Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH EKOLOGI TERESTRIAL

ALIRAN ENERGI DAN SIKLUS MATERI

Oleh:
1. Siti Fatimah (131810401036)
2. Ratih Kumalararas (131810401053)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antar makhluk hidup dengan
lingkungannya maupun sesama makhluk hidupnya. Oleh karena itu, didalam
ekosistem pasti terjadi hubungan saling ketergantungan antara komponen satu dengan
yang lain. Saling ketergantungan itu mencakup berbagai kebutuhan untuk
bereproduksi, makanan, energi, air, mineral dan udara. Adanya saling ketergantungan
menyebabkan di dalam ekosistem terjadi rantai makanan, jaring-jaring makanan,
aliran energi dan siklus biogeokimia (Resosoedarmo, 1986).
Semua yang ada di bumi ini baik mahluk hidup maupun benda mati tersusun oleh
materi. Materi ini tersusun atas unsur-unsur kimia antara lain karbon (C), Oksigen
(O), Nitrogen (N), Hidrogen (H), dan Fosfor (P). Unsur-unsur kimia tersebut atau
yang umum disebut materi dimanfaatkan produsen untuk membentuk bahan organik
dengan bantuan matahari atau energi yang berasal dari reaksi kimia. Bahan organik
yang dihasilkan merupakan sumber energi bagi organisme. Dalam suatu aliran energi
ada 3 peran penting yang harus dimiliki meliputi produsen yang berfungsi sebagai
organisme yang membuat makanan sendiri (autotrof) peran ini biasanya diambil oleh
tumbuhan yang menghasilkan makanan melalui proses fotosintesis, kemudian
konsumen sebagai organisme yang tidak mampu membuat makanan sendiri
(heterotrof) sehingga untuk memenuhi kebutuhannya, organisme ini bergantung pada
organisme lain. Terakhir yaitu dekomposer, merupakan organisme yang menguraikan
sisa-sisa organisme yang telah mati menjadi zat-zat organik sederhana. Zat-zat
sederhana ini akan digunakan kembali oleh produsen sebagai bahan nutrisi untuk
membuat makanannya (Resosoedarmo, 1986).
1.2 Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah:
a. Apa yang dimaksud dengan aliran energi dan bentuknya?
b. Apa yang dimaksud dengan rantai makanan?
c. Bagaimana proses aliran energi dalam jaring-jaring makanan?
d. Apa yang dimaksud dengan piramida energi?
e. Apa yang dimaksud dengan siklus materi
f. Apa fungsi dari siklus materi?
g. Apa saja siklus materi dalam ekosistem ?
1.3 Tujuan dari penulisan ini adalah:
a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan aliran energi dan
bentuknya.
b. Mengetahui apa yang dimaksud dengan rantai makanan.
c. Mengetahui bagaimana proses aliran energi dalam jaring-jaring
makanan.
d. Mengetahui apa yang dimaksud dengan piramida energi.
e. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sikluis materi.
f. Mengetahui fungsi dari siklus materi.
g. Mengetahui macam-macam siklus materi dalam ekosistem.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aliran Energi.


Menurut Odum (1993) energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk
mengerjakan suatu pekerjaan. Perilaku energi dapat dinyatakan dalam hukum-
hukum termodinamika berikut:
1. Hukum termodinamika pertama : menyatakan bahwa “energi dapat
diubah dari satu tipe ke tipe yang lain, tetapi tidak dapat diciptakan
ataupun dimusnahkan”.
2. Hukum termodinamika kedua : menyatakan bahwa “setiap terjadi
perubahan bentuk energi, pasti terjadi degradasi energi dari bentuk
energi yang terpusat menjadi bentuk energi yang terpencar, dan di
dalam proses perubahan energi selalu melepaskan panas dalam
bentuk energi yang tidak dapat digunakan”.
proses pemindahan energi yang terjadi di alam yaitu di dalam ekosistem
sering disebut dengan energitika. Tingkah laku energi di dalam ekosistem
dapat diistilahkan dengan ‘aliran energi’ sebab transformasi energi yang kita
lihat hanya satu jalur, dan berbeda dengan tingkah laku materi yang berupa
‘siklus materi’
(http://www.colfinder.net/materials/Green_Teacher/m1/unit_6.pdf).
Energi dapat digunakan dengan efisien atau tidak, salah satunya
tergantung pada kualitas gizi yang dikonsumsi karena konsumen dapat
mengkonversi sumber makanan berkualitas tinggi ke jaringan hidup baru yang
lebih efisien daripada sumber makanan berkualitas rendah. Rendahnya
transfer energi antara tingkat trofik membuat pengurai umumnya lebih penting
daripada produsen dalam hal aliran energi. Dekomposer memproses sejumlah
besar bahan organik dan mengembalikan nutrisi ke ekosistem dalam bentuk
anorganik, yang kemudian diambil lagi oleh produsen primer.
Gambar: Aliran energi

B. Rantai Makanan
Dalam ekosistem terjadi proses makan dan dimakan secara berurutan
yang disebut dengan rantai makanan. Proses inilah yang menentukan
bagaimana energi mengalir dari satu organisme ke organisme yang lain dalam
satu sistem. Tiap tingkatan dari rantai makanan disebut taraf trofik/ tingkat
trofik. Pada setiap pemindahan energi, rata-rata 80%-90% energi dikeluarkan
dalam bentuk panas.
Suatu rantai makanan terdapat tingkatan untuk mendapatkan sumber
makanan yang disebut dengan tingkat trofik, yaitu:
 Produsen
Merupakan organisme yang dapat mengolah makanan sendiri
melalui proses fotosintetis.
 Konsumen
Organisme yang tidak dapat mengolah sendiri makanannya disebut
organisme heterotrof konsumen. Konsumen dalam ekosistem  dapat
di golongkan beberapa tingkat : konsumen tingkat I/primer
(kelompok herbivora), konsumen tingkat II/sekunder, konsumen
tingkat III/tersier (Emanuel, 1997).
 Dekomposer
Beberapa organisme mendapatkan energinya dengan cara memakan
detritus atau materi organik dari organisme lain. Detritivora yaitu
organisme yang memakan detritus. Organisme detritivora antara
lain yaitu cacing tanah, kutu kayu, kepiting, dan siput (Kimball,
1999).

Rantai makanan dimulai dari produsen yang mengubah energi cahaya


dari matahari menjadi energi kimia. Energi kimia ini akan diteruskan pada
konsumen tingkat pertama atau primer, tingkat kedua atau sekunder, dan
seterusnya sampai kelompok organisme pengurai atau dekomposer. Rantai
makanan sendiri memiliki menurut para ilmuan dibagi menjadi tiga rantai
pokok, yaitu :
1. Rantai pemangsa yaitu pemindahan energi dan materi dari produsen
ke binatang kecil, kemudian ke binatang besar, terakhir paling besar.
2. Rantai parasit yaitu dari organisme yang besar hingga organisme
yang hidup sebagai parasit, seperti cacing tanah dan bakteri.
3. Rantai saprofit yaitu dimulai dari organisme mati ke organisme
pengurai.

Gambar: rantai makanan


(http://gambarhewan.web.id/)
Berdasarkan gambar rantai makanan di atas dapat kita simpulkan bahwa padi
berperan sebagai produsen, tikus sebagai konsumen I, ular konsumen II dan burung
elang sebagai konsumen III. Dari rantai makanan tersebut dapat kita gambarkan
bahwa produsen akan dimakan oleh konsumen I kemudian konsumen I akan dimakan
oleh konsumen II, dan konsumen II akan dimakan oleh konsumen III, terakhir karena
konsumen III merupakan konsumen terakhir, maka ketika dia mati akan diurai oleh
perombak dan nutrisi yang didapat oleh perombak akan digunakan kembali oleh padi
sebagai produsen begitupun selanjutnya. Proses penguraian tidak hanya terjadi pada
konsumen tingkat III, karena apabila konsumen I atau II tidak dimakan oleh
konsumen diatasnya maka mereka akan mati dan terurai dengan bantuan
perombak(Kimball, 1999).

C. Jaring makanan
Jaring makanan adalah gabungan dari berbagai rantai makanan
(Odum, 1993). Semua rantai makanan dalam suatu ekosistem tidak berdiri
sendiri, melainkan saling berhubungan dengan rantai makanan yang lain.
Bahkan di dalam ekosistem, ketiga kelompok rantai makanan yang telah
disebutkan diatas (rantai pemangsa, rantai parasit, dan rantai saprofit) saling
berkaitan. Dengan kata lain, jika tiap-tiap rantai makanan yang ada di dalam
ekosistem disambung-sambungkan dan membentuk gabungan rantai makanan
yang lebih kompleks, maka terbentuk suatu jaring makanan (Indriyanto,
2006).
Gambar: jaring makanan

(byantibyan.wordpress.com)

D. Tingkat trofik
Menurut Heddy dkk. (1986) tingkat trofik merupakan urutan
organisme dalam rantai makanan pada suatu ekosistem. Oleh karena itu,
berbagai organisme yang memperoleh sumber makanan melalui langkah yang
sama dapat dianggap termasuk ke dalam tingkat trofik yang sama
(Resosoedarmo dkk. 1986; Odum, 1993).
Adapun tingkat trofik ini dibedakan dalam:
1. Tingkat trofik pertama, yaitu semua organisme yang berperan sebagai
produsen.
2. Tingkat trofik kedua yaitu organisme herbivora (konsumen primer).
3. Tingkat trofi ketiga yaitu organisme karnivora kecil (konsumen
sekunder).
4. Tingkat trofi keempat yaitu organisme karnivora besar (konsumen
tersier).
5. Tingkat trofi kelima yaitu organisme perombak (dekomposer dan
transformer).
Gambar: tingkat trofik dalam ekosistem
(http://matfromsandy.blogspot.com)
E. Piramida ekologi.
Setiap tahap dalam rantai makanan akan ada sejumlah energi yang
hilang karena tidak terasimilasi atau lepas sebagai panas, sehingga organisme
yang berada pada ujung tingkat trofik akan memperoleh energi lebih kecil.
Apabila energi yang tersedia dalam suatu rantai makanan itu disusun secara
berurutan berdasarkan urutan tingkat trofik, maka membentuk sebuah kerucut
yang dikenal dengan piramida ekologi. Dengan demikian piramida ekologi
adalah susunan tingkat trofik (tingkat nutrisi atau tingkat energi) secara
berurutan menurut rantai makanan atau jaring makanan dalam ekosistem
(Indriyanto, 2006).

Piramida ekologi dapat digolongkan dalam tiga tipe yaitu:


1. Piramida jumlah, yaitu suatu piramida yang menggambarkan jumlah
individu pada setiap tingkat trofik dalam suatu ekosistem.Piramida
jumlah umumnya berbentuk menyempit ke atas. Organisme piramida
jumlah mulai tingkat trofik terendah sampai puncak adalah sama
seperti piramida yang lain yaitu produsen, konsumen primer dan
konsumen sekunder, dan konsumen tertier. Artinya jumlah tumbuhan
dalam trofik pertama lebih banyak dari pada hewan (konsumen
primer) di trofik kedua, jumlah organisme kosumen sekunder lebih
sedikit dari konsumen primer, serta jumlah organisme konsumen
tertier lebih sedikit dari organisme konsumen sekunder (Soerya, 1994).

Gambar: Piramida jumlah

2. Piramida biomassa
Yaitu piramida yang menggambarkan terjadinya penurunan
atau peningkatan biomassa organisme pada tiap tahap tingkatan trofik.
Piramida biomassa pada ekosistem daratan dan ekosistem perairan
terjadi perbedaan bentuk. Pada ekosistem daratan piramida
biomassanya tegak, sedangkan ekosistem perairan piramida
biomassanya terbalik hal ini karena pada ekosistem daratan jumlah
organisme produsen lebih banyak dibandingkan jumlah organisme
konsumen pada tiap tingkat trofik, maka biomassa konsumen makin
kecil menuju ke puncak piramida sedangkan dalam ekosistem perairan
biomassa konsumennya selalu lebih besar daripada biomassa produsen
(Resosoedarmo dkk. 1986).

Gambar: Piramida biomassa (ekosistem darat)

3. Piramida energi
Merupakan piramida yang menggambarkan terjadinya
penurunan energi pada tiap tahap tingkatan trofik, setiap urutan tingkat
trofik, akan terjadi kehilangan energi. Karena setiap pengubahan
energi akan menimbulkan hilangnya energi yang dipakai, hali ini
sesuai dengan Hukum Termodinamika II. Bentuk piramida energi ini
adalah piramida tegak.

Gambar: Piramida energy


Diantara ketiga tipe piramida ekologi tersebut, piramida energi
merupakan piramida yang terbaik karena dapat memberikan gambaran
menyeluruh berkaitan dengan sifat-sifat fungsional suatu ekosistem. Piramida
energi juga menunjukkan efisiensi ekologi atau keproduktifan ekosistem.
Disamping itu, piramida energi tidak dipengaruhi oleh ukuran organisme dan
kecepatan metabolisme pada tiap organisme, sehingga apabila semua sumber
energi diperhitungkan, maka bentuk piramida selalu tegak sesuai dengan
Hukum Termodinamika II (Resosoedarmo dkk. 1986).
F. Pengertian Siklus Materi
Materi yang menyusun tubuh organisme berasal dari bumi. Materi yang
berupa unsur-unsur terdapat dalam senyawa kimia yang merupakan materi
dasar makhluk hidup dan tak hidup (Indriyanto, 2010).
Pertukaran atau perubahan yang terus menerus, antara komponen biosfer
yang hidup dengan tak hidup dapat juga disebut dengan siklus materi. Suatu
ekosistem, materi pada setiap tingkat trofik tidak hilang, namun materi berupa
unsur-unsur penyusun bahan organik tersebut didaur-ulang. Unsur-unsur
tersebut masuk ke dalam komponen biotik melalui udara, tanah, dan air. Daur
ulang materi tersebut melibatkan makhluk hidup dan batuan sehingga disebut
siklus materi (Delvian, 2006).

a) Fungsi Siklus Materi


Fungsi siklus materi adalah sebagai siklus materi yang mengembalikan
semua unsur-unsur kimia yang sudah terpakai oleh semua yang ada di
bumi baik komponen biotik maupun komponen abiotik, sehingga
kelangsungan hidup di bumi dapat terjaga (Kilham, 1996).
b) Macam-macam Siklus Materi
Terdapat banyak macam materi dalam ekosistem yang mengalami
perputaran siklus, namun ada 5 macam siklus materi yang umum dikenal,
yaitu:
1) Siklus Air

Energi dari Matahari menghangatkan permukaan bumi dan menyebabkan air


menguap dari lautan dan danau. Air berubah menjadi uap air ketika menguap, dan
uap air memasuki atmosfer. Di atmosfer, uap air mendingin dan berubah kembali
menjadi cair air dalam bentuk awan (kondensasi). Air kemudian kembali ke
permukaan bumi sebagai hujan atau salju (curah hujan). Beberapa hujan dan salju
yang mencair tenggelam ke dalam tanah. Tanah ini merembes turun melalui bebatuan
dan tanah ke meja air dan akhirnya kembali ke laut. Beberapa hujan dan salju mencair
lari ke sungai. Air dari sungai mengalir ke danau dan lautan , dimana siklus dimulai
lagi (http://aeckersberg.weebly.com/uploads/5/8/3/9/5839336/sp7_-_chapter_2.pdf).
Tumbuhan darat menyerap air yang ada di dalam tanah. Dalam tubuh
tumbuhan air mengalir melalui suatu pembuluh. Kemudian melalui tranpirasi uap air
dilepaskan oleh tumbuhan ke atmosfer. Transpirasi oleh tumbuhan mencakup 90%
penguapan pada ekosistem darat. Air tanah dan air permukaan sebagian mengalir ke
sungai, kemudian ke danau dan ke laut. Siklus ini di sebut Siklus Panjang. Sedangkan
siklus yang dimulai dengan proses Transpirasi dan Evapotranspirasi dari air yang
terdapat di permukaan bumi, lalu diikuti oleh Presipitasi atau turunnya air ke
permukaan bumi disebut Siklus Pendek (Killham, 1996).
2) Siklus Karbon dan Oksigen

Karbon merupakan salah satu unsur yang mengalami daur ulang dalam
ekosistem. Di atmosfer Karbon terikat dalam bentuk senyawa karbon dioksida (CO2).
Dimulai dari karbon yang ada di atmosfer berpindah melalui tumbuhan yang
bertindak sebagai produsen, konsumen, dan organisme pengurai kemudian kembali
lagi ke atmosfer dalam bentuk karbondoksida (CO2) (Indriyanto, 2010).
Karbondioksida memiliki pengaruh radiasi panas dari bumi karena karbon
dioksida merupakan bagian esensial udara. Radiasi panas dapat membentuk
persediaan karbon anorganik. Proses fotosintesis yang terjadi pada tumbuhan hijau
(produsen) merupakan proses pengubahan karbon dioksida sebagai karbon anorganik
menjadi karbohidrat sebagai senyawa hidrokarbon yang dalam hal pengubahan
karbon disebut juga senyawa karbon organic dalam tubuh tumbuhan disertai dengan
penyimpanan energy yang bersumber dari radiasi matahari, sehingga dalam tubuh
tumbuhan tersimpan energy yang disebut energy biokimia tersimpan bersama
senyawa organic kompleks (Indriyanto, 2010).
Sebagian karbon organic akan terurai dan CO2 dibebaskan lagi ke udara
melalui respirasi, sebagian karbon organic lainnya diubah menjadi senyawa organic
kompleks dalam tubuh tumbuhan selama pertumbuhannya. Senyawa organic
tersebut akan ditransfer ke dalam tubuh konsumen melalui proses interaksi dalam
rantai makanan maupun jaringan makanan, sehimgga sebagian dari senyawa karbon
organic akan tetap berada dalam tubuh konsumen sampai mati. Setelah produsen dan
konsumen mati, maka senyawa organic akan segera terurai lagi melalui proses
penguraian (dekomposisi) oleh organism pengurai dan karbon akan dilepas sebagai
CO2 dan masuk ke udara atau ke dalam air. Bahan karbonat yang tidak mudah terurai
dalam waktu yang lama akan berubah menjadi batu kapur, arang dan minyak yang
disebut bahan bakar fosil (Indriyanto, 2010).
Jumlah karbon yang tersimpan dalam ekosistem berbeda-beda. Pada
ekosistem dengan komunitas tumbuhan sempurna dan keanekaragaman spesies
tumbuhannya tinggi, maka produksi karbon dioksida baik oleh aktivitas organisme
pengurai, proses respirasi, maupun penggunaan bahan bakar fosil akan diimbangi
oleh proses pengikatan atau fiksasi karbondoksida oleh tumbuhan. Kenaikan
kandungan karbondoksida akan mengakibatkan kenaikan suhu bumi yang terjadi
karena efek rumah kaca, panas yang dilepaskan dari bumi diserap oleh
karbondioksida diudara dan dipancarkan kembali ke permukaan bumi. Oleh karena
itu perlu keseimbangan dengan adanya pengikatan karbondioksida oleh tumbuhan
(Killham, 1996).
3) Siklus Nitrogen

Semua organisme membutuhkan nitrogen untuk membangun protein, yang


digunakan untuk membangun sel-sel baru. Nitrogen membentuk 78 % dari gas di
atmosfer. Namun, sebagian besar organisme tidak dapat menggunakan atmosfer
nitrogen. Ini harus diubah, atau tetap, sebelum organisme dapat menggunakannya.
Satu-satunya organisme yang dapat memperbaiki nitrogen atmosfer menjadi senyawa
kimia adalah beberapa spesies bakteri yang dikenal sebagai Semua organisme lain
tergantung pada ini bakteri untuk memasok nitrogen. Bakteri pengikat nitrogen
adalah penting bagian dari suatu proses di mana nitrogen bersepeda antara atmosfer,
bakteri, dan organisme lainnya. Di alam, Nitrogen terdapat dalam bentuk senyawa
organik sepertiurea, protein, dan asam nukleat atau sebagai senyawa anorganik
sepertiammonia, nitrit, dan nitrat
(http://www.nexuslearning.net/books/Holt_Env_Science/5-2.pdf).
 Tahap pertama
Daur nitrogen adalah transfer nitrogen dari atmosfir ke dalam tanah.Selain air
hujan yang membawa sejumlah nitrogen, penambahan nitrogen kedalam tanah terjadi
melalui proses fiksasi nitrogen. Fiksasi nitrogen secarabiologis dapat dilakukan oleh
bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan polong-polongan, bakteri Azotobacter
dan Clostridium. Selain itu gangganghijau biru dalam air juga memiliki kemampuan
memfiksasi nitrogen.
(https://berybunut.wordpress.com/2012/11/15/makalah-biogeokimia/)
 Tahap kedua
Nitrat yang di hasilkan oleh fiksasi biologis digunakan oleh produsen(tumbuhan)
diubah menjadi molekul protein. Selanjutnya jika tumbuhanatau hewan mati, mahluk
pengurai merombaknya menjadi gas amoniak (NH3) dan garam ammonium yang
larut dalam air (NH4+). Proses inidisebut dengan amonifikasi. Bakteri Nitrosomonas
mengubah amoniak dansenyawa ammonium menjadi nitrat oleh Nitrobacter. Apabila
oksigen dalamtanah terbatas, nitrat dengan cepat ditransformasikan menjadi gas
nitrogenatau oksida nitrogen oleh proses yang disebut denitrifikasi
(https://berybunut.wordpress.com/2012/11/15/makalah-biogeokimia/).

4) Siklus Fosfor
Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada
tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah). Fosfat
organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai)
menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan
terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di
batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosilterkikis dan membentuk fosfat
anorganik terlarut di air tanah danlaut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap
oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus menerus (Bani,
www.academia.edu).

5) Siklus Sulfur

Secara alami sulfur terdapat di dalam tanah dalam bentuk mineral tanah dan
atmosfer. Dan beberapa berasal dari gunung api dan sisa pembakaran minyak bumi
dan batu bara. Selain itu juga terdapat sulfur yang berasal dari makhluk hidup.
Belerang juga dapat di dapat dengan cara buatan seperti dengan pemberian pupuk
pada tanaman yang akan memberikan kandungan sulfur pada tanah
(Bani,www.academia.edu).
Siklus sulfur berasal dari pembentukan sulfur pada kerak bumi dan atmosfer.
Pada kerak bumi bisanya berupa Sulfur Organik, SO 4, Batubara dan lain-lain yang
tercipta di kerak bumi. Pada atmosfer sulfur biasanya berupa Hidrogen Sulfida (H 2S).
Pada siklus sulfur hampir sama dengan siklus Posfor, yaitu anion dari sulfat dapat
diserap oleh tanah. Pada siklus sulfur terjadi Oksidasi dan reduksi (Delvian, 2006).
Tanah sulfur akan digunakan tanaman dalam bentuk Sulfat sebagai hara.
Setelah itu tumbuhan akan dimakan oleh hewan herbivora yang selanjutnya akan
dimangsa oleh predator. Dari makhluk hidup itu akan mati dan diurai materi
organiknya termasuk sulfur di dalamnya oleh mikroorganisme. Contoh
mikroorganisme yang mengurainya adalah bakteri sulfat yang mengubah sulfat
menjadi sulfide dalam bentuk Hidrogen Sulfida. H 2S akan digunakan oleh bakteri
fotoautotrof anaerob. Kemudian dilepaskan ke udara dalam bentuk yang selanjutnya
dioksidasi oleh bakteri kemolitotrof menjadi Sulfat kembali, dan siklus pun berulang
(Delvian, 2006).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
 Aliran energi adalah jalur satu arah dari perubahan energi pada suatu
ekosistem. Proses aliran energi antarorganisme dapat terjadi karena adanya
proses makan dan di makan.
 Aliran energi di ekosistem dpat dalam bentuk rantai makanan, jaring-jaring
makanan dan piramida ekologi yang didalamnya terjadi proses pertukaran
energi dari satu organisme ke organisme lainnya.
 Proses makan dan dimakan secara berurutan disebut dengan rantai makanan.
Proses inilah yang menentukan bagaimana energi mengalir dari satu
organisme ke organisme yang lain dalam satu sistem.
 Tiap-tiap rantai makanan yang ada di dalam ekosistem disambung-
sambungkan dan membentuk gabungan rantai makanan yang lebih kompleks,
maka terbentuk suatu aliran energi di dalamnya.
 Piramida energi menggambarkan terjadinya penurunan energi pada tiap tahap
tingkatan trofik, setiap urutan tingkat trofik yang akan terjadi kehilangan
energy.
 Siklus materi merupakan suatu siklus unsur atau senyawa kimia yang
mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen
abiotik.
 Peranan siklus materi dalam ekosistem sebagai penjaga kestabilan ekosistem
dengan cara mengembalikan unsur kimia yang digunakan oleh semua yang
ada dibumi dalam bentuk organik maupun anorganik.
 Terdapat 5 macam siklus materi yang sudah umum dikenal, yaitu siklus air,
oksigen, nitrogen, sulfur dan fosfor.
DAFTAR PUSTAKA
Bani, Tony. Siklus Biogeokimia. https://www.academia.edu/4314304/Siklus_
Biogeokimia
Delvian. 2006. Siklus Hara Faktor Penting Bagi Pertumbuhan Pohon Dalam
Pengembangan Hutan Tanaman Industri.Medan : Universitas Sumatra
Utara.

Emanuel, A.P.,1997. Biologi. Jakarta : PT Galaxy Puspa Mega


Ir Indriyanto. 2005. Ekologi Hutan. Bandar Lampung : Penerbit Bumi Aksara.
Kimball. 1999. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Kilham, K. 1996. Soil Ecology. United kingdom : Cambridge University Press.
P.Odum,Eugene.1993.Dasar-dasar Ekologi Edisi ke tiga.Yogyakarta:Gajah Mada
University Press.
Resosoedarmo, S., K. Kartaminata, dan A. Soegiarto. 1986. Pengantar Ekologi.
Bandung : Remadja Rosda Karya.

Soerya. 1994 . Piramida Ekologi. Bandung : PT. Gerda Perkasa bandung.


https://berybunut.wordpress.com/2012/11/15/makalah-biogeokimia/ [ 1 Maret 2015]
(http://aeckersberg.weebly.com/uploads/5/8/3/9/5839336/sp7_-_chapter_2.pdf.
(Diakses 1 Maret 2015).
(http://www.nexuslearning.net/books/Holt_Env_Science/5-2.pdf) (Diakses 1 Maret
2015).
http://www.colfinder.net/materials/Green_Teacher/m1/unit_6.pdf (DIakses 2 Maret
2015)

Anda mungkin juga menyukai