Anda di halaman 1dari 14

TUGAS 8

PSIKOLOGI REMAJA

PERKEMBANGAN MORAL REMAJA

Dosen Pengampu

Prof. Dr. Neviyarni S, M.S., Kons.

Oleh

Irfan Ath’ Thariq

(19006088)

BIMBINGAN DAN KONSLING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................i

MIND MAPPING..............................................................................................ii

PRKEMBANGAN INTELEKTUAL REMAJA............................................1

A. PENGERITAN PERKEMBANGAN MORAL DAN


MORALITAS..........................................................................................1
B. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN MORAL...................................1
C. KEKHASAN PERKEMBANGAN MORAL
REMAJA.................................................................................................3
D. USAHA-USAHA KONSELOR SEKOLAH DALAM
MENGAKTIVASI PERKEMBANGAN MORAL
REMAJA.................................................................................................4
E. SUMBER-SUMBER MORALITAS SELAMA
MASA REMAJA.....................................................................................4
F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN MORAL REMAJA...............................................5
G. USAHA-USAHA KONSELOR SEKOLAH DALAM
MENGAKTIVASI PERKEMBANGAN MORAL
REMAJA.................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................7

PERTANYAAN.................................................................................................8

A. PILIHAN GANDA..................................................................................8
B. Essay........................................................................................................9

YEL-YEL.........................................................................................................10

i
1. Tahap sensori motoris
PENGERITAN PERKEMBANGAN
INTELKTUAL 2. Tahap praoperasional
3. Tahap operasional konkret
4. Tahap operasional formal

Intelektual adalah orang yang


menggunakan kecerdasannya untuk
bekerja, belajar, membayangkan,
mengagas, atau menyoal dan
menjawab persoalan tentang berbagai
gagasan

PERKEMBANGAN INTELEKTUAL
REMAJA

ii
PERKEMBANGAN INTELEKTUAL
REMAJA

KEKHASAN
USAHA KONSELOR

kesadaran pendidik terhadap


kemampuan intelektual setiap
Rasa ingin tahu yang besar peserta didik harus dipupuk
karena reamaja berada pada dan dikembangkan agar
perkembangan kognitif yang potensi yang dimiliki setiap
fleksibel, maka remaja individu terwujud sesuai
memiliki rasa ingin tahu dengan perbedaan masing-
yang besar. masing.

iii
A. PENGERITAN PERKEMBANGAN MORAL DAN MORALITAS
Kata moral berasal dari bahasa latin mos (jamak mores) yang berarti
kebiasaan, adat Moral merupakan suatu standart salah atau benar bagi
seseorang. Kata moral sendiri berasal dari bahasa Latin moris yang berarti
adat istiadat, kebiasaan, tata cara dalam kehidupan. Jadi suatu tingkah laku
dikatakan bermoral apabila tingkah laku itu sesuai dengan nilai – nilai moral
yang berlaku dalam kelompok sosial dimana anak itu hidup.
Kata moral juga sering dikembangkan menjadi kata ‘Moralitas’ (berasal
dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama
dengan moral, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang ‘moralitas
suatu perbuatan’,artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya
perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan
nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. Jadi moralitas merupakan suatu
kesepakatan tentang nilai-nilai moral dari suatu kelompok sosial. Perilaku
bermoral artinya perilaku-perilaku yang disepakati oleh kelompok sosialnya,
sedangkan perilaku tidak bermoral adalah perilaku yang menyimpang dari
harapan kelompok. Menurut Harlock 1956 ( Ahmad Susanto, 2015: 404)
Moralitas yang sebenarnya adalah perilaku yang sesuai dengan ketegasan
setandar sosial dan berasal dari masa peralihan dari faktor eksternal
kesadaran internal dan konsisten dilakukan.

B. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN MORAL


Menurut (Gunarsa, Y.S.D. dan Gunarsa, S.D. 1991) ada beberapa tahap
perkembangan moral, diantaranya :

1. Tahap Pra-Konvensional (Pre-Conventional Morality)


Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada
anak-anak, walaupun orang dewasa juga dapat menunjukkan penalaran
dalam tahap ini. Seseorang yang berada dalam tingkat pra-konvensional
menilai moralitas dari suatu tindakan berdasarkan konsekuensinya
langsung.

1
Tingkat pra-konvensional terdiri dari dua tahapan awal dalam
perkembangan moral, dan murni melihat diri dalam bentuk egosentris.
Ketika berada dalam suatu tekanan, maka individu akan menuruti
perintah/peraturan guna menghindari hukuman (punishment) dan ingin
memperoleh suatu hadiah (reward).
a. Pada Fase 1, individu-individu memfokuskan diri pada konsekuensi
langsung dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri. Sebagai
contoh, suatu tindakan dianggap salah secara moral bila orang yang
melakukannya dihukum.
b. Pada Fase 2, perilaku yang benar didefinisikan dengan apa yang
paling diminatinya
2. Tahap Perkembangan Konvensional (Morality of Conventional Role
Conformity)
Individu sebenarnya telah menginternalisasikan nilai – nilai dari
pihak orangtua dan guru. Mereka mulai memperhatikan sifat – sifat yang
baik yang disenangi dan diharapkan oleh orang lain. Mereka ingin
menjadi goodboy atau goodgirl. Agar dikatakan sebagai anak yang baik,
maka individu akan melakukan tindakan – tindakan yang menyenangkan
orang lain.
Tujuannya, agar dirinya mudah diterima dalam lingkungan sosial
masyarakat. Tingkat konvensional umumnya ada pada seorang remaja
atau orang dewasa Tingkat konvensional terdiri dari tahap ketiga dan
keempat dalam perkembangan moral.
a. Pada Fase 3, seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran
sosial. Individu mau menerima persetujuan atau ketidaksetujuan dari
orang-orang lain karena hal tersebut merefleksikan persetujuan
masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Keinginan untuk
mematuhi aturan dan otoritas ada hanya untuk membantu peran
sosial yang stereotip ini. Maksud dari suatu tindakan memainkan
peran yang lebih signifikan dalam penalaran di fase ini mereka
bermaksud baik.

2
b. Pada Fase 4, penting untuk mematuhi hukum, keputusan, dan
konvensi sosial karena berguna dalam memelihara fungsi dari
masyarakat. Penalaran moral dalam tahap empat lebih dari sekedar
kebutuhan akan penerimaan individual seperti dalam tahap tiga
3. Tahap Pasca-Konvensional (Morality of Autonomy Moral Principles)
Orang mulai menyadari adanya konflik antara standar nilai moralitas
dengan pertimbangan prinsip kebenaran, kejujuran, dan keadilan. Jadi, ia
sudah mampu menilai dan mengevaluasi suatu tindakan/keputusan itu
benar atau salah menurut pertimbangan hati nurani. Ia berani mengambil
resiko terhadap keputusan dan tindakannya secara terbuka. Ia tidak lagi
takut terhadap ancaman atau berkeinginan supaya memperoleh
pengakuan sosial dari orang lain.
Tingkatan pasca konvensional, juga dikenal sebagai tingkat berprinsip,
terdiri dari tahap lima dan enam dari perkembangan moral.
a. Pada Fase 5, individu-individu dipandang sebagai memiliki
pendapat-pendapat dan nilai-nilai yang berbeda, dan adalah penting
bahwa mereka dihormati dan dihargai tanpa memihak.
Permasalahan yang tidak dianggap sebagai relatif seperti kehidupan
dan pilihan jangan sampai ditahan atau dihambat.
b. Pada Fase 6, penalaran moral berdasar pada penalaran abstrak
menggunakan prinsip etika universal. Hukum hanya valid bila
berdasar pada keadilan, dan komitmen terhadap keadilan juga
menyertakan keharusan untuk tidak mematuhi hukum yang tidak
adil.

C. KEKHASAN PERKEMBANGAN MORAL REMAJA


Santrock, John W, 2007: 274, Remaja berbeda pada taraf perkembangan
moral otonom. Sebagaimana yang dijelaskan Piaget bahwa remaja akan
menjalani hukum berdasarkan kesepakatan bersama. Moral akan berjalan
sesuai dengan kesadaran masyarakat. Moral dibentuk demi kebahagiaan dan
kesejahteraan kehidupan. Remaja menyadari bahwa pelanggaran moral itu
akan diberi sanksi sesuai dengan kesalahan yang dilakukan. Sanksi moral

3
dapat dilihat dengan kasat mata, namun ada juga secara abstrak seperti sanksi
berupa dosa. Semakin tinggi kemampuan kognitif remaja, semakin tinggi
pemahamannya tentang moral. Sehingga remaja akan menuntut kepuasan dan
ketentraman hidup serta keadilan.
Remaja akan meniru lingkungan sekitarnya, remaja akan mudah meniru
lingkungan terdekat yaitu lingkungan keluarga dan guru. Oleh karena itu,
orang tua dan guru harus memiliki moral yang baik dihadapan remaja.

D. USAHA-USAHA KONSELOR SEKOLAH DALAM MENGAKTIVASI


PERKEMBANGAN MORAL REMAJA
Santrock, John W, 2007 : 276, Suatu sistem sosial yang paling awal
beruasaha menumbuhkembangkan sistem nilai, moral, dan sikap kepada anak
adalah keluarga. Ini didorong oleh keinginan dan harapan orang tua yang
cukup kuat agar anaknya tumbuh dan berkembang menjadi individu yang
memiliki dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur, mampu membedakan yang
baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, yang boleh dan yang tidak
boleh dilakukan, serta memiliki sikap dan perilaku yang terpuji sesuai dengan
harapan orang tua, masyarakat sekitar, dan agama. Melalui proses pendidikan,
pengasuhan, pendampingan, pemerintah, larangan, hadiah, hukuman, dan
intervensi edukatif lainnya, para orang tua menanamkan nilai-nilai luhur,
moral, dan sikap yang baik bagi anak-anaknya agar dapat berkembang
menjadi generasi penerus yang diharapkan.

E. SUMBER-SUMBER MORALITAS SELAMA MASA REMAJA


Santrock, John W, 2007 : 277-279 Sumber-sumber Moralitas adalah :
1. Agama
Yang dapat digunakan sebagai acuan dalam berperilaku. Agama
mengajarkan banyak tentang moral.
2. Orang tua
Orang tua juga berperan penting sebagai sumber moralitas remaja,
orang tua mengajarkan moral terhadap anaknya.

4
Ada tiga tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas remaja dewasa,
yaitu:

1. Mengganti konsep moral khusus dengan konsep moral umum.


2. Merumuskan konsep moral yang baru dikembangkan ke dalam kode
moral sebagai kode prilaku.
3. Melakukan pengendalian terhadap perilaku sendiri.

Perkembangan moral adalah salah satu topik tertua yang menarik minat
mereka yang ingin tahu mengenai sifat dasar manusia. Kini kebanyakan orang
memiliki pendapat yang kuat mengenai tingkah laku yang dapat diterima dan
yang tidak dapat di terima, tingkah laku etis dan tidak etis, dan cara-cara yang
harus dilakukan untuk mengajarkan tingkah laku yang dapat diterima dan etis
kepada remaja.

F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN


MORAL REMAJA
Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh
lingkungannya. Anak memperoleh nilanilai moral dari lingkungannya,
terutama dari orangtuanya. Dia belajar untuk mengenal nlai-nilai dan
berprilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Dalam mengembangkan nilai
moral anak, peranan orangtua sangatlah penting, terutama pada waktu anak
masih kecil. Beberapa sikap orangtua yang perlu diperhatikan sehubungan
dengan perkembangan moral anak , diantaranya sebagai berikut :
1. Konsisten dalam mendidik anak
2. Sikap orangtua dalam keluarga
3. Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut
4. Sikap konsisten orangtua dalam menerapkan norma
5. Perkembangan Kognitif Umum
6. Penggunaan Rasio dan Rationale
7. Isu dan Dilema Moral
8. Perasaan Diri

5
G. USAHA-USAHA KONSELOR SEKOLAH DALAM MENGAKTIVASI
PERKEMBANGAN MORAL REMAJA
Santrock, John W, 2007 : 276, Suatu sistem sosial yang paling awal
beruasaha menumbuhkembangkan sistem nilai, moral, dan sikap kepada anak
adalah keluarga. Ini didorong oleh keinginan dan harapan orang tua yang
cukup kuat agar anaknya tumbuh dan berkembang menjadi individu yang
memiliki dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur, mampu membedakan yang
baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, yang boleh dan yang tidak
boleh dilakukan, serta memiliki sikap dan perilaku yang terpuji sesuai dengan
harapan orang tua, masyarakat sekitar, dan agama. Melalui proses pendidikan,
pengasuhan, pendampingan, pemerintah, larangan, hadiah, hukuman, dan
intervensi edukatif lainnya, para orang tua menanamkan nilai-nilai luhur,
moral, dan sikap yang baik bagi anak-anaknya agar dapat berkembang
menjadi generasi penerus yang diharapkan.

6
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Susanto. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran Disekolah Dasar.


Jakarta : Prenada Media

Gunarsa, S.D, Gunarsa, Y.S.D. 1991. Psikologi Untuk Membimbing.


Yogyakarta : BPK Gunung Mulia
Harlock, Elizabeth. B. 1998. Psikologi Perkembangan Suatu
PensekatanSepanjang Rentang Pendidikan. Jakarta: Erlangga

7
PERTANYAAN

A. Pilihan ganda
1. Moral berasal dari kata mos(Jamak Mores) yang berarti....
a. Kehidupan
b. Kematian
c. Kebiasaan
d. Adat
e. Istiadat
2. Berapa fase kah jumlah tahap perkembangan moral
a. 5
b. 6
c. 7
d. 8
e. 9
3. Salah satu Sumber-sumber moralitas yaitu sebagai berikut....
a. Agama
b. Masyarakat
c. Teman
d. Peliharaan
e. Presiden
4. Salah satu yang mempengeruhi perkembangan moral yaitu....
a. Rumah
b. Lingkungan
c. Handphone
d. Pakaian
e. Makanan
5. Sikap orang tua yang harus diterapkan sehubung dengan perkembangan
moral anak yaitu, Kecuali....
a. Konsisten
b. Pengamalan agama yang baik
c. Meminta bayaran
d. Menerapkan norma

8
e. Tegas
B. Essay
1. Apa perbedaan perilaku bermoral dan tidak bermoral?
Jawab
Perilaku bermoral artinya perilaku-perilaku yang disepakati oleh
kelompok sosialnya, sedangkan perilaku tidak bermoral adalah perilaku
yang menyimpang dari harapan kelompok
2. Sebutkan tiga tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas remaja
dewasa!
Jawab
4. Mengganti konsep moral khusus dengan konsep moral umum.
5. Merumuskan konsep moral yang baru dikembangkan ke dalam kode
moral sebagai kode prilaku.
Melakukan pengendalian terhadap perilaku sendiri

9
YEL-YEL

HARI INI ADALAH HARI JUM AT

KITA BLAJAR PSIKOLOGI REMAJA

TENTANG PERKEMBANGAN MORAL REMAJA

SEMOGA DAPAT MEJADI AMAL IBADAH

10

Anda mungkin juga menyukai