Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan perubahan

senyawa kimia. Senyawa ataupun senyawa-senyawa awal yang terlibat dalam reaksi

disebut sebagai reaktan. Reaksi kimia biasanya dikarakterisasikan dengan perubahan

kimiawi, dan akan menghasilkan satu atau lebih produk yang biasanya memiliki ciri-

ciri yang berbeda dari reaktan. Secara klasik, reaksi kimia melibatkan perubahan yang

melibatkan pergerakan elektron dalam pembentukan dan pemutusan ikatan kimia,

walaupun pada dasarnya konsep umum reaksi kimia juga dapat diterapkan pada

transformasi partikel-partikel elementer seperti pada reaksi nuklir. Beberapa reaksi

kimia melibatkan senyawa organik. Senyawa organik hanya mewakili satu jenis

senyawa kimia, yaitu yang mengandung satu atom karbon atau lebih. Senyawa yang

mengandung atom karbon terdapat banyak di muka bumi ini. Fakta ini adalah akibat

dari kemampuan atom karbon membentuk ikatan dengan atom karbon lain. Atom

karbon dapat dibedakan dengan atom lain yaitu pada kemampuan atom karbon untuk

berpasangan dengan atom karbon lain membentuk ikatan kovalen karbon-karbon.

Fenomena tunggal inilah yang memberikan dasar-dasar kimia organik.

Kimia organik adalah studi ilmiah mengenai struktur, sifat, komposisi, reaksi,

dan sintesis senyawa organik. Senyawa organik dibangun oleh karbon dan hidrogen,

dan dapat mengandung unsur-unsur lain seperti nitrogen, oksigen, fosfor, dan

belerang. Pada pembahasan ini akan dijelaskan tentang pemecahan homolitik, yaitu
ikatan yang putus terbagi dua pada atom yang berikatan. Reaksi yang mengalami

pemecahan homolitik adalah reaksi radikal bebas (free radical mechanism) pada

senyawa organologam. Reaksi radikal bebas penting dalam proses biologi dan

praktek. Misalnya, organisme memanfaatkan oksigen dari udara lewat sederetan

reaksi yang diawali dengan oksidasi-reduksi radikal bebas. Mentega dan lemak lain

menjadi tengik sebagian karena reaksi radikal bebas dengan oksigen. Pembahasan

tentang reaksi radikal bebas akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana mekanisme radikal bebas?

2. Apa yang dimaksud dengan senyawa organologam?

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui mekanisme radikal bebas

2. Mengetahui maksud dari senyawa organologam


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pembentukan Radikal Bebas

Radikal bebas merupakan atom atau gugus atom apa saja yang memiliki satu

atau lebih elektron tak berpasangan. Karena jumlah elektron kecil, maka tidak semua

elektron dapat berpasangan. Suatu radikal bebas tidak bermuatan positif atau negatif.

Ciri-ciri senyawa radikal bebas adalah: (1) sangat reaktif; (2) dijumpai sebagai zat

antara yang tak dapat diisolasi (usia pendek); dan berenergi tinggi.

Pada reaksi yang melibatkan radikal bebas maka radikal bebas berfungsi

sebagai zat pemacu (inisiator) yang dapat dihasilkam dengan cara sebagai berikut.

1. Pembentukan radikal bebas yang terimbas cahaya (fotolisis)

Contoh:

a) Keton

R – C – R → CO + 2 R∙

b) Hipoklorit

RO – Cl → RO∙ + Cl∙

c) Nitrit

RO – NO → RO∙ + ON∙

d) Azoalkana

R – N = N – R → 2 R∙ + N2
2. Pembentukan radikal bebas terimbas panas (termolisis/pirolisis)

Contoh:

a) Tetraalkil lead

PbR4 → Pb + 4R∙

b) Senyawa-senyawa azo

R2 – C – N = C – R2 → 2R2 - C∙ + N2

CN CN CN

c) Senyawa halogen (dapat juga terimbas cahaya)

X2 → 2X∙

3. Pembentukan radikal bebas dengan dekomposisi senyawa golongan peroksida

Contoh:

a) Hidrogen peroksida

H – O – O – H → 2 HO∙

b) Per-anhidrida asam

R – C – O – O – C – R → 2 R – C – O → 2 R∙ + CO2

O O O

c) Per-alkoksi

R – O – O – R → 2 RO∙

d) Per-asam karboksilat

R – C – O – O – H → R – C – O + HO∙

O O
2.2. Mekanisme Radikal Bebas

Mekanisme radikal bebas mengalami tiga tahapan, yaitu sebagai berikut :

1. Inisiasi (permulaan)

Yaitu pembentukan awal radikal-radikal bebas. Dalam klorinasi metana,

merupakan pemaksapisahan (clevange) homolitik molekul Cl2 menjadi dua radikal

bebas klor. Contoh:

2. Propagasi (pertumbuhan/perambatan)

Setelah terbentuk, radikal bebas klor mengawali sederetan reaksi dalam mana

terbentuk radikal bebas baru. Terbentuk reaksi-reaksi ini disebut tahap-tahap

propagasi dari reaksi radikal bebas. Pada hakikatnya, pembentukan awal

beberapa radikal bebas akan mengakibatkan pertumbuhan radikal-radikal

baru dalam suatu reaksi pengabdian diri (self perpetuating) yang disebut

reaksi rantai. Contoh:

3. Terminasi (penghentian)

Daur propagasi terputus oleh reaksi-reaksi pengakhiran (termination). Reaksi

ini memusnahkan atau mengubah radikal bebas menjadi radikal bebas yang

stabil dan tidak reaktif, sehingga mengakhiri daur propagasi radikal bebas.

Caranya yaitu dengan menggabungkan dua buah radikal sehingga menjadi

non radikal. Contoh:


2.3. Reaktifitas Relatif Halogen

Reaktifitas halogen terhadap alkana dalam reaksi-reaksi radikal bebas

beranekaragam. Fluor bereaksi dengan hidrokarbon secara eksplosif. Dalam hal

ini reaktifitas klor menyusul yang diikuti oleh brom. Iod tidak reaktif terhadap

alkana.

I2 Br2 Cl2 F2

Naiknya Kereaktifan

Reaktivitas relatif halogen terhadap alkana tidak disebabkan oleh mudahnya

molekul X2 terbelah menjadi radikal bebas. Dari energi disosiasi ikatan halogen,

tampak bahwa mudahnya pemaksapisahan (clevage) homolitik relatif hampir

merupakan kebalikan dari reaktifitas mereka dalam reaksi halogenasi.

Energi disosiasi ikatan (kkal/mol): I2 Br2 Cl2 F2

36 46 58 37

Urutan reaktivitas terutama ditentukan oleh ∆H tahap-tahap propagasi dalam

halogenasi radikal- bebas.

 Tahap propagasi fluorinasi sangat eksoterm dan menyebabkan reaksi

eksposif yang tinggi.

 Tahap propagasi iod sangat endoterm, artinya energi produk lebih tinggi

daripada energi pereaksi.

 Klor dan brom terletak diantara fluor dan iod dalam hal ∆h tahap propagasi

dan karena itu juga terletak diantara keduanya dalam urutan rea ktivitas.
CH₄ + F₂ hv CH₃F + HF ∆H⁰ = -431 kJ/mol

CH₄ + Cl₂ hv CH₃Cl + HCl ∆H⁰ = -104 kJ/mol


CH₄ + Br₂ hv CH₃Br + HBr ∆H⁰ = -33 kJ/mol


CH₄ + I₂ hv CH₃I + HI ∆H⁰ = +55 kJ/mol


Hanya klor dan brom saja yang merupakan bahan halogenasi radikal-bebas yang

baik. Fluor terlalu reaktif terhadap alkena, dan iod tidak cukup reaktif.

2.4. Mekanisme Abstraksi Hidrogen

Pada reaksi senyawa hidrokarbon dengan mekanisme radikal bebas maka tahap

abstraksi hidrogen (tahap perebutan hidrogen menghasilkan radikal bebas) adalah

merupakan langkah penentu laju reaksi. Misalnya metana (CH 4) mengalami

klorinasi radikal bebas 12 kali lebih cepat daripada perdeuteriometana (CD 4). Perebutan

H (atau D) adalah tahap penentu laju:

CH4 + Cl CH3 + HCl (cepat)

CH4 + Cl CH3 + HCl (lambat)

Atom hidrogen dalam senyawa organik dapat dikelompokkan sebagai hidrogen:

metil (CH4), primer (terikat pada karbon primer), sekunder (terikat pada karbon

sekunder), tersier (terikat pada karbon tersier), alilik (terikat pada suatu karbon di dekat

ikatan rangkap), dan benzilik (terikat pada suatu karbon di dekat cincin aromatik).

Urutan reaktifitas hidrogen terhadap halogenasi radikal bebas analog dengan

karbokation, yaitu:
Metil – primer – sekunder – tersier – alilik – benzilik

Naiknya Kereaktifan

Adakalanya urutan reaktivitas diatas tidak berlaku. Seperti pada contoh

abstraksi hidrogen pada 2-metil propana.

Cl2 (CH3)2CH – CH2 – Cl + (CH3)3C – Cl + produk lain

CH3 Hv 1-kloro-2-metil propane t-butil klorida 20%

CH3 CH CH3 ( isobutil klorida) 30%

50%

Br2 Hv

(CH3)3 – C – Br
t- butlil bromida

100%
Ketidakberlakuan aturan ini kemungkinan disebabkan karena mekanisme radikal

bebas dengan Cl2 sangat eksotermis, sehingga reaktifitas dari abstraksi hidrogen

menjadi terabaikan. Sebaliknya, untuk reaksi radikal bebas dengan Br2, maka

kaidah reaktifitas tersebut berlaku karena reaksinya tidak terlalu eksotermis.

2.5. Stabilitas Karboradikal dan Stereokimia Reaksinya

Seperti yang telah disinggung, stabilitas radikal bebas (karboradikal) paralel

dengan reaktifitas dari abstraksi hidrogen yaitu analog dengan stabilitas ion
karbonium sebagai berikut.

Metil – primer – sekunder – tersier – alilik – benzilik


Naiknya stabilitas karboradikal

Stereokimia reaksi dengan mekanisme radikal bebas didasarkan pada bentuk

karboradikal yang segitiga planar sama seperti ion karbonium dan karbanion.

Anda mungkin juga menyukai