Anda di halaman 1dari 22

Ilmu Ushuluddin, Januari 2009, hlm. 49 - 70 Vol.8, No.

1
ISSN 1412-5188
KONSEP AF'ĀL AL-'IBĀD DALAM PEMIKIRAN TEOLOGI
TOKOH-TOKOH BESAR ALIRAN ASY'ARIYAH:
Telaah Perbandingan Atas Pemikiran Al-Asy'ari, Al-
Baqillani, Al-Juwaini, dan Al-Ghazali

Hadariansyah AB
Dosen Jurusan Aqidah-Filsafat Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari
Jl. A. Yani Km. 4,5 Banjarmasin Telp. (0511) 3266593.

Diterima tanggal 11 Juni 2009/Disetujui tanggal 15 Nopember 2009

Abstrak: The problem of human actions has been an important discourse


in Islamic theology. The main problem here is that how humans actions
are understood in relation to God. Are human actions created by human
beings themselves or by God? Muslim theologians have different answers
to this question. This article discusses the opinions of the Asy’arite
theologians, namely al-Asy’ari, al-Baqillani, al-Juwaini and al-Ghazali.
Although these theologians are in the same school of Asy’arism, they
have similar as well as different opinions on this important issue.

Kata kunci: af'āl 'ibād, pemikiran tokoh-tokoh besar Asy'ariyah.


_____________________________________________

af'āl al-'ibād ialah perbuatan


PENDAHULUAN
manusia dalam hubungannya
Sebutan "af'āl al-'ibād" ( dengan perbuatan Tuhan. Oleh
‫ ) أفعال العباد‬jika dilihat dari segi karena dihubungkan kepada
bahasa, berarti perbuatan- perbuatan Tuhan inilah maka
perbuatan hamba. Hamba masalah af'āl al-'ibād masuk
dimaksud di sini ialah manusia. menjadi bagian pembicaraan di
Dengan demikian, af'āl al-'ibād dalam Teologi Islam.
bisa diterjemahkan ke dalam Adapun persoalan teologis
bahasa Indonesia dengan yang muncul berkenaan dengan
perbuatan manusia. Dari segi af'āl al-'ibād ini adalah apakah
istilah dalam Ilmu Kalam perbuatan manusia itu dilakukan
(Teologi Islam), yang dimaksud oleh manusia sendiri ataukah
50 Ilmu Ushuluddin Vol. 8, No.1

diciptakan oleh Tuhan. Terhadap banyak menyumbangkan


persoalan ini, para pemikir Islam pemikiran mereka dalam
terutama dari kalangan persoalan-persoalan teologi,
mutakallimīn (teolog Islam), termasuk persoalan yang disebut
berupaya mengemukakan dengan af'āl al-'ibād.
pendapat untuk memecahkan Dalam aspek kajian
persoalan tersebut. Kelihatannya pemikiran Islam, pemikiran
hampir di semua aliran dalam
tokoh-tokoh tersebut cukup
Ilmu Kalam (Teologi Islam) menarik untuk dikaji. Kajian ini
ditemukan pendapat yang isinya terutama bertujuan untuk
memberikan jawaban terhadap mengetahui apakah tokoh-tokoh
persoalan dimaksud, dan besar pengikut Al-Asy'ari itu
termasuk ditemukan juga di dalam persoalan af'āl al-'ibād
dalam aliran Asy'ariyah. hanya mengikut dan
Sebagaimana diketahui, mengembangkan konsep atau
aliran Asy'ariyah adalah salah pemikiran Al-Asy'ari semata
satu aliran dalam teologi Islam. ataukah sebagai ulama dan
Dari sejarahnya dapat diketahui, pemikir mereka punya konsep
lahirnya aliran ini dipelopori oleh atau pemikiran sendiri-sendiri.
Al-Asy'ari. Aliran ini kemudian Kalau ternyata mereka punya
didukung dan dikembangkan oleh konsep atau pemikiran sendiri-
tokoh-tokoh pengikut Al-Asy'ari. sendiri, apa saja yang melatar
Di antara tokoh-tokoh pengikut belakanginya. Inilah masalah
Al-Asy'ari itu yang terkenal penting yang ingin dikaji di
banyak memainkan peranan dalam tulisan ini.
penting dalam mengembangkan
dan membesarkan aliran
PEMBAHASAN
Asy'ariyah ialah Al-Baqillani, Al-
Juwaini, dan Al-Ghazali. Sebelum mengkaji
pemikiran para tokoh dirasa perlu
Tokoh-tokoh tersebut di
terlebih dahulu diketahui latar
atas ini dapat dianggap sebagai
belakang intelektual dan latar
tokoh-tokoh besar dalam teologi
belakang sosial tokoh
aliran Asy'ariyah. Mereka adalah
bersangkutan. Karena, dua hal
ulama dan intelektual Islam yang
tersebut terkadang ikut memberi
HADARIANSYAH, AB Konsep Af’al al-Ibad 51

pengaruh bagi munculnya konsep Al-Asy'ari. Al-Asy'ari lahir di


atau pemikiran yang ditampilkan Basrah pada tahun 260 H.1
tokoh tersebut. Oleh karena itu, bersamaan dengan tahun 873 M.2
sebelum membicarakan konsep Dilihat kepada silsilahnya ini
atau pemikiran tokoh-tokoh besar dapat diketahui bahwa ia adalah
aliran Asy'ariyah di sini, terlebih keturunan dari Abū Mūsā Al-
dahulu perlu diketengahkan Asy'ari, seorang sahabat Nabi
gambaran singkat tentang yang pernah dipercaya oleh Ali
biografi masing-masing tokoh Ibnu Abī Thālib mewakili dirinya
dimaksud. dalam tahkīm antara pihak dia
dengan pihak Mu'āwiyah Ibnu
Biografi Singkat Mereka Abī Sufyān. Untuk
membedakannya dengan Abū
Seperti telah dikemukan
Mūsā Al-Asy'ari namanya
pada pendahuluan di atas tadi,
biasanya disebut Abu al-Hasan
ada empat orang tokoh yang
Al-Asy'ari. Al-Asy'ari meninggal
dipandang sebagai tokoh besar
di Bagdad pada tahun 324 H.
aliran Asy'ariyah, yaitu Al-
bersamaan dengan tahun 935 M.3
Asy'ari selaku tokoh pendiri
aliran Asy'ariyah, dan tiga orang Al-Asy'ari semula adalah
sesudahnya selaku tokoh penganut teologi aliran
pengikut dan pendukung yang Mu'tazilah. Ia merupakan murid
banyak memainkan peranan kesayangan Al-Jubbā'i (wafat 303
penting dalam mengembangkan H.), seorang tokoh dan pemimpin
aliran Asy'ariyah yaitu Al- Mu'tazilah. Menurut riwayat, Al-
Baqillani, Al-Juwaini, dan Al- Asy'ari sering dipercaya oleh
Ghazali. Berikut ini akan
diketengahkan biografi singkat 1
Jalāl Muhammad 'Abd al-
masing-masing. Hamīd Mūsā, Nasy'at al-Asy'ariyah Wa
Tathawwuruha, (Beirūt: Dār al-Kitāb
Al-Asy’ari, nama al-Lobnāni, 1395 H./1975 M.), cet. 1,
lengkapnya adalah Abū al-Hasan h. 165.
2
'Ali bin Ismā'il bin Abī Basyar Harun Nasution, Teologi
Islam, (Jakarta: UI-Press, 1986), cet.
Ishāq bin Sālim bin Ismā'il bin ke-5, h. 65.
'Abdullah bin Mūsā bin Bilāl bin 3
Tim Penyusun, Ensiklopedi
Abī Burdah 'Āmir bin Abī Mūsā Islam, jilid 1, (Jakarta: PT Ichtiar Baru
van Hoeve, 2005), Edisi 2005, h. 222.
52 Ilmu Ushuluddin Vol. 8, No.1

gurunya, Al-Jubbā'i, mewakili aliran Mu'tazilah, dan bahkan


dirinya untuk berdebat membela sering tampil dalam perdebatan
paham Mu'tazilah terhadap membela aliran tersebut.
lawan-lawan Mu'tazilah pada Berkenaan dengan hal ini,
waktu itu. Di samping itu, ia juga terdapat beberapa pendapat atau
sering terlibat dalam diskusi dan beberapa informasi mengenai
perdebatan antara dia dengan penyebab yang membuat
gurunya menyangkut masalah- keluarnya Al-Asy'ari dari aliran
masalah teologi.4 Mu'tazilah. Antara lain sebagai
berikut: (1) Al-Asy'ari bermimpi
Ketika berusia 40 tahun,
bertemu Rasulullah Saw. yang
Al-Asy'ari keluar dari aliran
menyuruhnya meninggalkan
Mu'tazilah. Ia berusaha
aliran yang dianutnya itu dan
merumuskan paham teologi baru
memerintahkan kepadanya untuk
yang berlawanan dengan paham
membela sunnah Rasulullah
aliran Mu'tazilah. Kalau
Saw.; (2) Al-Asy'ari tidak puas
sebelumnya ia menjadi pembela
dengan jawaban dan penjelasan
aliran Mu'tazilah, setelah keluar
yang diberikan gurunya, Al-
dari aliran Mu'tazilah ia berbalik
Jubbā'i, tentang berbagai masalah
menjadi penentang terhadap
keagamaan; (3) Al-Asy'ari
paham aliran tersebut.5
melihat bahwa aliran Mu'tazilah
Barangkali inilah yang menjadi
tidak dapat diterima secara umum
latar belakang sehingga hampir
oleh umat Islam yang bersifat
semua pendapat atau pemikiran
sederhana dalam pemikiran,
teologi yang dikemukakan Al-
sementara ketika itu belum ada
Asy'ari selalu berlawanan dengan
aliran teologi lain yang dapat
pemikiran teologi kaum
Mu'tazilah. diandalkan; (4) Al-Asy'ari kalah
bersaing dengan anak Al-Jubbā'i
Apa sebenarnya yang yaitu Abū Hāsyim dalam
menyebabkan Al-Asy'ari keluar menggantikan posisi Al-Jubbā'i
dari aliran Mu'tazilah, padahal ia sebagai tokoh dan pemimpin
dididik dan dibesarkan di dalam Mu'tazilah.6

4
Ibid., h. 222 dan 225.
5 6
Ibid., h. 225. Ibid.
HADARIANSYAH, AB Konsep Af’al al-Ibad 53

Terhadap beberapa sulit untuk diterima oleh


pendapat atau informasi tersebut kalangan masyarakat awam atau
di atas ini sulit untuk menentukan masyarakat banyak yang pada
mana di antaranya yang paling waktu itu merupakan mayoritas
benar atau dapat diterima kaum muslimin. Paham teologi
kebenarannya. Sehubungan aliran ini kelihatannya hanya
dengan hal ini barangkali kita dapat diterima oleh kalangan
perlu mengetahui bagaimana kaum intelektual yang pada
keadaan aliran Mu'tazilah pada waktu merupakan minoritas
saat Al-Asy'ari keluar kaum muslimin. Boleh jadi
meninggalkan aliran tersebut. melihat keadaan aliran Mu'tazilah
Seperti telah disebutkan di atas yang sudah tidak lagi menjadi
bahwa Al-Asy'ari keluar dari mazhab resmi negara dan tidak
aliran Mu'tazilah ketika ia berusia disenangi oleh masyarakat banyak
40 tahun. Ia lahir pada tahun 260 serta sedang berada dalam
H. Berarti ia keluar dari aliran kemunduran dan ditambah lagi
Mu'tazilah itu di sekitar tahun paham teologinya yang sulit
300 H. Pada masa sekitar itu diterima masyarakat banyak, Al-
aliran Mu'tazilah sudah berada Asy'ari memperkirakan
dalam kemunduran. Aliran ini kemungkinan aliran ini tidak
mulai mengalami kemunduran akan berusia panjang, maka ia
sejak dibatalkan oleh Al- memilih keluar dari aliran ini.
Mutawakkil sebagai mazhab
Setelah keluar dari aliran
resmi dinasti Abbasiyah jauh
Mu'tazilah, langkah yang ditempuh
sebelum masa Al-Asy'ari. Di
oleh Al-Asy'ari selanjutnya ialah
samping itu, orang-orang
Mu'tazilah tidak disenangi oleh mengemukakan pendapat atau
masyarakat banyak, karena pemikiran-pemikiran teologi baru
mereka pernah memaksakan yang hampir keseluruhannya
ajaran tentang kemakhlukan Al- berbeda dengan pemikiran-
Qur'an yang didukung oleh pemikiran teologi kaum
penguasa Abbasiyah dengan cara Mu'tazilah. Pendapat atau
kekerasan. Di samping itu pula pemikiran-pemikiran teologi baru
ajaran teologi aliran Mu'tazilah yang ia kemukakan itu ditulisnya
yang begitu rasional termasuk dalam dua buah kitab, yang
54 Ilmu Ushuluddin Vol. 8, No.1

masing-masing berjudul: "Al- Ibnu Mālik Al-Qathī'ī, Abu


Ibānah 'An Ushūl al-Diyānah" ( Muhammad Ibnu Māsi, dan Abu
‫)اإلببوة عه أصُل الذيبوة‬ Ahmad Al-Husain Al-Naisābūri.
dan "Al-Luma' Fī al-Radd 'Alā Ia belajar Fiqh pada Abu Bakar
Ahl al-Zaigh Wa al-Bida' " ( ‫اللمع‬ Al-Abhari. Adapun Ilmu Kalam
‫فّ الشد علّ أٌل الزيغ‬ ia belajar pada Abu Abdillah
Bakar Ibnu Mujāhid dan Abu al-
‫) َالبذع‬. Di dalam dua buah Hasan Al-Bāhili. Dua orang
kitab tersebut inilah terdapat
gurunya tersebut terakhir ini
pemikiran-pemikiran teologi
keduanya murid Al-Asy'ari.9
yang dimunculkan oleh Al- Tampaknya melalui dua orang
Asy'ari. gurunya inilah ia menerima
Al-Baqillani, nama pemikiran-pemikiran teologi dari
lengkapnya adalah Abu Bakar Al-Asy'ari.
Muhammad bin Thayyib Al-Baqillani banyak
Muhammad Al-Baqillani. memainkan peranan penting
Namanya dikenal juga dengan dalam mengembangkan aliran
sebutan Qadhi Abu Bakar Al- Asy'ariyah di Bagdad. Bagdad di
Baqillani. Ia lahir di Basrah, dan masa itu merupakan pusat ilmu
kemudian menetap di Bagdad.7 pengetahuan dan kebudayaan
Mengenai tanggal dan tahun Islam. Di Bagdad ia memiliki
kelahirannya tidak diketahui sebuah halaqah (majelis taklim)
dengan pasti. Yang dapat yang besar. Pesertanya terdiri
diketahui adalah ia wafat pada dari banyak orang. Di masanya ia
tahun 403 H.8 dikenal sebagai ulama dan
Mengenai pendidikannya, intelektual yang memiliki
ia belajar Hadits pada Abu Bakar pengetahuan luas serta punya
keahlian dalam berdebat terutama
dalam membela aliran Asy'ariyah
7
Lihat Ahmad Mahmūd Shubhi, dan mengalahkan lawan-
Fī 'Ilm al-Kalām, juz 2, (Beirūt: Dār al-
Nahdhah al-'Arabiyah, 1405 H./1985
M.), cet. ke-5, h. 89.
8
Lihat: ibid; A. Hanafi,
9
Pengantar Theology Islam, (Jakarta: Lihat: Ahmad Mahmūd
Pustaka Al-Husna, 1980), cet. ke-2, h. Shubhi, ibid.; Jalāl Muhammad 'Abd al-
110. Hamīd Mūsā, op. cit., h. 317-318.
HADARIANSYAH, AB Konsep Af’al al-Ibad 55

lawannya dari kalangan alran lahir pada tahun 419 H. di


Syi'ah dan Mu'tazilah.10 Juwain, salah satu tempat di
wilayah Naisabur, dan wafat pada
Dalam perjalanan
tahun 478 H. di Nisabur.12
hidupnya, kedudukan atau
jabatan penting yang pernah Dalam hal pendidikan, ia
dijabatnya adalah sebagai qadhi utamanya adalah belajar pada
(hakim).11 Memang pada masa ayahnya. Ayahnya, Abdullah bin
itu sebagai seorang qadhi ia Yusuf, seorang ulama yang
sangat termasyhur. Itulah terkenal sebagai ahli Fiqh, Ushul
sebabnya, namanya terkenal Fiqh, Bahasa dan Sastra Arab.13
dengan sebutan Qadhi Abu Bakar Dengan berguru kepada ayahnya,
Al-Baqillani. dengan sendirinya ia mewarisi
ilmu-ilmu dari ayahnya. Di
Salah satu karya Al-
samping itu, selain mempelajari
Baqillani dalam aspek Ilmu
ilmu-ilmu keislaman, ia juga
Kalam (Teologi Islam) yang
mempelajari filsafat.14 Ketika
sekarang kita dapatkan ialah kitab ayahnya wafat pada tahun 438 H.
yang berjudul "Al-Inshāf" ia menggantikan ayahnya sebagai
( ‫) اإلوصبف‬. Lewat kitab guru di majelis pengajian
tersebut ini dapat digali ayahnya. Ketika itu usianya
pemikiran teologi Al-Baqillani, masih di bawah dua puluh tahun.
dan termasuk juga pemikirannya Meskipun telah menjadi guru,
mengenai af'āl al-'ibād. namun ia tidak berhenti mencari
ilmu. Ia belajar Fiqh dan teologi
Al-Juwaini, nama
aliran Asy'ariyah pada Al-
lengkapnya adalah Abd al-Mālik
Ibnu Abdillah Ibnu Yūsuf Ibnu
Muhammad Al-Juwaini Al- 12
Lihat: Ahmad Mahmūd
Naisābūri. Namanya dikenal juga Shubhi, ibid., h. 147; Jalāl Muhammad
dengan Abu al-Ma'āli Al- Abd al-Hamīd Mūsā, op. cit., h. 371;
Ensiklopedi Islam, jilid 4, (Jakarta: PT.
Juwaini, dan juga dikenal dengan Ichtiar Baru van Hoeve, 2005), Edisi
sebutan Imam al-Haramain. Ia Baru 2005, h. 20.
13
Ahmad Mahmūd Shubhi, ibid.
14
10 Tsuroya Kiswati, Al-Juwaini
Ahmad Mahmūd Shubhi, ibid.
Peletak Dasar Teologi Rasional dalam
11
Ibid. Islam, (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 27.
56 Ilmu Ushuluddin Vol. 8, No.1

Isfiraini, dan belajar Fiqh mazhab Nizhām al-Mulk, seorang


Syafi'i dan Ilmu Hadits pada Al- penganut aliran Asy'ariyah.
Baihaqi. Pada masa yang sama, ia Perdana Menteri Nizham al-
juga ikut menghadiri majelis Mulk, penganut aliran Asy'ariyah
yang dipimpin Al-Khabbazi ini, kemudian mendirikan
untuk belajar Ilmu Al-Qur'an.15 madrasah yang dinamai dengan
madrasah Nizhāmiyah di
Pada masa pemerintahan
Nisabur. Al-Juwaini dia minta
Bani Saljuk, Perdana Menterinya
agar kembali ke Nisabur untuk
yang bernama Al-Kunduri,
ikut mengajar di madrasah yang
seorang penganut aliran
telah didirikannya itu. Pada tahun
Mu'tazilah, mengusulkan kepada
455 H. Al-Juwaini kembali ke
Sultan Tughril agar
Nisabur, dan ia diangkat oleh
mengeluarkan perintah untuk
Nizham al-Mulk menjadi guru
menangkapi tokoh-tokoh pemuka
besar di madrasah Nizhāmiyah
aliran Asy'ariyah, sehingga
tersebut.17 Al-Juwaini menetap di
beberapa tokoh aliran Asy'ariyah
Nisabur dan mengajar di
sempat ditangkap. Sedang Al-
madrasah tersebut sampai akhir
Juwaini sempat melarikan diri
hayatnya.
keluar dari Nisabur. Ia pergi ke
Mu'askar, kemudian ke Bagdad, Al-Ghazali, nama
dan terus ke Hijaz. Ia sempat lengkapnya adalah Abu Hamid
tinggal beberapa tahun di Mekah. Muhammad Ibnu Muhammad
Pada waktu itulah ia sempat Ibnu Muhammad Ibnu Ahmad
mengajar di Makkah dan Al-Ghazali Al-Thusi. Ia lahir di
Madinah. Itulah yang membuat Thus, wilayah Khurasan, pada
dirinya dikenal dengan sebutan tahun 450 H. dan wafat di Thus
Imam al-Haramain.16 pada tahun 505 H. Ayah Al-
Ghazali adalah seorang pemintal
Kedudukan Al-Kunduri
kain wol yang hidup sangat
sebagai Perdana Menteri
sederhana. Namun ia adalah
kemudian digantikan oleh
seorang yang sangat taat
15
beragama dan sangat menyenangi
Ibid.; Ahmad Mahmūd Shubhi,
op. cit., h. 148-149.
kehidupan tasawuf. Rupanya hal
16
Tsuroya Kiswati, ibid.; Ahmad
Mahmūd Shubhi, ibid., h. 147. 17
Ahmad Mahmūd Shubhi, ibid.
HADARIANSYAH, AB Konsep Af’al al-Ibad 57

inilah yang mendorongnya untuk Syafi'i dan Ilmu Kalam aliran


menyerahkan kedua orang Asy'ariyah, di samping
anaknya, yaitu Al-Ghazali dan mempelajari ilmu-ilmu keislaman
adiknya bernama Ahmad, kepada lainnya.19 Al-Ghazali memang
seorang sufi untuk dididik, terkenal sebgai murid paling
dengan harapan agar kedua orang genius di antara murid-murid Al-
anaknya itu kelak menjadi sufi.18 Juwaini di madrasah Nizhāmiyah
Nisabur pada masa itu.
Setelah diasuh dan dididik
oleh seorang sufi, Al-Ghazali Melalui Al-Juwaini, Al-
kemudian dimasukkan ke Ghazali berkenalan dengan
madrasah. Di sini ia belajar pada Perdana Menteri Nizham al-
seorang ulama terkenal di Thus Mulk. Perdana Menteri ini selain
bernama Ahmad bin Muhammad mendirikan madrasah Nizhāmiyah
Al-Razikani. Pada ulama tersebut di Nisabur, ia juga mendirikan
ia belajar Fiqh mazhab Syafi'i. Ia madrasah Nizhāmiyah di Bagdad.
kemudian pergi ke Jurjan, dan di Setelah Al-Juwaini wafat pada
sana ia belajar pada seorang tahun 478 H., Al-Ghazali
ulama terkenal bernama Abu al- meninggalkan Nisabur, dan pergi
Qasim Al-Isma'ili. Selanjutnya ia ke Bagdad. Di Bagdad dirinya
pergi ke Nisabur, dan di sini ia semakin dikenal dan semakin
masuk madrasah Nizhāmiyah. Di masyhur sebagai orang yang
madrasah ini ia belajar pada Al- cerdas, pandai berdiskusi serta
Juwaini yang dikenal dengan luas pengetahuannya melebihi
sebutan Imam al-Haramain. Ilmu orang-orang yang ada di
terpenting yang ia pelajari dari zamannya. Kemasyhurannya di
Al-Juwaini ialah Fiqh mazhab Bagdad pada waktu itu dikenal
juga oleh Perdana Menteri
18
Lihat antara lain: Ahmad
Mahmūd Shubhi, ibid., h. 165; H. M.
19
Zurkani Jahja, Teologi Al-Ghazali: Lihat antara lain: Ahmad
Pendekatan Metodologis, (Yogyakarta: Mahmūd Shubhi, ibid.; Jalāl
Pustaka Pelajar, 1996), cet. 1, h. 63-64; Muhammad Abd al-Hamīd Mūsā, op.
M. Solihin, Tokoh-Tokoh Sufi Lintas cit., h. 416; M. Solihin, ibid., h. 112;
Zaman, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), Harun Nasution, Falsafat dan
cet. 1, h. 111-112; Ensiklopedi Isam, Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan
jilid 2, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Bintang, 1990), cet. ke-7, h. 41;
Hoeve, 2005), Edisi Baru 2005, h. 203. Ensiklopedi Islam, jilid 2, ibid.
58 Ilmu Ushuluddin Vol. 8, No.1

Nizham al-Mulk. Rupanya itulah Damaskus ia beruzlah sekitar dua


yang membuat dirinya pada tahun. Kemudia ia pindah ke
tahun 484 H. diangkat oleh masjid Bait al-Maqdis di
Nizham al-Mulk menjadi guru Palestina. Dari sini ia kemudian
besar di madrasah Nizhāmiyah pergi menunaikan ibadah haji dan
Bagdad.20 Ini merupakan bukti menziarahi makam Rasulullah.
pengakuan Nizham al-Mulk atas Setelah itu ia kembali ke negeri
keulamaan dan intelektualitasnya kelahirannya di Thus. Di negeri
dan sekaligus kehormatan kepada kelahirannya ini ia menetap
dirinya. sampai akhir hayatnya.
Sepulangnya dari tanah suci, ia
Setelah kurang lebih empat
pernah diminta oleh Fakhr al-
tahun mengajar di madrasah
Mulk, putera Nizham al-Mulk,
tersebut, pada tahun 488 H. Al-
untuk mengajar di madrasah
Ghazali mengundurkan diri,
Nizhamiyah di Nisabur.
karena ia merasa tidak bisa
Permintaan ini dapat ia penuhi.
berkonsentrasi untuk mengajar.
Akan tetapi hanya selama dua
Pada saat itu ia mengalami
tahun. Ia kemudian kembali lagi
keresahan batin. Dalam dirinya
ke Thus. Di sini ia mendirikan
timbul keragu-raguan, skeptis,
sebuah madrasah untuk tempat
terhadap ilmu-ilmu yang telah
pendidikan para calon fuqaha dan
dipelajarinya, kegunaan
mendirikan sebuah zawiyah
pekerjaan serta karya-karya yang
untuk para calon sufi.
dihasilkannya, sehingga ia jatuh
sakit sekitar dua bulan, dan Al-Ghazali mengalami
penyakitnya itu sulit untuk dapat skeptis kurang lebih selama
diobati. Karena itu, ia sepuluh tahun. Kemudian ia
memutuskan untuk berhenti merasa menemukan kebenaran
mengajar. Ia kemudian yang dapat memberinya
meninggalkan Bagdad menuju keyakinan yang hakiki di dalam
kota Damaskus, dan di masjid tasawuf. Akhirnya ia memilih
hidup menekuni tasawuf dan
20
Lihat: Jalāl Muhammad Abd menjalani kehidupan sebagai
al-Hamīd Mūsā, ibid., h. 417; M. sufi.
Solihin, ibid., h. 113; Harun Nasution,
ibid.; Ensiklopedi Islam, jilid 2, ibid., h.
204.
HADARIANSYAH, AB Konsep Af’al al-Ibad 59

Al-Ghazali diketahui mengembangkan aliran


banyak menghasilkan karya tulis. Asy'ariyah adalah melalui karya
Salah satu karya tulisnya dalam tulisnya. Lewat karya tulisnya itu
aspek Ilmu Kalam (Teologi pulalah aliran ini ikut tersebar di
Islam) yang terpenting ialah berbagai bagian dunia Islam.
kitabnya yang berjudul "Al-
Iqtishād Fī al-I'tiqād" ( ‫اإلقتصبد‬ Konsep Mereka Tentang
‫)فّ االعتقبد‬. Di dalam kitab ini Af'āl al-'Ibād.
antara lain terdapat pemikiran
Sebagaimana telah
teologi Al-Ghazali mengenai dijelaskan di atas tadi bahwa
af'āl al-'ibād. yang dimaksud dengan af'āl al-
Demikian gambaran ibād ( ‫ ) أفعبل العببد‬di sini ialah
singkas biografi tokoh-tokoh perbuatan-perbuatan manusia.
besar aliran Asy'ariyah. Al- Persoalan teologis yang muncul
Asy'ari adalah tokoh utama aliran berkenaan dengan af'āl al-ibād ini
Asy'ariyah. Ia adalah pelopor adalah apakah perbuatan manusia
atau pendiri aliran tersebut. Al- itu diwujudkan oleh manusia
Baqillani, Al-Juwaini, dan Al- sendiri ataukah diciptakan oleh
Ghazali adalah tokoh pengikut Tuhan. Bagaimanakah pendapat
dan pendukungnya. Al-Bāqillāni Al-Asy'ari, Al-Baqillani, Al-
dan Al-Juwaini banyak Juwaini, dan Al-Ghazali
memainkan peranan penting di mengenai persoalan tersebut.
dalam pengembangan aliran Inilah yang akan dibahas berikut
Asy'ariyah pada aspek pemikiran ini.
dan ajaran, sedang Al-Ghazali di Pembahasan dimulai dengan
samping memainkan peranan membicarakan konsep Al-Asy'ari
penting di dalam pengembangan selaku tokoh pendiri aliran
aliran Asy'ariyah pada aspek Asy'ariyah. Al-Asy'ari, sewaktu
pemikiran dan ajaran, ia juga masih menganut aliran
memainkan peranan penting di Mu'tazilah, ia mengatakan bahwa
dalam penyebar luasan aliran perbuatan manusia diwujudkan
Asy'ariyah di dunia Islam. Al- oleh manusia sendiri, atas
Ghazāli banyak memainkan kehendaknya sendiri, dan dengan
peranan penting di dalam menggunakan daya yang ada
60 Ilmu Ushuluddin Vol. 8, No.1

dalam dirinya sendiri. Tetapi Allah memperbuatnya. Ini berarti


setelah keluar dari aliran bahwa kemampuan manusia
Mu'tazilah ia berpendapat berbuat adalah tergantung pada
sebaliknya. Pendapat yang perbuatan Tuhan. Manusia tidak
sebaliknya ini ia kemukakan di dapat melepaskan diri dari Tuhan.
dalam kitabnya Al-Ibānah 'An Dan perbuatan manusia adalah
Ushūl al-Diyānah sebagai diciptakan oleh Tuhan. Dari sini
berikut. jelas bahwa menurut Al-Asy'ari
perbuatan manusia itu bukan
‫َأن أحذا ال يستطيع أن‬ diwujudkan oleh manusia, tetapi
َ ‫يفعل شيئب قبل أن يفعلً هللا‬ diciptakan oleh Tuhan.
Kemudian untuk
‫ال وستغىّ عه هللا َال وقذس‬ memperkuat pendapatnya ini Al-
‫علّ الخشَج مه علم هللا عز‬ Asy'ari mengemukakan argumen
berupa ayat Al-Qur'an, yaitu ayat
‫َجل َ أوً ال خبلق اال هللا َأن‬ 96 surah Al-Shāffāt:
.‫أعمبل العبذ مخلُقة هلل‬
"Bahwa seseorang tidak
.‫َوَ هللا ُ َوخلَوقَو ُ ْمم َوَ َومب َو ْمع َوملُ ْمُ َون‬
dapat memperbuat sesuatu "Dan Allah-lah
sebelum Allah memperbuatnya, yang menciptakan kamu
dan kita tidak dapat melepaskan dan apa yang kamu
diri dari Allah, dan tidak mampu perbuat".
keluar dari pengetahuan Allah
'Azza wa Jalla, dan bahwa tidak
ada pencipta selain Allah, dan Menurut Al-Asy'ari ayat
bahwa perbuatan-perbuatan tersebut ini sebagai dalil bahwa
hamba (manusia) diciptakan oleh perbuatan manusia diciptakan
Allah".
oleh Tuhan.22 Kelihatannya
Di dalam ungkapan yang menurut pendapat Al-Asy'ari kata
dikemukakan Al-Asy'ari ini jelas " ‫( "مب عملُن‬apa yang kamu
terlihat bahwa menurutnya perbuat) pada ayat di atas tadi dia
manusia tidak punya kemampuan artikan dengan " ‫"أعمبل م‬
memperbuat sesuatu sebelum (perbuatan kamu). Sehingga
kalau demikian maka ayat
21
Al-Asy'ari, Al-Ibānah 'An
Ushūl al-Diyānah, (Mesir: Idārat al-
22
Thibā'ah al-Munīrah, t.t.), h. 9. Ibid.
HADARIANSYAH, AB Konsep Af’al al-Ibad 61

tersebut artinya adalah "Allah-lah hal ini manusia sifatnya hanya


yang menciptakan kamu dan memperoleh atau mengusahai
perbuatan kamu". Kalau perbuatan, bukan mewujudkan
sekiranya betul pengertiannya
perbuatan. Sedang yang
demikian, ayat tersebut memang
dapat saja dijadikan dalil bahwa mewujudkan atau yang
perbuatan manusia diciptakan memberlakukan perbuatan pada
oleh Tuhan. hakikatnya adalah Tuhan. Dalam
Pendapat Al-Asy'ari di hal ini ia mengatakan:
dalam kitabnya Al-Ibānah 'An ‫فُجب إرا كبن الفعل كسبب كبن هللا‬
Ushūl al-Diyānah yang
mengatakan bahwa perbuatan ً‫عبلّ ٌُ الم تسب ل‬
manusia diciptakan oleh Tuhan . ً‫علّحقيقت‬
tampaknya serupa dengan paham
"Maka mestilah apabila
Jabariyah. Dalam paham perbuatan itu berupa kasb
Jabariyah, seperti diketahui, adalah Allah pelaku kasb itu
perbuatan manusia diciptakan pada hakikatnya".
oleh Tuhan. Di sini kelihatannya
Di dalam kitabnya Al- pendapat Al-Asy'ari sedikit
Luma' Fī al-Radd 'Alā Ahl al- berbeda dengan paham Jabariyah.
Zaigh Wa al-Bida', Al-Asy'ari Ia tidak mengatakan secara
juga mengemukakan pendapat langsung bahwa perbuatan
tentang perbuatan manusia. Di manusia itu diciptakan oleh
sini ia mengatakan bahwa Tuhan. Hanya ia mengatakan
perbuatan manusia itu terwujud bahwa perbuatan manusia yang
melalui apa yang ia sebut dengan terwujud dengan jalan kasb itu
"al-kasb" ( ‫) ال سب‬. Al-kasb, pada hakikatnya yang melakukan
bisa berarti perolehan dan bisa kasb itu adalah Tuhan juga.
juga berarti usaha. Artinya, Kalau demikian maksudnya,
perbuatan manusia itu diperoleh
23
atau diusahai oleh manusia dan Al-Asy'ari, Al-Luma' Fī al-
Radd 'Alā Ahl al-Zaigh Wa al-Bida',
diwujudkan oleh Tuhan. Dalam (Mesir: Mathba'ah Mishriyah, 1955 M.),
h. 73
62 Ilmu Ushuluddin Vol. 8, No.1

maka perbuatan manusia berarti sendiri perbuatan-perbuatannya,


baik berupa perbuatan taat
bukan dilakukan oleh manusia, maupun perbuatan maksiat".
melainkan oleh Tuhan. Dengan
Dalam kutipan di atas
kata lain, Tuhanlah yang
tampak adanya perbedaan
memberlakukan perbuatan
pendapat Al-Baqillani dari
manusia itu.
pendapat Al-Asy'ari. Bagi Al-
Beralih kepada konsep Al- Baqillani, perbuatan yang diusahai
Baqillani. Al-Baqillani, dalam oleh manusia adalah dilakukan
masalah perbuatan manusia, ia oleh manusia itu sendiri. Sedang
tampaknya berbeda pendapat bagi Al-Asy'ari perbuatan yang
dengan Al-Asy'ari. Menurutnya, diusahai oleh manusia bukan
kasb yakni perbuatan yang dilakukan oleh manusia sendiri,
diusahai oleh manusia adalah tetapi dilakukan oleh Tuhan.
dilakukan oleh manusia itu
Untuk memperkuat
sendiri. Dalam hal ini ia
pendapatnya bahwa perbuatan
mengatakan :
yang diusahai oleh manusia
‫َيجب أن يعلم أن‬ adalah dilakukan oleh manusia

‫ َليس‬،‫العبذ لً كسب‬ sendiri, Al-Baqillani


mengemukakan argumen berupa
ً‫مجبُسا بل م تسب ألفعبل‬ ayat-ayat Al-Qur'an, sebagai
.‫مه طبعة َمعصية‬ berikut.
"Wajib (atas setiap Yang pertama ia
mukallaf) mengetahui bahwa
hamba (manusia) memiliki kasb, kemukakan sebagai argumen
dan ia tidak majbūr (tidak dipaksa adalah ayat 286 surah Al-
di dalam perbuatan), melainkan Baqarah:
ia mengusahakan (melakukan)
‫لَوٍَوب َومب َوك َوسبَو ْم‬
‫ت َوَ َوعلَو ْميٍَوب َومب‬
24
Al-Bāqillāni, Al-Inshāf, tahqīq .‫ت‬ ‫ا ْمكتَو َوسبَو ْم‬
wa ta'līq wa taqdīm Muhammad Zāhid
Ibnu al-Husain Al-Kautsari, (Cairo: "Seseorang mendapat
Maktabah Al-Khāniji, 1413 H./1993 ganjaran pahala (dari kebajikan)
M.), cet. ke-3, h. 45. yang diusahakannya, dan ia
HADARIANSYAH, AB Konsep Af’al al-Ibad 63
mendapat balasan siksa (atas Ayat ini mengatakan bahwa
kejahatan) yang dikerjakannya".
munculnya kerusakan di darat
Berdasarkan kepada ayat
dan di laut adalah disebabkan
ini, Al-Baqillani berargumentasi,
oleh perbuatan tangan manusia.
bahwa perbuatan yang diusahai
Bagi Al-Baqillani, ayat ini
oleh manusia adalah dilakukan
menunjukkan bahwa perbuatan
oleh manusia sendiri. Karena,
dalam ayat ini Tuhan menyatakan yang diusahai oleh manusia
bahwa seseorang mendapat adalah dilakukan oleh manusia
ganjaran pahala dari kebajikan sendiri.
yang diusahakannya, dan ia Argumen ayat Al-Qur'an
mendapat balasan siksa atas berikutnya lagi yang ia
kejahatan yang dikerjakannya.25 kemukakan ialah ayat 30 surah
Menurut Al-Baqillani, manusia
Al-Syūra :
mendapat ganjaran pahala dari
kebajikan yang diusahakannya, ‫صببَو ُ ْمم ِبم ْمه ُ م ِب‬
‫ص ْميبَو ٍة فَوبِب َومب‬ ‫َوَ َومب اَو َو‬
.‫ت اَو ْمي ِبذ ْمي ُ ْمم‬
‫َوك َوسبَو ْم‬
dan mendapat balasan siksa atas
kejahatan yang dikerjakannya.
Hal ini berarti perbuatan manusia "Dan apa saja musibah
yang menimpa kamu maka
itu dilakukan oleh manusia. adalah disebabkan oleh
Karena itu maka wajar sekali jika perbuatan tanganmu sendiri".
manusia mendapat ganjaran atau
Dari ayat ini dapat
balasan atas perbuatan itu.
dipahami bahwa apa saja
Argumen ayat Al-Qur'an musibah yang menimpa terhadap
berikutnya yang ia kemukakan manusia, itu adalah akibat atau
ialah ayat 41 surah Al-Rūm : balasan atas perbuatan kotor yang

.‫با‬ ‫بِب َومب َوك َوسبَو ْم‬


‫ت اَو ْمي ِبذِ الىَّن ِب‬
diperbuat oleh manusia. Bagi Al-
Baqillani, ayat ini juga
"Disebabkan oleh perbuatan menunjukkan bahwa perbuatan
tangan manusia".
yang diusahai oleh manusia
adalah dilakukan oleh manusia
25
sendiri.
Ibid.
64 Ilmu Ushuluddin Vol. 8, No.1

Argumen ayat Al-Qur'an hanyalah Tuhan.26 Oleh karena


terakhir yang ia kemukakan ialah itu, Al-Baqillani mengatakan,
ayat 45 surah Fāthir : perbuatan manusia diusahai atau
dilakukan oleh manusia.
‫با بِب َومب‬ ‫َوَلَو ْمُ ي َوُ ؤا ِبخ ُ ز هللا ُ الىَّن َو‬ Beralih kepada konsep Al-
‫لّ ظَوٍ ِبْمشٌَوب ِبم ْمه‬ ‫ك َوع َو‬ ‫َوك َوسب ْمُ ُا َومب َو َوش َو‬ Juwaini. Al-Juwaini, sama seperti

‫ۤد ۤۤابَّن ٍة َوَلَو ِب ْمه ي َوُ ؤ ِّخ ُ شٌُ ْمم اِبل َوّ اَو َوج ٍل‬ Al-Baqillani, berpendapat bahwa
perbuatan manusia diusahai atau
‫ُ م َوس َّنمّ فَوب ِب َورا َوجب َوء اَو َوجلُ ٍُ ْمم فَوب ِب َّنن‬ dilakukan oleh manusia. Tetapi,
manusia bukan menciptakan
.‫ص ْميشًا‬ ‫هللا َو َوك َو‬
‫بن بِب ِبعبَوب ِبد ِبي بَو ِب‬ perbuatan. Menurutnya, manusia
"Dan kalau sekiranya Allah mengusahai atau melakukan
menyiksa manusia disebabkan
usahanya, niscaya Dia tidak akan perbuatan, mengandung
meninggalkan di atas permukaan pengertian bahwa manusia
bumi suatu makhluk yang
melatapun, akan tetapi Allah mampu melakukan perbuatannya.
menangguhkan (penyiksaan) Sebagai bukti yang menunjukkan
mereka sampai waktu yang adanya kemampuan manusia,
tertentu. Maka apabila datang
ajal mereka, sesungguhnya Allah menurutnya, ialah orang yang
adalah Maha Melihat (keadaan) berakal dapat membedakan
hamba-hamba-Nya".
antara tangannya yang gemetar
Bagi Al-Baqillani, ayat di (bergetar sendiri dengan tidak
atas ini adalah juga menunjukkan disengaja) dengan ia
bahwa perbuatan yang diusahai menggerakkan tangannya dengan
oleh manusia itu dilakukan oleh sengaja. Menggerakkan tangan
manusia sendiri. dengan sengaja menunjukkan
bahwa ia mampu melakukan
Al-Baqillani menegaskan
perbuatan menggerakkan tangan
bahwa perbuatan manusia adalah
itu. Namun, menurutnya, daya
diusahai atau dilakukan oleh
atau kemampuan yang ada dalam
manusia. Namun, menurutnya, diri manusia yang ia gunakan
manusia bukan menciptakan
perbuatan. Manusia tidak dapat
mencipta. Yang dapat mencipta 26
Ibid., h. 46.
HADARIANSYAH, AB Konsep Af’al al-Ibad 65

untuk melakukan perbuatan itu dan Al-Juwaini. Kelihatannya


adalah ciptaan Tuhan, bukanlah dalam hal ini ia punya pendapat
ciptaan manusia.27 yang serupa dengan pendapat Al-
Asy'ari. Menurutnya, daya atau
Bagi Al-Juwaini, yang
kemampuan yang ada dalam diri
menciptakan daya yang ada
manusia serta perbuatan yang
dalam diri manusia adalah Tuhan.
dilakukan oleh manusia adalah
Yakni manusia diciptakan oleh
diciptakan oleh Tuhan.29 Dengan
Tuhan dan termasuk menciptakan demikian, dalam hal ini
daya yang ada dalam diri kelihatannya pendapat Al-
manusia. Daya itu telah diciptakan Ghazali ini serupa dengan
Tuhan sebelum manusia pendapat Al-Asy'ari.
melakukan perbuatan. Ketika
Tampaknya berkenaan
manusia melakukan perbuatan, ia
dengan soal perbuatan manusia
menggunakan daya tersebut.28 dan hubungannya dengan
Dari keterangan di atas ini perbuatan Tuhan ini, tokoh-tokoh
dapat dipahami bahwa menurut besar pengikut sekaligus
Al-Juwaini perbuatan manusia pendukung Al-Asy'ari tidak
adalah dilakukan oleh manusia semuanya selalu punya pendapat
sendiri, dengan kehendaknya yang sama dengan Al-Asy'ari.
sendiri, dengan menggunakan Misalnya, Al-Baqillani dan Al-
kemampuan atau daya yang telah Juwaini punya pendapat sedikit
diciptakan Tuhan dalam dirinya. berbeda dari Al-Asy'ari. Dua
orang tokoh ini berpendapat
Terakhir, beralih kepada
bahwa perbuatan manusia
konsep Al-Ghazali. Al-Ghazali,
diusahai atau dilakukan oleh
berkenaan dengan soal perbuatan
manusia sendiri, bukan
manusia, ia punya pendapat
diciptakan atau dilakukan oleh
sedikit berbeda dari Al-Baqillani

29
27
Ahmad Mahmūd Shubhī, op. Lihat: Al-Ghazāli, Al-Iqtishād
Fī al-I'tiqād, (Mesir: Maktabah
cit., h. 160.
Muhammad Shabīh, 1372 H./1962 M.),
28
Lihat Tsuroya Kiswati, op. cit. h. 49; Harun Nasution, Teologi Islam,
h. 118-120. op. cit., h. 73.
66 Ilmu Ushuluddin Vol. 8, No.1

Tuhan. Sedang Al-Asy'ari bahwa perbuatan manusia


berpendapat bahwa perbuatan diciptakan oleh Tuhan, bukan
manusia pada hakikatnya diwujudkan oleh manusia.
diciptakan atau dilakukan oleh Perbuatan yang diusahai atau
Tuhan, bukan oleh manusia dilakukan oleh manusia,
sendiri. Al-Ghazali, sama dengan menurutnya, pada hakikatnya
Al-Asy'ari, ia juga berpendapat
diciptakan oleh Tuhan, bukan
demikian.
oleh manusia.
Terjadinya perbedaan
Al-Baqillani, sebagaimana
pendapat ini boleh jadi
diketahui dalam biografinya, ia
disebabkan oleh berbedanya hal
adalah seorang qādhi (hakim).
yang melatar belakangi atau
Tugas yang diembannya sebagai
mempengaruhi pemikiran mereka
seorang hakim tentu saja banyak
masing-masing. Karena itu
bersangkut paut dengan
pendapat yang merupakan buah
perbuatan manusia. Misalnya,
pemikiran mereka juga berbeda.
menetapkan putusan hukum atas
Al-Asy'ari, misalnya, ada perbuatan yang dilakukan
kemungkinan dilatar belakangi manusia. Seperti diketahui,
oleh keluarnya ia dari aliran kebanyakan perbuatan manusia
Mu'tazilah. Setelah keluar dari yang menjadi perkara atau yang
aliran Mu'tazilah ia selalu berhubungan dengan hukum dan
berupaya mengemukakan pengadilan adalah perbuatan-
pendapat yang berlawanan atau perbuatan kejahatan yang
yang sebaliknya dari pendapat dilakukan oleh manusia.
Berkaitan dengan hal ini sudah
kaum Mu'tazilah. Sebagaimana
barang tentu tidak mungkin ia
diketahui, kaum Mu'tazilah
sebagai seorang hakim
mengatakan bahwa perbuatan
mengatakan atau menganggap
manusia diwujudkan dan
bahwa perbuatan manusia itu
dilakukan oleh manusia sendiri, diciptakan atau dilakukan oleh
bukan diciptakan oleh Tuhan. Al- Tuhan, bukan dilakukan oleh
Asy'ari mengatakan sebaliknya, manusia. Sebab, kalau perbuatan
HADARIANSYAH, AB Konsep Af’al al-Ibad 67

manusia itu diciptakan atau perbuatan manusia. Dalam


dilakukan oleh Tuhan, bukan hukum Islam, perbuatan manusia
dilakukan oleh manusia, maka dilakukan oleh manusia sendiri.
bukanlah keadilan namanya, Sebab, kalau sekiranya perbuatan
bahkan kezaliman, kalau putusan manusia itu bukan dilakukan oleh
hukum dijatuhkan atas diri manusia, tidak mungkin Tuhan
membebani manusia dengan
manusia. Putusan hukum bisa
taklīf berupa beban kewajiban
dijatuhkan atas diri manusia kalau
agama yang harus dikerjakan
perbuatan manusia itu dilakukan
oleh manusia. Filsafat dan logika
oleh manusia itu sendiri. Ada dapat mempengaruhi seseorang
kemungkinan itulah yang melatar untuk berpikir rasional dan logis.
belakangi pemikiran Al- Apabila berpikir rasional dan
Baqillani. Oleh karena itu, ia logis dihadapkan kepada soal
berpendapat bahwa perbuatan perbuatan manusia, apakah
yang diusahai atau dilakukan perbuatan manusia itu dilakukan
manusia adalah dilakukan oleh oleh manusia sendiri ataukah
manusia sendiri. dilakukan oleh Tuhan, sedang
dalam kenyataan perbuatan
Al-Juwaini, seperti
manusia itu ada yang baik dan ada
diketahui dalam sejarah
yang jahat, dan Allah di dalam
hidupnya, ia adalah salah seorang
Al-Qur'an telah menyatakan
ulama besar yang bukan hanya
bahwa Ia akan memberikan
menguasai ilmu di bidang teologi
ganjaran pahala atas perbuatan
Islam, tetapi juga menguasai ilmu
baik yang dilakukan manusia dan
di bidang hukum Islam terutama
balasan siksa atas perbuatan jahat
ilmu Ushul Fiqh. Di samping itu
yang ia lakukan, maka pemikiran
ia juga punya pengetahuan yang
yang rasional dan logis akan
lumayan tentang filsafat dan
berkesimpulan bahwa perbuatan
termasuk juga logika. Ada
manusia itu dilakukan oleh
kemungkinan pengetahuannya
manusia sendiri. Diduga, namun
dalam bidang hukum Islam,
tidak dapat dipastikan, boleh jadi
filsafat dan logika memberi
hukum Islam, filsafat dan logika
pengaruh terhadap pemikiran
memberi pengaruh terhadap
atau pendapatnya, termasuk
pemikiran Al-Juwaini sehingga
pendapatnya berkenaan dengan
68 Ilmu Ushuluddin Vol. 8, No.1

berkenaan dengan soal perbuatan Dari uraian-uraian di atas


manusia ia berpendapat bahwa tadi tergambar dengan jelas
perbuatan manusia adalah bahwa masalah af'āl al-'ibād
dilakukan oleh manusia sendiri. yang isinya membicarakan
persoalan hubungan perbuatan
Al-Ghazali, seperti
manusia dengan perbuatan Tuhan
diketahui, ia adalah seorang sufi.
memang mendapat perhatian
Kaum sufi biasanya dalam paham
tokoh-tokoh besar aliran
tauhid mereka memandang
Asy'ariyah yaitu Al-Asy'ari, Al-
segala-galanya terbit atau
Baqillani, Al-Juwaini, dan Al-
bersumber dari Tuhan, termasuk
Ghazali. Masing-masing telah
dalam soal perbuatan manusia.
memberikan kontribusi
Bagi Al-Ghazali, hanya tasawuf
pemikirannya untuk memecahkan
satu-satunya jalan yang dapat
persoalan dimaksud. Akan tetapi
membawa kepada kebenaran
dari hasil telaah perbandingan,
hakiki yang dapat diyakini
ternyata meskipun mereka berada
kebenarannya dan tidak ada
dalam satu aliran, namun konsep
keraguan padanya. Rupanya
mereka tentang af'āl al-'ibād
pengaruh tasawuf sangat kuat
memperlihatkan adanya segi
pada dirinya. Oleh karena itu, ada
perbedaan. Al-Asy'ari dan Al-
kemungkinan paham tauhid di
Ghazali punya pendapat bahwa
dalam ajaran tasawuf itu
perbuatan manusia diciptakan
memberi pengaruh terhadap
oleh Tuhan, bukan dilakukan
pemikirannya berkenaan dengan
oleh manusia. Kalau demikian,
soal perbuatan manusia. Boleh
berarti perbuatan manusia pada
jadi itulah yang melatar
hakikatnya adalah perbuatan
belakangi pemikirannya sehingga
mengenai soal perbuatan manusia Tuhan. Sedang Al-Baqillani dan
Al-Juwaini punya pendapat
ia berpendapat bahwa perbuatan
bahwa perbuatan manusia
manusia itu pada hakikatnya
dilakukan oleh manusia sendiri.
diciptakan oleh Tuhan, bukan
Kalau demikian, berarti
dilakukan oleh manusia.
perbuatan manusia pada
hakikatnya adalah perbuatan
PENUTUP
manusia itu sendiri, dan Tuhan
HADARIANSYAH, AB Konsep Af’al al-Ibad 69

tidak campur tangan di dalam memilih mana yang sejalan atau


perbuatan tersebut. sesuai dengan pemikiran dan
pendirian kita.
Gambaran di atas ini
menunjukkan bahwa suatu
konsep yang dihasilkan oleh DAFTAR PUSTAKA
pemikiran manusia, ternyata
meskipun mengenai satu Ahmad Mahmūd Shubhi, Fī 'Ilm
persoalan yang sama, bisa saja al-Kalām, juz 2, Dār al-
menghasilkan rumusan konsep Nahdhah al-'Arabiyah,
Beirūt, cet. ke-5, 1405
yang berbeda, dan bahkan bisa H./1985 M.
pula berlawanan. Inilah yang
terjadi pada pemikiran teologi A. Hanafi, Pengantar Theology
Islam, Pustaka Al-Husna,
tokoh-tokoh besar aliran Jakarta, cet. ke-2, 1980.
Asy'ariyah tentang af'āl al-'ibād
seperti tergambar di atas ini. ---------, Theology Islam (Ilmu
Kalam), Bulan Bintang,
Terhadap konsep yang berbeda Jakarta, cet. ke-6, 1986.
dan berlawanan ini, kita memang
tidak dapat memastikan mana Al-Asy'ari, Al-Ibānah 'An Ushūl
al-Diyānah, Idārat al-
konsep yang benar dan mana Thibā'ah al-Munīrah, Mesir,
yang salah. Akan tetapi kalau kita t.t.
melihatnya dari segi pemikiran
---------, Al-Luma' Fī al-Radd 'Alā
rasional, konsep Al-Baqillani dan Ahl al-Zaigh Wa al-Bida',
Al-Juwaini terasa sejalan dengan Mathba'ah Mishriyah, Mesir,
pemikiran rasional, sedang konsep 1955 M.
Al-Asy'ari dan Al-Ghazali terasa Al-Bāqillāni, Al-Inshāf, tahqīq wa
kurang sejalan dengan pemikiran ta'līq wa taqdīm Nuhammad
rasional. Meskipun demikian, dari Zāhid Ibn al-Husain Al-
segi kajian sejarah pemikiran Kautsari, Maktabah Al-
Islam, konsep-konsep mereka ini Khāniji, Cairo, cet. ke-3,
dapat menjadi warisan pemikiran 1413 H./1993 M.
Islam yang berharga, dan Al-Ghazāli, Al-Iqtishād Fī al-
perbedaan konsep itu I'tiqād, Maktabah
memperkaya khazanah pemikiran Muhammad Shabīh, Mesir,
1372 H./1962 M.
Islam. Kita sekarang boleh
mengambil warisan itu, dan dapat
70 Ilmu Ushuluddin Vol. 8, No.1

Harun Nasution, Teologi Islam:


Aliran-Aliran Sejarah
Analisa Perbandingan, UI-
Press, Jakarta, cet. ke-5,
1986.
---------, Falsafat dan Mistisisme
dalam Islam, Bulan Bintang,
Jakarta, cet. ke-7, 1990.
H. M. Zurkani Jahja, Teologi Al-
Ghazali: Pendekatan
Metodologi, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, cet. 1, 1996.
Jalāl Muhammad Abd al-Hamīd
Mūsā, Nasy'ah al-Asy'ariyah
Wa Tathawwuruhā, Dār al-
Kitāb al-Lobnāni, Beirūt,
cet. 1, 1395 H./1975 M.
M. Solihin, Tokoh-Tokoh Sufi
Lintas Zaman, Pustaka Setia,
Bandung, cet. 1, 2003.
Tim Penyusun, Ensiklopedi
Islam, jilid 1, (Jakarta: PT.
Ichtiar Baru van Hoeve,
2005), Edisi Baru 2005.
---------, Ensiklopedi Islam, jilid
2, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru
van Hoeve, 2005), Edisi
Baru 2005.
---------, Ensiklopedi Islam, jilid
4, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru
van Hoeve, 2005), Edisi
Baru 2005.
Tsuroya Kiswati, Al-Juwaini
Peletak Dasar Teologi
Rasional dalam Islam,
Erlangga, Jakarta, 2005.

Anda mungkin juga menyukai