Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH BOTANI FARMASI

TANAMAN JAGUNG

DOSEN PENGAMPU:

Neni Prabosiwi, M.Farm., Apt

DISUSUN OLEH:

1. Nurul Nurhanisah (19650284)


2. La’ally Maula (19650286)
3. Akhmad Rohman H (19650288)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

TAHUN PELAJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
rahmatnya, serta memberikan kemudahan sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini.
Tanpa pertolongan-Nya penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan kepada zaman yang
penuh dengan keimanan..

Makalah ini disusun agar pembaca terutama mahasiswa dapat mengenal Tanaman
Jagung berdasarkan sumber - sumber yang umum dan teruji.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen mata kuliah yang telah
membimbing dan membantu penulis selama proses pengajaran serta pembuatan makalah ini
dan juga rekan-rekan mahasiswa lainnya sehingga kami dapat memahami apa yang beliau
sampaikan.

Semoga makalah yang kami susun ini memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis
dan pembaca sekalian. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari yang sempurna.
Tetapi ini adalah suatu usaha yang sudah kami lakukan. Makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dalam penulisan, oleh karena itu diperlukan saran dan kritik guna penulisan
makalah yang lebih bagus dan bermanfaat.

Kediri, 20 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................6

1.1 Sejarah....................................................................................................................................6

1.2 Penyebaran..............................................................................................................................6

1.3 Rumusan masalah....................................................................................................................7

1.4 Tujuan......................................................................................................................................7

1.5 Manfaat...................................................................................................................................7

BAB II DETERMINASI DAN KLASIFIKASI..................................................................................................9

2.1 Kegunaan Tanaman Jagung Secara Empiris.............................................................................9

2.2 Uji Aktivitas Tanaman Jagung Secara Farmakologi..................................................................9

2.3 Klasifikasi...............................................................................................................................10

2.4 Kandungan Metabolit Tanaman Jagung.................................................................................10

BAB III HABITAT...................................................................................................................................13

3.1 Iklim.......................................................................................................................................13

3.2 Media Tanam.........................................................................................................................13

3.3 Ketinggian Tempat.................................................................................................................13

BAB IV DESKRIPTIF...............................................................................................................................14

4.1 Akar........................................................................................................................................14

4.2 Batang....................................................................................................................................14

4.3 Daun......................................................................................................................................14

4.4 Perkecambahan.....................................................................................................................15

4.5 Bunga.....................................................................................................................................16

4.6 Buah/Tongkol.........................................................................................................................16

4.7 Biji..........................................................................................................................................16
BAB V PENUTUP...................................................................................................................................18

5.1 Kesimpulan............................................................................................................................18

4.2 Saran......................................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................19

LAMPIRAN...........................................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Sejarah

Jagung (zea mays L.) yang masih satu keluarga dengan gandum dan padi merupakan
tanaman asli Benua Amerika. Selama ribuan tahun, tanaman ini menjadi makanan pokok suku
indian si Amerika. Christopher Colombus merupakan orang yang berjasa menyebarkan jagung
keseluruh dunia (Kiswanto, 2018)
Banyak pendapat dan teori mengenai asal tanaman jagung, berikut ini beberapa teori yang ada :

a) Teori Asal Asia


Tanaman jagung yang ada di wilayah Asia diduga berasal dari Himalaya. Hal ini
ditandai oleh ditemukannya tanaman keturunan jali (jagung jali, Coix spp.) dengan famili
Andropogoneae. Kedua spesies ini mempunyai lima pasang kromosom. Namun teori ini
tidak mendapat banyak dukungan
b) Teori Asal Andean
Tanaman jagung berasal dari dataran tinggi Andean Peru, Bolivia, dan Ekuador. Hal ini
didukung oleh hipotesis bahwa jagung berasal dari Amerika Selatan dan jagung Andean
mempunyai keragaman genetik yang luas, terutama di dataran tinggi Peru. Kelemahan
teori ini adalah tidak ditemukan kerabat liar jagung seperti teosinte di dataran tinggi
tersebut. Mangelsdorf seorang ahli biologi evolusi yang mengkhususkan perhatian pada
tanaman jagung menampik hipotesis ini.
c) . Teori Asal Meksiko
Banyak ilmuwan percaya bahwa jagung berasal dari Meksiko, karena jagung dan spesies
liar jagung (teosinte) sejak lama ditemukan di daerah tersebut, dan masih ada di habitat
asli hingga sekarang. Hal ini juga didukung oleh ditemukannya fosil tepung sari dan
tongkol jagung dalam gua, dan kedua spesies mempunyai keragaman genetik yang luas.
Teosinte dipercaya sebagai nenek moyang (progenitor) tanaman jagung

1.2 Penyebaran
Setelah menemukan Benua Amerika secara tidak sengaja pada tahun 1492, saat kembali
kenegara asalnya, Spanyol, Colombus membawa tanaman jagung dan beberapa tanaman asli
lainnya dari benua tersebut, seperti cabai dan tomat.

Sejak itulah tanaman jagung menyebar keseluruh penjuru dunia dan dibudidayakan oleh
para petani dibanyak negara.

Di Indonesia, jagung pertama kali datang pada abad 17, dibawa oleh Bangsa Portugis.
Sejak kedatangannya, tanaman ini menjadi tanaman pangan utama kedua setelah padi yang
ditanam hampir oleh petani nusantara. Bagi petani yang mengalami keggalan panen padi karena
hama, menanam jagung menjadi alternatif untuk mendapatkan keuntungan atau minimal
menutup kerugian.
Lama kelamaan, jagung menjadi terkenal dan semakin digemari orang, bahkan pulau Madura
jagung menjadi makanan pokok masyarakat setempat (Kiswanto, 2018)

1.3 Rumusan masalah

1. Apa saja taksonomi tumbuhan jagung ?


2. Apa saja morfologi dan anatomi tumbuhan jagung ?
3. Apa saja kandungan metabolit tanaman jagung ?
4. Apa saja kegunaan tanaman jagung secara empiris?
5. Bagaimana uji aktivitas tanaman secara farmakologi ?

1.4 Tujuan

1. Untuk mengetahui taksonomi pada tumbuhan jagung


2. Untuk mengetahui morfologi dan anatomi tumbuhan jagung
3. Untuk mengetahui kandungan metabolis pada tanaman jagung
4. Untuk mengetahui kegunaan tanaman jagung secara empiris
5. Untuk mengetahui uji aktivitas tanaman secara farmakologi

1.5 Manfaat

Unsur pangan fungsional Sumber bahan Manfaat bagi kesehatan


Serat pangan/ dietary fiber Jagung Mengantisipasi kanker,
menjaga kolesterol dan gula
darah, menurunkan hipertensi,
Mengantisipasi obesitas, dll.
Asam lemak esensial Jagung Tumbuh kembang sistem
syaraf termasuk otak, dll.
β-karoten (pro vitamin A) Jagung kuning Antikanker, antipenuaan,
antihiperlipidemia,
antithrombotik, antivirus,
antiangiogenic
Antosianin Jagung ungu / merah terkait pada penyakit jantung
koroner, stroke, dll.
Asam amino esensial (Lisin Jagung QPM Membangun hubungan silang
dan Triptofan) protein (kolagen, elastin) dan
biosintetis karnitin Prekusor
serotonin/nikotinamid (vit. B,)
dll

Mineral Fe Jagung merah Pembentukan sel darah merah,


dll.
Mineral Ca Jagung Pembentukan tulang, dll.
Mineral P Jagung Pemeliharaan pertumbuhan,
kesehatan tulang, kesehatan
tulang normal
Mineral Mg Jagung Mempertahankan denyut
jantung normal dan kekuatan
tulang
Vitamin B/Thiamin Jagung Menjaga kesehatan syaraf dan
fungsi kognutif
Vitamin B/Niacin Jagung Mengantisipasi penyakit
pellagra
Vitamin E Kernel jagung Antioksidan dan membantu
pertumbuhan
Vitamin Asam folat Jagung Mengantisipasi kelahiran bayi
tidak normal
Vitamin B12 Jagung Mencegah anemia
(Yasin,2018)

BAB II
DETERMINASI DAN KLASIFIKASI

2.1 Kegunaan Tanaman Jagung Secara Empiris

Jagung adalah komoditi strategis bagi Indonesia karena mempunyai dimensi penggunaan
yang luas seperti pakan ternak (langsung atau olahan), pangan pokok bagi sebagian penduduk
(berpotensi untuk masyarakat yang lebih luas) dan jajanan, bahan baku industri (pati, gula,
pangan olahan), dan energi (bioetanol). Separuh dari penggunaan saat ini adalah sebagai bahan
baku utama industri pakan ternak. Penggunaan lain meliputi bahan pangan langsung, bahan baku
minyak nabati non kolesterol, tepung jagung dan makanan kecil. Pengembangan jagung harus
melihat potensi dan struktur kebutuhan tersebut secara komprehensif (Ditjentan, 2010).

2.2 Uji Aktivitas Tanaman Jagung Secara Farmakologi

Jagung melalui uji aktivitas secara farmakalogi yaitu buah tongkol jagung merupakan salah
satu limbah yang biasanya tidak dipergunakan lagi ataupun nilai ekonominya sangat rendah.
Padahal dari tongkol jagung masih dapat diambil komponen senyawa kimianya dan
dimanfaatkan untuk keperluan industri pangan, farmasi dan kosmetika. Produk tanaman pangan
dan non pangan mengandung sejumlah besar senyawa fenolik yang terdiri dari fenol sederhana,
lignan, flavonoid, tanin dan kuinon (Dey & Harbone, 1989). Buah jagung terdiri dari 30%
limbah yang berupa tongkol jagung. Jika dikonversikan dengan jumlah produksi jagung pada
tahun 2008, maka negara Indonesia berpotensi menghasilkan tongkol jagung sebanyak 4.456.215
ton/tahun (Irawadi, 1990). Jumlah limbah tersebut dapat dikatakan sangat banyak dan akan
menjadi sangat potensial jika dapat dimanfaatkan secara tepat.

Dewasa ini penggunaan antibiotik sangat banyak terutama dalam pengobatan yang
berhubungan dengan infeksi. Walaupun telah banyak antibiotik ditemukan, kenyataan
menunjukkan bahwa masalah penyakit terus berkelanjutan. Hal tersebut terjadi akibat pergeseran
pada bakteri penyebab penyakit dan perkembangan resistensi bakteri terhadap antibiotik. Karena
berkembangnya populasi bakteri yang resisten, maka antibiotik yang pernah efektif untuk
mengobati penyakit-penyakit tertentu kehilangan nilai kemoterapeutiknya.
Dalam pengobatan penyakit infeksi, salah satu masalah serius yang dihadapi kini adalah
terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotik yang digunakan (Volk dan Wheeler, 1993).
Dengan berkembangnya populasi bakteri yang resisten, maka antibiotik yang pernah efektif
untuk pengobatan penyakit tertentu kehilangan nilai kemoterapeutik. Sejalan dengan hal tersebut,
jelas bahwa ada kebutuhan yang terus-menerus untuk mengembangkan obat-obat baru dan
berbeda untuk menggantikan obat-obat yang telah menjadi tidak efektif (Pelczar dan Chan,
1986).

Propionibacterium acne merupakan bakteri penyebab jerawat. Jerawat merupakan


penyakit kulit yang menyerang Pilosebasea yaitu bagian kelenjar sebasea dan folikel rambut.
Pembentukan jerawat terjadi karena penyumbatan folikel oleh sel-sel kulit mati, sebum, dan
peradangan yang disebabkan oleh Propionibacterium acne pada folikel sebasea (West, et al.,
2005). Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang bersifat oportunistik, yaitu
menyerang individu dengan menyerang sistem kekebalan tubuh yang lemah dan menyebabkan
infeksi. Pada tubuh orang sehat, bakteri ini tidak membahayakan dan tidak menyebabkan
penyakit. Staphylococcus epidermidis hidup dipermukaan kulit dan membran mukosa (Gina S.,
2016).
2.3 Klasifikasi
Menurut taksonomi atau sistematika tumbuh-tumbuhan jagung dapat diklasifikasikan ke dalam :

 Klasifikasi Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


 Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan pembuluh)
 Super Devisi : Spermathopyta ( Tumbuhan berbunga)
 Kelas : Liliopsida (Monokotil)
 Sub Kelas : Commelinidae
 Ordo : Poales
 Famili : Poacae
 Spesies : Zea mays L.(Kiswanto, 2018)

2.4 Kandungan Metabolit Tanaman Jagung

Skrining Senyawa Fitokimia


Fitokimia terdiri dari kata phyto dan chemicals. Fito (phyto) dalam bahasa latin berarti
tumbuhan, sedangkan chemicals berarti bahan-bahan atau senyawa-senyawa kimia. Secara
harfiah, dapat dikatakan fitokimia adalah bahan-bahan atau senyawa-senyawa kimia yang
dihasilkan oleh tumbuhan. Dalam penggunaannya, terutama dalam bidang kimia bahan alam,
fitokimia diartikan sebagai metabolit sekunder yang khusus dihasilkan oleh tumbuhan. Dengan
demikian dapat didefinisikan bahwa fitokimia adalah senyawa kimia non nutrisi yang memiliki
fungsi-fungsi proteksi atau pertahanan yang diproduksi di dalam sel tumbuhan(Nugroho, 2017).
Terdapat beberapa jenis metabolit sekunder, yaitu:

1. Alkaloid

Alkaloid merupakan senyawa organik bahan alam yang terbesar jumlahnya baik dari segi
jumlah maupun sebarannya. Alkaloid dapat didefinisikan sebagai kelompok senyawa yang
bersifat basa (alkalis), karena mengandung atom nitrogen yang berasal dari tumbuhan maupun
hewan (Tukiran, Suyatno, dan Hidayati, 2014).

Alkaloid diklasifikasikan berdasarkan asam amino prekursornya dan di dalam kerangkanya


masih memiliki atom nitrogen. Namun secara dominan alkaloid adalah senyawa metabolit
sekunder yang berasal dari prekursor asam amino. Alkaloid berpotensi sebagai sumber obat yang
berlimpah dan berefek farmakologis beragam. Sifat fisiko-kimia yang bersifat semipolar dan
mampu berinteraksi dengan membran sel. Kontribusi atom N di dalam struktur memberikan
efektifitas interaksi kimiawi dengan reseptor. Golongan utama alkaloid, yaitu; alkaloid turunan
ornitin, alkaloid turunan lisin, alkaloid turunan asam nikotinat, alkaloid turunan tirosin, alkaloid
triptopan dan asam antranilat, alkaloid turunan histidin dan alkaloid karena reaksi aminasi
(Saifudin, 2014).

2. Flavonoid

Istilah flavonoid menggambarkan semua polifenol pigmen tanaman yang serupa dengan
flavon yaitu dua cincin benzena tersubstitusi yang dihubungkan oleh rantai karbon. Sekitar 4.000
flavonoid yang telah diidentifikasi memiliki susunan struktur dasar yang sama (Hoffmann,
2003).

Flavonoid glikosida larut dalam air dan terakumulasi dalam vakuola sel tumbuhan.
Flavonoid adalah pigmen tumbuhan yang memberi warna pada bagian tumbuhan seperti bunga,
buah, dan kadang daun. Flavonoid dapat mengubah reaksi tubuh terhadap zat lain, seperti
alergen, virus, dan karsinogen, sebagaimana dibuktikan oleh sifat anti-inflamasi, antiallergenic,
antiviral, dan antikanker (Hoffmann, 2003).

3. Terpenoid/Steroid

Terpenoid adalah senyawa yang tersusun dari kerangka isopren (C5), yakni rantai
beranggota lima karbon bercabang (branching) metil pada karbon nomor 2 atau kelipatannya
(Saifudin, 2014). Terpenoid merupakan senyawa yang dapat saja mengandung gugus fungsi
hidroksil, aldehid, dan keton. Berdasarkan jumlah unit isoprene yang dikandungnya, senyawa
terpenoid terbagi atas: 1) monoterpen (dua unit isoprene), 2) seskuiterpen (tiga unit isoprene), 3)
diterpena (empat unit isoprene), 4) triterpena (enam unit isoprene), 5) tetraterpena (delapan unit
isoprene), dan 6) politerpena (banyak unit isoprene) ) (Tukiran, Suyatno, dan Hidayati, 2014).

Steroid adalah suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar


siklopentanoperhidrofenantrena, yang memiliki empat cincin terpadu (biasa ditandai cincin A, B,
C dan D). Senyawa golongan ini mempunyai efek fisiologis tertentu, beberapa diantaranya yang
sangat umum dikenal adalah kolesterol, suatu senyawa steroid hewani yang terdapat paling
meluas dan dijumpai pada hampir semua jaringan hewan dan manusia (Tukiran, Suyatno, dan
Hidayati, 2014).

4. Saponin

Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks, yaitu senyawa hasil kondensasi suatu
gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula
(glikon) dan non-gula (aglikon) serta busa. Timbulnya busa inilah yang menjadikan mudahnya
indikasi adanya saponin ketika dilakukan uji skrining fitokimia. Saponin ini terdiri dari dua
kelompok, yaitu: saponin triterpenoid dan saponin steroid. Saponin dapat diperoleh dari
tumbuhan melalui metode ekstraksi dan isolasi (Tukiran, Suyatno, dan Hidayati, 2014).

Senyawa ini memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan, dan bersifat
seperti sabun. Mereka membentuk busa dalam larutan berair dan menyebabkan hemolisis
eritrosit darah secara in vitro. Bagian aglikon dari molekul saponin disebut genin atau sapogenin.
Kebanyakan saponin memiliki rantai gula yang relatif pendek dan tidak bercabang yang
mengandung dua sampai lima monosakarida. Monosakarida umum yang ditemukan meliputi D-
glukosa, D-galaktosa, asam D-glukuronat, asam D-galakturonat, L-rhamnose, L-arabinosa, D-
xilosa, dan D-fruktosa (Hoffmann, 2003).

5. Tanin
Senyawa tanin adalah senyawa astringen yang memiliki rasa pahit dari gugus polifenolnya
yang dapat mengikat dan mengendapkan atau menyusutkan protein. Tanin diklasifikasikan
menjadi hydrolyzable tanin dan condensed tanins.

Senyawa tanin apabila dikonsumsi dalam jumlah berlebihan akan menghambat penyerapan
mineral misalnya besi. Hal ini karena sifat tanin adalah chelators ion logam. Asam tannic tidak
mempengaruhi penyerapan mineral lain seperti seng, tembaga, dan mangan (Ismarani, 2012).

6. Kuinon

Kuinon memberikan pigmen yang berwarna kuning, oranye, merah sampai hampir hitam
pada tanaman. Meskipun banyak tanaman yang mengandung kuinon telah digunakan sebagai
pewarna, mereka sebenarnya berkontribusi sedikit terhadap warna tanaman. Kuinon biasanya
terdapat di kulit kayu, kayu ulin, atau akar, atau di jaringan tempat warna mereka ditutupi oleh
pigmen lainnya.

Kuinon dikelompokkan menjadi tiga kelompok sesuai dengan peningkatan ukuran


molekulnya, yaitu benzoquinones, naphthoquinones, dan antrakuinon. Banyak yang tersubstitusi
oleh kelompok isoprenil dan karenanya bersifat lipofilik. Yang lainnya mengalami hidroksilasi,
dengan sifat fenolik, dan dapat terjadi baik dalam bentuk bebas dan sebagai glikosida
(Hoffmann, 2003).
BAB III
HABITAT

Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya diluar daerah tersebut jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang terlalu
ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan pada kondisi tanah yang agak kering.
Tetapi untuk pertumbuhan optimalnya, jagung menghendaki beberapa persyaratannya adalah
sebagai berikut :

3.1 Iklim

Iklim yang dikehendaki oleh ebagian tanaman jagung adalah daerah-daerah beriklim
sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh didaerah yang
terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat LS.
Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal
sekitar 85- 200 mm/bulan dan harus merata.
Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang
ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat / merana, dan memberikan hasil biji yang kurang
baik bahkan tidak dapat membentuk buah.
Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34 derajat C, akan tetapi bagi
pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27 derajat C. (Kiswanto,
2018)

3.2 Media Tanam

Agar supaya dapat tumbuh optimal tanah harus gembur, subur, dan kaya humus.
Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain:
- Andosol (berasal dari gunup berapi)
- Latosol, grumosol, dan tanah berpasir.

Keasaman tanah yang baik bagi tumbuhan jagung adalah ph antara 5,6-7,5

Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik.
(Kiswanto, 2018)

3.3 Ketinggian Tempat

Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari daerah rendah sampai daerah pegunungan
yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah dengan ketinggian optimum antara 0-
600 m dpl. Merupakan ketinggian yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung. (Kiswanto,
2018)
BAB IV
DESKRIPTIF

4.1 Akar

Akar jagung pada tanaman ini memiliki kedalaman 8 tetapi secara umumnya 2 m. Sistem
perakaran jagung terdiri dari akar-akar seminal yang tumbuh ke bawah pada saat biji
berkecambah; akar koronal yang tumbuh ke atas dari jaringan batang setelah plumula muncul;
dan akar udara (brace) yang tumbuh dari buku-buku di atas permukaan tanah. Akar-akar seminal
terdiri dari akar-akar radikal atau akar primer ditambah dengan sejumlah akar-akar lateral yang
muncul sebagai akar adventious pada dasar dari buku pertama di atas pangkal batang. Pada
umumnya akar-akar seminal berjumlah 3-5, tetapi dapat bervariasi dari 1-13. Akar koronal
adalah akar yang tumbuh dari bagian 'dasar pangkal batang. Akar udara tumbuh dari buku-buku
kedua, ketiga atau lebih di atas permukaan tanah, dapat masuk ke dalam tanah. Akar udara ini
berfungsi dalam assimilasi dan juga sebagai akar pendukung untuk memperkokoh batang
terhadap kerebahan. Apabila masuk ke dalam tanah, akar ini akan berfungsi juga membantu
penyerapan hara ( Martin, J.H., W.H. Leonard, and Stamp. 1976).

4.2 Batang

Batang pada tanaman jagung sangatlah muda terlihat, batang jagung hampir menyerupai
padi ataupun gandum. Tetapi batang terdapat muatan yang batangnya tidak tumbuh pesat
sehingga tanaman terbentuk roset, dengan batang ruas-ruas dan terbungkus pelepah daun yang
muncul dari buku. Sehingga batang dapat tumbuh dengan kuat (Franke, G. 1981).

4.3 Daun

Daun jagung muncul dari buku-buku batang, sedangkan pelepah daun menyelubungi ruas
batang untuk memperkuat batang. Panjang daun jagung bervariasi antara 30-150 cm dan lebar 4-
15 cm dengan ibu-tulang daun yang sangat keras. Tepi helaian daun halus dan kadang-kadang
berombak. Terdapat juga lidah daun (ligula) yang transparan dan tidak mempunyai telinga daun
(auriculae). Bagian atas epidermis umumnya berbulu dan mempunyai barisan memanjang yang
terdiri dari sel-sel bulliform. Adanya perubahan turgor menyebabkan daun menggulung. Bagian
bawah permukaan daun tidak berbulu (glabrous) dan umumnya mengandung stomata lebih
banyak dibanding dengan di permukaan atas. Jumlah stomata bagian atas permukaan daun
diperkirakan 7000- 10.000/ cm2, sedangkan di bagian bawah permukaan daun jumlahnya sekitar
10.000-16.000/cm2 (6). Jumlah daun jagung tiap tanaman bervariasi antara 12-18 helai (5).
Duduk daun bermacammacam tergantung dari genotipe mulai dari hampir mendatar sampai
vertical (Fischer, K.S., and A.F.E. Palmer. 198).

4.4 Perkecambahan

Setelah biji ditanam, biji akan menyerap air dari sekelilingnya dan calon tanaman mulai
tumbuh. Akar radikal memanjang dengan cepat diikuti oleh plumula dan akar-akar seminal. Akar
radikal muncul dari ujung biji dan arahnya berlawanan dengan calon tajuk. Akar-akar seminal
biasanya 2-5 muncul dari ujung biji dekat dengan tajuk. Semua akar, kecuali akar radikal,
tumbuh membentuk sudut 25-300 terhadap horisontal. Ruas yang pertama memanjang untuk
mencapai permukaan tanah. Jika ujung koleoptil muncul dari permukaan tanah, maka
pemanjangan ruas yang pertama berhenti dan daun mulai muncul dari koleoptil. Di bawah
kondisi yang panas lembab, ujung koleoptil muncul, 4-5 hari setelah tanam. Sebaliknya pada
kondisi dingin dan kering, koleoptil baru muncul dua minggu atau lebih. Selain oleh kondisi
lingkungan tersebut. perkecambahan dipengaruhi juga oleh dalamnya penanaman dan jenis tanah
(Hanway, J.J. 1971).
4.5 Bunga

Hal yang unik dari tanaman jagung dibanding dengan tanaman serealia yang lain adalah
karangan bunganya. jagung merupakan tanaman berumah satu (monoecious) di mana bunga
jantan (staminate) terbentuk pada ujung batang, sedangkan bunga betina (pistilate) terletak pada
pertengahan batang (6, 13). Tanaman jagung bersifat protrandy di mana bunga jantan umumnya
tumbuh 1-2 hari sebelum munculnya rambut (style) pada bunga betina. Oleh karena bunga jantan
dan bunga betina terpisah ditambah dengan sifatnya yang protrandy, maka jagung mempunyai
sifat penyerbukan silang. Produksi tepung-sari (polen) dari bunga jantan diperkirakan mencapai
25.000-50.000 butir tiap tanaman (6). Bunga jantan terdiri dari gluma, lodikula, palea, anther,
filarnen dan lemma. Adapun bagian-bagian dari bunga betina adalah tangkai tongkol, tunas,
kelobot, calon biji, calon janggel, penutup kelobot dan rambut-rambut (Leonard, W.H. and J.H).

4.6 Buah/Tongkol

Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas. Tongkol jagung
diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih
dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol
terdiri atas 10- 16 baris biji yang jumlahnya selalu genap (Muhadjir, F. 1980).

4.7 Biji

Berdasarkan bentuk biji, kandungan endosperm, serta sifat-sifat lain, jagung dibagi menjadi tujuh
tipe. Tipe yang sekarang banyak dijumpai di dunia adalah tipe gigi dan mutiara (Bland, B.F.
1980).
2

Penampang Longitudinal biji jagung


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Jagung (nama ilmiah jagung; Zea mays L.) adalah salah satu bahan makanan pokok
pengganti nasi. Jagung merupakan tanaman pangan penghasil karbohidrat terpenting di dunia,
selain gandum dan padi. Di beberapa tempat seperti Amerika Tengah, Amerika Selatan, sebagian
Afrika dan beberapa daerah di Indonesia, jagung adalah bahan makanan pokok. Organ jagung
terdiri dari akar, batang, daun, buah, bunga, dan biji. Selain sebagai bahan pangan jagung juga
menghasilkan berbagai mineral dan vitamin yang menjaga jantung tetap sehat, bagus untuk mata
karena mengandung vitamin A, menambah energi bagi tubuh, menjadi sumber serat dan
mengurangi sembelit, terdapat fito nutrient yang ternyata bisa mencegah perkembangan kanker,
berguna untuk diet dengan cara menurunkan berat badan, membantu menyehatkan percernaan
karena dapat menambah bakteri baik di dalam usus, bebas dari gluten yang artinya baik bagi
penderita diabetes.

4.2 Saran

Saran yang bisa disampaikan dalam penulisan ini, sebaiknya para petani yang ingin
menanam jagung harus lebih memperhatikan media tanam yang benar, iklim dan juga ketinggian
tempat.
DAFTAR PUSTAKA
Kiswanto, S.P. 2018. Bercocok Tanam Jagung. Yogyakarta : Rubrik

Yasin, Muh. 2018. Jagung Sebagai Sumber Pangan Fungsional. Bogor

Martin, J.H., W.H. Leonard, and Stamp. 1976. Principles of field crop production. Macmillan
Publ. Co. pp. 337-339.

7. Franke, G. 1981. Mais (Zea mays L.). In Nutzpflanzen der Tropen and Subtropen. Band II:
70-92.

Fischer, K.S., and A.F.E. Palmer. 1984. Tropical maize. International Maize and Wheat
Improvement Center (CIMMYT),

Leonard, W.H. and J.H. Martin. 1973. Cereal crops. The Macmillan Co., Collier-Macmillan
Ltd., London pp 131-170.

. Bland, B.F. 1980. Crop production cereal and legumes. Academic Press Inc., New York

Hanway, J.J. 1971. How a corn plant develops. Iowa State Univ. of Sci. and Techn. - Coop.
ext. Services, Ames, Iowa, USA.

. Muhadjir, F. 1980. Effect of plant density on leaf area index, light penetration, and yield
components of six corn (Zea mays L.) hybrids. MS Thesis Univ. of Wisconsin-
Madison, USA

Ditjentan. 2010. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010 – 2014.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Jakarta.

Pelczar. J. Michael dan Chan E.C.S. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Universitas
Indonesia

Tukiran, Suyatno, dan Hidayati, 2014. Petunjuk Laboatorium Analisis Pangan. Bogor:

Hoffman. 2003. Corn growth and development. Extension Service. University of Minesota.
p.5.

Tukiran, Suyatno, dan Hidayati, 2014. Petunjuk Laboatorium Analisis Pangan. Bogor:

Saifudin, 2014. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi

-
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai