Anda di halaman 1dari 16

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Fobia
Fobia adalah suatu ketakutan irasional yang jelas, menetap dan berlebihan
terhadap suatu objek spesifik, keadaan atau situasi. Fobia merupakan suatu
gangguan jiwa, yang merupakan salah satu tipe dari gangguan ansietas dan
dibedakan dalam tiga jenis berdasarkan jenis objek atau situasi ketakutan yaitu
Agorafobia, Fobia Spesifik, dan Fobia Sosial.2
Agorafobia adalah ketakutan terhadap ruang terbuka, orang banyak serta
adanya kesulitan untuk segera menyingkir ke tempat aman. Fobia spesifik adalah
ketakutan irasional terhadap objek tertentu. Fobia sosial adalah ketakutan irasional
pada situasi sosial tertentu.1
Tanda dan gejala fobia ditandai dengan timbulnya ansietas berat jika pasien
terpapar dengan situasi atau objek spesifik atau jika mengantisipasi akan terpapar
dengan situasi atau objek. Pemaparan atau mengantisipasi dengan stimulus fobik
sering menimbulkan serangan panik pada orang yang rentan terhadap serangan
panik. Orang dengan fobia berusaha untuk menghindari stimulus fobik. Depresi
seringkali ditemukan pada sepertiga dari pasien fobia. Pada fobia khas, ketakutan
yang jelas dan menetap dan tak beralasan terbatas pada objek atau situasi yang
spesifik dan terbagi dalam tipe hewan, lingkungan alam, darah, injeksi, luka, dan
situasional.3
Ansietas fobik seringkali berbarengan (coexist) dengan depresi. Suatu episode
depresif seringkali memperburuk keadaan ansietas fobik yang sudah ada
sebelumnya. Beberapa episode depresif dan dapat disertai ansietas fobik yang
temporer, sebaliknya afek depresif seringkali menyertai berbagai fobia, khususnya
agorafobia. Pembuatan diagnosis tergantung dari mana yang jelas-jelas timbul
lebih dahulu dan mana yang lebih dominan pada saat pemeriksaan.3

Kriteria Diagnosis
A. Kriteria Diagnosis menurut PPDGJ-III:3
F 40.0 Agorafobia
Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti:
a. Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus
merupakan manifestasi primer dari ansietasnya dan bukan sekunder
dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif;
b. Ansietas yang timbul harus terbatas pada (terutama terjadi dalam
hubungan dengan) setidaknya dua dari situasi berikut: banyak
orang/keramaian, tempat umum, bepergian keluar rumah, dan
bepergian sendiri; dan
c. Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang
menonjol (penderita menjadi “house-bound”)
Karakter kelima : F40.00 = Tanpa gangguan panik
F40.01 = Dengan gangguan panik

F40.1 Fobia Sosial


Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti:
a. Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus
merupakan manifestasi primer dari ansietasnya dan bukan sekunder
dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif;
b. Ansietas harus mendominasi atau terbatas pada situasi sosial tertentu
(outside the family circle); dan
c. Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang
menonjol.

F40.2 Fobia Khas (Terisolasi)


Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti:
a. Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus
merupakan manifestasi primer dari ansietasnya dan bukan sekunder
dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif;
b. Ansietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik tertentu
(highly spesific situations); dan
c. Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.

1
Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lain, tidak seperti
halnya agorafobia dan fobia sosial.

B. Kriteria Diagnosis Menurut DSM-V TR.2


1. Agorafobia
A. Kecemasan berada di dalam suatu tempat atau situasi darinya
kemungkinan meloloskan diri adalah sulit (atau merasa malu) atau saat
mungkin tidak terdapat pertolongan jika mendapat serangan panik atau
gejala mirip panik yang tidak diharapkan atau secara situasional.
Ketakutan agorafobia biasanya mengenai kelompok karakteristik situasi
seperti di luar rumah sendirian; berada ditempat ramai atau berdiri di
sebuah barisan, berada di atas jembatan atau bepergian dengan bis, kereta,
atau mobil.
B. Situasi dihindari (misalnya jarang bepergian) atau jika dilakukan dengan
penderitaan yang jelas atau dengan kecemasan mendapat serangan panik
atau gejala mirip panik atau perlu didampingi teman.
C. Kecemasan atau penghindaran fobik tidak lebih baik diterangkan oleh
gangguan mental lain seperti fobia sosial (misalnya penghindaran terbatas
pada situasi sosial karena takut dipermalukan), fobia khas (misalnya
penghindaran terbatas situasi seperti lift), gangguan obsesif-kompulsif
(misalnya menghindari kotoran pada seseorang dengan obsesi tentang
kontaminasi), gangguan stres pasca trauma (misalnya menghindari stimuli
yang berhubungan dengan stresor yang berat) atau gangguan cemas
perpisahan (misalnya menghindari meninggalkan rumah atau sanak
keluarga)
Catatan: Agorafobia bukanlah suatu gangguan yang diberi kode, catatlah
diagnosis yang spesifik saat agorafobia terjadi misalnya gangguan panik dengan
agorafobia atau agorafobia tanpa riwayat gangguan panik.
2.   Fobia khas
A. Ketakutan yang jelas dan menetap yang berlebihan  atau tidak beralasan,
ditandai oleh adanya atau antisipasi dari suatu obyek atau situasi spesifik

2
(misalnya, naik pesawat terbang, ketinggian, binatang, mendapat
suntikkan, melihat darah).
B. Pemaparan stimulus fobik hampir selalu mencetuskan respon kecemasan
segera, dapat berupa serangan panik yang berhubungan dengan situasi atau
predisposisi oleh situasi.
Catatan : pada anak-anak, kecemasan dapat diekspresikan dengan
menangis, tantrum, diam membeku, atau melekat erat menggendong.
C. Orang menyadari bahwa ketakutan adalah berlebihan atau tidak beralasan .
Catatan : pada anak-anak, gambaran ini mungkin tidak ditemukan
D. Situasi fobik dihindari atau kalau dihadapi adalah dengan kecemasan atau
dengan penderitaan yang jelas.
E.     Penghindaran, kecemasan antisipasi, atau penderitaan dalam situasi yang
ditakuti secara bermakna mengganggu rutinitas normal, fungsi pekerjaan
(atau akademik), atau aktivitas sosial atau hubungan dengan orang lain,
atau terdapat penderitaan yang jelas karena menderita fobia.
F. Pada individu yang berusia dibawah 18 tahun, durasi paling sedikit 6bulan.
G.    Kecemasan, serangan panik, atau penghindaran fobik dihubungkan
dengan objek atau situasi spesifik tidak lebih baik dijelaskan oleh
gangguan mental lain, seperti Gangguan Obsesif-Kompulsif
(misalnya,seseorang takut kotoran dengan obsesi tentang kontaminasi),
Gangguan Stres pascatrauma (misalnya,penghindaran stimulus yang
berhubungan dengan stresor yang berat), Gangguan Cemas Perpisahan
(misalnya,menghindari sekolah), Fobia Sosial (misalnya,menghindari
situasi sosial karena takut merasa malu), Gangguan Panik dengan
Agorafobia, atau Agorafobia Tanpa Riwayat Gangguan Panik.
Sebutkan tipe :
 Tipe Binatang
 Tipe Lingkungan Alam (misalanya, ketinggan, badai, air)
 Tipe Darah, Injeksi, Cedera
 Tipe Situasional (misalnya, pesawat udara, elevator, tempat tertutup)

3
Tipe Lainnya (misalnya, ketakutan tersedak, muntah, atau mengidap
penyakit ; pada anak-anak, ketakutan pada suara keras atau karakter
bertopeng).
3.  Fobia Sosial
A.    Ketakutan yang jelas dan menetap terhadap satu atau lebih situasi sosial
atau memperlihatkan perilaku dimana orang bertemu dengan orang
asing atau kemungkinan diperiksa oleh orang lain. Ketakutan bahwa ia
akan bertindak dengan cara (atau menunjukkan gejala kecemasan) yang
akan menghinakan atau memalukan.
Catatan : pada anak-anak, harus terbukti adanya kemampuan sesuai
usianya untuk melakukan hubungan sosial dengan orang yang telah
dikenalnya dan kecemasan hanya terjadi dalam lingkungan teman
sebaya, bukan dalam interaksi dengan orang dewasa.
B.     Pemaparan dengan situasi sosial yang ditakuti hampir selalu
mencetuskan kecemasan, dapat berupa seragan panik yang berhubungan
dengan situasi atai dipredisposisi oleh situasi.
Catatan : pada anak-anak, kecemasan dapat diekspresikan dengan menangis
tantrum diam membeku, atau bersembunyi dari situasi sosial dengan
orang asing.
C.     Orang menyadari bahwa ketakutan adalah berlebihan atau tidak
beralasan.
Catatan : pada anak-anak, gambaran ini mungkin tidak ditemukan
D.    Situasi sosial atau memperlihatkan perilaku dihindari atau kalau dihadapi
adalah dengan kecemasan atau dengan penderitaan yang jelas
E.    Penghindaran, kecemasan antisipasi, atau penderitaan dalam situasi yang
ditakuti secara bermakna mengganggu rutinitas normal, fungsi
pekerjaan (atau akademik), atau aktivitas sosial atau hubungan dengan
orang lain, atau terdapat penderitaan yang jelas karena menderita fobia.
F.    Pada individu yang berusia dibawah 18 tahun, durasi paling sedikit
bulan.

4
G.    Kecemasan atau penghindaran fobik bukan karena efek fisiologis
langsung dari zat (misalnya, penyalahgunaan zat, pengobatan) atau suatu
kondisi medis umum dan tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan
mental lain ( misalnya, Gangguan Panik Dengan atau Tanpa Agorafobia,
Gangguan Cemas Perpisahan, Gangguan Dismorfik Tubuh, Gangguan
Perkembangan Pervasif, atau Gangguan Kepribadian Skizoid).
H.    Jika terdapat suatu kondisi medis umum atau gangguan mental
dengannya misalnya takut adalah bukan gagap, gemetar pada penyakit
Parkinson, atau memperlihatkan perilaku makan abnormal pada
Anoreksia Nervosa atau Bulimia Nervosa.
Sebutkan Jika :
Menyeluruh : jika ketakutan termasuk situasi yang paling sosial (juga
pertimbangkan diagnosis tambahan Gangguan Kepribadian Menghindar)

Etiologi4,5,6
Seperti banyak kondisi kesehatan mental, penyebab pasti gangguan
kecemasan tidak sepenuhnya dipahami. Diperkirakan bahwa gangguan kecemasan
dapat melibatkan ketidakseimbangan kimia otak yang terjadi secara alami
(neurotransmiter) seperti serotonin, dopamin atau norepinefrin. Pengalaman hidup
seperti peristiwa traumatis muncul untuk memicu gangguan kecemasan pada
orang yang sudah rentan untuk menjadi cemas, dapat juga diakibatkan oleh
penyebab medis yaitu untuk sejumlah besar orang yang memiliki kecemasan
terkait dengan masalah kesehatan yang mendasarinya.
Sedangkan pada pasien kecemasan diakibatkan adanya fobia,
Penyebabnya dapat diakibatkan beberapa hal. Menurut Durand & Barlow (2005),
ada beberapa penyebab munculnya fobia khas yaitu:

a. Traumatic event

5
Kebanyakan orang yang mengalami fobia khas disebabkan oleh kejadian trauma.
Contohnya jika kita digigit oleh anjing, maka kita akan menjadi fobia terhadap
anjing.

b. Information transmition

Seseorang dapat mengalami fobia khas karena sering mengingat sesuatu yang
berbahaya. Misalnya seorang wanita mengalami fobia terhadap ular, padahal
wanita tersebut belum pernah bertemu dengan ular. Tetapi, ia sering dibilang atau
mendengar bahwa akan ada ular yang berbahaya di rumput yang tinggi. Hal ini
membuat wanita tersebut menggunakan sepatu boot untuk menghindari bahaya,
walaupun ia berjalan di jalan yang biasa.

c. Sosial dan Kultural

Faktor ini sangat kuat dapat mempengaruhi seseorang mengalami fobia khas.
Dalam masyarakat tidak dapat diterima jika seorang laki-laki menunjukkan
ketakutan dan fobia. Mayoritas fobia khas terjadi pada perempuan.

Faktor-faktor Penyebab Kecemasan7,8


Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian
besar tergantunga pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa-peristiwa
atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan.
Kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang berlebihan. Selain itu,
keduanya mampu hadir karena lingkungan yang menyertainya, baik lingkungan
keluarga, sekolah, maupun penyebabnya

1. Lingkungan

Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir


individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya
pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat,
ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman
terhadap lingkungannya.

6
a. Lingkungan keluarga

Keadaan rumah dengan kondisi yang penuh dengan pertengkaran atau


penuh dengan kesalahpahaman serta adanya ketidakpedulian orangtua terhadap
anak-anaknya, dapat menyebabkan ketidaknyamanan serta kecemasan pada anak
saat berada didalam rumah

b. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi


kecemasan individu. Jika individu tersebut berada pada lingkungan yang tidak
baik, dan individu tersebut menimbulkan suatu perilaku yang buruk, maka akan
menimbulkan adanya berbagai penilaian buruk dimata masyarakat. Sehingga
dapat menyebabkan munculnya kecemasan

2. Emosi yang ditekan

Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan


keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika
dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.

3. Sebab-sebab fisik

Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan


timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya kehamilan,
semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-
kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan.

4. Trauma atau konflik

Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada kondisi individu,


dalam arti bahwa pengalaman-pengalaman emosional atau konflik mental yang
terjadi pada individu akan memudahkan timbulnya gejala-gejala kecemasan. Rasa
cemas juga dapat timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya,

7
kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya terlihat jelas
didalam pikiran

Penatalaksanaan9
Secara umum terapi fobia meliputi:
A. Terapi psikologik
a. Terapi Perilaku merupakan terapi yang efektif. Seperti terapi
desensitisasi yang sering dilakukan, terapi pemaparan (exposure),
imaginal exposure, participent modelling, guided mastery, imaginal
flooding.
b. Psikoterapi bersifat tilikan. Terapi berorientasi-tilikan
memungkinkan pasien mengerti asal dari fobia, fenomena tujuan
sekunder, dan peranan daya tahan dan memungkinkan pasien
mencari cara yang sehat dalam menghadapi stimuli yang
menyebabkan kecemasan. Psikoterapi ini dapat menjadi pengobatan
yang efektif untuk mengatasi kegelisahan. Terapi perilaku kognitif
adalah salah satu yang paling umum dari jenis psikoterapi untuk
gangguan kecemasan. Umumnya pengobatan jangka pendek, terapi
perilaku kognitif berfokus pada pengajaran keterampilan khusus
untuk mengidentifikasi pikiran dan perilaku negatif dan
menggantinya dengan yang positif. Pada pasien yang memilki
kecemasan akan fobia terhadap sesuatu dapat dilakukan dengan
terapi rasional emotif tingkah laku. Terapi ini didefinisikan berupa
terapi yang berusaha menghilangkan cara berfikir klien yang tidak
logis dan irasional, dan menggantinya dengan sesuatu yang logis dan
rasional dengan cara menyerang, menentang, mempertanyakan dan
membahas keyakinan-keyakinan irasional klien.
c. Terapi lain seperti hypnotherapy, psikoterapi suportif, terapi
keluarga bila diperlukan.
B. Farmakoterapi10

8
Obat-obatan yang dipaki untuk tatalaksana fobia adalah SSRI
(Serotonin Selective Re-Uptake Inhibitor), Benzodiazepine, Buspirone,
MAOI. Obat-obat ini dapat diberikan satu jam sebelum terpapar dengan
stimulus fobia, misalnya jika individual hendak bicara di depan umum.
Terapi terhadap fobia khas yang terutama adalah terapi perilaku
yaitu terapi pemaparan (Exposure Therapy), yaitu desensitisasi pasien
dengan pemaparan stimulus fobik secara bertahap. Juga diajarkan untuk
menghadapi kecemasandengan teknik relaksasi, mengontrol pernafasan
dan pendekatan kognitif.
Bila keadaan pasien membaik, lorazepam injeksi dapat diganti
dengan lorazepam oral atau golongan benzodiazepin lain. Terapi ini
tidak boleh lebih dari 1 minggu untuk mencegah ketergantungan.
Benzodiazepin digunakan hanya untuk meningkatkan kepercayaan diri
pasien. Setelah serangan panik berlalu, pasien harus dijelaskan
mengenai pentingnya terapi jangka panjang seperti CBT dan
penggunaan obat jenis SSRI.

1. SSRI
Penggunaan SSRI dan follow up keberhasilannya sebaiknya dimulai dalam
rentang 2 minggu sejak serangan panik terjadi karena SSRI dapat memicu
serangan panik pada pemberian awal. Oleh karena itu dosis SSRI dimulai dari
yang terkecil lalu ditingkatkan secara perlahan di setiap kesempatan follow up
berikutnya.

Mekanisme Kerja SSRI


SSRI dipercaya dapat meningkatkan kadar serotonin di ekstraselular
dengan cara menghambat pengambilan kembali serotonin ke dalam sel
presinaptik sehingga ada lebih banyak serotonin di celah sinaptik yang dapat
berikatan dengan reseptor sel post-sinaptik. SSRI memiliki tingkat selektivitas
yang cukup baik terhadap transporter monoamin yang lain, seperti pada

9
transporter noradrenaline dan dopamine, SSRI memiliki afinitas yang lemah
terhadap kedua reseptor tersebut sehingga efek sampingnya lebih sedikit.
SSRI merupakan obat psikotropik pertama yang dianggap memiliki
desain obat rasional, karena cara kerjanya benar-benar spesifik pada suatu target
biologi tertentu dan memberikan efek berdasarkan target tersebut. Oleh karena itu
SSRI digunakan secara luas di hampir semua negara sebagai lini pertama
pengobatan antipanik.
SSRI dapat diberikan selama 2-4 minggu, dan dosisnya dapat
ditingkatkan secara bertahap tergantung pada kebutuhan. Semua jenis SSRI yang
dikenal saat ini memiliki efektifitas yang baik dalam menangani gangguan panik.
Salah satunya, fluoksetin dalam salut memiliki masa paruh waktu yang panjang
sehingga cocok digunakan untuk pasien yang kurang patuh minum obat. Selain itu
waktu paruh yang panjang dapat meminimalisir efek withdrawal yang dapat
terjadi ketika pasien lelah atau tiba-tiba menghentikan penggunaan SSRI.

Contoh Obat Golongan SSRI


Fluoksetin. Fluoksetin secara selektif menghambat reuptake seotonin
presinaptik, dengan efek minimal atau tanpa efek sama sekali terhadap reuptake
norepinefrin atau dopamine.
Paroksetin. Ini merupakan SSRI alternatif yang bersifat sedasi karena
cara kerjanya berupakan inhibitor selektif yang poten terhadap serotonin neuronal
dan memiliki efek yang lemah terhadap reuptake norepinephrine dan dopamine.
Sertralin. Cara kerjanya mirip fluoxetine namun memiliki efek inhibisi
yang lemah pada reuptake norephinephrine dan dopamine neuronal.
Fluvoksamin. Fluvoksamin merupakan inhibitor selektif yang juga poten
pada reuptake serotonin neuronal serta secara signifikan tidak berikatan pada alfa-
adrenergik, histamine atau reseptor kolinergik sehingga efek sampingnya lebih
sedikit dibanding obat-obatan jenis trisiklik.

10
Citalopram. Citalopram meningkatkan aktivitas serotonin melalui inhibisi
selektif reuptake serotonin pada membran neuronal. Efek samping antikolinergik
obat ini lebih sedikit.
Escitalopram. Escitalopram merupakan enantiomer citalopram.
Mekanisme kerjanya mirip dengan citalopram.
Efek Samping SSRI
Efek samping SSRI biasanya timbul selama 1-4 minggu pertama ketika tubuh
mulai mencoba beradaptasi dengan obat (kecuali efek samping seksual yang
timbul pada fase akhir pengobatan). Biasanya penggunaan SSRI mencapai 6-8
minggu ketika obat mulai mendekat potensi terapi yang menyeluruh. Adapun
beberapa efek samping SSRI antara lain: anhedonia, insomnia, nyeri kepala,
tinitus, apati, retensi urin, perubahan pada perilaku seksual, penurunan berat
badan, mual, muntah dan yang ditakutkan adalah efek sampinng keinginan bunuh
diri dan meningkatkan perasaan depresi pada awal pengobatan.

2. Benzodiazepine

Mekanisme Kerja Benzodiazepine


Benzodiazepine dapat menimbulkan efek farmakologis dengan cara
memfasilitasi aksi gamma-aminobutyric acid (GABA), suatu neurotransmiter
inhibitor utama di SSP. Benzodiazepine tidak mengaktivasi reseptor GABAA
namun memperkuat afinitas reseptor untuk GABA. Akibat adanya peningkatan
afinitas reseptor GABA untuk neurotransmiter inhibisi yang terinduksi oleh
benzodiazepine, maka terjadi peningkatan jumlah gerbang saluran klorida yang
terbuka sehingga meningkatkan konduktansi klorida, menghasilkan
hiperpolarisasi membran sel postsynaptic, dan mengubah neuron postsynaptic
sehingga menjadi lebih resisten terhadap eksitasi. Resistensi terhadap eksitasi
dianggap sebagai mekanisme yang berperan pada benzodiazepine dalam
menimbulkan efek anxiolitik, sedasi, amnesia anterograde, potensiasi alkohol,
antikonvulsan dan relaksan otot rangka.

11
Efek Samping Benzodiazepine
Kelelahan dan pusing merupakan efek samping yang sering ditemukan
pada pasien yang mendapat benzodiazepine dalam waktu lama. Sedasi yang dapat
mengganggu aktivitas biasanya dapat menghilang dalam waktu dua minggu.
Pasien harus diinstruksikan agar menggunakan benzodiazepine sebelum makan
dan tidak boleh digunakan bersama antasida karena makanan dan antasida dapat
menurunkan absorpsi benzodiazepine dari traktus gastrointenstinal. Pemberian
benzodiazepine secara kronik tidak mempengaruhi tekanan darah sistemik, denyut
jantung, atau ritme jantung. Meskipun efek ventilasi bisa tidak ditemukan, namun
sebaiknya penggunaan obat ini tidak dilakukan pada pasien yang mengalami
penyakit paru-paru kronik dengan manifestasi gejala berupa hipoventilasi dan/atau
penurunan oksigenasi arterial.
Penurunan koordinasi motorik dan gangguan fungsi kognitif dapat terjadi,
terutama ketika benzodiazepine digunakan bersama penggunaan obat depresan
SSP lainnya. Pemberian benzodiazepine secara akut dapat menyebabkan amnesia
anterograde, terutama bila digunakan bersama alkohol. Sebagai contoh, telah ada
laporan yang menunjukkan terjadinya amnesia berat pada para pelancong yang
mengonsumsi triazolam bersama alkohol agar bisa tidur ketika sedang melakukan
perjalanan di atas pesawat yang melewati beberapa zona waktu yang berbeda.

3. MAO Inhibitor

Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs) merupakan salah satu jenis


antidepresi yang dapat digunakan untuk mengatasi gangguan panik. Pada masa
lalu golongan ini digunakan untuk mengatasi gangguan panik dan depresi yang
sudah resisten terhadap golongan trisiklik.
Kelebihan MAO adalah tingkat ketergantungan terhadap obat ini rendah
dan efek antikolinergiknya lebih sedikit dibanding obat golongan trisiklik.
Mekanisme Kerja MAOI
MAOI bekerja dengan cara menghambat aktivitas monoamine oxidase,
sehingga ini dapat mencegah pemecahan monoamine neurotransmitter dan
meningkatkan avaibilitasnya. Terdapat 2 jenis monoamine oxidase, MAO-A dan

12
MAO-B. MAO-A berkaitan dengan deaminasi serotonin, melatonin, epinephrine
and norepinephrine. Sedangkan MAO-B mendeaminasi phenylethylamine dan
sisa amina. Dopamine dideaminasi oleh keduanya.
Contoh Obat MAOI
Phenelzine (Nardil). Nardil merupakan obat golongan MAOI yang paling
sering digunakan dalam mengatasi gangguan panik. Hal ini telah dibuktikan
melalui superioritas yang jelas terhadap placebo dalam percobaan double-blind
untuk mengatasi gangguan panik. Obat ini biasanya digunakan untuk pasien yang
tidak respon terhadap obat golongan trisklik atau obat antidepresi golongan kedua.
Tranylcypromine (Parnate). Obat ini juga efektif terhadap gangguan
panik karena berikatan secara ireversibel pada MAO sehingga dapat mengurangi
pemecahan monoamin dan meningkatkan avaibilitas sinaptik.
Efek Samping MAOI
Ketika dikonsumsi peroral, MAOI menghambat katabolisme amine.
Sehingga ketika makanan yang mengandung tiramin dikonsumsi, seseorang dapat
menderita krisis hipertensi. Jika makanan yang mengandung tiptofan dimakan
juga, maka hal ini dapat menyebabkan hiperserotonemia. Jumlah makanan yang
dibutuhkan hingga menimbulkan reaksi berbeda-beda pada tiap individu.
Mekanisme pasti mengapa konsumsi tiramin dapat menyebabkan krisis
hipertensi pada pengguna obat MAOI belum diketahui, tapi diperkirakan tiramin
menggantikan norepinefrin pada penyimpanannya di vesikel, dalam hal ini
norepinefrin terdepak oleh tiramin. Hal ini dapat memicu aliran pengeluaran
norepinefrin sehingga dapat menyebabkan krisis hipertensi. Teori lain menyatakan
bahwa proliferasi dan akumulasi katekolamin yang menyebabkan krisis
hipertensi.
Beberapa makanan yang mengandung tiramin antara lain hati, makanan
yang difermentasi dan zat-zat lain yang mengandung levodopa seperti kacang-
kacangan. Makanan-makanan itu harus dihindarkan dari pengguna MAOI.

Respons dan Durasi Farmakoterapi

13
Jika pasien gagal memberikan respons terhadap salah satu golongan obat,
golongan obat lain harus dicoba. Data terkini menyokong efektivitas venfalaxine.
Kombinasi SSRI atau obat trisiklik dan benzodiazepin atau SSRI dan litium atau
obat trisiklik dapat dicoba. Beberapa laporan kasus menunjukkan efektivitas
karbamazepin, valproat, dan calcium channel blocker yang mengesankan.
Buspiron dapat memiliki peran dalam memperkuat obat lain tetapi efektivitasnya
kecil.

Ketika efektif, terapi farmakologis umumnya harus diteruskan selama 8-12


bulan. Data menunjukkan bahwa gangguan panik adalah gangguan kronis yang
mungkin dapat terjadi seumur hidup dan akan kambuh jika terapi dihentikan
mendadak. Studi melaporkan bahwa 30-90 % yang mengalami keberhasilan terapi
mengalami kekambuhan ketika obatnya dihentikan.

Prognosis
Prognosis fobia belum banyak diketahui, namun fobia memiliki
kecenderungan menjadi kronik dan dapat terjadi komorbiditas dengan gangguan
(depresi, penyalahgunaan alkohol dan obat) bila tidak mendapat terapi. Menurut
National Institute of Mental Health, 75% orang dengan fobia khas dapat
mengatasi ketakutannya dengan terapi kognitif perilaku.

14
15

Anda mungkin juga menyukai