Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

(TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER)

HIJRAH EKOLOGI DALAM MERAWAT LINGKUNGAN


MELALUI AKUNTANSI SOSIAL DAN LINGKUNGAN

disusun dan diajukan oleh

HUSNIAR
(A062191026)

Kepada

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga makalahini sebagai tugas ujian tengah semester Mata Kuliah
Pemikiran & Metodologi Penelitian Non Positivis dapat terselesaikan. Tugas ini
disusun guna memenuhi tugas ujian tengah semester genap tahun 2020 pada
Program Pasca Sarjana Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin.
Penulis sebagai mahasiswa Pasca Sarjana Magister Akuntansi
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Alimuddin, SE., MM., Ak., CPMA
sebagai Dosen pengampuh mata kuliah atas ilmu yang telah diberikan kepada
kami, baik itu ilmu untuk dunia maupun ilmu menuju kebaikan sebagai bekal
untuk akhirat. Bapak Dr. Alimuddin, SE., MM., Ak., CPMA dengan segala ilmu
yang membuka hati kami, yang menjadikan saya pribadi untuk selalu berbuat
baik. Khususnya dalam belajar ilmu akuntansi, waktu yang sedikit atas pertemuan
kami dengan bapak namun banyak hal yang kami dapatkan dari bapak dalam
mengisi hati kami dengan ilmu spiritual yang diberikan. Tidak cukup ucapan
terima kasih untuk bapak atas kehadirannya mata kami. Ucapan maaf seribu maaf
dari kami juga haturkan untuk bapak atas kelalaian atau kesalahan kami dalam
menyelesaikan tugas yang tidak sesuai. Maafkan kami jika hal demikian tidak
menyenangkan di mata bapak.
Serta ucapan terima kasih kepada teman-teman Maksi A 2019 atas saran
dan masukan dalam menyusun tugas ini. Semoga tugas ini bermanfaat untuk
teman-teman dan bisa menjadi acuan dalam menyusun tugas lain di luar sana.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna
walaupun telah menerima bantuan dari teman-teman. Kritik dan saran yang
membangun akan lebih menyempurnakan tugas ini ke depannya.

Makassar, Maret 2020

Husniar

2
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... 1


PRAKATA................................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah............................................................................ 9
C. Tujuan.............................................................................................. 9

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengantar.......................................................................................... 10
B. Mengenal Ekologi sebagai Teman Seperjalanan
Hidup di Bumi.................................................................................. 11
C. Hijrah Ekologi sebegai Amanah Menjaga Bumi............................. 13
D. Ekologi dalam Akuntansi Sosial dan Lingkungan........................... 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................... 18

DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seiring perkembangan waktu dengan dunia yang semakin tua, lingkungan di
sekitar semakin memburuk. Memburuknya lingkungan bisa terjadi karena ulah
manusia maupun alam itu sendiri. Di Indonesia, banyak sekali kasus pencemaran
lingkungan yang disebabkan oleh ulah manusia yang dalam hal ini adalah
perusahaan. Pembangunan industri atau perusahaan dinilai banyak menyebabkan
kerusakan lingkungan. Selain kerusakan lingkungan akibat dari pembangunan
industri di lingkungan pemukiman, manusia juga termasuk objek dari kegiatan
proses bisnis.
Alam yang mulanya bersahabat dengan manusia, bahkan diperuntuhkan
untuk manusia dalam batas-batas tertentu, justru kini bersifat destruktif dan
menjadi ancaman sangat serius bagi kehidupan manusia. Perubahan iklim ekstrem
yang menyertai bencana-bencana menandai gagalnya manusia sebagai khalifah di
bumi. Jika rusaknya lingkungan terus berlanjut baik dalam skala lokal maupun
global dan tidak ada aksi global secara spesifik, maka manusia terhalang sebagai
makhluk terpilih atau sebagai wakil Tuhan di muka bumi, dan eksistensi
kemanusiaan menjadi tanpa makna (Irawan, 2016).
Manusia dan alam merupakan satu kesatuan.Pembangunan industri atau
perusahaan saat ini bukan hanya menjadikan laba sebagai pusat perhatian.Namun
lingkungan dan sosial juga merupakan pusat perhatian yang lebih penting demi
menjaga keberlanjutan perusahaan.Dalam mendukung pendapat ini, muncul
sebuah teori lingkungan hidup yaitu ekosentrisme merupakan teori yang
memusatkan etika pada seluruh komunitas lingkungan, baik yang hidup maupun
tidak.Kewajiban dan tanggung jawab moral tidak terbatas pada makhluk hidup
tetapi berlaku terhadap semua realitas lingkungan hidup.Salah satu versi teori

4
ekosentrisme adalah "deep ecology".Deep ecology yang dikemukakan oleh Naess,
menuntut suatu etika baru yang tidak berpusat pada manusia, tetapi berpusat pada
makhluk hidup seluruhnya dalam kaitan dengan upaya mengatasi persoalan
lingkungan hidup.
Melihat kondisi bumi yang semakin tua dan jejeran kerusakan menghampiri
karena kurangnya kesadaran dalam merawat, seperti analogi tubuh yang masa
mudanya dibiarkan begitu saja danakan sakit di masa tua. Seperti itulah bumi,
para penghuni akan sadar ketika sakit itu sudah di depan mata. Hal ini dapat
dilihat saat ini, kesadaran sudah ada meskipun hanya beberapa persen dari
populasi manusia. Sebelum bumi rusak, para ciptaanNya yang diberikan pikiran
dengan santai menodahi lingkungan sekitar dengan memaknai ekologi adalah
ciptaan yang memang harus dinikmati, manusia sebagai mesin penikmat tanpa
menempatkan posisinya yang sejajar sebagai ciptaanNya. Padahal seluruh bumi
dan isinya adalah mahluk yang sama, hanya kita sebagai manusia haruslah dengan
bijak mengelola bumi sebagai khalifah di muka bumi.

۟ ُ ‫ض ٱلَّذِى َعمِل‬
َ ‫وا لَ َعلَّ ُه ْم َيرْ ِجع‬
‫ُون‬ ِ ‫ت أَ ْيدِى ٱل َّن‬
َ ْ‫اس لِ ُيذِي َقهُم َبع‬ ْ ‫َظ َه َر ْٱل َف َسا ُد فِى ْٱل َبرِّ َو ْٱل َبحْ ِر ِب َما َك َس َب‬

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan


tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)
(QS.Ar-rum:41)

Ayat demikian, telah sampai pada masa kini. Kerusakan-kerusakan di muka


bumi telah mengantar para mahluk Allah dengan pikiran yang lurus. Kerusakan
atas perbuatan tangan manusia, menemukan jalan hijrahnya terhadap bumi.
Muncul gerakan hijrah alternatif yang tak hanya mendekatkan kita pada Allah,
tapi juga pada lingkungan dan sesama ciptaan Allah. Sebut saja yang saat ini
sudah melekat luas pada manusia mengenai hijrah ekologi. Hijrah kata yang
sudah umum di telinga masyarakat Indonesia, dimana hijrah merupakan suatu
perubahan dari hal buruk menuju kebaikan. Hal ini menjadi buah kebaikan untuk

5
memulai merawat bumi. Ekologi dan agama adalah dua hal yang tak terpisahkan,
tanpa ekologi agama tidak akan bisa bisa berjalan. Hampir seluruh aktivitas
keagamaan membutuhkan bahan yang diperoleh dari lingkungan.
Dalam Komunitas ekologi sebagai perencana ekonomi dimulai dengan
penelitian empiris pada dinamika biocenosis dari zapovedniki, dimana dengan
adanya kepedulian terhadap ekologi dapat menyebabkan pembentukan tubuh
pengetahuan yang mampu menghasilkan ekonomi yang sehat secara ekologis.
Serbuan ekologis Soviet ke dalam masalah ekonomi dengan pendekatan lintas
disiplin dan bertindak berdasarkan hubungan antara sistem alam dan
sosial(Franco, 2020).
Kemudian komunitas kepedulian ekologi juga ada dalam penelitian
sebelumnya, dimana dalam komunitas tersebut disebut sebagai green sister yang
artinya aktivis lingkunganwanita religius. Aktivisme green sisters sangat
luarbiasa. Mereka terlibat dalam beberapa kebaikan terhadap lingkungan, entah itu
berkebun organik, menggunakan teknik dan daur ulang untuk merenovasi rumah
mereka. Dalam menghadapi CEO perusahaan, seperti Jack Welch of General
Electric, pada rapat pemegang saham perusahaan tentang kontaminasi bahan
kimia. Para komunitas green sisters turut andil dalam mengawasi kegiatan
perusahaan yang dapat merusak bumi. Pekerjaan mereka dijalani dan ditafsirkan
dalam konteks perubahan komunitas agama perempuan dan Katolik Amerika
(Bednarowski et al., 2008).
Pada saat yang sama, ekologi spiritual luar biasa dalam menghasilkan
kolaborasi di dua arena yang sebelumnya sering di masuki ketegangan dan
konflik, selama berabad-abad atau bahkan ribuan tahun. Pertama, ekologi spiritual
menghasilkan kolaborasi ekumenis dan antaragama, mengingat keprihatinan
umum yang meyakinkan dengan lingkungan sebagai ciptaan Tuhan.Misalnya,
salah satu dari antaragama yang paling bersejarah kolaborasi adalah "Deklarasi
Umum tentang Etika Lingkungan" oleh John Paul II dan Patriarkh Ekumenis Yang
Mulia Bartholomew I pada tahun 2002.Mereka menegaskan bahwa masalahnya
bukan hanya ekonomi dan teknis, tapi moral dan spiritual. Solusi di tingkat
ekonomi dan teknologi hanya dapat ditemukan jika kita menjalani dengan cara

6
yang paling radikal, perubahan hati, yang dapat mengarah pada perubahan gaya
hidup dan pola konsumsi yang tidak berkelanjutan dan produksi (Sponsel, 2017).
Meningkatnya kesadaran akan pentingnya merawat bumi dengan jalan
hijrah ekologi, hal ini juga berkembang di dunia perusahaan. Dimana perusahaan
tidaklah hanya bertujuan untuk menigkatkan laba semata, namun lingkungan
menjadi pondasi utama atas nikmat yang telah digunakan di muka bumi. Atas
kepedulian para masyarakat mengenai pemahaman ekologi saat ini, hal ini
menjadi pendukung agar perusahaan tidak lepas dalam genggamannya dalam
mengelola perusahaan untuk selalu peduli terhadap lingkungan.
Konsep ekologi sudah seharusnya menjadi landasan bagi akuntan dalam
melakukan pelaporan Corporate Social Responsibility (CSR) dan laporan
keuangan secara terpisah. Jika dilihat sebelum akuntansi berkembang, para
stakeholder hanya menanamkan pikiran kapitalis dalam perusahaannya.
Dalam hal ini, semakin maraknya perusahaan menerapkan sistem akuntansi
berbasis lingkungan. Hal ini bertujuan dalam peningkatan perusahaan sebagai
bentuk tanggung jawab terhadap alam dan sosial. Penelitian Hao et al (2020)
membuktikan bahwa perhatian perusahaan terhadap ekologi dapat mempengaruhi
kondisi keuangan perusahaan. Kemudian dalam penelitian Franzese et al (2014)
mengatakan bahwa akuntansi lingkungan memiliki manfaat besar terhadap
lingkungan. Dengan menerapkan hal ini dalam perusahaan, menjadikan informasi
penting sebagai alat pendukung dalam menyusun kebijakan dengan komitmen
untuk mengembangkan rencana dan target pengelolaan alam yang berkelanjutan.
Ketika akuntansi lingkungan digunakan dalam kerangka penilaian dampak
lingkungan dan pemodelan perubahan, analisis harus merangkul perubahan bahwa
gangguan ekosistem yang disebabkan oleh manusia menyebabkan biogeo faktor
fisik dan siklus biogeo kimia global.
Akuntansi sosial dan lingkungan tidak hanya di gunakan oleh manajemen saja tapi
umumnya digunakan dalam konteks bisnis, atau tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR), meskipun setiap organisasi, termasuk lembaga swadaya
masyarakat, lembaga amal, dan lembaga pemerintah dapat terlibat dalam
akuntansi sosial. Tanggung jawab sosial ini erat kaitannya dengan munculnya

7
konsep coorporate social responsibility (CSR). Secara singkat CSR merupakan
suatu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup dari stakeholder.
Stakeholder yang dimaksudkan disini diantaranya adalah karyawan, pembeli,
pemilik, pemasok, dan komunitas lokal, organisasi nirlaba, aktivis, pemerintah,
dan media, yang pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yakni
kemakmuran. Dengan demikian, perusahaan sebagai entitas bisnis hendaknya
peduli terhadap akibat sosial dan berusaha mengatasi kerugian lingkungan sebagai
akibat dari aktivitas usaha perusahaan.
Dengan berbagai dampak dari keberadaan perusahaan ditengah-tengah
masyarakat, menyadarkan masyarakat di dunia bahwa sumber daya alam adalah
terbatas dan oleh karenanya pembangunan ekonomi harus dilaksanakan secara
berkelanjutan, dengan konsekuensi bahwa perusahaan dalam menjalankan
usahanya perlu menggunakan sumberdaya dengan efisien dan memastikan bahwa
sumber daya tersebut tidak habis, sehingga tetap dapat dimanfaatkan oleh generasi
di masa datang (Laughlin, 2014)
Munculnya kesadaran dari setiap manusia akibat rusaknya bumi karena
hasil racikan tangannya sendiri. Membuka hati mereka untuk peduli terhadap
alam, hal ini tidak hanya pada manusia dalam individu, juga dalam sekelompok
organisasi baik itu non profit atau organisasi profit. Hijrah ekologi menjadi dasar
mereka untuk mengubah pola mereka dalam memaknai kehidupan di dunia.
Mereka bukanlah hanya satu-satunya mahluk yang di ciptakan olehNya di muka
Bumi. Ada beberapa jenis mahluk yang berhak hidup dengan nyaman di muka
Bumi. Manusia memang telah diberi amanah sebagai khalifah, tapi bukan dengan
seenaknya merusak alam. Melainkan sebagai mahluk yang harus merawat alam.
Dari latar belakang yang tergoreskan di lembaran-lembaran kertas dengan
berbagai rujukan penelitian sebelumnya, penulis menarik judul mengenai hijrah
ekologi dalam merawat lingkungan melalui akuntansi sosial dan lingkungan.
Tanpa perubahan dalam memaknai kehidupan atau alam, lingkungan akan
dibiarkan rusak begitu saja. Dan alam membutuhkan perubahan-perubahan dalam
hal kebaikan seperti ini.

8
B. RUMUSAN MASALAH
Lembaran demi lembaran yang penulis curahkan dalam makalah ini di latar
belakang sebelumnnya berawal dari rasa keingintahuan penulis dalam
memandang kehidupan sehari-hari. Berawal dari sebuah film karya anak Bangsa
dengan judul SEMESTA, penulis menarik sebuah pertanyaan “bagaimana hijrah
ekologi dalam merawat lingkungan melalui akuntansi sosial dan lingkungan?”

C. TUJUAN
Segala sesuatu dengan niat baik akan menghasilkan hal baik pula. Seperti
kumpulan huruf demi huruf ini, penulis menarik sebuah judul yang akan dirasakan
manfaatnya untuk masa depan khususnya untuk penulis sendiri. Tujuan dalam
makalah ini tidak lepas dari seluruh penulis sendiri sebagai khalifah di muka
bumi, makalah ini sebagai bentuk pembelajaran atau sebagai pedoman dalam
merawat alam dengan mengubah pandangan mengenai ekologi atau disebut
sebagai hijrah ekologi. Selain itu, untuk perusahaan sebagai entitas yang
mengelola hasil bumi. Semoga makalah ini bermanfaat dalam
mempertanggungjawabkan segala aktivitas perusahaan terhadap alam dan
Pencipta.

9
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengantar
Ekologi kata yang sering terdengar di telinga para manusia, namun
pemaknaan ekologi seolah-olah hanyalah sebagai tempat manusia mengambil
manfaat di dalamnya, manfaat yang hanya ada dalam ego manusia. Tanpa disadari
bahwa seluruh mahluk di bumi adalah sama, manusia harus menempatkan
posisinya sebagai mahluk pemikir bukan penikmat semata.
Judul ini berangkat dari sebuah film karya anak bangsa, meski filmnya
penulis belum tonton secara langsung akibat kondisi yang telah menimpa kita
dengan adanya COVID19. Namun trailer dari film ini sudah menginspirasi
penulis, dimana dalam film tersebut menceritakan mengenai makna semesta bagi
para manusia di muka bumi, khususnya bumi pertiwi Indonesia. Kita ketahui,
Indonesia dengan beragam kepercayaan menceritakan bahwa pemaknaan
“semesta” bagi beberapa kepercayaan di Indonesia satu tujuan. Semesta dalam
memaknai ekologi dikatakan bahwa mahluk di muka bumi memiliki hak yang
sama. Manusia diberikan akal olehNya tidak hanya menikmati seluruh isi alam,
melainkan sebagai mahluk yang harusnya merawat bumi.
Jika dikaitkan dengan ilmu akuntansi, sudah sejak lama pola pikir manusia
dengan kesadaran mereka sehingga arah bisnis tidaklah semata-mata bertujuan
mengejar laba. Mengejar laba tanpa etika dalam mengelola bumi di dunia bisnis
adalah pikiran para kapitalis, Munculnya kesadaran bahwa memaknai ekologi
haruslah diubah dengan adanya ilmu akuntansi lingkungan. Jika menelisik pola
pikir ilmuan Albert Einstein dengan kalimat bahwa “ILMU TANPA AGAMA
BUTA, AGAMA TANPA ILMU LUMPUH”.
Pola pikir mengarah kepada kepedulian, etika, dan agama sudah sejak lama
dalam ilmu pengetahuan. Hanya para pemikir ada saja yang bergeser ke kiri guna

10
memuaskan ego mereka. Padahal ilmu yangs sejalan dengan etika, akan
menjadikan bumi yang nyaman. Musibah yang sering menghampiri kita sebagai
salah satu contoh bahwa bumi murka atas keserakahan kita, menikmati isinya
tanpa peduli akibatnya. Dari film semesta, penulis kaitkan dan menarik judul
mengenai hijrah ekologi dalam merawat lingkungan melalui akuntansi sosial dan
lingkungan.

B. Mengenal Ekologi sebagai Teman Seperjalanan Hidup di Bumi


Ekosentrisme suatu teori etika lingkungan yang memusatkan etika pada
seluruh komunitas ekologi, baik yang hidup maupun yang tidak hidup. Secara
ekologis, makluk hidup dan benda-benda abiotis lainnya saling terkait satu sama
lain. Oleh karena itu, kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi
pada makluk hidup tetapi juga berlaku terhadap semua realitas ekologis. Salah
satu versi teori ekosentrisme adalah "deep ecology". Deep ecology (DE) menuntut
suatu etika baru yang tidak berpusat pada manusia, tetapi berpusat pada makhluk
hidup seluruhnya dalam kaitan dengan upaya mengatasi persoalan lingkungan
hidup (Satmaidi, 2015).
Kata pertama dari asal kata ekologi, yakni kata oikos berarti rumah tangga
atau tempat tinggal dan kata keduanya berarti ilmu. Dari kedua kata tersebut dapat
diidentifikasi bahwa pengertian ekologi secara etimologi adalah ilmu tentang
kerumahtanggaan atau tempat tinggal dan yang hidup di dalamnya. Berangkat dari
pengertian etimologis, dapat dikatakan bahwa istilah ekologi ini mempunyai arti
yang luas.
Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari proses timbal-balik antar
sesama makhluk hidup dan makhluk hidup dengan lingkungannya. Sementara itu,
ekosistem merupakan proses timbal-balik itu sendiri atau sistem ekologis,
sehingga ekosistem berkaitan dengan ekologi. Keseimbangan dalam ekosistem
menjadi landasan dari keseimbangan ekologis.
Hal lain yang berkaitan dengan ekologi adalah istilah lingkungan.
Lingkungan berarti semua faktor eksternal yang bersifat biologis dan fisika yang

11
langsung mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi
organisme. Habitat dalam arti luas, berarti tempat di mana organisme berada, serta
faktor-faktor lingkungannya. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
Lingkungan berarti daerah atau kawasan, dan yang termasuk di dalamnya.
Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan
dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi
kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya (Suhendra,
2013).
Makna ekologi sudah dikenal lebih jauh, filsafat ecosophy ini harus dapat
berfungsi sebagai landasan filosofis dalam rangka penerimaan prinsip-prinsip
Deep Ecology, di antaranya: (a) sikap hormat terhadap semua cara dan bentuk
kehidupan di alam semesta (biospheric egalitarianism in principle); (b) manusia
hanya salah satu spesies di tengah begitu banyak spesies lain. Semua spesies ini
mempunyai nilai yang sama (prinsip non-antroposentrisme); (c) prinsip realisasi
diri yang memandang manusia tidak hanya sebatas sebagai makhluk sosial (social
animal), tetapi juga makhluk ekologis (ecological animal); dan (d) Pengakuan dan
penghargaan terhadap keanekaragaman dan kompleksitas ekologis dalam suatu
hubungan symbiosis (Næss & Sessions, 2011).
Dilihat dari beberapa makna mengenai ekologi, ekologi secara ilmiah
maupun empiris merupakan kehidupan yang di dalamnya terdapat keharmonisan
hubungan dan kesatuan manusia dengan unsur-unsur kehidupan kosmologisnya,
harus menjadi titik tolak dan orientasi bagi kehidupan di masa depan. Sudah
seharusnya pola pikir manusia mengarah ke arah yang baik. Bahwa ekologi
merupakan teman perjalanan hidup di bumi. Manusia bukan satu-satunya mahluk
yang bebas menikmati alam di muka bumi. Dalam diri manusia secara pribadi,
dengan orang lain, dan antara manusia dengan alam serta menempatkan ekologi
sebagai bagian terpenting dalam menghadapi kehidupan manusia di masa depan.
Rasa bersyukur atas segala ciptaan yang ada dimaknai dengan menjaga sebagi
amanah yang diberikan olehNya sebagai khalifah. Menjadi manusia dengan
mencintai alam, alam pun turut andil menerima kedatangan kita di muka bumi.
Sebaliknya, menikmati alam dengan cara yang tidak wajar maka alam murka atas

12
perilaku kita padanya. Sudah seharusnya etika terhadap alam itu juga utama,
kehidupan di muka bumi saling bergantung sama lain.

C. Hijrah Ekologi sebagai Amanah Menjaga Bumi


Perjalanan hidup setiap insan tidaklah selalu berada di titik nol. Kehidupan
di muka bumi itu tempat berproses memaknai hidup. Kadangkala perjalanan
hidup dari hari ke hari itu berubah-ubah, seperti hati yang tak tetap pada
pendiriannya. Namun, dalam pikiran doa-doa akan terus mengalir untuk
diteguhkan dengan hati yang tepat. Makna hidup menjadi kata kunci eksistensi
manusia. Makna hidup itulah yang membedakan manusia dari makhluk
lainnya. Allah menciptakan manusia tidak untuk kesia-siaan, setiap manusia akan
kembali kepadaNya untuk dimintai pertanggungjawaban ketika menjalani hidup
di dunia.
Dengan demikian, keyakinan akan adanya kehidupan akhirat memberikan
dimensi spiritualisme dan idealisme kepada orang yang beriman dalam menjalani
kehidupan di dunia ini. Sebaliknya orang yang tidak beriman memaknai hidupnya
hanya dalam dimensi materialisme dan pragmatisme. Segala sesuatu diukur
dengan keuntungan materi dan diorientasikan kepada kemanfaatan segera atau
sesaat. Perjalanan dalam memaknai hidup, muncullah kata yang saat ini menjadi
hal utama dalam setiap manusia yang beriman “hijrah”.
Hijrah menjadi hal yang tak biasa di telinga para mahluk saat ini,
meningkatnya teknologi menjadikan segala sesuatunya bergerak cepat. Seperti
kata hijrah yang setiap orang berbondong-bondong menerapkan, baik itu hijrah
untuk pribadi sendiri maupun hijrah ke hal-hal umum. Memaknai hijrah
merupakan hal baik di kehidupan manusia, hijrah berasal dari bahasa Arab yang
berarti meninggalkan, menjauhkan dari dan berpindah tempat'. Dalam konteks
sejarah, hijrah adalah kegiatan perpindahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad
SAW bersama para sahabat beliau dari Makkah ke Madinah, dengan tujuan
mempertahankan dan menegakkan risalah Allah, berupa akidah dan syariat Islam.

13
Dalam pandangan hijrah ekologi, dimana pola pikir manusia sudah berubah dalam
memaknai ekolosi serta menerapkan kehidupannya terhadap alam semesta.
Manusia tidak hanyalah berpusat pada kehidupannya semata, tidak meningkatkan
egonya, melainkan seluruh alam adalah teman perjalanan yang harus dijaga.
Dalam penelitian Sponsel (2017), yang membahas mengenai ekologi
spiritual, didefinisikan sebagai arena antarmuka agama dan spiritualitas
lingkungan dan ekologi. Masing-masing kualifikasi ekologi spiritual beroperasi
sebagai luas, bidang yang kompleks, beragam, dan dinamis dari fenomena yang
saling terkait. Istilah spiritual agama lebih inklusif. Sementara sebagian besar
penganut agama adalah spiritual dalam beberapa hal dan tingkatan banyak orang
yang spiritual tanpa berafiliasi dengan organisasi keagamaan tertentu. Ekologi
spiritual bersifat pluralistik dan relativistik, meskipun tidak menganjurkan tradisi
agama atau spiritual tunggal mengakui bahwa beberapa mungkin jauh lebih ramah
lingkungan daripada yang lain. Namun pada prinsipnya, idealnya mereka yang
beragama didorong untuk memeriksa keyakinan, nilai, sikap, perilaku, dan
institusi mereka sendiri untuk menentukan bagaimana mereka bisa hidup sesuai
dengan alam dengan cara yang jauh lebih berkelanjutan, hijau, adil, tanpa
kekerasan, dan damai. Kemudian menurut Groves et al (1987) gagasan populer
adalah bahwa kepercayaan mendukung cara yang "benar" untuk hidup, ada
korelasi negatif antara religiusitas dan kriminalitas, dengan besarnya hubungan
agama tentang pencegahan kejahatan dan pelanggaran.
Penelitian Makki et al (2015), menunjukkan bahwa perbedaan pandangan
terhadap pengembangan sumber daya alam antara Hindu dan Muslim di
Tharparkar paling baik dijelaskan oleh identitas eco-regional yang terkait dengan
ketakutan pengucilan dalam struktur nasional Pakistan yang lebih luas. Ketakutan
migrasi ke daerah yang didorong oleh pengembangan sumber daya akan
melemahkan komunitas Hindu. Namun, akar pangkal dari hal tersebut ketakutan
mungkin bahwa komunitas Hindu telah memperoleh ekologi identitas dari gurun
Tharparkar, di negara di mana mereka berada jika tidak, minoritas yang dianiaya.
Konsepsi tentang ekologi identitas dalam konteks ini diinformasikan oleh literatur
pada '' Ekologi'' dan ketergantungan pada ekosistem tertentu mengilhami identitas.

14
Dari beberapa penelitian pentignya pemahaman ekologi ke jalan yang benar atau
dengan kata lain hijrah ekologi dengan membangun kesadaran ekologis sebagai
bagian dari sikap dan perilaku seorang saintis dengan segala temuan, bukti dan
tanda-tanda kekuasaan Allah pada alam semesta, setidaknya mengembalikan
wujud pemaknaan spiritual ekologis yang memanfaatkan sains dan teknologi
sebagai sebuah media untuk membangun paradigma keilmuan yang Islamis, yang
memaknai nilai-nilai keagamaan pada dunia sains dan teknologi. Kemampuan
mensitesakan sains dan agama dalam bingkai spiritual ekologis. Dengan
pemahaman ekologi yang benar dapat menjadikan bumi lebih terjaga serta serta
manusia hidup beriringan dengan seluruh mahluk tanpa merasa bahwa dirinya
adalah penikmat semata. Hal ini juga akan berpengaruh kepada mahluk-mahluk
selanjutnya, dengan alam yang terjaga pahala akan mengalir kedirinya serta
dirasakan manfaatnya oleh anak cucunya.

D. Ekologi dalam Akuntansi Sosial dan Lingkungan


Kinerja lingkungan dan keberlanjutan manusia sistem yang didominasi
didukung oleh alam dan manusia arus dapat dieksplorasi dengan menganalisis
berbagai aspek: lingkungan keberlanjutan ronmental, profitabilitas ekonomi, dan
sosial keinginan, semua relevan untuk mencapai pemahaman yang komprehensif
dari sistem yang sedang diselidiki. Akuntansi lingkungan dapat bermanfaat dan
terintegrasi dengan lingkungan (Franzese et al., 2014).
Akuntansi sosial dapat dianggap sebagai alam semesta dari semua
kemungkinan akuntansi dan sebagai akuntansi yang didapat ketika batas buatan
akuntansi konvensional dihapus. sebagian besar akuntansi sosial berkaitan dengan
akun tentang perusahaan, pada kenyataannya. Dan semesta dari kemungkinan
akun tentang dan oleh organisasi berlabuh (atau telah berlabuh) dengan berbagai
tingkat ketegasan-gagasan akuntabilitas. Akuntabilitas telah menjadi kunci bagi
seluruh proyek. Entitas yang bertanggung jawab biasanya dikenakan dua
tanggung jawab yaitu tanggung jawab untuk bertindak dan tanggung jawab untuk
memberikan pertanggungjawaban atas tindakan tersebut. Akuntabilitas

15
memberikan kerangka kerja normatif yang nyaman bagi keduanya. Demikian
pula, apa pun yang digunakan harus menjadi sesuatu yang akan diakui oleh
akuntan terkait dengan bagaimana mereka memahami "akuntansi sosial” (Gray,
2000).
Tanggung jawab sosial perusahaan adalah komitmen untuk memperbaiki
komunitas melalui praktek bisnis yang bijaksana dan kontribusi dari daya sumber
perusahaan. Munculnya permasalah bisnis yang semakin komplek seperti inovasi
teknologi, kompetisi global, regulasi dilevel nasional dan internasional, expansi
perusahaan, perampingan, isu lingkungan, perlakuan terhadap karyawan,
berhubungan dengan masyarakat setempat, konsumen dan pemerintah serta
persamaan kesempatan, menunjukkan bahwa bisnis semakin sensitif terhadap
pengaruh sosial, etika dan lingkungan dimanapun bisnis itu beroperasi.
Akuntansi sosial dan lingkungan juga muncul karena kesadaran manusia
untuk mempertanggunhjawabkan atas perlakuan mereka terhadap isi bumi.
Berkembangnya akuntansi saat ini, mulai menampakkan kepedulian mereka
terhadap sosial dan lingkungan. Hal ini tidak hanya sebagai selain merupakan
pertanggungjawaban di akhirat, tentunya akan berpengaruh juga terhadap
perkembangan entitas. Kepedulian itu akan dimaknai oleh sosial bahwa kita
dianggap sebagai bagian dari entitas, namun penerapan akuntansi sosial juga
kadangkala dianggap sebagai senjata untuk menarik hati masyarakat agar
menyerahkan kekayaan lingkungan dan tidak sebanding dengan
pertanggungjawabannya. Padahal jika hal ini betul-betul diterapkan sesuai aturan
dan etika dalam mengelola entitas terhadap ekologi, maka keberlanjutan entitas
akan lebih baik.
Definisi keberlanjutan yang disepakati secara luas adalah praktik dan
pengembangan itu memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi
kemampuan masa depan generasi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Meskipun
sulit untuk membuat penilaian absolut apa artinya keberlanjutan, indikator proksi
keberlanjutan, banyak di antaranya saat ini digunakan sangat penting untuk
menentukan kinerja relatif. Perusahaan mulai menerapkan konsep keberlanjutan
pada tingkat praktis dalam hal kewarganegaraan perusahaan atau tanggung jawab

16
sosial perusahaan (CSR). CSR adalah saat ini didominasi oleh gagasan triple
bottom line. Triple bottom line (TBL) adalah istilah yang awalnya diciptakan oleh
John Elkington pada awal 1980-an untuk menggambarkan perusahaan bergerak
melampaui pelaporan hanya pada "garis bawah" keuangan mereka ke menilai dan
melaporkan tiga bidang keberlanjutan ekonomi, sosial dan lingkungan (Lenzen et
al., 2006).
Dari pemaparan mengenai akuntansi lingkungan dimana dalam entitas atau
perusahaan menerapkan CSR sebagai bentuk tanggungjawab terhadap lingkungan
dan sosial. Para masyarakat dan aktivis sosial ikut turut andil dalam
memperhatikan lingkungan mereka, dengan mengawasi kinerja entitas atas
perlakuan mereka terhadap lingkungan. Hal ini memnuculkan perubahan dalam
memaknai ekologi, yang sebelumnya perusahaan hanya berfokus pada ekonomi
atau laba semata. Dan sekarang dari hijrah ekologi, menjadikan mereka peduli
akan lingkungan dan sosial.
Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan melaksanakan aktivitas bisnis
melampaui aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum serta melaksanakan
investasi yang mendukung kegiatan sosial dengan tujuan meningkatkan
kesejahteraaan komunitas dan memelihara lingkungan hidup. Yang dimaksud
komunitas dalam hal ini mencakup karyawan, perusahaan, pemasok, distributor,
organisasi-organisasi nirlaba yang menjadi mitra perusahaan serta masyarakat
secara umum. Sedangkan yang dimaksud kesejahteraan mencakup didalamnya
aspek-aspek kesehatan, keselamatan, kebutuhan pemenuhan kebutuhan psikologis
dan emosional,
Agar implementasi CSR mampu berjalan sesuai harapan dimana akan
membutuhkan strategi ekstra dimana meliputi empat agenda utama, yakni:
pedoman (guidelines) dan tata etika (codes of conduct), Guidelines atau pedoman
sangat diperlukan dalam pelaksanaan strategi CSR oleh perusahaan. Strategi
Kepemimpinan Korporat dalam CSR. Sistem dan kebijakan manajemen korporat,
strategi kepemimpinan korporat dalam CSR, serta komitmen dan kemitraan
diantara stakeholders.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Semesta dengan segala isinya adalah ciptaanNya yang setara di muka bumi.
Yang membedakan hanya akal yang dimiliki oleh manusia, namun kehidupannya
di sisi Alam tetap sama. Akal menjadi tempat para manusia mengelola
kehidupannya. Namun ada saja yang menggunakan akalnya dari sisi kiri, seolah-
olah bahwa dia diciptakan untuk menikmati semesta dengan sebebasnya dengan
dalil mensyukuri. Padahal manusia diciptakan sebagai khalifah dengan amanah
yang diberi untuk merawat semesta. Akalnya masih dibawa oleh sikap egonya.
Pemaknaan ekologi dimaknai semata-mata bahwa mensyukuri ciptaanNya dengan
mengambil seluruh isinya dengan kepentingan egoism serta pikiran kapitalis.
Namun berkembangnya kesadaran manusia disertai dengan belajar untuk
mendekatkan kepadanNya, pemaknaan ekologi sudah berada di posisi yang tepat.
Mereka menyadari bahwa hidup di dunia adalah berkaitan satu sama lain, semesta
dengan segala isinya punya hak yang sama untuk hidup. Adanya kesadaran
tersebut, perusahaan juga turut andil dalam memaknai ekologi. Ilmu akuntansi
sosial dan lingkungan merupakan salah satu hasil pola pikir mengarah kebaikan
untuk menjaga semesta serta merawatnya. Akuntansi sosial dapat dianggap
sebagai alam semesta dari semua kemungkinan akuntansi dan sebagai akuntansi
yang didapat ketika batas buatan akuntansi konvensional dihapus
Aktivitas akuntansi sosial dan lingkungan ini, perusahaan melaksanakan
aktivitas bisnis melampaui aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum serta
melaksanakan investasi yang mendukung kegiatan sosial dengan tujuan
meningkatkan kesejahteraaan komunitas dan memelihara lingkungan hidup. Yang
dimaksud komunitas dalam hal ini mencakup karyawan, perusahaan, pemasok,

18
distributor, organisasi-organisasi nirlaba yang menjadi mitra perusahaan serta
masyarakat secara umum.
Namun beberapa implementasi akuntansi sosial dan lingkungan, adanya
oknum yang hanya menjadikan sebagai pertanggungjwaban semata tanpa
pemaknaan yang dalam.

19
DAFTAR PUSTAKA

Bambang, I. (n.d.). KEARIFAN EKOLOGIS DALAM PERSPEKTIF SUFI.


2015, 2489–2509.

Bednarowski, M. F., Bowie, F., Marshall, P., Hughes, A. W., William, W. S. F.


P., Ackerman, R., Sweetman, W., & Osto, D. (2008). Book reviews.
Religion, 38(4), 394–404. https://doi.org/10.1016/j.religion.2008.03.003

Franco, M. P. V. (2020). Conservation, economic planning and natural capital in


early Soviet ecology. Ecosystem Services, 41(August 2019), 101064.
https://doi.org/10.1016/j.ecoser.2020.101064

Franzese, P. P., Brown, M. T., & Ulgiati, S. (2014). Environmental accounting:


Emergy, systems ecology, and ecological modelling. Ecological Modelling,
271, 1–3. https://doi.org/10.1016/j.ecolmodel.2013.10.007

Gray, R. (2000). Social and Environmental Accounting and Reporting : From


Ridicule to Revolution ? From. 1–7.

Groves, W. B., Newman, G., & Corrado, C. (1987). Islam, modernization and
crime: A test of the religious ecology thesis. Journal of Criminal Justice,
15(6), 495–503. https://doi.org/10.1016/0047-2352(87)90005-5

Hao, Y., Ye, B., Gao, M., Wang, Z., Chen, W., Xiao, Z., & Wu, H. (2020). How
does ecology of finance affect financial constraints? Empirical evidence from
Chinese listed energy- and pollution-intensive companies. Journal of
Cleaner Production, 246, 119061.
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2019.119061

Laughlin, R. (2014). Rob Gray, social and environmental accounting and


organisational change. Social and Environmental Accountability Journal,
34(2), 81–86. https://doi.org/10.1080/0969160X.2014.938471

20
TM
Lenzen, M., Foran, B., & Dey, C. (2006). Integrated Sustainability Analysis
Triple-Bottom-Line Accounting of Economy and Environment a new
software and a case study of Australian mining. March, 1–9.

Makki, M., Ali, S. H., & Vuuren, K. Van. (2015). The Extractive Industries and
Society ‘ Religious identity and coal development in Pakistan ’: Ecology ,
land rights and the politics of exclusion. Biochemical Pharmacology.
https://doi.org/10.1016/j.exis.2015.02.002

Næss, A., & Sessions, G. (2011). Basic Principles of Deep Ecology. January.

Satmaidi, E. (2015). Jurnal Penelitian Hukum Supremasi Hukum, ISSN: 1693-


766X, Vol. 24, No. 2, Agustus 2015. JurnaL Penelitian Hukum Supremasi
Hukum, 24(2).

Sponsel, L. E. (2017). Spiritual ecology. In Encyclopedia of the Anthropocene


(Vols. 1–5). Elsevier Inc. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-809665-
9.10486-0

Suhendra, A. (2013). Menelisik Ekologis Dalam Al-Qur’an. ESENSIA: Jurnal


Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 14(1), 61. https://doi.org/10.14421/esensia.v14i1.750

21

Anda mungkin juga menyukai