Anda di halaman 1dari 7

SISTEM PENDIDIKAN PRAJABATAN GURU PROFESIONAL

D I INDONESIA

Oleh
Masluyah Suib
(PMIPA, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak)

Abstrak: Berbagai upaya pembaharuan pendidikan telah


dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Peran guru
sangatlah penting, namun tidak bisa lepas dari karakteristik
pekerja professional. Untuk menghasilakan guru yang bermutu
tinggi dan adaptif dengan kebutuhan persekolahan di masa depan,
profesionalisme guru perlu ditingkatkan melalui upaya
peningkatan kualifikasi pendidikan sebagai dasar pembentukan
kompetensi mereka, baik yang berkaitan dengan kompetensi
akademik maupun kompetensi profesional. Sistem Pendidikan
Prajabatan Profesional perlu dikembangakan untuk dapat
mengakomodai kebutuhan kualitas guru sesuai dengan kondisi
sekolah yang selalu berubah. Pendidikan dasar sebagai sebuah
“paspor” yang sangat diperlukan individu untuk hidup dan mampu
memilih apa yang mereka lakukan, mengambil bagian dalam
pembangunan masyarakat masa depan secara kolektif. Agar guru
berkualitas dapat didiwujudkan, maka strategi manajemen
pendidikan yang diselenggarakan oleh LPTK harus dapat
mengakomodasi kebutuhan kualitas guru sesuai dengan tuntutan
masa depan.

Kata Kunci: Guru professional, system pendidikan, manajemen pendidikan LPTK

Pendahuluan
Guru adalah pendidik yang diamanatkah oleh undang-undang
profesional dengan tugas utamanya guru dan dosen tersebut. Secara
mendidik, mengajar, membimbing, khusus LPTK dapat mengahasilkan
mengarahkan, melatih, menilai, dan calon guru SD yang memiliki
mengevaluasi peserta didik pada kompetensi sebagaimana diamanatkan
pendidikan anak usia dini jalur dalam Permendiknas No 16 Tahun
pendidikan formal, pendidikan dasar, 2007 yang berbunyi sebagai berikut:
dan pendidikan menengah (UU RI No Kualifikasi Akademik Guru SD/MI
14 Tahun 2005 Tentang Guru dan .Guru pada SD/MI, atau bentuk lain
Dosen). Undang-undang ini yang sederajat, harus memiliki
memberikan arah kepada Lembaga kualifikasi akademik pendidikan
Pendidikan Tenaga Kepedidikan minimum diploma empat (D-IV) atau
(LPTK) untuk menyusun strategi sarjana (S1) dalam bidang pendidikan
manajemen, menyusun program SD/MI (D-IV/S1 PGSD/ PGMI) atau
akademik dan kegiatan-kegiatan lain psikologi yang diperoleh dari program
yang menunjang penyelenggaraan studi yang terakreditasi.
pendidikan di lembaganya. Bagaimana Peran guru sangatlah penting,
memproses calon guru (input) menjadi oleh karena itu lembaga penghasil guru
keluaran (output) yang dapat (LPTK) harus mampu memberikan
menjalanka tugasnya sebagaimana kontibusi berupa output yang bermutu,

1
agar calon guru memperolah dominan, dampak reformasi
pengetahuan dan keterampilan sesuai cenderung akan ditelan oleh
dengan kompetensi yang diisyaratkan pengaruh paradigma lama.
harus dimiliki oleh seoarang guru, 3. Meskipun telah dinyatakan seba-
sebagaimana tercantum dalam gai polaritas, perbedaan praktik
Permendiknas No 16 tahun 2007 di pembelajaran Abad Pengetahuan
atas. Bila sudah dipersiapkan, diproses dan Abad Industri dianggap
secara matang, berhasil dengan sebagai suatu kontinum. Meski-
predikat memuaskan tentunya mereka pun sekarang dimungkinkan
tidak banyak mengalami kesulitan memandang banyak contoh
dalam melaksanakan tugasnya ke praktek di Abad Industri yang
depan. Mereka dapat beradaptasi "murni" dan jauh lebih sedikit
dengan siswa dan lingkungan barunya contoh lingkungan pembelajaran
sebagai seorang guru, dan menjadi di Abad Pengetahuan yang
guru yang profesional, bertanggung "murni", besar kemungkinannya
jawab dalam mempersiapkan peserta menemukan metode persilangan
didik agar memiliki daya saing yang perpaduan antara metode di
tinggi di masa depan. Abad Pengetahuan dan metode
di Abad Industri. Perlu diingat
Gambaran Pembelajaran di Abad dalam melakukan reformasi
Pengetahuan pembelajaran, metode lama tidak
Praktik pembelajaran yang terjadi sepenuhnya hilang, namun
sekarang masih didominasi oleh pola hanya digunakan kurang lebih
atau paradigma yang banyak dijumpai jarang dibanding metode-metode
di abad industri. Pada abad baru.
pengetahuan paradigma yang 4. Praktek pembelajaran di Abad
digunakan jauh berbeda dengan pada Pengetahuan lebih sesuai dengan
abad industri. Galbreath (1999) teori belajar modern. Melalui
mengemukakan bahwa pendekatan penggunaan prinsip-prinsip bela-
pembelajaran yang digunakan pada jar berorientasi pada proyek dan
abad pengetahuan adalah pendekatan permasalahan sampai aktivitas
campuran yaitu perpaduan antara kolaboratif dan difokuskan pada
pendekatan belajar dari guru, belajar masyarakat, belajar kontekstual
dari siswa lain, dan belajar pada diri yang didasarkan pada dunia
sendiri. Beberapa perbedaan antara nyata dalam konteks ke
kedua pendekatan ini sebagai berikut: peningkatan perhatian pada
1. Pada abad industri banyak tindakan-tindakan atas dorongan
dijumpai belajar melalui fakta, pembelajar sendiri.
drill dan praktek, dan 5. Pada Abad Pengetahuan
menggunakan aturan dan nampaknya praktek pembelajar-
prosedur-prosedur. Sedang-kan an tergan-tung pada piranti-
di abad pengetahuan piranti pengetahuan modern
menginginkan paradigma belajar yakni komputer dan
melalui proyek-proyek dan telekomunikasi, namun sebagian
permasalahan-permasalahan, besar karakteristik Abad Penge-
inkuiri dan desain, menemukan tahuan bisa dicapai tanpa
dan penciptaan. meman-faatkan piranti modern.
2. Betapa sulitnya mencapai Meskipun teknologi informasi
reformasi yang sistemik, karena dan telekomunikasi merupakan
bila paradigma lama masih katalis yang penting yang

2
membawa kita pada metode memiliki suatu tingkah laku yang
belajar Abad Pengetahuan, perlu dipersyaratkan.
diingat bahwa yang Supriadi, (1998) menjelaskan
membedakan metode tersebut bahwa untuk menjadi profesional
adalah pelaksanaan hasilnya seorang guru dituntut memiliki lima
bukan alatnya. Kita dapat hal: (1) Guru mempunyai komitmen
melengkapi peralatan lembaga pada siswa dan proses belajarnya, (2)
pendidikan kita dengan teknolo- Guru menguasai secara mendalam
gi canggih tanpa mengubah bahan/mata pelajaran yang
pelaksanaan dan hasilnya. diajarkannya serta cara mengajarnya
Akhirnya yang paling penting, kepada siswa, (3) Guru bertanggung
paradigma baru pembelajaran ini jawab memantau hasil belajar siswa
memberikan peluang dan tantangan melalui berbagai cara evaluasi, (4)
yang besar bagi perkembangan Guru mampu berfikir sistematis
profesional, baik pada preservice dan tentang apa yang dilakukannya dan
inservice guru-guru kita. Di banyak belajar dari pengalamannya, (5) Guru
hal, paradigma ini menggambarkan seyogyanya merupakan bagian dari
redefinisi profesi pengajaran dan masyarakat belajar dalam lingkungan
peran-peran yang dimainkan guru profesinya.
dalam proses pembelajaran. Meskipun Arifin (2000) mengemukakan
kebutuhan untuk merawat, mengasuh, guru Indonesia yang profesional
menyayangi dan mengembangkan dipersya-ratkan mempunyai; (1) dasar
anak-anak kita secara maksimal itu ilmu yang kuat sebagai
akan selalu tetap berada dalam pengejawantahan terhadap masyarakat
genggaman pengajaran, tuntutan- teknologi dan masyarakat ilmu
tuntutan baru Abad Pengetahuan pengetahuan di abad 21; (2)
menghasilkan sederet prinsip penguasaan kiat-kiat profesi
pembelajaran baru dan perilaku yang berdasarkan riset dan praksis
harus dipraktikkan. Berdasarkan pendidikan yaitu ilmu pendidikan
gambaran pembelajan di abad sebagai ilmu praksis bukan hanya
pengetahuan di atas, nampalah bahwa merupakan konsep-konsep belaka.
pentingnya pengembangan profesi Pendidikan merupakan proses yang
guru dalam menghadapi berbagai terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah,
tantangan ini. serta riset pendidikan hendaknya
diarahkan pada praksis pendidikan
Pengembanagn Profesionalisme masyarakat Indonesia; (3) pengem-
Guru bangan kemampuan profesional
Menurut para ahli, profesionalis- berkesinambungan, profesi guru
me menekankan kepada penguasaan merupakan profesi yang berkembang
ilmu pengetahuan atau kemampuan terus menerus dan berkesinambungan
manajemen beserta strategi antara LPTK dengan praktek
penerapannya. Maister (1997) pendidikan. Kekerdilan profesi guru
mengemukakan bahwa profesionalis- dan ilmu pendidikan disebabkan
me bukan sekadar pengetahuan terputusnya program pre-service dan
teknologi dan manajemen tetapi lebih in-service karena pertimbangan
merupakan sikap, pengembangan birokratis yang kaku atau manajemen
profesio-nalisme lebih dari seorang pendidikan yang lemah.
teknisi bukan hanya memiliki Dimensi lain dari pola
keterampilan yang tinggi tetapi pembinaan profesi guru adalah (1)
hubungan erat antara perguruan tinggi

3
dengan pembinaan SLTA; (2) desakan yang berkembang dalam
meningkatkan bentuk rekrutmen calon dirinya. Pember-dayaan peserta didik
guru; (3) program penataran yang ini meliputi aspek-aspek kepribadian
dikaitkan dengan praktik lapangan; (4) terutama aspek intelektual, sosial,
meningkatkan mutu pendidikan calon emosional, dan keterampilan. Tugas
pendidik; (5) pelaksanaan supervisi; mulia itu menjadi berat karena bukan
(6) peningkatan mutu manajemen saja guru harus mempersiapkan
pendidikan berdasarkan Total Quality generasi muda memasuki abad
Management (TQM); (7) melibatkan pengetahuan, melainkan harus
peran serta masyarakat berdasarkan mempersiapkan diri agar tetap eksis,
konsep linc and match; (8) baik sebagai individu maupun sebagai
pemberdayaan buku teks dan alat-alat profesional.
pendidikan penunjang; (9) pengakuan Faktor-faktor yang menyebabkan
masyarakat terhadap profesi guru; (10) rendahnya profesionalisme guru
perlunya pengukuhan program Akta disebab-kan oleh antara lain; Akadum
Mengajar melalui peraturan (1999) juga mengemukakan bahwa ada
perundangan; dan (11) kompetisi lima penyebab rendahnya profesio-
profesional yang positif dengan nalisme guru; (1) masih banyak guru
pemberian kesejahteraan yang layak. yang tidak menekuni profesinya secara
Apabila syarat-syarat profesio- total, (2) rentan dan rendahnya
nalisme guru di atas itu terpenuhi akan kepatuhan guru terhadap norma dan
mengubah peran guru yang tadinya etika profesi keguruan, (3) pengakuan
pasif menjadi guru yang kreatif dan terhadap ilmu pendidikan dan
dinamis. Hal ini sejalan dengan keguruan masih setengah hati dari
pendapat Semiawan (1991) bahwa pengambilan kebijakan dan pihak-
pemenuhan persyaratan guru pihak terlibat. Hal ini terbukti dari
profesional akan mengubah peran guru masih belum mantapnya kelembagaan
yang semula sebagai orator yang pencetak tenaga keguruan dan
verbalistis menjadi berkekuatan kependidikan, (4) masih belum
dinamis dalam menciptakan suatu smooth-nya perbedaan pendapat
suasana dan lingkungan belajar yang tentang proporsi materi ajar yang
invitation learning environment. diberikan kepada calon guru, (5) masih
Dalam rangka peningkatan mutu belum berfungsi PGRI sebagai
pendidikan, guru memiliki multi fungsi organisasi profesi yang berupaya
yaitu sebagai fasilitator, motivator, secara makssimal meningkatkan
informator, komunikator, profesionalisme anggotanya.
transformator, change agent, inovator, Kecenderungan PGRI bersifat politis
konselor, evaluator, dan administrator memang tidak bisa disalahkan,
(Soewondo, dalam Arifin 2000). terutama untuk menjadi pressure group
Pengembangan profesionalisme agar dapat meningkatkan kesejahteraan
guru menjadi perhatian secara global, anggotanya. Namun demikian di masa
karena guru memiliki tugas dan peran mendatang PGRI sepantasnya mulai
bukan hanya memberikan informasi- mengupayakan profesionalisme para
informasi ilmu pengetahuan dan anggo-tanya. Dengan melihat adanya
teknologi, melainkan juga membentuk faktor-faktor yang menyebabkan
sikap dan jiwa yang mampu bertahan rendahnya profesionalisme guru,
dalam era hiperkompetisi. Tugas guru pemerintah berupaya untuk mencari
adalah membantu peserta didik agar alternatif untuk meningkatkan profesi
mampu melakukan adaptasi terhadap guru.
berbagai tantangan kehidupan serta

4
Berdasarkan Rekab Data Guru profesi, sertifikasi, peningkatan
Negeri dan Swasta Tahun 2005 kualitas calon guru, imbalan, dll secara
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu bersama-sama menentukan
Pendidik dan Tenaga Kepedidikan pengembangan profesionalisme
Departement Pendidikan Nasional seseorang termasuk guru. Dengan
jumlah Guru SD: Negeri 967.249 demikian usaha meningkatkan
0rang, dan Swasta sebanyak 85.412 profesionalisme guru merupakan
orang , jumlah Guru SD keseluruhan tanggung jawab bersama antara LPTK
secara nasional sebanyak 1.052.661 sebagai penghasil guru, instansi yang
orang. Secara Nasional Guru SD yang membina guru (dalam hal ini
belum memilki kualifikasi S1 Depdiknas atau yayasan swasta), PGRI
sebanyak 208.239 orang. Ini berarti dan masyarakat
jumlah guru SD yang telah memenuhi
kualifikasi akademik S-1 sebanyak Profil Lulusan Pendidikan
844.422 orang. Untuk mempercepat Prajabatan Guru yang akan
proses pemenuhan kualifikasi Dihasilkan
akademik S-1 pemerintah juga Arifin (2000); guru Indonesia
memberi kesempatan kepada guru SD yang profesional dipersyaratkan
yang memiliki kualifikasi akademik di mempunyai; (1) dasar ilmu yang kuat
bawah S-1 mengikuti studi lanjut di sebagai pengejawantahan terhadap
Perguruan Tinggi melalui program masyarakat teknologi dan masyarakat
antara lain; PGSD Reguler/Non ilmu pengetahuan di abad 21; (2)
Reguler, PJJ S-1 PGSD dan PGSD penguasaan kiat-kiat profesi
Universitas Terbuka. berdasarkan riset dan praksis
Setahun sebelumnya, Data pendidikan yaitu ilmu pendidikan
Balitbang Depdiknas tahun 2004 sebagai ilmu praksis bukan hanya
menunjukkan bahwa persentase guru merupakan konsep-konsep belaka.
yang tidak layak mengajar masih Pendidikan merupakan proses yang
cukup tinggi, terutama pada jenjang terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah,
SD yaitu sekitar 609.217 baik pada serta riset pendidikan hendaknya
sekolah negeri maupun swasta. Data diarahkan pada praksis pendidikan
tersebut menunjukkan bahwa dari masyarakat Indonesia; (3) pengem-
jumlah guru SD yang sudah memenuhi bangan kemampuan profesional
kualifikasi, sebagian masih belum berkesinambungan, profesi guru
layak mengajarnya. merupakan profesi yang berkembang
Realita di atas menunjukkan terus menerus dan berkesinambungan
bahwa peningkatan profesionalisme antara LPTK dengan praktek
guru harus segera diupayakan. Guru pendidikan. Kekerdilan profesi guru
Unggul, dengan Imtaq yang tinggi dan ilmu pendidikan disebabkan
sebagaimana dikemukkan di atas, terputusnya program pre-service dan
merupakan profil guru masa depan in-service karena pertimbangan
yang sangat dibutuhkan. birokratis yang kaku atau manajemen
Profesionalisasi harus dipandang pendidikan yang lemah.
sebagai proses yang terus menerus. Dengan persyaratan profesio-
Dalam proses ini, pendidikan nalisme guru di atas, ditambah dengan
prajabatan, pendidikan dalam jabatan pengembagan dari 4 kompetensi inti
termasuk penataran, pembinaan dari (pedagogik, kepribadian, sosial dan
organisasi profesi dan tempat kerja, profesional) sebagai landasan
penghargaan masyarakat terhadap hukumnya, maka dapat melahirkan
profesi keguruan, penegakan kode etik paradigma baru profil lulusan

5
sebagai berikut; (1) memiliki Penutup
kepribadian yang matang dan A. Simpulan
berkembang; (2) penguasaan ilmu Berbagai macam Program
yang kuat; (3) keterampilan untuk pengembangan yang dipersiapkan
membang-kitkan peserta didik kepada oleh LPTK F untuk menghasilkan
sains dan teknologi; dan (4) calon guru SD yang profesional
pengembangan profesi secara berbasis pada masa depan.
berkesinambungan. Keempat aspek Pengembangan yang dimaksud
tersebut merupakan satu kesatuan utuh mulai dari menganalisis kebutuhan
yang tidak dapat dipisahkan dan profil guru dan profil lulusan,
ditambah dengan usaha lain yang ikut perencanaan kurikulum yang
mempengaruhi perkembangan profesi relevan dengan kebutuan
guru yang profesional setelah mereka masyarakat, dengan menyiapkan
berada di lapangan. fasilats belajar sesuai standar
Lembagan, dalam hal ini LPTK nasional, merekrut calon
sebagai wadah pengembagan SDM mahasiswa berkualifikasi tinggi,
ditantang untuk semakin handal dalam mempersiapkan tenaga pendidk
memberikan perannya sebagai upaya (dosen) yang bermutu, dengan
mempersiapkan siswa mengantisipasi proses pembelajaran teori dan
tuntutan global (Widayati, 2002: vi- praktik berbasis ICT, sistem
vii). Mengenai tata nilai yang menjadi penilaian yang dapat dipertang-
acuan adalah: Nilai-nilai masukan gungjawabkan, serta sistem
(input values), dalam rangka mencapai pendistribusian calon guru yang
keunggulan yang Amanah dihasilkan melalui prosedur yang
(Trustworthiness), Profesional dan telah ditetapkan.
Percaya Diri, Antusias dan Dengan penyelenggaraan
Bermotivasi Tinggi, Bertanggung pendidikan pra-jabatan yang
Jawab, Kreatif, Disiplin, dan Peduli. profesional, diharap kan adanya
Nilai-nilai proses (process values), paradigma baru untuk melahirkan
dalam rangka mencapai dan memperta- profil guru Indonesia yang profesional
hankan kondisi yang diinginkan, yaitu di abad 21 yaitu; (1) memiliki
Visioner dan Berwawasan, Menjadi kepribadian yang matang dan
Teladan, Memotivasi (Motivating), berkembang; (2) penguasaan ilmu
Menghilhami (Inspiring), yang kuat; (3) keterampilan untuk
Memberdayakan (Empowering), membangkitkan peserta didik kepada
Membudayakan (Culture-forming) sains dan teknologi; dan (4)
Taat azas, Koordinatif dan Bersinergi pengembangan profesi secara
dalam Kerangka Kerja Tim, dan berkesinambungan. Keempat aspek
Akuntabel. tersebut merupakan satu kesatuan utuh
Nilai-nilai keluaran (output values), yang tidak dapat dipisahkan dan
yakni nilai-nilai yang diperhatikan oleh ditambah dengan usaha lain yang ikut
para stakeholders yaitu Produktif, mempengaruhi perkembangan profesi
Gandrung, Mutu Tinggi/Sevice guru yang profesional.
Execellence, Dapat Dipercaya (Andal),
Responsif dean Aspiratif, Antisipatif B. Rekomendasi
dan Inovatif, Demokratis, berkeadilan, Abad 21 adalah pengembangan SDM,
Insklusif, dan Pembelajaran Sepanjang sekolah berada di garis depan, secara
Hayat. (Depdiknas, 2008: 3). khusus perhatian pada pengembangan
SDM pendidikan (calon guru, para
guru dan para administrator) harus

6
ditingkatkan. Sistem pemerintah dan Nopember-Desember 1999. Hlm.
sekolah menetapkan bagaimana 14-22.
mereka menilai para guru, menetapkan Makagiansar, M. 1996. Shift in Global
praktek terbaik, dan mempertinggi atau paradigma and The Teacher of
kesempatan mereka menyusun Tomorrow, 17th. Convention of
kekuatan teknis yang akan mendorong the Asean Council of Teachers
pembelajaran murid “good (ACT); 5-8 Desember, 1996,
teacher/guru yang baik” adalah Republic of Singapore.
sebenarnya dinyatakan dalam proses Permendiknas nomor 16 tahun 2007
rekrutmen, seleksi dan pelantikan. tentang kualifikasi dan kompetensi
guru
DAFTAR PUSTAKA PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang
Akdum. 1999. Akadum. 1999. Potret Standar Nasional Pendidikan
Guru Memasuki Milenium Ketiga. Semiawan, C.R. 1991. Mencari
Suara Pembaharuan. (Online) Strategi Pengembangan
(http://www.suara pembaharuan Pendidikan Nasional Menjelang
.com/News/1999/01/220199/OpEd Abad XXI. Jakarta: Grasindo.
, diakses 7 Juni 2001). Hlm. 1-2. Supriadi, D. 1998. Mengangkat Citra
Andrew, M, and Schwab, R.L.s . 1995. dan Martabat Guru. Jakarta:
Reform in Teacher Education Depdikbud.
Influenced Teacher Sunaryo Kartadinata Rektor UPI. 2009
Arifin, I. 2000. Profesionalisme Guru: Mewujudkan Visi Leading And
Analisis Wacana Reformasi Outstanding dalam Pendidikan
Pendidikan dalam Era Tenaga Kependidikan.http://www
Globalisasi. Simposium Nasional .upi.edu/index.php(diakses7Januar
Pendidikan di Universitas i 2009)
Muhammadiyah Malang, 25-26 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
Juli 2001. Tentang Sisdinas, Depdiknas
Darling-Hammond, Gary Sykes. 1999. Undang-Undang Guru dan Dosen No.
Teaching As The Learning 14 Tahun 2005, Depdiknas
Profession Handbook of Policy
and Practice. Firt Edition HB
Printing 10 9 8 7 6
Darling-Hammond L, Arthur E. Wise,
Stephen P. Klein. 1999. A License
to Teach Raising Standarts For
Teaching. Jossey-Bass Publishers
San Francisco
Darling-Hammond. 2006. Powerful
Teacher Education. Jossey-Bass A
Wiley Imprint WWW.
Josseybass.com
Dewey, J. 1929. The Sources of a
Science of Education. New York
Liveright
Galbreath, J. 1999. Preparing the 21st
Century Worker: The Link
Between Computer-Based
Technology and Future Skill Sets.
Educational Technology

Anda mungkin juga menyukai