Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi

Modul 1 – Time Motion Study


Kelompok 3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ergonomi adalah suatu study yang mengkaji tentang manusia dan interaksinya
dengan unsure-unsur yang ada dalam lingkungan kerja, baik itu interaksinya dengan
peralatan, bahan, tempat, dan manusia lainnya. Ilmu ini bertujuan untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi dari pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan. Kinerja yang
efektif dan efisien akan menghasilkan suatu hasil yang optimal dimana sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya dipadukan dengan kesesuaian tertentu. Dalam ruang
lingkup industri, kinerja yang optimal akan mempengaruhi nilai output kerja dengan
memperhitungkan segala hal yang berkaitan baik material, manajemen maupun biaya.
Karena seperti yang kita ketahui bahwa manusia merupakan salah satu unsure
terpenting dan merupakan sebuah landasan yang mendasari suatu produksi dapat
berjalan efektif dan efesien dalam suatu proses pekerjan pada sebuah industri.
Dalam ilmu ergonomi, telah dikenal salah satu ilmu atau metode yang sering
digunakan, bahkan telah banyak perusahaan yang menggunakan metode ini untuk
melakukan suatu pengukuran kerja terhadap pekerja serta efektivitas dan efisiensi
proses produksi di perusahaan mereka. Ilmu yang dapat digunakan untuk melakukan
pengukuran kerja tersebut adalah Motion and Time Study. Pada awalnya metode ini
diterapkan oleh Frederick W. Taylor pada tahun 1881 untuk mencapai efisiensi kerja
yang diinginkan. Namun setelah melewati riset, Taylor menemukan bahwa untuk
pekerjaan-pekerjaan yang sangat berat, kombinasi waktu kerja, banyaknya hari untuk
beristirahat, frekuensi dan waktu beristirahat akan berimbas pada berapa banyak
pekerjaan yang dapat dilakuakn oleh pekerja dalam sehari.
Dalam suatu pekerjaan, penelitian kerja dan analisa metode kerja pada dasarnya
akan memusatkan penelitiannya pada cara suatu macam pekerjaan diselesaikan. Suatu
pekerjaan dikatakan selesai dengan efisien, apabila waktu penyelesaiannya berlangsung
dengan singkat. Time study adalah metode yang cocok digunakan dalam suatu

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2018 1
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 1 – Time Motion Study
Kelompok 3

pekerjaan. Time study ini sendiri digunakan untuk mengetahui atau mencari metode
yang paling efisien dalam melakukan suatu pekerjaan.
Pada dasarnya Time study merupakan suatu cara untuk menentukan berapa lama
waktu yang dibutuhkan seorang pekerja untuk melakukan suatu pekerjaan berdasarkan
standar performancenya. Time Study terdiri dari beberapa langkah diantaranya,
mengumpulkan segala keterangan menyangkut pekerjaan, mengurai pekerjaan pada
elemen kerja, mengukur waktu tiap elemen dan menentukan waktu standar.
Time study perlu dilakukan dalam menganalisis elemen-elemen kerja karena
sangat membantu dalam peningkatan produktivitas pekerja. Apabila elemen-elemen
kerja diteliti maka dapat dilihat mana elemen kerja yang kurang efektif sehingga dapat
meminimalisir sehingga dapat mengefektifkan waktu kerja dan meningkatkan
produktivitas pekerja.
Dalam berbagai kegiatan pekerjaan, time study ini dapat diterapkan, khusunya
pada dunia industri yaitu untuk menemukan metode kerja yang baik dan ideal bagi
pekerja sehinggga output dari pekerja secara optimal. Selain itu juga berhubungan
dengan perencanaan kapasitas dalam produksi. Pengaplikasian time study bisa
dikombinasikan dengan motion study serta prisip ekonomi gerakan untuk melihat apa
saja faktor yang mempengaruhi pekerja dalam pekerjaanya, misalnya adanya langkah
kerja yang kurang efektif, penyusunan tata letak bahan baku yang tidak terjangkau
pekerja, serta hal teknis yang menyebabkan ketidakefisienan pekerja.
Dalam praktikum ini, praktikan akan menggunkaan konsep time study dan
motion study, menganalisis waktu siklus, waktu baku, dan waktu normal. Data yang
digunakan berasal dari waktu tiap perakitan komponen gasing dengan tiga macam
metode yang berbeda-beda.

1.2 Tujuan Prakrikum


Tujuan yang akan dicapai pada praktikum ini adalah :
1. Mampu memahami dan menerapkan pengukuran watu kerja
menggunakan metode Time Study.
2. Mampu melakukan pengukuran waktu siklus secara langsung dari
Departemen Teknik Industri
Universitas Diponegoro
2018 2
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 1 – Time Motion Study
Kelompok 3

suatu pekerjaan dengan menggunakan stop watch.


3. Mampu memahami dan menghitung waktu siklus, waktu normal,
waktu baku dan output standar dari suatu pekerjaan.
4. Dapat menganalisis metode terbaik studi gerakan dan prinsip
ekonomi gerakan dari pekerjaan yang dilakukan.
5. Dapat membuat dan memilih metode kerja terbaik dari pekerjaan
yang dilakukan serta dapat menganalisis layout

1.3 Pembatasan Masalah


Pada praktikum ini batasan masalah yang digunakan adalah mengenai
pemahaman praktikan tentang pengukuran waktu kerja menggunakan metode time
study dan ekonomi gerakan mencakup waktu normal,waktu baku, dan waktu siklus,
perhitungan-perhitungan yang berhubungan pengujian-pengujian statistika seperti
pengujian kecukupan data, serta penentuan metode terbaik yang dilakukan oleh operator
dalam merakit benda. Benda yang kelompok kami gunakan adalah gasing. Pada
praktikum ini, menggunakan tiga metode yang berbeda dalam perakitan gasing dengan
6 komponen. Tiga metode tersebut terdiri dari kombinasi tiga unsur yaitu jarak pallet,
urutan perangkaian layout pallet. Setiap metode dilakukan 20 kali percobaan dan dicatat
waktu setiap kali pemasangan tiap komponenya. Sedangkan pengukuran dengan
stopwatch dilakukan per-langkah kerja yang dilakukan oleh operator, pada percobaan
tersebut operator hanya terdiri dari satu orang dan tidak boleh digantikan. Sedangkan
jarak antar pallet komponen dan pallet assembly diasumsikan sebagai jarak tata letak
suatu stasiun dan setiap jaraknya dan jaraknya yaitu 5cm. Setiap percobaan yang
dilakukan operator tersebut akan direkam menggunakan alat perekam. Pembatasan
masalah Motion and Time Study yang dilakukan praktikan bertujuan untuk mengetahui
dan memilih metode terbaik dan waktu baku pengerjaannya dan memenuhi uji
kecukupan dan keseragaman data.

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2018 3
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 1 – Time Motion Study
Kelompok 3

1.4 Sistematika Penulisan Laporan


Sistematika penulisan laporan Praktikum Perancangan Sistem kerja dan
Ergonomi Modul 1 mengenai Time Study adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab awal ini berisi latar belakang praktikum, tujuan penulisan laporan,
pembatasan masalah yang ada dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang dasar teori dari praktikum yang ada yaitu mengenai
pengukuran waktu kerja langsung dan tidak langsung, mengenai gerakan
Therblig’s, mengenai prinsip-prinsip ekonomi gerakan, dan mengenai
pengukuran waktu seperti waktu siklus, performance rating, waktu normal,
allowance waktu baku dan output standar.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisi mengenai penjelasan alur penelitian melalui flowchart
yang kemudian diuraikan.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini berisi mengenai data-data yang telah dikumpulkan beserta
perhitungan mengenai uji kecukupan data, perhitungan waktu normal,
waktu baku, output standar serta rekapitulasi dari hasil perhitungan yang
telah dilakukan.
BAB V ANALISIS
Pada bab ini berisi analisis mengenai metode yang digunakan, perbandingan
antar metode,analisa performance rating dan allowance, analisis penentuan
waktu normal dan waktu baku serta analisa mengenai metode terbaik.
BAB VI PENUTUP
Bab penutup ini terdiri atas kesimpulan dan saran. Kesimpulan sendiri akan
menjelaskan jawaban atas tujuan dari praktikum Modul 1. Sementara saran
akan berisi tentang kekurangan-kekurangan yang ada di Modul 1.

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2018 4
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 1 – Time Motion Study
Kelompok 3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengukuran Waktu Kerja


Menurut Wignjosoebroto (1992), pengukuran waktu kerja merupakan usaha
untuk menentukan lamanya waktu kerja yang dibutuhkan seorang operator (terlatih)
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang
normal dalam lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu. Pada pengukuran kerja ada
waktu-waktu yang digunakan yaitu waktu baku dan waktu gerakan. Pengukuran waktu
kerja sendiri dibagi menjadi dua, yaitu pengukuran waktu kerja langsung dan
pengukuran waktu kerja tidak langsung.

2.1.1 Pengukuran Waktu Kerja Langsung


Menurut Sutalaksana (2006), menyatakan bahwa pengukuran waktu kerja
langsung adalah sebuah kegiatan yang mana datanya diperoleh secara langsung dari
suatu tempat yang diamati. Dalam pengukuran kerja secara langsung, terdapat dua cara
yaitu dengan memakai stop watch time study dan teknik sampling kerja.

2.1.1.1 Pengukuran Waktu dengan Stop Watch Time Study


Pengukuran waktu kerja dengan jam henti diperkenalkan pertama kali oleh
Frederick W. Taylor sekitar abad 19. Menurut Sutalaksana (1979), Pengukuran waktu
kerja dengan menggunakan (Stop Watch Time Study), dilakukan observasi langsung
dimana praktikan mengamati seorang pekerja, mencatat waktu dari apanyang sedang
dikerjakan dan mennetukan nilai pekerjaan tersebut. Alat pengukur waktu elektronik
sekarang yang sering digunakan adalah stopwatch konvensional.
Langkah-langkah pelaksanaan metode ini adalah sebagai berikut
(Wigjosoebroto, 2000):
1. Penetapan tujuan pengukuran
2. Memilih operator
3. Melatih Operator (Kondisi atau Cara Kerja yang Tidak Biasa)
Departemen Teknik Industri
Universitas Diponegoro
2018 5
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 1 – Time Motion Study
Kelompok 3

4. Mengurai Pekerjaan atas Elemen Pekerjaan


5. Menyiapkan Alat-Alat Pengukuran yang diperlukan.
6. Mengamati waktu kerja operator
7. Menentukan siklus kerja yang akan diamati dengan penentuan tingkat
ketelitian dan keyakinan.
8. Menentukan penyesuaian dan kelonggaran operator Rate performans ini
ditetapkan untuk semua elemen kerja yang ada. Jika ada elemen kerja
yang murni dijalankan oleh mesin maka performance dianggap normal
(100%)
9. Menghitung waktu baku

Dalam melakukan pengukuran kerja, aktivitas yang diukur dibagi menjadi


elemen – elemen yang lebih kecil berdasarkan aturan tertentu. Aturan tersebut adalah
(Wignjosoebroto, 2000):
1. Elemen – elemen kerja dibuat serinci dan sependek mungkin namun
masih mudah untuk diukur waktunya dengan teliti
2. Handling time seperti loading dan unloading time harus dipisahkan dari
machining time
3. Elemen – elemen kerja yang konstan harus dipisahkan dengan elemen
kerja yang variable.

2.1.1.2 Sampling Pekerjaan (Work Sampling)


Sampling kerja adalah teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan
terhadap aktivitas kerja dari operator. Istilah lain dari sampling kerja adalah Ratio
Delay Study atau Random Observation Method. Metode sampling kerja dikembangkan
berdasarkan hukum probabilitas atau sampling, oleh karena itu pengamatan terhadap
suatu objek yang ingin diteliti tidak perlu dilaksanakan secara menyeluruh melainkan
cukup dilaksanakan secara mengambil sampel pengamatan yang diambil secara acak.
Suatu sampel yang diambil secara acak dari suatu populasi besar akan cenderung
memiliki pola distribusi yang sama seperti yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Departemen Teknik Industri
Universitas Diponegoro
2018 6
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 1 – Time Motion Study
Kelompok 3

Semakin besar jumlah sampel yang diambil, perbedaan dengan populasinya akan
semakin kecil (Wignjosoebroto, 1995).
Banyaknya pengamatan yang harus dilakukan saat sampling kerja dipengaruhi
oleh 2 faktor, yaitu tingkat kepercayaan (Confidence Level) dan tingkat ketelitian
(Degree of Accuracy). Aplikasi Work Sampling dalam Industri, antara lain
(apk.lab.uii.ac.id):

1. Penetapan Waktu Baku


 Mengetahui prosentase antara aktivitas dan idle.
 Menetapkan waktu baku.
2. Penetapan Waktu Tunggu
 Menekan aktivitas idle sampai prosentase yang terkecil, yaitu dengan
memperbaiki metode kerja dan alokasi pembebanan mesin atau manusia
secara tepat.
3. Disiplin Kerja
 Dapat meningkatkan disiplin kerja karena Work Sampling dilakukan sacara
random.

2.1.2 Pengukuran Waktu Kerja Tidak Langsung


Menurut Sutalaksana (1979) pengukuran waktu kerja tidak langsung adalah
suatu metode untuk menentukan waktu baku yang data-datanya tidak langsung
dilakukan di tempat kerja tetatp cukup menggunakan data-data masa lampau yang telah
dibukukan untuk pekerjaan-pekerjaan sejenis. Beberapa metode pengukuran waktu
kerja tidak langsung, yaitu metode standar data formula, metode analisa regresi, dan
metode penetapan waktu baku dengan data waktu gerakan.

2.1.2.1 Pengukuran Kerja dengan Metode Standard Data Formula


Pengukuran kerja dengan metode standard data adalah beberapa aktifitas
pengukuran kerja yang dilaksanakan hanya untuk satu jenis operasi tertentu saja dan
sama sekali tidak ada pemikiran jauh bahwa data yang diperoleh akan bisa
Departemen Teknik Industri
Universitas Diponegoro
2018 7
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 1 – Time Motion Study
Kelompok 3

dimanfaatkan untuk operasi kerja lainnya. Langkah ini tentunya tidak efisien, kerena
bagaimanapun berbagai macam pekerjaan/operasi akan memiliki elemen-elemen kerja
yang sama. Kelebihan metode – metode pengukuran kerja standard data adalah
(library.binus.ac.id):
 Sangat sederhana
 Lebih mudah dan cepat dilaksanakan
 Mengurangi aktivitas-aktivitas pengukuran kerja tertentu
 Mempercepat proses yang diperlukan untuk menetapkan waktu baku
 Cenderung memberikan ketelitian dan konsistensi terhadap waktu baku yang
dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan

2.1.2.2 Pengukuran Kerja dengan Metode Analisa Regresi


Pengukuran kerja dengan metode ini menggunakan sejumlah data waktu yang
diperoleh melalui beberapa percobaan, dan dikaitkan dengan beberapa variabel tertentu,
metode analisa regresi berguna untuk menyederhanakan pengukuran waktu dengan
metode standar data yang dibutuhkan apabila elemen kerja yang diukur tidak berupa
variabel tertentu. Kasus-kasus yang sering terjadi dimana elemen kerja tidak berupa
variabel-variabel yang sama dengan yang telah didefinisikan dalam formula. Contohnya
pada aktivitas pengukuran waktu kerja telah dilakukan terhadap kegiatan pemasangan
lembaran atap asbes dalan konstruksi bangunan perumahan. Operator akan meletakkan
atap asbes tersebut pada posisi tertentu yang dikehendaki, membuat beberapa lubang
(drilling) dan kemudian mengencangkannya dengan menggunakan baut berulir. Dari
hasil studi diperoleh data yang menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk
proses pengerjaan pembuatan lubang dan atau pengencangan ulir akan bervariasi. Bila
data waktu tersebut kemudian diplotkan akan diperoleh kecenderungan bahwa polanya
akan berupa garis lurus. Kondisi tersebut yang disebut dengan regresi linear
(dinus.ac.id).

2.1.2.3 Penetapan Waktu Baku dengan Data Waktu Gerakan

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2018 8
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 1 – Time Motion Study
Kelompok 3

Pengukuran waktu baku dengan data waktu gerakan merupakan waktu yang
tidak langsung berdasarkan elemn-elemen pekerjaannya, melainkaj berdasarkan elemen-
elemen gerakannya. Elemn gerakan timbul dari konsep Therbligs. Menetapkan waktu
baku dengan pengukuran metode ini menggunakan data waktu gerakan yang teridri atas
sekumpulan data waktu dan prosedur sistematis yang dilakukan dengan menganalisa
dan membagi setiap operasi kerja yang dilakukan secara manual kedalam gerakan-
gerakan kerja, gerakan anggota tubuh atau gerakan manual lainnya. Pengukuran waktu
kerja tidak langsung dengan data waktu gerakan dibagi atas beberapa metode, yaitu
(library.binus.ac.id) :
 Analisa waktu gerakan (motion time analysis)
 Waktu gerakan baku (motion time standard)
 Waktu gerakan dimensi (dimention motion time)
 Faktor-faktor kerja (work factor)
 Pengukuran waktu gerakan (motion time measurement)

2.2 Gerakan Fundamental (Therblig’s)


Gerakan Therblig merupakan suatu studi analisa mengenai 17 elemen dasar
gerakan-gerakan tangan yang ditemukan oleh Gilberth L Frankling. Dari 17 gerakan
terbagi gerakan efektif dan tidak efektif(inefektif), berikut adalah klasifikasinya
(Wignjosoebroto, 2003):
1. Gerakan efektif (Effective Therblig)
Terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Physical Basic Division
 Grasp (Memegang)
 Released Load (Melepas)
 Pre-Position (PengarahanSementara)
 Transport Empty (Menjangkau)
 Move (Membawa)

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2018 9
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 1 – Time Motion Study
Kelompok 3

b. Objective Basic Division


 Use (Memakai)
 Assemble (Merakit)
 Disassemble (Lepas Rakit)
2. Gerakan tidak efektif
Terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Mental atau Semi Mental Basic Division
 Position (Pengarahan)
 Plan (Merencanakan)
 Search (Mencari)
 Select (Memilih)
 Inspect (Memeriksa)
b. Delay
 Unavoidable Delay(Keterlambatan tak Terhindar)
 Avoidable Delay (Keterlambatan Terhindar)
 Rest to Overcome Fatigue (Istirahat menghilangkan lelah)

2.3 Prinsip-Prinsip Ekonomi Gerakan


Dalam melakukan analisa dan evaluasi metode kerja untuk mendapatkan metode
kerja yang lebih efisien dibutuhkan pertimbangan terhadap prinsip-prinsip ekonomi
gerakan sehingga akan didapatkan metode kerja yang lebih efisien. Apabila prinsip
ekonomi kerja dihubungkan dengan penggunaan anggota tubuh manusia maka :
 Prinsip Ekonomi gerakan dihubungkan dengan penggunaan
badan/anggotatubuh manusia
 Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tempat kerja berlangsung.
 Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan desain peralatan kerja yang
dipergunakan.

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2018 10
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 1 – Time Motion Study
Kelompok 3

Untuk mendapatkan gerakan yang efektif dilakukan eliminasi gerkan sebagai


berikut :
 Eliminasi penggunaan tenaga otot untuk melaksanakan kegiatan statis atau
fixed position. Demikian pula sebisa mungkin menggunakan tenaga mesin
(mekanisasi) seperti power tools, power feeds.
 Eliminasi semua kegiatan/aktivitas yang membutuhkan langkah-langkah
atau gerakan-gerakan (berkaitan dengan aplikasi anggota badan,
kaki,lengan,tangan, dll)
 Eliminasi kondisi yang tak beraturan dalam setiap kegiatan. Letakkan
segala material/komponen pada lokasi yang tetap.
 Eliminasi penggunaan tangan (baik satu atau keduanya) sebagai holding
device, karena dapat mennimbulkan kerja kedua tangan tidak setimbang.
 Eliminasi waktu kosong (idle time) atau waktu menunggu (delay time)
dengan membuat perencanaan/penjadwalan kerja sebaik-baiknya.
Perhitungan waktu istirahat dan waktu tunggu dapat disesuaikan dengan
tingkat kemampuan operator guna melepaskan lelah.
Untuk menambah tingkat efektifitas, kombinasi gerakan dengan
menggantikan/kombinasikan gerakan-gerakan yang singkat atau terputus-putus dan
cenderung berubah-ubah arahnya dengan sebuah gerakan yang kontinyu, tidak patah-
patah serta cenderung membentuk sebuah kurva. Mengkombinasikan beberapa
aktivitas/fungsi dapat dilakukan dengan peralatan kerja yang “multi purpose”. Pola
gerakan kerja yang simultan dan simetris akan mengahsilkan gerakan yang paling
efektif (Wignjosoebroto, 2000).

2.4 Uji Keseragaman dan Kecukupan Data


Uji keseragaman data dilakukan untuk mengetahui tingkat keyakinan tertentu
data yang diperoleh seluruhnya berada dalam batas kontrol. Data yang terlalu ekstrim
akan dibuang dan tidak dimasukkan dalam perhitungan selanjutnya. Batas kontrol
terbagi atas dua jenis, yakni (personal.its.ac.id):
a. Batas Kontrol Atas (BKA) atau Upper Control Limit (UCL)
Departemen Teknik Industri
Universitas Diponegoro
2018 11
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 1 – Time Motion Study
Kelompok 3

BKA=X + KσX ……......………..………...…….. (2.1)


b. Batas Kontrol Bawah (BKB) atau Lower Control Limit (LCL)
BKA=X −KσX………........…...………..…. (2.2)
Dengan harga K (tingkat kepercayaan) berkisar 99 %, harga K = 3
Batas Kontrol Atas (BKA) = X + 3(SD)
Batas Kontrol Bawah (BKB)= X - 3(SD)
Uji kecukupan data bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil pengukuran
dengan tingkat kepercayaan dan tingkat ketelitian tertentu jumlahnya telah memenuhi
atau tidak. Untuk menetapkan berapa jumlah pengamatan yang seharusnya dibuat (N1) ,
maka terlebih dahulu harus ditetapkan tingkat kepercayaan (confidence level) dan
derajat ketelitian (degree of accuracy) untuk pengukuran rancangan.
k 2

s

N ∑ X 2−( ∑ X )
………...………..………..…….. (2.3)
N '=
(∑ X )
Keterangan:
N = Jumlah data yang didapat
X = Data yang didapat dari pengamatan
N’= Jumlah pengamatan yang diperlukan
k = harga tingkat kepercayaan (index confidence)
s = tingkat ketelitian

2.5 Melakukan Pengukuran Waktu


2.5.1 Waktu Siklus
Waktu siklus adalah Waktu penyelesaian satu satuan produksi mulai dari bahan
baku atau mulai diproses di tempat kerja yang bersangkutan.Waktu Siklus terdiri dari
dua komponen, yaitu waktu proses (processing time) dan penundaan waktu
(nonprocessing time). Waktu proses mencakup semua aktivitas yang mengubah input
menjadi output. Penundaan waktu mencakup aktivitas seperti menunggu, menyimpan
dan aktivitas-aktivitas ini biasanya diklasifikasikan sebagai bukan nilai tambah. Untuk
menghitung waktu siklus, digunakan rumus (Sutalaksana,1979):

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2018 12
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 1 – Time Motion Study
Kelompok 3

Σx
X= ………...………..………..…….. (2.4)
n

Keterangan:
X = Waktu Siklus
x = Waktu pengamatan
n= Jumlah pengamatan yang dilakukan

2.5.2 Performance Rating dengan Metode Westing House


Westinghouse mengerahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan
kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja yaitu (library.binus.ac.id):
 Keterampilan adalah sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang
ditetapkan.
 Usaha adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan operator ketika
melakukan pekerjaannya.
 Konsistensi adalah waktu penyelesaian yang selalu tetap dari satu waktu ke
waktu lain.
 Kondisi kerja adalah kondisi fisik lingkungan seperti keadaan pencahayaan,
temperatur dan kebisingan ruangan.

Nilai-nilai yang diberikan bagi setiap kelas dari faktor dapat dilihat dibawah ini:
Tabel 2.1 Performance Rating dengan Metode Westing House
Faktor Kelas Lambang Penyesuaian
Superfas
A1 + 0,15
t
Keterampilan A2 + 0,13
Excelent B1 + 0,11
B2 + 0,08

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2018 13
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 1 – Time Motion Study
Kelompok 3

Tabel 2.1 Performance Rating dengan Metode Westing House(Lanjutan)


Good C1 + 0,06
C2 + 0,03
Average D 0,00
Usaha Fair E1 - 0,05
E2 - 0,10
Poor F1 - 0,16
F2 - 0,22
Lamban
Faktor Kelas Penyesuaian
g
Excessiv
A1 + 0,13
e
A2 + 0,12
Excellent B1 + 0,10
B2 + 0,08
Good C1 + 0,05
Usaha C2 + 0,02
Average D 0,00
Fair E1 - 0,04
E2 - 0,08
Poor F1 - 0,12
F2 - 0,17
Ideal A + 0,06
Excellent B + 0,04
Kondisi Kerja Good C + 0,02
Average D 0,00
Fair E - 0,03
Poor F - 0,07
Perfect A + 0,04
Konsistensi Excellent B + 0,03
Good C + 0,01

Tabel 2.1 Performance Rating dengan Metode Westing House(Lanjutan)


Average D 0,00
Fair E - 0,02

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2018 14
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 1 – Time Motion Study
Kelompok 3

Poor F - 0,04

2.5.3 Waktu Normal


Waktu normal adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang diselesaikan oleh
pekerjadalam kondsi wajar dan kemampuan rata-rata. Adapun pembagian faktor
penyesuaian,yaitu (Wignjosoebroto, 2005):
• p = 1 / p = 100% berarti bekerja normal
• p > 1 / p > 100% berarti bekerja cepat
• p < 1 / p < 100% berarti bekerja lambat
Untuk menghitung waktu normal, digunakan rumus :
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙= Waktu Pengamatan×Rating factor % 100% ....................(2.5)

2.5.4 Allowance
Kelonggaran (allowance) adalah waktu yang diberikan kepada pekerja untuk
menyelesaikan pekerjaannya diluar waktu normal.
Allowance terbagi menjadi:
 Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
 Kelonggaran untuk menghilangkan rasa lelah ( fatigue )
 Kelonggaran yang tidak dapat dihindarkan
Allowance yang umum digunakan adalah 10% (untuk bidang manufaktur) sampai
dengan 20%-25% (untuk Departemen/Instansi Pemerintah) dari total  jam kerja sehari.
Contoh Allowance: Minum sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke toilet,
ngobrol dengan teman sekerja sekadar untuk menghilangkan ketegangan atau
kejenuhuan kerja, dan lain-lain (Modul Praktikum PSKE, 2018).

2.5.5 Waktu Baku


Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang
dengan tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Untuk
mengetahui waktu baku, maka waktu siklus dan waktu normal harus diketahui terlebih

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2018 15
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 1 – Time Motion Study
Kelompok 3

dahulu. Manfaat dari waktu baku adalah sebagai berikut (Modul Praktikum PSKE,
2018):
a.   Man Power Planning.
b.   Estimasi biaya untuk upah kerja.
c.   Penjadwalan produksi dan penganggaran.
d.   Indikasi output yang mampu dihasilkan oleh pekerja.
e. Perencanaan sistem pemberian bonus dan intsestif bagi pekerja yang
berprestasi.
Rumus yang digunakan untuk menghitung waktu baku:
Wb = Wn + (Wn × ℓ) .......................................(2.6)
Keterangan :  
Wb  = waktu baku
Wn  = waktu normal
ℓ     = kelonggaran

2.5.6 Output Standard


Validitas hasil penetapan waktu ataupun output standar akan sangat tergantung
pada hasil (data) waktu pengamatan atau pengukuran yang diperoleh. Tingkat ketelitian
data yang diperoleh akan mempengaruhi hasil penetapan standar-standar tersebut.
Sebelum mengggunakan data waktu pengamatan yang umumnya diperoleh melalui
beberapa kali siklus pengukuran seharusnya terlebih dulu dilakukan pengujian untuk
melihat apakah jumlah pengamatan/pengukuran yang telah dilaksanakan tersebut telah
menghasilkan data yang cukup teliti atau tidak. rumus yang digunakan untuk
menghitung output standar adalah sebagai berikut (Wignjosoebroto, 1992):
1
Output standar= ………...………..………..…….. (2.7)
waktu standar

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2018 16

Anda mungkin juga menyukai