PAPER / MAKALAH
Manajemen Keuangan
Oleh:
Irawan
NIM: 201961015
merupakan salah tugas mata kuliah manajemen operasional dengan judul “The
Maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk melengkapi salah satu
syarat dalam menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah manajemen operasional
pada Program Pasca Sarjana – Program Studi Magister Manajemen pada Sekolah
menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Susanti Widhiastuti SE, MM,
bermanfaat dengan baik bagi penulis sendiri maupun bagi para peneliti lanjutan
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
TEORI KEAGENAN / AGENCY THEORY..........................................................4
Bagaimana Mengatasi Masalah Keagenan.....................................................7
Biaya Agensi (Cost Agency)........................................................................11
Tujuan dan Manfaat Teori Agensi................................................................12
PERMASALAHAN...............................................................................................13
SOLUSI & KESIMPULAN...................................................................................16
iii
TEORI KEAGENAN / AGENCY THEORY
4
5
apapun itu. Termasuk hubungan agen dan prinsipal itu. Terlebih diperusahaan
skala besar. Bahkan ini: muncul biaya yang harus dikeluarkan hanya untuk
mengawasinya.
Teori agensi berfungsi untuk menganalisa dan menemukan solusi terhadap
masalah masalah yang ada dalam hubungan keagenan antara manajemen dan
pemegang saham. Pada tingkat usaha yang masih kecil, seperti usaha warnet tadi,
pemilik masih bisa mengelola sendiri warnet yang dia miliki, kalaupun harus
menyusurun "agen" untuk menjaganya, pengawasannya masih mudah. Yang
mengelola warnet mungkin maksimal hanya 2 orang. Mengawasi 2 orang tersebut
masih gampang walaupun ada potensi konflik, kecurangan dan yang lainnya yang
bisa merugikan.
Bagaimana jika skala usaha yang lebih besar, masif, ada jutaan kegiatan
yang dilakukan dan terdiri dari banyak komponen dan sistem yang rumit seperti
perusahaan besar, cara mengawasinya lebih susah. Potensi adanya masalah kian
besar. Bahkan perlu biaya hanya untuk mengawasi agen tersebut.
Memalsukan laporan.
Bahkan agen bisa saja mempengaruhi angka angka laporan yang disajikan yang
bisa menguntungkan dirinya sendiri dan merugikan pemegang saham.
Agen bisa saja memberikan informasi yang tidak benar kepada prinsipal.
Seolah olah perusahaan sedang berkinerja baik walaupun kenyataannya tidak
demikian. Ketidaktahuan prinsipal memberikan celah bagi manajemen untuk
melakukan manajemen laba (memanipulasi laporan keuangan) untuk kepentingan
dirinya sendiri.
Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengatasi atau lebih
tepatnya meminimalkan konflik kepentingan yang terjadi antara prinsipal dan
agen, seperti yang diutarakan oleh Bathala(1994):
Menyamakan kepentingan manajemen
Salah satu cara mengatasi atau paling tidak meminimalkan masalah
keagenan adalah dengan mensejajarkan atua menyamakan kepentingan
antara pemegang saham dengan manajemen.
bisa mengurangi biaya agensi. Strategi ini dikenal dengan istilah bonding
mechanism atau mengikat manajemen dengan pemberian modal. Namun,
apabila manajemen menjual lagi saham yang telah dimiliki. Maka akan
timbul masalah lagi tentunya.
Pengawasan Good corporate governance (GCG)
Secara umum, Good corporate governance (GCG) adalah sebuah peraturan
yang berhubungan dengan hubungan antara manajemen, pemegang saham,
kreditur, karyawan, pemerintah dan pihak pihak yang berkepentingan
(stakeholder) yang lain yang berkaitan dengan hak dan kewajibannya
masing masing. Prinsip dari GCG adalah akuntabilitas, transparan,
responsibilitas dan keadilan. Masalah utama dalam teori agensi adalah
adanya asimetri informasi. GCG paling tidak bisa mengurangi asimetri
informasi, dan membatasi tindakan manipulasi laporan keuangan oleh
manajemen. Dalam menilai kinerja manajemen, pemegang saham selalu
mengandalkan informasi dari laporan keuangan yang disajikan
manajemen. Namun, laporan keuangan yang disusun oleh manajemen
apakah bisa dipertanggungjawabkan kebenarannnya, Apakah pemegang
saham akan langsung percaya. Tentu saja tidak. Pemegang saham tidak
langsung percaya terhadap laporan keuangan yang disusun oleh agen.
Karena potensi penyimpangan dan manipulasi laporan keuangan selalu
ada. Untuk itu, manajemen keuangan mewajibkan laporan keuangan
tersebut untuk diperiksa dengan cara AUDIT. Pemegang saham akan
mengeluarkan dana (agency cost) menyuruh pihak yang independen
(auditor) untuk memeriksa laporan keuangan yang diterbitkan agen.
Pemeriksaaan audit ini bertujuan agar laporan keuangan yang dihasilkan
memang benar benar berkualitas tanpa ada penyimpangan-penyimpangan
didalamnya. Audit bukan hanya dibutuhkan oleh pemegang saham,
kreditor bahkan manajemen sendiripun memerlukan audit. Dengan audit,
manajemen bisa memberikan legitimasi bahwa mereka telah bekerja
dengan baik dan jujur. Kreditor juga membutuhkan laporan hasil audit
untuk memastikan kemampuan perusahaan dalam melunasi piutang dan
9
Biaya keagenan atau cost agency adalah biaya yang dikeluarkan oleh
pemegang saham untuk memastikan manajemen berperilaku tidak merugikan
pemegang saham dan bertindak untuk memaksimalkan kesejahteraan prinsipal.
Jurnal pada makalah teori agensi yang berjudul Journal of Finance oleh Michael J
dan William M (1976) mengatakan setidaknya ada 3 jenis biaya agen:
Biaya yang dikeluarkan untuk mengawasi aktivitas manajerial.
contohnya biaya audit.
Biaya yang dikeluarkan untuk membatasi tindakan manajemen yang tidak
diinginkan.
Contohnya menunjuk anggota dari luar untuk dewan direksi atau hierarki
manajemen.
Biaya peluang (opportunity cost) ketika suara pemegang saham dibatasi.
Pengaturan pengeluaran biaya agen harus diatur agar tidak berlebihan. Biaya
keagenan tidak boleh "besar pasak daripada tiang". mengeluarkan banyak biaya
hanya untuk pengawasan namun dengan output yang tidak sebanding dengan
biaya yang dikeluarkan.
Sedangkan Jensen and Meckling [1976] membagi jenis biaya agensi ini menjadi 3
jenis:
Monitoring cost. Biaya yang muncul untuk mengawasi, mengukur,
mengamati dan mengontrol perilaku agen.
Bonding Cost. Biaya yang justru ditanggung oleh manajemen (agen)
untuk bisa mematuhi dan menetapkan mekanisme yang ingin
menunjukkan bahwa agen telah berperilaku sesuai dengan kepentingan
prinsipal.
Residual Loss. Biaya yang berupa menurunnya kesejahteraan prinsipal
sebagai akibat dari adanya perbedaan keputusan agen dan keputusan
prinsipal.
13
Prinsipal dan agen adalah pelaku utama dalam teori agensi, mereka mempunyai
nilai tawar yang sama tinggi dalam peran dan kedudukan. Teori agensi fokus pada
kontrak yang akan dijalani harus kontrak kerjasama yang paling efisien.
Sebenarnya, masalah keagenan dan biaya biaya yang muncul pada teori keagenan
bisa ditekan sedemikian rupa mulai dari pertama kali hendak melakukan kontrak
antara pemegang saham dan manajemen. Kontrak kerjasama harus disusun
dengan jelas. Siapa yang pantas menjadi apa, siap yang pantas menduduki jabatan
fungsional apa dalam perusahaan nantinya. Berapa selayaknya imbal jasa yang
diberikan beserta insentif dan punishmentnya.
Fit and proper test mungkin perlu dilakukan dalam menyeleksi calon agen agar
terpilih calon yang memang yang terbaik dari beberapa pilihan yang ada. Kontrak
hubungan kerja yang optimal adalah kontrak kerja yang fairnes. Seimbang
diantara keduanya. Semakin besar tugas yang diberikan, semakin sulit masalah
yang akan dihadapi, maka semakin besar pula imbalan jasanya. Teori agensi atau
teori keagenan pada dasarnya hanya menyangkut hal hal seperti dibawah ini:
Kontrol pemegang saham terhadap manajemen
Biaya yang menyertai hubungan keagenan
Meminimalkan dan menghindari biaya agensi
14
PERMASALAHAN
hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di
sebesar2nya dan secepatnya atas investasi yang salah satunya dicerminkan dengan
kenaikan porsi deviden dari tiap saham yang dimiliki. Agen menginginkan
pembagian deviden. Makin tinggi laba, harga saham dan makin besar deviden,
yang tinggi.
kompensasi yang tinggi. Sehingga bila tidak ada pengawasan yang memadai maka
sang Agen dapat memainkan beberapa kondisi perusahan agar seolah2 target
tercapai. Permainan tersebut bisa atas prakarsa dari Principal ataupun inisiatif
Agen sendiri. Maka terjadilah Creative Accounting yang menyalahi aturan, misal:
adanya piutang yang tidak mungkin tertagih yang tidak dihapuskan; Capitalisasi
expense yang tidak semestinya; Pengakuan penjualan yang tidak semestinya; yang
15
kenyataannya merugi atau laba turun. Salah satu hipotesis dalam teori ini adalah
Contoh nyata yang dominan terjadi dalam kegiatan perusahaan dapat disebabkan
yaitu The Principal-Agent Model, The Transaction Cost Economics Model, The
hilangnya efisiensi yang diciptakan oleh divergensi antara perilaku kerjasama dan
komparasi hasil-hasil untuk melakukan observasi praktik model yang dipakai dan
mempengaruhi desain kontrak kerja mereka. Pemilik dan manajer secara bersama
mendesain kontrak yang mengurangi secara efisien masalah agensi. Dua tokoh
utama (principal dan agent) dalam interaksi bisnis tersebut sebenarnya mengarah
pada kepentingan yang sama, yaitu wealth (kekayaan). Bentuk ekstrim (extreme
ways) dari agency theory sendiri sebenarnya adalah ketika hubungan agensi
insklusif“.
sasaran yang harmonis, dan menjaga kepentingan masing-masing antara agen dan
mencapai tujuan dan kepentingan masing-masing pihak yang secara eksplisit dan
global
Ditegaskan oleh Watts (1992) bahwa hubungan agensi kaitannya dengan laporan
Hubungan agensi dengan demikian tidak dibangun dari akar self-interest, tetapi
dengan cinta. Cinta akan tetap memberi kemanfaatan materi, saling berbagi dan
bentuk ekonomi semata, maka yang terjadi adalah konflik kepentingan di atas
trilogi, maka ada proses trust yang masuk dalam mekanisme hubungan, trust yang
didasari oleh cinta dan saling berbagi. Gagasan ini memang mirip seperti model
principal-agent yang lebih teoritis dan perlu diuji secara empiris, daripada
mendekat pada model positivist yang lebih empiris tetapi akan mereduksi konsep
teoritis yang sebenarnya penting seperti juga ditegaskan oleh Eisenhardt (1989).
Dalam rangka memotivasi para manajer dan pemegang saham agar berperilaku
1. Penilaian terhadap kinerja manajer dibuat dengan kontrak yang jelas sehingga
1. Penyusunan Standar yang jelas mengenai siapa saja yang pantas menjadi apa
baik untuk jabatan fungsional maupun struktural ataupun untuk posisi2 tertentu
yang dianggap strategis dan kritis. Hal ini harus diiringi dengan sosialisasi dan
tertentu dengan adil dan terbuka. Siapapun yang telah memenuhi syarat
19
mempunyai kesempatan yang sama dan adil untuk “terpilih”. Terpilih artinya
walaupun pejabat lain diatasnya tidak “berkenan” dengan orang tersebut, tetapi
karena ia yang terbaik maka tidak ada alasan logis untuk menolaknya ataupun
Oknum2 tersebut harus diumumkan pada publik dan tindakan apa yang telah
oknum2 tersebut bisa lolos dari sangsi yang berat. Oknum yang terbukti bersalah
“kapok” bagi yang lain agar tidak berani mencoba-coba. Hal yang sama juga
lainnya.
keuntungan yang sebesar-besarnya kepada pemilik modal di satu sisi, juga dapat
memberikan manfaat injeksi modal dan investasi yang makin besar dan linier