Oleh:
1. Siti Fatimah (131810401036)
2. Ratih Kumalararas (131810401053)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rantai Makanan
Dalam ekosistem terjadi proses makan dan dimakan secara berurutan
yang disebut dengan rantai makanan. Proses inilah yang menentukan
bagaimana energi mengalir dari satu organisme ke organisme yang lain dalam
satu sistem. Tiap tingkatan dari rantai makanan disebut taraf trofik/ tingkat
trofik. Pada setiap pemindahan energi, rata-rata 80%-90% energi dikeluarkan
dalam bentuk panas.
Suatu rantai makanan terdapat tingkatan untuk mendapatkan sumber
makanan yang disebut dengan tingkat trofik, yaitu:
Produsen
Merupakan organisme yang dapat mengolah makanan sendiri
melalui proses fotosintetis.
Konsumen
Organisme yang tidak dapat mengolah sendiri makanannya disebut
organisme heterotrof konsumen. Konsumen dalam ekosistem dapat
di golongkan beberapa tingkat : konsumen tingkat I/primer
(kelompok herbivora), konsumen tingkat II/sekunder, konsumen
tingkat III/tersier (Emanuel, 1997).
Dekomposer
Beberapa organisme mendapatkan energinya dengan cara memakan
detritus atau materi organik dari organisme lain. Detritivora yaitu
organisme yang memakan detritus. Organisme detritivora antara
lain yaitu cacing tanah, kutu kayu, kepiting, dan siput (Kimball,
1999).
C. Jaring makanan
Jaring makanan adalah gabungan dari berbagai rantai makanan
(Odum, 1993). Semua rantai makanan dalam suatu ekosistem tidak berdiri
sendiri, melainkan saling berhubungan dengan rantai makanan yang lain.
Bahkan di dalam ekosistem, ketiga kelompok rantai makanan yang telah
disebutkan diatas (rantai pemangsa, rantai parasit, dan rantai saprofit) saling
berkaitan. Dengan kata lain, jika tiap-tiap rantai makanan yang ada di dalam
ekosistem disambung-sambungkan dan membentuk gabungan rantai makanan
yang lebih kompleks, maka terbentuk suatu jaring makanan (Indriyanto,
2006).
Gambar: jaring makanan
(byantibyan.wordpress.com)
D. Tingkat trofik
Menurut Heddy dkk. (1986) tingkat trofik merupakan urutan
organisme dalam rantai makanan pada suatu ekosistem. Oleh karena itu,
berbagai organisme yang memperoleh sumber makanan melalui langkah yang
sama dapat dianggap termasuk ke dalam tingkat trofik yang sama
(Resosoedarmo dkk. 1986; Odum, 1993).
Adapun tingkat trofik ini dibedakan dalam:
1. Tingkat trofik pertama, yaitu semua organisme yang berperan sebagai
produsen.
2. Tingkat trofik kedua yaitu organisme herbivora (konsumen primer).
3. Tingkat trofi ketiga yaitu organisme karnivora kecil (konsumen
sekunder).
4. Tingkat trofi keempat yaitu organisme karnivora besar (konsumen
tersier).
5. Tingkat trofi kelima yaitu organisme perombak (dekomposer dan
transformer).
Gambar: tingkat trofik dalam ekosistem
(http://matfromsandy.blogspot.com)
E. Piramida ekologi.
Setiap tahap dalam rantai makanan akan ada sejumlah energi yang
hilang karena tidak terasimilasi atau lepas sebagai panas, sehingga organisme
yang berada pada ujung tingkat trofik akan memperoleh energi lebih kecil.
Apabila energi yang tersedia dalam suatu rantai makanan itu disusun secara
berurutan berdasarkan urutan tingkat trofik, maka membentuk sebuah kerucut
yang dikenal dengan piramida ekologi. Dengan demikian piramida ekologi
adalah susunan tingkat trofik (tingkat nutrisi atau tingkat energi) secara
berurutan menurut rantai makanan atau jaring makanan dalam ekosistem
(Indriyanto, 2006).
2. Piramida biomassa
Yaitu piramida yang menggambarkan terjadinya penurunan
atau peningkatan biomassa organisme pada tiap tahap tingkatan trofik.
Piramida biomassa pada ekosistem daratan dan ekosistem perairan
terjadi perbedaan bentuk. Pada ekosistem daratan piramida
biomassanya tegak, sedangkan ekosistem perairan piramida
biomassanya terbalik hal ini karena pada ekosistem daratan jumlah
organisme produsen lebih banyak dibandingkan jumlah organisme
konsumen pada tiap tingkat trofik, maka biomassa konsumen makin
kecil menuju ke puncak piramida sedangkan dalam ekosistem perairan
biomassa konsumennya selalu lebih besar daripada biomassa produsen
(Resosoedarmo dkk. 1986).
3. Piramida energi
Merupakan piramida yang menggambarkan terjadinya
penurunan energi pada tiap tahap tingkatan trofik, setiap urutan tingkat
trofik, akan terjadi kehilangan energi. Karena setiap pengubahan
energi akan menimbulkan hilangnya energi yang dipakai, hali ini
sesuai dengan Hukum Termodinamika II. Bentuk piramida energi ini
adalah piramida tegak.
Karbon merupakan salah satu unsur yang mengalami daur ulang dalam
ekosistem. Di atmosfer Karbon terikat dalam bentuk senyawa karbon dioksida (CO2).
Dimulai dari karbon yang ada di atmosfer berpindah melalui tumbuhan yang
bertindak sebagai produsen, konsumen, dan organisme pengurai kemudian kembali
lagi ke atmosfer dalam bentuk karbondoksida (CO2) (Indriyanto, 2010).
Karbondioksida memiliki pengaruh radiasi panas dari bumi karena karbon
dioksida merupakan bagian esensial udara. Radiasi panas dapat membentuk
persediaan karbon anorganik. Proses fotosintesis yang terjadi pada tumbuhan hijau
(produsen) merupakan proses pengubahan karbon dioksida sebagai karbon anorganik
menjadi karbohidrat sebagai senyawa hidrokarbon yang dalam hal pengubahan
karbon disebut juga senyawa karbon organic dalam tubuh tumbuhan disertai dengan
penyimpanan energy yang bersumber dari radiasi matahari, sehingga dalam tubuh
tumbuhan tersimpan energy yang disebut energy biokimia tersimpan bersama
senyawa organic kompleks (Indriyanto, 2010).
Sebagian karbon organic akan terurai dan CO2 dibebaskan lagi ke udara
melalui respirasi, sebagian karbon organic lainnya diubah menjadi senyawa organic
kompleks dalam tubuh tumbuhan selama pertumbuhannya. Senyawa organic
tersebut akan ditransfer ke dalam tubuh konsumen melalui proses interaksi dalam
rantai makanan maupun jaringan makanan, sehimgga sebagian dari senyawa karbon
organic akan tetap berada dalam tubuh konsumen sampai mati. Setelah produsen dan
konsumen mati, maka senyawa organic akan segera terurai lagi melalui proses
penguraian (dekomposisi) oleh organism pengurai dan karbon akan dilepas sebagai
CO2 dan masuk ke udara atau ke dalam air. Bahan karbonat yang tidak mudah terurai
dalam waktu yang lama akan berubah menjadi batu kapur, arang dan minyak yang
disebut bahan bakar fosil (Indriyanto, 2010).
Jumlah karbon yang tersimpan dalam ekosistem berbeda-beda. Pada
ekosistem dengan komunitas tumbuhan sempurna dan keanekaragaman spesies
tumbuhannya tinggi, maka produksi karbon dioksida baik oleh aktivitas organisme
pengurai, proses respirasi, maupun penggunaan bahan bakar fosil akan diimbangi
oleh proses pengikatan atau fiksasi karbondoksida oleh tumbuhan. Kenaikan
kandungan karbondoksida akan mengakibatkan kenaikan suhu bumi yang terjadi
karena efek rumah kaca, panas yang dilepaskan dari bumi diserap oleh
karbondioksida diudara dan dipancarkan kembali ke permukaan bumi. Oleh karena
itu perlu keseimbangan dengan adanya pengikatan karbondioksida oleh tumbuhan
(Killham, 1996).
3) Siklus Nitrogen
4) Siklus Fosfor
Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada
tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah). Fosfat
organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai)
menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan
terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di
batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosilterkikis dan membentuk fosfat
anorganik terlarut di air tanah danlaut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap
oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus menerus (Bani,
www.academia.edu).
5) Siklus Sulfur
Secara alami sulfur terdapat di dalam tanah dalam bentuk mineral tanah dan
atmosfer. Dan beberapa berasal dari gunung api dan sisa pembakaran minyak bumi
dan batu bara. Selain itu juga terdapat sulfur yang berasal dari makhluk hidup.
Belerang juga dapat di dapat dengan cara buatan seperti dengan pemberian pupuk
pada tanaman yang akan memberikan kandungan sulfur pada tanah
(Bani,www.academia.edu).
Siklus sulfur berasal dari pembentukan sulfur pada kerak bumi dan atmosfer.
Pada kerak bumi bisanya berupa Sulfur Organik, SO 4, Batubara dan lain-lain yang
tercipta di kerak bumi. Pada atmosfer sulfur biasanya berupa Hidrogen Sulfida (H 2S).
Pada siklus sulfur hampir sama dengan siklus Posfor, yaitu anion dari sulfat dapat
diserap oleh tanah. Pada siklus sulfur terjadi Oksidasi dan reduksi (Delvian, 2006).
Tanah sulfur akan digunakan tanaman dalam bentuk Sulfat sebagai hara.
Setelah itu tumbuhan akan dimakan oleh hewan herbivora yang selanjutnya akan
dimangsa oleh predator. Dari makhluk hidup itu akan mati dan diurai materi
organiknya termasuk sulfur di dalamnya oleh mikroorganisme. Contoh
mikroorganisme yang mengurainya adalah bakteri sulfat yang mengubah sulfat
menjadi sulfide dalam bentuk Hidrogen Sulfida. H 2S akan digunakan oleh bakteri
fotoautotrof anaerob. Kemudian dilepaskan ke udara dalam bentuk yang selanjutnya
dioksidasi oleh bakteri kemolitotrof menjadi Sulfat kembali, dan siklus pun berulang
(Delvian, 2006).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Aliran energi adalah jalur satu arah dari perubahan energi pada suatu
ekosistem. Proses aliran energi antarorganisme dapat terjadi karena adanya
proses makan dan di makan.
Aliran energi di ekosistem dpat dalam bentuk rantai makanan, jaring-jaring
makanan dan piramida ekologi yang didalamnya terjadi proses pertukaran
energi dari satu organisme ke organisme lainnya.
Proses makan dan dimakan secara berurutan disebut dengan rantai makanan.
Proses inilah yang menentukan bagaimana energi mengalir dari satu
organisme ke organisme yang lain dalam satu sistem.
Tiap-tiap rantai makanan yang ada di dalam ekosistem disambung-
sambungkan dan membentuk gabungan rantai makanan yang lebih kompleks,
maka terbentuk suatu aliran energi di dalamnya.
Piramida energi menggambarkan terjadinya penurunan energi pada tiap tahap
tingkatan trofik, setiap urutan tingkat trofik yang akan terjadi kehilangan
energy.
Siklus materi merupakan suatu siklus unsur atau senyawa kimia yang
mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen
abiotik.
Peranan siklus materi dalam ekosistem sebagai penjaga kestabilan ekosistem
dengan cara mengembalikan unsur kimia yang digunakan oleh semua yang
ada dibumi dalam bentuk organik maupun anorganik.
Terdapat 5 macam siklus materi yang sudah umum dikenal, yaitu siklus air,
oksigen, nitrogen, sulfur dan fosfor.
DAFTAR PUSTAKA
Bani, Tony. Siklus Biogeokimia. https://www.academia.edu/4314304/Siklus_
Biogeokimia
Delvian. 2006. Siklus Hara Faktor Penting Bagi Pertumbuhan Pohon Dalam
Pengembangan Hutan Tanaman Industri.Medan : Universitas Sumatra
Utara.