaya
agensi menjadi lebih ringan dan manajemen akan semakin banyak yang
mengawasi.
Ketika ada tambahan pemegang saham dari pihak lain, otomatis pihak lain
juga akan mengawasi aktivitas manajemen. Semakin banyak pihak yang
mengawasi, maka semakin kecil peluang manajemen untuk melakukan
penyimpangan.
12

Biaya Agensi (Cost Agency)

Biaya keagenan atau cost agency adalah biaya yang dikeluarkan oleh
pemegang saham untuk memastikan manajemen berperilaku tidak merugikan
pemegang saham dan bertindak untuk memaksimalkan kesejahteraan prinsipal.
Jurnal pada makalah teori agensi yang berjudul Journal of Finance oleh Michael J
dan William M (1976) mengatakan setidaknya ada 3 jenis biaya agen:
 Biaya yang dikeluarkan untuk mengawasi aktivitas manajerial.
contohnya biaya audit.
 Biaya yang dikeluarkan untuk membatasi tindakan manajemen yang tidak
diinginkan.
Contohnya menunjuk anggota dari luar untuk dewan direksi atau hierarki
manajemen.
 Biaya peluang (opportunity cost) ketika suara pemegang saham dibatasi. 
Pengaturan pengeluaran biaya agen harus diatur agar tidak berlebihan. Biaya
keagenan tidak boleh "besar pasak daripada tiang".  mengeluarkan banyak biaya
hanya untuk pengawasan namun dengan output yang tidak sebanding dengan
biaya yang dikeluarkan.
Sedangkan Jensen and Meckling [1976] membagi jenis biaya agensi ini menjadi 3
jenis:
 Monitoring cost. Biaya yang muncul untuk mengawasi, mengukur,
mengamati dan mengontrol perilaku agen.
 Bonding Cost. Biaya yang justru ditanggung oleh manajemen (agen)
untuk bisa mematuhi dan menetapkan mekanisme yang ingin
menunjukkan bahwa agen telah berperilaku sesuai dengan kepentingan
prinsipal.
 Residual Loss. Biaya yang berupa menurunnya kesejahteraan prinsipal
sebagai akibat dari adanya perbedaan keputusan agen dan keputusan
prinsipal.
13

Tujuan dan Manfaat Teori Agensi

Setidaknya terdapat 2 tujuan dan manfaat dari mekanisme teori agensi,


antara lain:
 Mengevaluasi hasil dari kontrak kerja antara prinsipal dan agen. Apakah
kontrak kerja sama telah berjalan dengan apa yang telah disepakati atau
tidak.
 Meningkatkan kemampuan baik prinsipal ataupun agen dalam
mengevaluasi kondisi dimana sebuah keputusan harus diambil.

Prinsipal dan agen adalah pelaku utama dalam teori agensi, mereka mempunyai
nilai tawar yang sama tinggi dalam peran dan kedudukan. Teori agensi fokus pada
kontrak yang akan dijalani harus kontrak kerjasama yang paling efisien.
Sebenarnya, masalah keagenan dan biaya biaya yang muncul pada teori keagenan
bisa ditekan sedemikian rupa mulai dari pertama kali hendak melakukan kontrak
antara pemegang saham dan manajemen. Kontrak kerjasama harus disusun
dengan jelas. Siapa yang pantas menjadi apa, siap yang pantas menduduki jabatan
fungsional apa dalam perusahaan nantinya. Berapa selayaknya imbal jasa yang
diberikan beserta insentif dan punishmentnya.
Fit and proper test mungkin perlu dilakukan dalam menyeleksi calon agen agar
terpilih calon yang memang yang terbaik dari beberapa pilihan yang ada. Kontrak
hubungan kerja yang optimal adalah kontrak kerja yang fairnes. Seimbang
diantara keduanya. Semakin besar tugas yang diberikan, semakin sulit masalah
yang akan dihadapi, maka semakin besar pula imbalan jasanya. Teori agensi atau
teori keagenan pada dasarnya hanya menyangkut hal hal seperti dibawah ini:
 Kontrol pemegang saham terhadap manajemen
 Biaya yang menyertai hubungan keagenan
 Meminimalkan dan menghindari biaya agensi
14

PERMASALAHAN

Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas

kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai principal diasumsikan

hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di

dalam perusahaan. Sedang para agen disumsikan menerima kepuasan berupa

kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut.

Karena perbedaan kepentingan ini masing-masing pihak berusaha memperbesar

keuntungan bagi diri sendiri. Principal menginginkan pengembalian yang

sebesar2nya dan secepatnya atas investasi yang salah satunya dicerminkan dengan

kenaikan porsi deviden dari tiap saham yang dimiliki. Agen menginginkan

kepentingannya diakomodir dengan pemberian kompensasi/bonus yang

“memadai” dan sebesar2nya atas kinerjanya. Principal menilai prestasi Agen

berdasarkan kemampuannya memperbesar laba untuk dialokasikan pada

pembagian deviden. Makin tinggi laba, harga saham dan makin besar deviden,

maka Agen dianggap berhasil/berkinerja baik sehingga layak mendapat insentif

yang tinggi.

Sebaliknya Agen pun memenuhi tuntutan Principal agar mendapatkan

kompensasi yang tinggi. Sehingga bila tidak ada pengawasan yang memadai maka

sang Agen dapat memainkan beberapa kondisi perusahan agar seolah2 target

tercapai. Permainan tersebut bisa atas prakarsa dari Principal ataupun inisiatif

Agen sendiri. Maka terjadilah Creative Accounting yang menyalahi aturan, misal:

adanya piutang yang tidak mungkin tertagih yang tidak dihapuskan; Capitalisasi

expense yang tidak semestinya; Pengakuan penjualan yang tidak semestinya; yang
15

kesemuanya berdampak pada besarnya nilai aktiva dalam Neraca yang

“mempercantik” laporan keuangan walaupun bukan nilai yang sebenarnya. Atau

bisa juga dengan melakukan income smoothing (membagi keuntungan ke periode

lain) agar setiap tahun kelihatan perusahaan meraih keuntungan, padahal

kenyataannya merugi atau laba turun. Salah satu hipotesis dalam teori ini adalah

bahwa manajemen dalam mengelolah perusahaan cenderung lebih mementingkan

kepentingan pribadinya daripada meningkatkan nilai perusahaan.

Contoh nyata yang dominan terjadi dalam kegiatan perusahaan dapat disebabkan

karena pihak agensi memiliki informasi keuangan daripada pihak prinsipal

(keunggulan informasi), sedangkan dari pihak prinsipal boleh jadi memanfaatkan

kepentingan pribadi atau golongannya sendiri (self-interest) karena memiliki

keunggulan kekuasaan (discretionary power). Contoh lain Agency theory

sebenarnya juga dapat dipahami dalam lingkup lembaga kemahasiswaan.

Pengurus yang dipercayakan menjadi perpanjangan tangan keluarga mahasiswa

untuk mengelolah organisasi menjadi agen yang idealnya mampu mengakomodasi

semua kepentingan keluarga. Namun, terkadang pengurus lembaga

kemahasiswaan tak mampu menjalankan ini dengan baik. Kecenderungan

pengurus lebih memilih melaksanakan kepengurusan sesuai dengan keinginannya.

Kepentingan keluarga menjadi terabaikan. Pengembangan akuntansi kontemporer

salah satunya adalah digunakannya Agency Theory dalam menjustifikasi

akuntansi positif. Menurut Baiman (1990), terdapat 3 model hubungan agensi

yaitu The Principal-Agent Model, The Transaction Cost Economics Model, The

Rochester Model. Ketiganya memiliki dua kerangka kesamaan dan dua


16

perbedaan. Kesamaannya, pertama, ketiganya memahami ketentuan dan penyebab

hilangnya efisiensi yang diciptakan oleh divergensi antara perilaku kerjasama dan

kepentingan individu; kedua, ketiganya menganalisa dan memahami implikasi

perbedaan proses pengendalian menghindari hilangnya efisiensi pada masalah

agensi. Sedangkan perbedaannya, pertama, menekankan perbedaan sumber-

sumber divergensi perilaku kerjasama dan kepentingan individu; kedua,

menekankan perbedaan aspek pada agenda riset pada umumnya; ketiga,

pemodelan berhati-hati yang mendasari konteks ekonomi yang menyebabkan

timbulnyamasalah agensi; keempat, derivasi optimalisasi hubungan kerja dan

memahami bagaimana hubungan kerja yang meringankan masalah agensi; kelima,

komparasi hasil-hasil untuk melakukan observasi praktik model yang dipakai dan

menganalisanya.Artinya dalam kerangka umum model hubungan agensi

memperlihatkan bahwa manajer melakukan maksimasi expected utility agar dapat

mempengaruhi desain kontrak kerja mereka. Pemilik dan manajer secara bersama

dibatasi biaya atas masalah agensi, sehingga memerlukan insentif untuk

mendesain kontrak yang mengurangi secara efisien masalah agensi. Dua tokoh

utama (principal dan agent) dalam interaksi bisnis tersebut sebenarnya mengarah

pada kepentingan yang sama, yaitu wealth (kekayaan). Bentuk ekstrim (extreme

ways) dari agency theory sendiri sebenarnya adalah ketika hubungan agensi

dijadikan mekanis-matematis untuk kepentingan legitimasi kepentingan “mutualis

insklusif“.

Terdapat tiga masalah utama dalam hubungan agensi, yaitu :

 Kontrol pemegang saham kepada manajer


17

 Biaya yang menyertai hubungan agensi

 Menghindari dan meminimalisasi biaya agensi

Hubungan agensi ini memotivasi setiap individu untuk memperoleh

sasaran yang harmonis, dan menjaga kepentingan masing-masing antara agen dan

principal. Hubungan keagenan ini merupakan hubungan timbal balik dalam

mencapai tujuan dan kepentingan masing-masing pihak yang secara eksplisit dan

sadar memasukkan beberapa penekanan seperti:

1. Kebutuhan principal akan memberikan kepercayaan kepada manajer

dengan imbalan atau kompensasi keuangan

2. Budaya organisasi yang berlaku dalam perusahaan

3. Faktor luar seperti karasteristik industri, pesaing, praktek kompensasi,

pasar tenaga kerja, manajerial dan isu-isu legal

4. Strategi yang dijalankan perusahaan dalam memenangkan kompetisi

global

SOLUSI & KESIMPULAN

Ditegaskan oleh Watts (1992) bahwa hubungan agensi kaitannya dengan laporan

keuangan perusahaan sangat dipengaruhi oleh kepentingan pasar dan politik.

Hubungan agensi dengan demikian tidak dibangun dari akar self-interest, tetapi

dengan cinta. Cinta akan tetap memberi kemanfaatan materi, saling berbagi dan

kebermaknaan hidup. Mudahnya, bila konsep kekayaan hanya dipandang sebagai

bentuk ekonomi semata, maka yang terjadi adalah konflik kepentingan di atas

hubungan kooperatif. Tetapi bila konsep kekayaan dipandang sebagai bentuk


18

trilogi, maka ada proses trust yang masuk dalam mekanisme hubungan, trust yang

didasari oleh cinta dan saling berbagi. Gagasan ini memang mirip seperti model

principal-agent yang lebih teoritis dan perlu diuji secara empiris, daripada

mendekat pada model positivist yang lebih empiris tetapi akan mereduksi konsep

teoritis yang sebenarnya penting seperti juga ditegaskan oleh Eisenhardt (1989).

Dalam rangka memotivasi para manajer dan pemegang saham agar berperilaku

dalam sikap yang memajukan tujuan perusahaan, Burdett dapat memberikan

rekomendasi kepada dewan direksi, yaitu :

1. Penilaian terhadap kinerja manajer dibuat dengan kontrak yang jelas sehingga

memotivasi agen bekerja dengan kepentingan terbaik principal

2. Principal memberikan pilihan rencana insentif jangka pendek dan jangka

panjang dan agen diberikan keleluasan dengan batasan yang menguntungkan

kepentingan para pemegang saham

Untuk mencegah kemungkinan terjadinya konflik2 tersebut, maka ada beberapa

hal yang harus dilakukan, diantaranya:

1. Penyusunan Standar yang jelas mengenai siapa saja yang pantas menjadi apa

baik untuk jabatan fungsional maupun struktural ataupun untuk posisi2 tertentu

yang dianggap strategis dan kritis. Hal ini harus diiringi dengan sosialisasi dan

implementasi (enforcement) tanpa ada pengecualian2 yang tidak masuk akal

2. Diadakan tes kompetensi dan kemampuan untuk mencapai suatu jabatan

tertentu dengan adil dan terbuka. Siapapun yang telah memenuhi syarat
19

mempunyai kesempatan yang sama dan adil untuk “terpilih”. Terpilih artinya

walaupun pejabat lain diatasnya tidak “berkenan” dengan orang tersebut, tetapi

karena ia yang terbaik maka tidak ada alasan logis untuk menolaknya ataupun

memilih yang orang lain. Disinilah peran profesionalisme dikedepankan

3. Akuntabilitas dan Transparansi setiap “proses bisnis” dalam organisasi agar

memungkinkan monitoring dari setiap pihak sehingga penyimpangan yang

dilakukan oknum2 dapat diketahui dan diberikan sangsi tanpa kompromi.

Oknum2 tersebut harus diumumkan pada publik dan tindakan apa yang telah

diambil untuk menciptakan kontrol agar tidak terjadi “permainan” sehingga

oknum2 tersebut bisa lolos dari sangsi yang berat. Oknum yang terbukti bersalah

tidak berhak lagi mendapatkan “penghargaan” sehingga dapat menimbulkan efek

“kapok” bagi yang lain agar tidak berani mencoba-coba. Hal yang sama juga

diperlakukan pada pegawai/pejabat yang berprestasi, selain diberi reward, juga

diumumkan untuk memberi efek “IDOL” sehingga ditiru oleh pegawai/pejabat

lainnya.

Akhirnya, akuntansi menjadi alat yang powerfull untuk memberikan

keuntungan yang sebesar-besarnya kepada pemilik modal di satu sisi, juga dapat

memberikan manfaat injeksi modal dan investasi yang makin besar dan linier

kepada agen dari

Anda mungkin juga menyukai