Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH RENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT

TERHADAP INSOMNIA PADA LANSIA

Jurnal Publikasi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir


Dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi DIII Keperawatan

Disusun Oleh :
PRISKA AGUSTINA
2016.011906

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN (ITS)


PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
PENGARUH RENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT
TERHADAP INSOMNIA PADA LANSIA

Priska Agustina1, Ida Untari2, Yuli Widyastuti3


1
Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan ITS PKU Muhammadiyah Surakarta
2
Dosen DIII Keperawatan Institut Teknologi Sains dan Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta
3
Dosen DIII Keperawatan Institut Teknologi Sains dan Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta
JL.Tulang Bawang Selatan No.26 Tegalsari RT 02 RW 32, Kadipiro, Surakarta
*Email: priskaagustina43@gmail.com

Kata Kunci Abstrak

Rendam Air Latar Belakang : Insomnia adalah ketidakmampuan seseorang untuk


Hangat, memenuhi kebutuhan tidur, dan merupakan salah satu masalah kesehatan
Insomnia, yang terjadi pada lansia. Menurut WHO, pravelensi gangguan tidur pada
lansia diantaranya yaitu sekitar 67 %. Penanganan insomnia secara
Lansia..
nonfarmakologi dapat dilakukan dengan hidroterapi rendam kaki dengan
air hangat. Air hangat mampu memberikan efek relaksasi yang
menyebabkan rasa rileks dan meimbulkan efek sopartifik (ingin tidur).
Tujuan : Mengetahui pengaruh rendam kaki dengan air hangat terhadap
insomnia pada lansia. Metode Penelitian : Metode penelitian
menggunakan quasi eksperimen dengan pendekatan Pretest and Posttest
Design. Pengambilan sampel menggunakan teknik Accidental Sampling
dengan jumlah 36 responden yang telah sesuai dengan kriteria inklusi dan
eksklusi. Intervensi diberikan selama 5 hari berturut-turut. Instrumen yang
digunakan adalah kuisioner KSPBJ-Insomnia Rating Scale dan Sandar
Operasional Prosedur (SOP) rendam kaki. Teknik analisis yang digunakan
adalah uji Wilxocon test. Hasil : Air hangat mampu merelaksasikan tubuh
dan memberikan efek sopartifik (ingin tidur). Skala insomnia sebelum
dilakukan rendam kaki dengan air hangat paling banyak terjadi pada
insomnia berat (55.6%), setelah pemberian rendam kaki dengan air hangat
paling banyak terjadi adalah insomnia ringan (50%). Sebanyak 31
responden mengalami penurunan insomnia. Terdapat pengaruh rendam
kaki dengan air hangat terhadap insomnia pada lansia dengan hasil
p=0.000 pada signifikan 5%. Kesimpulan : Terdapat pengaruh rendam
kaki dengan air hangat terhadap insomnia pada lansia..
EFFECT OF FOOT LAMPS WITH WARM WATER AGAINST
INSOMNIA IN ELDERLY

Keywords Abstract

Foot Soak, Background : Insomnia is a person's inability to meet sleep needs, and is one
Insomnia, of the health problems that occur in the elderly. According to the WHO, the
Elderly. pravelence of sleep disorders in the elderly is around 67%. Handling non-
pharmacological insomnia can be done by hydrotherapy soak the feet with
warm water. Warm water can provide a relaxing effect that causes a sense of
relaxation and creates a sopartific effect (wanting to sleep). Objective : To
find out the effect of foot soak with warm water on insomnia in the elderly.
Research Methods: The research method used quasi experiment with Pretest
and Posttest Design approach. Sampling uses Accidental Sampling
techniques with a total of 36 respondents who are in accordance with
inclusion and exclusion criteria. Interventions are given for 5 consecutive
days. The instrument used was the KSPBJ-Insomnia Rating Scale and Sandar
Operational Procedure (SOP) questionnaire. The analysis technique used is
the Wilxocon test. Results : Warm water can relax the body and give
sopartific effects (want to sleep). The scale of insomnia before soaking the
feet with warm water is most prevalent in severe insomnia (55.6%), after the
administration of foot baths with warm water occurs most often is mild
insomnia (50%). A total of 32 respondents experienced a decrease in
insomnia. There was an effect of soaking feet with warm water on insomnia
in the elderly with the results of p = 0.000 at a significant 5%. Conclusion:
There is an effect of soaking feet with warm water on insomnia in the elderly.

1. PENDAHULUAN rutin setiap harinya. Setelah beraktivitas


Proses menua adalah proses alami manusia membutuhkan waktu untuk
yang disertai adanya penurunan kondisi fisik mengembalikan fungsi normal tubuh, salah
dimana terlihat dari penurunan fungsi organ satunya dengan tidur. Sebagian orang
tubuh. Bertambahnya umur manusia, akan mengeluhkan tidak bisa tidur dimalam hari.
terjadi proses penuaan dengan diikuti Kasus ini paling sering terjadi pada usia
berbagai permasalahan kesehatan terutama lanjut (Gumilar, 2015). Hal ini dibuktikan
secara degeneratif yang berdampak pada dalam penelitian Anwar (2010) pada seorang
perubahan diri manusia baik secara fisik, lansia berusia 66 tahun dengan indikasi
kognitif, perasaan dan sosial adanya gangguan tidur, hasilnya
(Lendengtariang, 2018). Semakin menunjukkan bahwa gangguan tidur yang
bertambahnya umur manusia, akan terjadi dialami subyek sudah sangat mengganggu,
proses penuaan dengan diikuti berbagai bahkan obat tidur yang diminumnya dosisnya
permasalahan kesehatan terutama secara semakin tinggi. Penelitian lain oleh Hidayati
degeneratif yang berdampak pada perubahan- dan Khasanah (2012) juga menemukan
perubahan pada diri manusia baik dari bahwa dari 97 orang lansia, 68 responden
perubahan fisik, kognitif, perasaan, sosial, (70,1%) mempunyai kualitas tidur buruk.
dan seksual (Prananto, 2016). Keluhan tidur yang biasa terjadi pada
Tidur menjadi kebutuhan setiap lansia adalah kesulitan untuk memulai tidur,
manusia dan merupakan suatu siklus yang kesulitan untuk tetap tertidur, terbangun lebih
awal, dan mengantuk yang berlebihan. Tidur meditasi, terapi tertawa, akupuntur,
yang kurang merupakan karakteristik kondisi aromaterapi, refleksiologi, dan hidroterapi
medis yang terjadi pada lansia (Prananto, 2016).
(Lendengtariang, 2018). Hidroterapi adalah penggunaan air
Menurut WHO, pravelensi gangguan untuk menyembuhkan dan meringankan
tidur pada lansia diantaranya yaitu sekitar 67 berbagai keluhan. Air dimanfaatkan sebagai
% (seoud et al, 2014). Biasanya masalah yang pemicu untuk memperbaiki tingkat kekuatan
sering muncul pada lansia yang mengalami dan ketahanan terhadap penyakit. Pengaturan
insomnia yaitu kesulitan untuk tidur, sering sirkulasi tubuh dengan menggunakan terapi
terbangun lebih awal, sering terbangun pada air dapat menyembuhkan berbagai penyakit
malam hari, kesulitan berkonsentrasi, dan seperti demam, radang paru-paru, sakit
mudah marah (Azizah, 2011). kepala dan insomnia. Terapi air hangat
Insomnia merupakan salah satu berdampak fisiologis bagi tubuh terutama
masalah kesehatan yang terjadi pada lansia, pada pembuluh darah agar sirkulasi darah
sekitar 50% lansia usia >60 tahun lancar, dengan gangguan encok dan rematik
mengeluhkan terjadinya insomnia. sangat baik jika terapi air hangat, air
Ketidakmampuan untuk tidur walaupun ada mempunyai dampak positif terhadap otot
keinginan untuk melakukannya sering dan jantung dan paru-paru. Air hangat membuat
rentan terjadi pada lansia dikarenakan adanya kita merasa santai, meringankan sakit dan
perubahan pola tidur, sering terbangun, tegang pada otot dan memperlancar
ketidakmampuan kembali tidur dan terbangun peredaraan darah. Maka dari itu, rendam kaki
pada dini hari. Insomnia adalah suatu dengan air hangat mampu membantu
keadaan yang menyebabkan individu tidak menghilangkan stres dan membuat kita tidur
mampu mendapatkan tidur yang adekuat, lebih mudah. Air untuk terapi ditetapkan pada
baik secara kualitas maupun kuantitas suhu 33°C sampai 39°C diatas suhu tubuh
sehingga individu tersebut hanya tidur sehingga pasien merasa nyaman (Pranoto,
sebentar atau susah tidur (Lendengtariang, 2016)
2018). Rendam air hangat pada kaki
Penanganan insomnia dapat merupakan teknik stimulasi tidur yang
dilakukan secara farmakologis dan non dilakukan dengan cara merendam kaki pada
farmakologis. Penanganan secara air hangat bersuhu 37°C-39ºC. Hal ini sesuai
farmakologis seperti obat-obatan hipnotik berdasarkan fisiologi bahwa pada daerah kaki
sedatif seperti Zolpidem, Tradozon, terdapat syaraf - syaraf kulit yaitu
Lorazepam, Fenobarbital, Diazepam, flexusvenosus dari rangkaian syaraf ini
Klonazepam, dan Amitripilin yang akan stimulasi diteruskan ke kornus posterior
memiliki efek samping seperti gangguan kemudian dilanjutkan ke medulla spinalis, ke
koordinasi berfikir, gangguan fungsi mental, radiks dorsalis, selanjutnya ke ventro basal
ketergantungan, dan bersifat racun. thalamus dan masuk ke batang otak yang
Penanganan non farmakologis termasuk tepatnya didaerah raafe bagian bawah pons
penanganan yang aman, efektif, dan tanpa dan medulla disinilah terjadi efek sofarifik
efek samping seperti terapi komplementer (ingin tidur) (Utami, 2015).
yang termasuk terapi pengobatan alamiah. Penelitian yang dilakukan oleh
Menurut National Institute of Health (NIH), Gumilar (2015) tentang rendam kaki dengan
terapi komplementer dikategorikan menjadi 5 air hangat terhadap kualitas tidur lansia
yaitu : (1) Biological based practice : Herbal, menunjukkan hasil terjadi peningkatan
vitamin dan suplemen lain, (2) Mind-body kualitas tidur setelah intervensi rendam kaki
techniques : Meditasi, (3) Manipulative and dengan air hangat dengan nilai p=0,000.
body-based practice : Pijat (massage), refleksi Penelitian yang dilakukan oleh Utami (2015)
(4) Energy therapies : Terapi medan magnet, tentang rendam air hangat pada kaki terhadap
(5) Ancient medical systems : Obat insomnia pada lansia menunjukkan hasil
tradisional Cina, akupuntur. Terapi rendam air hangat pada kaki mampu
komplementer bisa dilakukan dengan cara menurunkan insomnia pada lansia dengan
terapi herbal, terapi nutrisi, relaksasi, nilai signifikansi p=0,004.
Hasil wawancara terhadap 10 lansia kaki sebelum tidur dengan menggunakan
mengatakan mengeluh susah tidur di malam Insomnia Ratting Scale selama 5 hari.
hari, pergi tidur antara jam 9 sampai jam 10, Penelitian ini menggunakan jenis
tetapi ada juga yang tidur jam 12. Lansia penelitian kuantitatif dengan desain penelitian
mengatakan sering terbangun pada malam Quasi Eksperiment Pretest and Posttest
hari rata–rata 3-4 kali untuk ke kamar mandi Design dengan cara pengukuran
dan setelah itu sulit untuk jatuh tertidur lagi. menggunakan Insomnia Ratting Scale
4 lansia mengatakan bahwa mereka tidak bisa sebelum dan setelah dilakukan intervensi
tidur di malam hari karena memikirkan rendaman air hangat pada kaki sebelum tidur
keluarga dirumah karena ingin berkumpul kepada responden.
bersama keluarganya, 2 orang lansia tidak Penelitian ini dilakukan di Panti
bisa tidur karena merasa kurang nyaman Wredha Dharma Bakti Surakarta selama 5
tinggal di panti, dan ada 4 lansia yang hari berturut-turut dimulai pada tanggal 18
mengeluh tidak bisa tidur disiang hari Februari sampai dengan 23 Februari 219..
waluapun sudah mengantuk dan ada Populasi dalam penelitian ini adalah
keinginan untuk tidur. Data insomnia pada lanjut usia yang menderita insomnia di Panti
lansia di Panti Wredha Dharma Bakti Wredha Dharma Bakti Surakarta.
Surakarta oleh Sri Dayanti menyampaikan Pengambilan sampel diambil secara
terjadi peningkatan dari 18 orang pada tahun Purposive Sampling dengan jumlah sampel
2017 bertambah menjadi 26 orang pada tahun sebanyak 36 orang.
2018. Instrumen yang digunakan dalam
Berdasarkan latar belakang diatas, pengumpulan data menggunakan kuisioner
penulis tertarik untuk meneliti tentang, KSPBJ Insomnia Rating Scale yang terdiri
“Pengaruh rendam kaki dengan air hangat dari 11 pertanyaan mengenai mengenai
terhadap insomnia pada lansia”. kesulitan untuk memulai tidur, terbangun
pada malam hari, terbangun lebih awal atau
2. METODE PENELITIAN dini hari, merasa mengantuk pada siang hari,
Jenis penelitian yang digunakan sakit kepala pada siang hari, merasa kurang
peneliti adalah pendekatan studi kuantitatif puas terhadap tidur, merasa kurang nyaman
dengan desain penelitian Quasi Eksperiment. atau gelisah saat tidur, mendapati mimpi
Rancangan penelitian ini adalah one group buruk, badan terasa lemah, letih, kurang
pre test and post test design dengan cara tenaga setelah tidur, jadwal jam tidur sampai
pengukuran menggunakan Insomnia Ratting bangun tidak beraturan, tidur selama 6 jam
Scale sebelum dan setelah dilakukan dalam semalam. dan instrument lain yang
intervensi rendaman air hangat pada kaki digunakan adalah SOP rendam kaki dengan
sebelum tidur kepada responden. air hangat. Pemberian rendam kaki dengan air
Penelitian ini dilakukan di Panti hangat dilakukan selama 5 hari berturut-turut
Sosial Tresna Werdha (PSTW) Khusnul dalam jangka waktu 10 menit dengan suhu
Khotimah Pekanbaru selama 5 hari berturut- 33-39oC.
turut dimulai pada tanggal 05 Juli sampai Sebelum dilakukan analisis statistic,
dengan 10 Juli 2017. terlebih dahulu data hasil penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah dilakukan uji normalitas untuk mrlihat
seluruh usia lanjut dan mengalami gangguan distribusi data. Dalam penelitian ini uji
tidur (insomnia) dimana total keseluruhan normalitas yang digunakan adalah Shapiro-
usia lanjut di Panti Sosial Tresna Werda wilk dengan keputusan jika probabilitas >0.05
Khusnul Khotimah yaitu sebanyak 86 orang maka berdistribusi normal, dan sebaliknya
dan sampel sebanyak 20 orang. jika probabilitas <0.05 berdistribusi tidak
Pengukuran dilakukan dengan dua cara normal. Data yang didapatkan berdistribusi
yaitu pre test dan post test. Pre test adalah tidak normal, sehingga uji beda yang
sebelum dilakukan rendaman air hangat pada digunakan adalah metode Wilxocon test.
kaki sebelum tidur dengan menggunakan
Insomnia Ratting Scale dan post test adalah
sesudah dilakukanrendaman air hangat pada
3. HASIL DAN PEMBAHASAN c) Distribusi Frekuensi Skala Insomnia
a. Hasil Tabel 3. Distribusi Frekuensi
Pengambilan hasil penelitian Responden Berdasarkan Skala
mengenai pengaruh rendam kaki dengan air Insomnia
hangat terhadap insomnia pada lansia di Panti No KSPBJ- Pretest Posttest
Insomnia
Wredha Dharma Bakti Surakarta Rating Freku % Freku %
dilaksanakan pada tanggal 18 – 23 Februari Scale ensi ensi
2019. Berdasarkan penelitian didapatkan 1 Insomnia 20 55.6 1 2.8
hasil : berat
2 Insomnia 16 44.4 18 50
1) Analisis Univariat ringan
a) Distribusi Frekuensi Berdasarkan 3 Tidak 0 0 17 47.2
insomnia
Umur Responden Total 36 100 36 100
Tabel 1. Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Umur Responden Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa
skala insomnia sebelum (pretest)
No Umur Frekuens % dilakukan rendam kaki dengan air
i hangat yang terbanyak adalah
1 60-65 tahun 13 36.2 insomnia berat yaitu sebanyak 20
2 66-70 tahun 16 44.4 responden (55.6 %). Skala insomnia
3 71-75 tahun 7 19.4 sesudah (posttest) dilakukan rendam
Total 36 100 kaki dengan air hangat terbanyak
adalah insomnia ringan yaitu sebanyak
18 responden (50 %).
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
responden paling banyak yaitu usia 66- d) Diskriptif Insomnia
70 tahun dengan 16 responden (44.4
%). Kemudian jumlah responden pada Tabel 4. Diskriptif Insomnia
usia 60-65 tahun yaitu 13 responden
(36.2 %). Responden paling sedikit Mean Med Mo Std.D M M
ian dus eviati in ax
yaitu pada kelompok usia 71-75 tahun on
yaitu 7 responden (19.4 %). Pre 29. 31 35 4.2 22 36
test 7
b) Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Post 17. 18 18 4.9 11 31
test 7
Kelamin Responden
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa
Tabel 2. Distribusi Frekuensi nilai rata-rata sebelum (pretest)
Responden Berdasarkan Jenis pemberian rendam kaki dengan air
Kelamin hangat adalah 29.7 dan sesudah
No Jenis Frekuens % (posttest) pemberian rendam kaki
Kelamin i
dengan air hangat adalah 17.7. Skala
1 Laki - laki 13 36.1
insomnia yang sering muncul sebelum
2 Perempuan 23 63.9
Total 36 100 dilakukan rendam kaki dengan air
hangat adalah 35 dengan nilai
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa minimum 22 dan maksimum 36. Skala
sebagian besar responden berjenis insomnia yang sering muncul sesudah
kelamin perempuan sejumlah 23 dilakukan rendam kaki dengan air
responden (63.9 %) hangat adalah 18 dengan nilai
minimum 11 dan maksimum 31.

2) Uji Normalitas Data


Pengujian normalitas menggunakan
metode shapiro-wilk dengan keputusan
jika probabilitas >0.05 maka
berdistribusi normal, dan sebaliknya jika sebesar -5,240 menunjukkan bahwa
probabilitas <0.05 berdistribusi tidak tingkat pengaruh sangat berpengaruh
normal. Hasil uji persyaratan normalitas dengan nilai probabilitas 0.19% dan
data disajikan dalam tabel berikut : dibuktikan dengan tabel Z.
Tabel 5. Tabel Uji Normalitas Data
Dengan Metode Shapiro-wilk b. Pembahasan
Shapiro-wilk 1) Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Umur
Statistic df Sig. Seseorang dikatakan tergolong
usia lanjut, jika berusia ≥60 tahun
KSPBJ_ .929 36 .024 Berdasarkan hasil penelitian, responden
Sebelum paling banyak yaitu usia 66-70 tahun
KSPBJ_ .944 36 .046 dengan 16 responden (44.4 %). Hasil
Sesudah pengukuran kualitas tidur sebelum
Berdasarkan tabel 5 memperlihatkan intervensi, semua responden memiliki
hasil perhitungan uji normalitas data gangguan tidur berupa sulit untuk jatuh
sebelum dan sesudah rendam kaki tertidur, sering terbangun di tengah
dengan air hangat. Uji normalitas data malam, mudah terbangun atau kurang
sebelum (pretest) diberikan rendam pulas. Gangguan tidur tersebut muncul
kaki dengan air hangat menghasilkan karena proses penuaan yang
nilai probabilitas (p-value) sebesar mengakibatkan perubahan pola tidur
0.024 dan uji normalitas data sesudah pada lansia. Hal ini sesuai dengan
(posttest) diberikan rendam kaki pernyataan Potter & Perry (2011) yang
dengan air hangat menghasilkan nilai menyebutkan bahwa faktor yang
probabilitas (p-value) sebesar 0.046. mempengaruhi kualitas tidur salah
Kedua variabel tersebut mempunyai satunya adalah usia.
nilai probabilitas kurang dari 0.05 2) Distribusi Frekuensi Responden
sehingga hal ini menunjukkan bahwa Berdasarkan Jenis Kelamin
data sebelum dan sesudah rendam kaki Berdasarkan hasil penelitian
dengan air hangat berdistribusi tidak dilakukan di Panti Wredha Dharma
normal. Sehingga uji beda yang Bakti Surakarta didapatkan jumlah
digunakan adalah metode Wilxocon responden tertinggi yaitu berjenis
test. kelamin perempuan yaitu 23 responden
(63.9 %). Menurut Andriyani (2015),
3) Analisis Bivariat insomnia lebih banyak dialami oleh
Tabel 6. Hasil Uji Hipotesis Dengan perempuan dikarenakan perempuan
Menggunakan Wilxocon Test mudah mengalami kegelisahan, stres,
Pretest - kecemasan, dan depresi. Lansia wanita
posttest lebih banyak mengalami insomnia
dengan perbandingan 40% untuk wanita
P -5.240b dan 30% untuk pria.
Asymp.Sig.(2Tailed) 0.000 3) Pengaruh Rendam Kaki Dengan Air
Hangat Terhadap Insomnia Pada Lansia
Berdasarkan uji statistik Wilxocon test Hasil penelitian yang dilakukan
insomnia sebelum (pretest) dan sesudah pada responden berjumlah 36 orang
(posttest) diberikan perlakuan rendam yang mengalami insomnia ringan sampai
kaki dengan air hangat diperoleh nilai insomnia berat di Panti Wredha Dharma
signifikan p= 0.000 karena nilai p Bakti Surakarta didapatkan bahwa
(<0.05) dengan Z sebesar (-5.240), maka responden yang mengalami insomnia
hipotesis alternatif (Ha) diterima dan banyak terjadi pada umur 66-70 tahun
(Ho) ditolak, yang artinya bahwa dengan 16 responden (44.4 %), dan
terdapat pengaruh rendam kaki dengan didapatkan bahwa responden yang
air hangat terhadap insomnia. Hasil uji mengalami insomnia yang banyak terjadi
adalah jenis kelamin perempuan dapat merangsang tidur. Merendam kaki
sebanyak 23 responden (63.9 %). dalam air hangat yang bertemperatur 33-
Hasil penelitian diketahui bahwa 39°C akan menimbulkan efek sopartifik
skala insomnia sebelum (pretest) (ingin tidur) dan mengatasi gangguan
dilakukan rendam kaki dengan air tidur (Puspita, 2014).
hangat yang terbanyak adalah insomnia Terapi air hangat berdampak
berat yaitu sebanyak 20 responden (55.6 fisiologis bagi tubuh terutama pada
%). Adapun skala insomnia setelah pembuluh darah agar sirkulasi darah
(posttest) dilakukan rendam kaki dengan lancar, air mempunyai dampak positif
air hangat terbanyak adalah insomnia terhadap otot jantung dan paru-paru. Air
ringan yaitu sebanyak 18 orang (50 %). hangat membuat kita merasa santai,
Nilai rata – rata sebelum (pretest) meringankan sakit dan tegang pada otot
pemberian rendam kaki dengan air dan memperlancar peredaraan darah.
hangat adalah 29.7 dan sesudah Maka dari itu, rendam kaki dengan air
(posttest) pemberian rendam kaki hangat mampu membantu
dengan air hangat adalah 17.7. Skala menghilangkan stres dan membuat kita
insomnia yang sering muncul sebelum tidur lebih mudah. Secara fisiologis
dilakukan rendam kaki dengan air didaerah kaki terdapat banyak syaraf
hangat adalah 35 dengan nilai minimum terutama di kulit yaitu flexus venous dari
22 dan maksimum 36. Skala insomnia rangkaian syaraf ini stimulasi diteruskan
yang sering muncul sesudah dilakukan ke kornu posterior kemudian dilanjutkan
rendam kaki dengan air hangat adalah 18 ke medulla spinalis, dari sini diteruskan
dengan nilai minimum 11 dan ke lamina I, II, III radiks dorsalis,
maksimum 31. selanjutnya ke ventro basal thalamus dan
Dari hasil uji Wilcoxon masuk ke batang otak tepatnya di daerah
didapatkan z sebesar -5.240 dengan rafe bagian bawah pons dan medulla
signifikasi p= 0,000. Untuk hipotesis disinilah terjadi efek soparifik (ingin
diterima atau ditolak maka besarnya tidur) (Guyton, 2017).
nilai signifikansi (p) dibandingkan Sesuai dengan teori rendam kaki
dengan taraf kesalahan (0.05). Jika p dengan air hangat mampu memberikan
lebih besar dari 0,05 maka hipotesis efek relaksasi yang menyebabkan rasa
ditolak dan jika p lebih kecil dari 0.05 rileks dan meimbulkan efek sopartifik
maka hipotesis diterima. Hasil penelitian (ingin tidur) sehingga mampu mengatasi
didapatkan nilai p lebih kecil dari 0.05 gangguan tidur pada lansia yang
(p<0.05) sehingga hipotesis diterima. dilakukan rendam kaki dengan air
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hangat selama 15 menit dengan suhu
terdapat pengaruh rendam kaki dengan 33oC – 39oC, terbukti dengan hasil
air hangat terhadap insomnia pada penelitian pada 36 responden setelah
lansia. (posttest) dilakukan rendam kaki dengan
Banyak cara yang dapat air hangat dengan hasil terbanyak adalah
digunakan untuk menanggulangi insomnia ringan sebanyak 18 orang (50
masalah tidur. Salah satunya adalah %).
terapi relaksasi yang termasuk terapi Berdasarkan penelitian yang
nonfarmakologi. Terapi relaksasi seperti dilakukan oleh Gumilar (2015) tentang
rendam kaki dengan air hangat dapat rendam kaki dengan air hangat terhadap
dilakukan untuk jangka waktu yang kualitas tidur lansia menunjukkan hasil
terbatas dan biasanya tidak memiliki terjadi peningkatan kualitas tidur setelah
efek samping. Rasa hangat yang intervensi rendam kaki dengan air
langsung menyentuh kulit yang terdapat hangat dengan nilai p=0,000. Penelitian
banyak pembuluh darah memberikan yang dilakukan oleh Utami (2015)
efek relaksasi sehingga endorphin tentang rendam air hangat pada kaki
dilepaskan menyebabkan rasa rileks. Air terhadap insomnia pada lansia
hangat memberikan efek sedasi yang menunjukkan hasil rendam air hangat
pada kaki mampu menurunkan insomnia Guyton. 2017. Merawat Manusia Lanjut
pada lansia dengan nilai signifikansi Usia Suatu Pendekatan Proses
p=0,004. Keperawatan Gerontik. Jakarta :
TIM
4. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan Hidayat, S. 2009. Metodologi Penelitian
analisis data, maka dapat ditarik Keperawatan dan Analisis Data.
kesimpulan terdapat pengaruh rendam Jakarta: Salemba Medika.
kaki dengan air hangat terhadap insomnia
pada lansia dengan hasil p=0.000 pada Istiqomah. 2017. Pengaruh Hidroterapi
signifikan 5%. Rendam Kaki Air Hangat
Penelitian ini diharapkan Terhadap Tingkatan Tekanan
diharapkan lansia mampu Darah pada Lansia. Skripsi.
mengaplikasikan dalam kehidupan Dipublikasikan. Universitas
sehari-hari secara mandiri dan dalam Diponegoro.
pelayanan keperawatan tidak saja Iwan. 2009. Skala Insomnia (KSPBJ)
berfokus pada tindakan farmakologis, Insomnia Rating Scale. Diakses
tetapi harus berinovasi dengan pelengkap pada tanggal 11 Desember 2018.
terapi non farmakologis. Merendam kaki
dengan air hangat merupakan terapi non Khasanah. 2012. Kualitas Tidur Lansia
farmakologis yang diharapkan dapat Balai Rehabilitasi Sosial
menjadi pertimbangan perawat baik di Mandiri.
rumah sakit maupun komunitas untuk ejournals1.undip.ac.id.1(1). 189-
diaplikasikan. Berdasarkan hasil 196: Semarang.
penelitian, merendam kaki adalah salah
satu cara metode relaksasi yang terbukti Lendengtariang, dkk. 2018. Pengaruh
berpengaruh dalam meningkatkan Terapi Rendam Air Hangat Pada
kualitas tidur lansia. Kaki Terhadap Insomnia Pada
Lansia. Skripsi. Dipublikasikan.
5. REFERENSI Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi
Andriyani. 2015. Asuhan Keperawatan
Gerontik. Yogyakarta: Notoatmodjo. 2018. Metodologi
PUSTAKA BARU Penelitian Kesehatan. Kineka
Cipta: Jakarta.
Anwar, Z. 2010. Penanganan Gangguan
Tidur Pada Lansia. Malang: Potter, Perry. 2011. Sleep disorder and
UMM sleep deprivation: An Unmet
Journal Studies Public Health Problem.
Washington, DC: The National
Azizah, L.M. 2011. Keperawatan Lanjut Academic Press,
Usia. Edisi Pertama.
Yogyakarta: Graha Ilmu. Prabowo. 2014. Gangguan Tidur.
Diakses pada tanggal 20
Depkes RI. 2009. Profil Klasifikasi Desember 2018.
Lansia di Indonesia.
Prananto, A.E. 2016. Pengaruh Masase
Gumilar, G. 2015. Pengaruh Merendam Kaki Dan Rendam Air Hangat
Kaki Dengan Air Hangat Pada Kaki Terhadap Penurunan
Terhadap Kualitas Tidur Lansia. Insomnia Pada Lansia.
Skripsi. Dipublikasikan. Fakultas http://eprints.ums.ac.id/44311/11
Kedokteran Universitas /NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
Sumatera. . Diakases 19 Jul 2016 01:12.
Puspita. 2014. Geriatri (Ilmu Kesehatan Utami, P.S. 2012. Perbedaan Tingkat
Usia Lanjut), Edisi 4. Jakarta: Kecemasan Antara Pasien
Balai Penerbit FKUI Primigravida Dan
MultigravidaPada Kehamilan
Siti. 2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Trimester Ketiga. Skripsi
Dalam. Jakarta: Interna .Dipublikasikan. Fakultas Ilmu
Publishing. Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jember.
Sugiyono. 2010. Statistik Untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta. WHO. 2016. Profil Kesehatan dan
Klasifikasi Lansia di Indonesia.
Sujarweni, V.W, 2014. Metodologi Jakarta: Pundiknakes
Penelitian Keperawatan dan
Analisa Data. Jakarta: Salemba Widijanto, dkk. 2011. Nursing:
Medika. Menafsirkan Tanda-Tanda dan
Gejala Penyakit. Jakarta Barat:
Sunaryo. 2016. Asuhan Keperawatan PT Indeks
Gerontik. Yogyakarta: ANDI

Anda mungkin juga menyukai