Polivinil Klorida

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

Polivinil Klorida

A. Pendahuluan
Plastik adalah salah satu bentuk polimer yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa plastik memiliki sifat-sifat khusus, antara lain lebih mudah larut pada pelarut yang sesuai,
pada suhu tinggi akan lunak, tetapi akan mengeras kembali jika didinginkan dan struktur molekulnya
linier atau bercabang tanpa ikatan silang antar rantai. Proses melunak dan mengeras ini dapat terjadi
berulang kali. Sifat ini dijelaskan sebagai sifat termoplastik.
Bahan-bahan yang bersifat termoplastik mudah untuk diolah kembali karena setiap kali
dipanaskan, bahan-bahan tersebut dapat dituangkan ke dalam cetakan yang berbeda untuk
membuat produk plastik yang baru. Polietilen (PE) dan polivinilklorida (PVC) merupakan contoh jenis
polimer ini.
Polivinil klorida (IUPAC: Poli(kloroetanadiol)), biasa disingkat PVC, adalah polimer
termoplastik urutan ketiga dalam hal jumlah pemakaian di dunia, setelah polietilena dan
polipropilena. Di seluruh dunia, lebih dari 50% PVC yang diproduksi dipakai dalam konstruksi.
Sebagai bahan bangunan, PVC relatif murah, tahan lama, dan mudah dirangkai. PVC bisa dibuat lebih
elastis dan fleksibel dengan menambahkan plasticizer, umumnya ftalat. PVC yang fleksibel umumnya
dipakai sebagai bahan pakaian, perpipaan, atap, dan insulasi kabel listrik.

n H2C = CH CH2 C

n
Cl Cl
vinilklorida polivinilklorida (PVC)
B. Sejarah
PVC ditemukan secara tidak sengaja oleh Henri Victor Regnault pada tahun 1835 dan Eugen
Baumann di tahun 1872. Di awal abad ke 20, ahli kimia Rusia, Ivan Ostromislensky dan Fritz Klatte
dari perusahaan kimia Jerman Griesheim-Elektron mencoba menetapkan penggunaan PVC sebagai
produk komersial. Tetapi, kesulitan pengkakuan bahan menghalangi usaha mereka. Pada tahun
1926, Waldo Semon dan perusahaan B. F. Goodrich mengembangkan metode menjadikan PVC
'benar-benar plastik' dengan menambahkan berbagai bahan tambahan. Hasilnya, PVC menjadi lebih
fleksibel dan lebih mudah diproses yang lalu mencapai penggunaan secara luas.

C. Sifat-sifat/Karakteristik PVC
Sifat PVC adalah keras, kaku, dan sedikit rapuh, dalam bentuk serbuk atau tepung putih
memiliki daya tahan yang baik terhadap air,asam, alkali, tidak beracun, tidak menyala, isolator yang
baik dan tidak mudah larut pada beberapa larutan, dapat melunak pada pemanasan 80 oC tanpa titik
lebur yang tajam. Jika suhu diturunkan, maka PVC akan menjadi rapuh dan jika massanya dinaikkan
maka sifat liatnya semakin besar. PVC murni sangat stabil terhdap minyak tumbuhan, minyak
mineral, alkohol, dan senyawa anorganik. Bahan yang bersifat basa kuat dan bersifat mengoksidasi
dapat mempengaruhi PVC.
Monomer : Vinyl Chlorida

Polimer Monomer Unit Ulang

Poli(vinil klorida) CH2 = CHCl - CH2CHCl –

Sekitar 20% klorin digunakan untuk membuat monomer vinilklorida (CH 2=CHCl), sebagai bahan baku
plastik poliviliklorida (PVC). Substituen klorin pada rantai polimer menjadikan PVC lebih tahan
terhadap api dibandingkan PE. Plastik PVC memiliki gaya tarik antara rantai polimer sehingga
meningkatkan kekerasan plastik jenis ini.

rumus molekul Polivinil Klorida

Adalah: (C2H3Cl)n
D. Pembuatan PVC
Polimer ini merupakan polimer yang dibentuk oleh monomer kloro etilen (CH 2=CHCl). PVC
adalah Polyvinyl Chloride – Rumus molekulnya adalah (-CH 2-CHCl-)n.

PVC dihasilkan dari dua jenis bahan baku utama: minyak bumi dan garam dapur (NaCl).
Minyak bumi diolah melalui proses pemecahan molekul yang disebut cracking menjadi berbagai
macam zat, termasuk etilena ( C 2H4 ), sementara garam dapur diolah melalui proses elektrolisa
menjadi natrium hidroksida (NaOH) dan gas klor (Cl 2). Etilena kemudian direaksikan dengan gas klor
menghasilkan etilena diklorida (CH 2Cl-CH2Cl). Proses cracking/pemecahan molekul etilena diklorida
menghasilkan gas vinil klorida (CHCl=CH2) dan asam klorida (HCl).

Persamaan reaksinya sebagai berikut:

Minyak Bumi Cracking CH2 CH2


NaCl(s) Elektrolisa
NaOH(aq) Cl2(g)
CH2 CH2 Cl2(g) CH2Cl CH2Cl
Cracking
CH2Cl CH2Cl CHCl CH2(g) HCl(aq)
Akhirnya, melalui proses polimerisasi (penggabungan molekul yang disebut monomer, dalam
hal ini vinil klorida) dihasilkan molekul raksasa dengan rantai panjang (polimer): polivinil klorida
(PVC), yang berupa bubuk halus berwarna putih. Masih diperlukan satu langkah lagi untuk
mengubah resin PVC menjadi berbagai produk akhir yang bermanfaat.
 Proses pembuatan produk Akhir
Resin PVC yang berupa bubuk halus berwarna putih selanjutnya digunakan dalam industri
sebagai bahan baku pembuatan produk akhir yang bermanfaat. Langkah awal pengolahan adalah
mencampur resin PVC dengan berbagai aditif yang masing-masing memiliki fungsi tertentu sehingga
terbentuk suatu adonan (compound). Compound PVC selanjutnya dapat diproses menjadi produk
jadi dengan sifat-sifat yang diinginkan melalui berbagai cara, antara lain sebagai berikut.
1) Teknik Ekstruksi
Teknik ini dilakukan dengan cara memanaskan resin PVC dan mengalirkannya melalui suatu
cetakan berbagai bentuk, sehingga dihasilkan produk memanjang yang profilnya mengikuti
bentuk cerakan tersebut, misalnya produk pipa, kabel dan lain-lain.
2) Teknik Cetak-Injeksi (Injection Molding)
Teknik ini dilakukan dengan cara melelehkan resin PVC dan menyuntikkannya ke dalam
suatu ruang cetakan tiga dimensi untuk menghasilkan produk seperti botol, dash board,
housing bagi produk-produk elektronik seperti TV, computer, monitor dll.
3) Teknik Cetak-Tiup (Blow Molding)
Teknik ini dilakukan dengan cara melelehkan resin PVC, kemudian lelehan PVC ditiup di
dalam suatu cetakan sehingga membentuk suatu produk, misalnya botol.
4) Teknik Kalendering
Proses kalendering menghasilkan produk berupa film dan lembaran dengan berbagai tingkat
ketebalan, biasanya dipakai untuk produk alas lantai, wall paper, dll.
Pemanfaatan resin PVC tidak terbatas melalui teknik tersebut diatas, sebagai contoh resin PVC yang
terdispersi dalam larutan juga dapat digunakan sebagai bahan pelapis/coating, misalnya untuk
lapisan bawah karpet dll.

E. Aplikasi/Penggunaan PVC
Sifat PVC yang menarik membuatnya cocok untuk berbagai macam penggunaan. PVC tahan
secara biologi dan kimia, membuatnya menjadi plastik yang dipilih sebagai bahan pembuat pipa
pembuangan dalam rumah tangga dan pipa lainnya di mana korosi menjadi pembatas pipa logam.
Dengan tambahan berbagai bahan anti tekanan dan stabilizer, PVC menjadi bahan yang populer
sebaga bingkai jendela dan pintu. Dengan penambahan plasticizer, PVC menjadi cukup elastis untuk
digunakan sebagai insulator kabel.
- Kabel listrik
PVC yang digunakan sebagai insulasi kabel listrik harus memakai plasticizer agar lebih
elastis. Namun jika terpapar api, kabel yang tertutup PVC akan menghasilkan asap HCl dan
menjadi bahan yang berbahaya bagi kesehatan. Aplikasi di mana asap adalah bahaya utama
(terutama di terowongan), PVC LSOH (low smoke, zero halogen) adalah bahan insulasi yang
pada umumnya dipilih.
- Perpipaan
Secara kasar, setengah produksi resin PVC dunia dijadikan pipa untuk berbagai
keperluan perkotaan dan industri. Sifatnya yang ringan, kekuatan tinggi, dan reaktivitas
rendah, menjadikannya cocok untuk berbagai keperluan. Pipa PVC juga bisa dicampur
dengan berbagai larutan semen atau disatukan dengan pipa HDPE oleh panas,menciptakan
sambungan permanen yang tahan kebocoran.

Pipa PVC Jendela PVC

Kabel dan Insulator Kabel

F. PVC dan Lingkungan Hidup


PVC bisa ditemukan di mana saja di sekitar kita. PVC adalah bahan sangat serbaguna yang
digunakan sebagai bahan pembuat botol, kemasan, mainan, bahan konstruksi, selimut, pakaian,
pipa, pelapis kabel, kulit imitasi, perabotan, dan banyak lagi.
Telah menjadi mitos bahwa khususnya pembakaran sampah PVC memberikan kontribusi
yang besar terhadap terjadinya dioxin. Dioxin dapat dihasilkan dari pembakaran bahan-bahan
organoklorin, yang sebenarnya banyak terdapat di alam (dedaunan, pepohonan). Suatu penelitian
yang dilakukan oleh New York Energy Research and Development Authority pada tahun 1987
menyimpulkan bahwa ada atau tidaknya sampah PVC tidak berpengaruh terhadap banyaknya dioxin
yang dihasilkan dalam proses insinerasi/pembakaran sampah. Kontribusi terbesar bagi terjadinya
dioxin adalah kebakaran hutan, hal yang justru tidak banyak diekspos.
Kandungan klor (Cl) dalam PVC diketahui memberikan sifat-sifat yang unik bagi bahan ini.
Tidak seperti umumnya bahan plastik yang merupakan 100% turunan dari minyak bumi, sekitar 50%
berat PVC adalah dari komponen klor-nya, yang menjadikannya sebagai bahan plastik yang paling
sedikit mengkonsumsi minyak bumi dalam proses pembuatannya. Relatif rendahnya komponen
minyak bumi dalam PVC menjadikannya secara ekonomis lebih tahan terhadap krisis minyak bumi
yang akan terjadi di masa datang serta menjadikannya sebagai salah satu bahan yang paling ramah
lingkungan.
Walaupun PVC merupakan bahan plastik dengan volume pemakaian kedua terbesar di
dunia, sampah padat di negara-negara maju yang paling banyak menggunakan PVC-pun hanya
mengandung 0,5% PVC. Hal ini dikarenakan volume pemakaian terbesar PVC adalah untuk aplikasi-
aplikasi berumur panjang, seperti pipa dan kabel. Sampah PVC juga dapat diolah secara
konvensional, seperti daur-ulang, ditanam dan dibakar dalam insinerator (termasuk pembakaran
untuk menghasilkan energi).
PVC juga dianggap menguntungkan untuk aplikasi sebagai pembungkus (packaging). Suatu
studi pada tahun 1992 tentang pengkajian daur-hidup berbagai pembungkus/wadah dari gelas,
kertas kardus, kertas serta berbagai jenis bahan plastik termasuk PVC menyimpulkan bahwa PVC
ternyata merupakan bahan yang memerlukan energi produksi terendah, emisi karbon dioksida
terendah, serta konsumsi bahan bakar dan bahan baku terendah diantara bahan plastik lainnya.
Bahkan sebuah kelompok pecinta lingkungan Norwegia, Bellona, menyimpulkan bahwa
pengurangan penggunaan bahan PVC secara umum akan memperburuk kualitas lingkungan hidup.

Anda mungkin juga menyukai