Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PEMBUATAN PUPUK UREA

PROSES INDUSTRI KIMIA ANORGANIK

OLEH :

Zen Maulana Pangestu (40040118060032)

Savira Ratna Muthia (40040118060033)

Shelvin Putri Hariyatno (40040118060034)

Febrian Nur Alam (40040118060035)

Harin Istiqomah (40040118060036)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
2020

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatka
n puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-N
ya kepada kami, sehingga Saya dapat menyelesaikan makalah tentang Pembuatan Pupuk Urea.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak s
ehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terim
a kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari se
gi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang mikroba pendegradasi minyak ini dap
at memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Semarang, 3 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................1
BAB II................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................................2
2.1 Pengertian Urea......................................................................................................................2
2.2 Persiapan Bahan Baku...........................................................................................................2
2.3 Proses Pembuatan Urea.........................................................................................................3
2.3.1 Tahap Sintesa.......................................................................................................................3
2.3.2 Tahap Dekomposisi..............................................................................................................4
2.3.3 Tahap Kristalisasi dan Pembutiran...................................................................................5
2.3.4 Tahap Pengeringan..............................................................................................................5
2.3.5 Tahap Finishing...................................................................................................................6
2.3.6 Tahap Recovery...................................................................................................................6
2.4 Diagram Alir Pembuatan Urea.............................................................................................8
2.4.1 Sintesa...................................................................................................................................8
2,4,2 Dekomposisi..........................................................................................................................9
2.4.3 Kristaize..............................................................................................................................10
2.4.4 Finishing.............................................................................................................................11
2.4.6 Kondensat...........................................................................................................................12
BAB III............................................................................................................................................13
KESIMPULAN...............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Urea adalah suatu senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen, oksigen dan
nitrogen dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2CO. Seiring perkembangan zaman, menyebabkan
meningkatnya kebutuhan urea dalam dunia. Oleh karena itu diproduksi secara komersial dari
sintesis amonia dan karbondioksida dan dapat diproduksi sebagai cair atau padat. Proses
dehidrasi karbomat amonium dalam kondisi panas tinggi dan tekanan tinggi, Produksi urea
pertama kali digunakan pada tahun 1870 dan masih digunakan sampai sekarang. Tingginya
penggunaan urea sintesis, maka diproduksi banyak. Bahkan satu juta pon urea yang diproduksi
di Amerika Serikat saja setiap tahun, sebagian besar digunakan dalam pupuk. Karena nitrogen
dalam urea membuatnya larut dalam air, sangat diperlukan dalam aplikasi pertanian. Urea juga
digunakan secara komersial untuk industri, pakan ternak, lem, pembersih toilet, produk
pewarnaan rambut, pestisida dan fungisida. Dalam pengobatan digunakan dalam barbitunat,
dermatologi, dan diuretik.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian pupuk urea?
1.2.2 Bagaimana persiapan bahan baku proses pembuatan pupuk urea?
1.2.3 Bagaimana deskripsi proses pembuatan urea pupuk?
1.2.4 Bagaimana diagram alir proses pembuatan urea pupuk?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Dapat mengetahui pengertian urea
1.3.2 Dapat mengetahui persiapan bahan baku proses pembuatan pupuk urea
1.3.3 Dapat mengetahui deskripsi proses pembuatan urea pupuk
1.3.4 Dapat mengetahui diagram alir proses pembuatan urea pupuk

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Urea


Pupuk adalah zat yang terdiri dari satu atau lebih unsur kimia yang sangat dibutuhkan oleh
tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan serta dapat meningkatkan produktivitas
maupun kualitas hasil tanaman.Berdasarkan proses pembuatannya, pupuk dikelompokkan menjadi
pupuk alam dan pupuk buatan sedangkan menurut bahan pembentukannya, pupuk dikelompokkan
menjadi pupuk organik dan pupuk anorganik (Purnama 2006).Pupuk buatan dibagi menjadi dua
menurut jenis unsur hara yangdikandungnya, yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk
majemukadalah pupuk yang mengandung dua atau lebih unsur hara tanaman (Purnama2006).

Urea adalah pupuk buatan hasil persenyawaan amoniak (NH3) dengan karbondioksida (CO2)
dan bahan dasarnya biasanya dari gas alam. Kandungan Nitrogen total berkisar antara 45-46%.
Urea mempunyai sifat higroskopis dan pada kelembaban udara 73% urea akan menarik uap air
dari udara. Keuntungan menggunakan pupuk urea adalah mudah diserap oleh tanaman. Selain itu,
kandungan nitrogen yang tinggi pada urea sangat dibutuhkan
pada pertumbuhan awal tanaman. Kekurangannya adalah apabila diberikan kedalam tanah yangmi
skin hara, urea akan berubah ke wujud awalnya yaitu amoniak (NH3) dan karbondioksida (CO2)
yang mudah menguap. Fungsi nitrogen bagi tanaman adalah meningkatkan pertumbuhan tanaman,
membuat daun tanaman menjadi lebar dengan warna yang lebih hijau,meningkatkan kadar protein
dalam tubuh tanaman, meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan, dan meningkatkan
perkembangbiakan mikroorganisme di dalam tanah.

2.2 Persiapan Bahan Baku


 CO2
Spesifikasi: CO2 = 98% wt min.
Sulfur = 1,0 ppm vol maks
H2O = jenuh
Tekanan = 0,6 Kg/cm²min.
Suhu = 38°C

2
 NH3 cair
Spesifikasi: NH3 = 99,5% wt min
H2O = 0,5 % wt maks
Oil = 5,0 ppm wt maks
Tekanan = 18 Kg/cm²min
Suhu = 30°C
 Rasio Bahan Baku dan Bahan Pembantu per ton Urea Produk :
NH3 = 0,568 ton
CO2 = 0,745 ton
Listri = 30 Kwh
Air pendingin = 88 M³
Uap air = 0,99 ton

2.3 Proses Pembuatan Urea


Proses pembuatan urea di bagi menjadi 6 Unit yaitu :
- Tahap Sintesa
- Tahap Purifikasi
- Tahap Kristalisasi dan Pembutiran
- Tahap Finishing
- Tahap Recovery

2.3.1 Tahap Sintesa


Alat yang digunakan pada tahap sintesa adalah Urea Syntesis Reactor (DC 101) yang
mendapat umpan berupa ammonia cair, gas karbon dioksida, dan larutan karbamat recycle. Pada
tahap ini urea diproduksi melalui reaksi eksotermis tinggi dari amonia dan karbon dioksida
membentuk amonium karbamat, diikuti dehidrasi endotermis ammonium karbamat membentuk
urea. Reaksi yang terjadi:

2NH3(l) + CO2(g) NH2COONH4(liquid ammonia karbamat) ∆H=-38 kkal/mol

NH2COONH4(l) NH2CONH2 +H2O(l)    ∆H=-38 kkal/mol

3
Produk yang keluar dari reactor adalah urea, ammonium karbamat, ekses ammonia, biuret, dan uap
air.

2.3.2 Tahap Dekomposisi


Tahap ini bertujuan untuk menguraikan larutan ammonium karbamat menjadi urea dan uap air
denga cara termal ekomposisi didalam high pressure decomposer, low pressure decomposer, dan
gas separator

a. High pressure decomposer, tekanan 17 kg/cm2G dan temperature 1450C.


b. Low pressure decomposer, tekanan 2,5 kg/cm2G dan temperature bagian atas 1170C
sedangkan bagian bawah 1150C.
c. Gas separator, beroperasi pada tekanan 0,3 kg/cm2G dan temperature 1060C. bagian
bawah disebut oxidizing column beroperasi pada atm dan temperature 920C.

Dekomposisi ini dilakukan pada suhu 1200C-1600C dan tekanan 17 kg/cm2G. penurunan
tekanan dan kenaikan suhhu akan menambah baiknya dekomposisi. Reaksinya:

2NH2COONH2(l)        NH2COONHCONH2(l) + NH3(g)

High pressure decomposer terdiri dari ruang flashing pada bagian atas, empat sieve tray,
penyekat, falling film heater dn penampung larutan yang berada di bawahnya. Campuran urea,
ammonium karbamat dan gas produk reactor dengan tekanan 17 kg/cm 2G dan temperature 124oC
masuk pada bagian atas high pressure decomposer campuran bertekanan tersebut akan memancar
yang menyebabkan gas gas terpisah dari cairannya. Gas naik ke atas sedangkan larutan mengalir
ke bawah melalui empat buah sieve tray. Larutan dri sieve tray ditampung oleh suatu penyekat
yang selanjutnya dialirkan menuju falling film heater.

Larutan mengalir ke bagian dalam tube falling film heater dan turun ke bawah pada
permukaan dinding bagian dalam tube. Hal ini bertujuan untuk memperkecil waktu tinggal dalam
tube pemanas sehingga pembentukan biuret dan hidrolisa urea dapat ditekan

Larutan ditampung di penyekat sebelum dialirkan ke falling film heater dipanaskan dahulu
dalam reboiler for high pressure decomposer. Dengan tekanan 12 kg/cm2G

Low pressure decomposer terdiri dari ruang flashing pada bagian atas empat sieve tray,
penyekat, penmpung larutan, packed bed yang berada di bagian bawah.

4
2.3.3 Tahap Kristalisasi dan Pembutiran
Steam pemanas masuk ke tube bundle adalah steam low yaitu dengan tekanan 4 Kg/cm 2G.
larutan urea dari gas separator dipompa oleh urea solution feed pumpdialirkan ke bagian bawah
crystalizer yang terbagi menjadi 2 bagian, bagian atas vacuum konsentrator dengan vacuum
generator dan bagian bawah adalah crystalizer dangan agitator dimana terbentuk crystal urea
dalam larutan slurry.
Larutan bubur urea dari crystalizer feed pump ke centrifuge dan sebagian dialirkan kembali
ke crystalizer. Di centrifuge urea dipisahkan dari larutan induknya berdasarkan ukuran kristal yang
ukurannya lebih kecil akan lolos dan masuk ke fluidized dryer, sedangkan kristal yang berukuran
besar ditampung ke molder liquin tankyang dilengkapi system pemanas untuk mencegah gumpalan
kristal.
Di fluidized dryer kristal urea dikeringkan sampai kandungan air tinggal 0,1-0,3% dengan
hembusan udara dari blower induced fan yang telah dipanasskan oleh uap panas sehingga
temperaturnya mencapai 200oC dan tidak boleh mencapai temperature titik leleh urea 132,7oC.
Melter beroperasi pada suhu 138oC dan dijaga konstan agar pembentukan biuret dapat
ditekan sekecil mungkin. Lelehan urea keluar distributor berbentuk tetesan tetesan dan akan
memadat selama jatuh di prilling tower, karena adanya pendinginan oleh udara yang dihembuskan
ke atas oleh blower. Urea akan sampai dalam bentuk butiran.
Butir butiran urea yang sudah jadi masuk ke ayakan trommel untuk memisahkan butir butir
urea yang diluar batas. Butiran urea yang lolos dari trommel dikirim ke bagagin pengantongan
melalui belt conveyor, butiran yang ukurannya besar dilarutkan dalam dissolving tank 2yang
sebagian dikembalikan ke mother liquior tank dan sebagian dikirim ke crystalizer.

2.3.4 Tahap Pengeringan


Campuran gas menuju ke off gas condenser setelah terlebih dahulu melalui kerangan
pengatur tekanan, sedangkan larutan turun ke bawah melalui pipa yang berbentuk U ke Oxidizing
coloum. Larutan mengalir melalui packed bed dan terjadi kontak dengan udara yang dihembuskan
melalui pipa distributor di bagian bawah packed bed yang berasal dari off gas absorber. Off gas
circulating blower menghembuskan udara untuk menghilangkan sisa ammonia dan karbon
dioksida, selain itu untuk mengoksidasi logam yang ada dalam larutan.

5
2.3.5 Tahap Finishing
Molten urea yang dikirim ke Prilling Tower (IA-301) dispray sebagai tetesan urea
menggunakan Prilling Basket. Urea yang keluar dari Prilling Basket didinginkan dan menjadi
padat setelah kontak dengan udara yang mengalir dari bawah ke atas Prilling Tower karena
hisapan dari Induced Fan for Prilling Tower (GB-301A-G). Debu urea yang terbawa dalam aliran
udara kemudian discrub di Dust Scrubbing System sebelum dibuang ke atmosfer.

Rata-rata ukuran diameter urea prill bisa diatur sesuai dengan range yang diinginkan
dengan mengatur kecepatan Prilling Device. Ukuran butiran urea yang lebih besar akan didapatkan
dengan kecepatan Prilling Basket yang lebih tinggi, dan sebaliknya ukuran urea akan lebih kecil
apabila kecepatan lebih rendah. Range ukuran butiran urea dari ukuran terbesar terjadi pada
kondisi kecepatan putaran yang menyebabkan tumpahan urea normal sampai ukuran terkecil
terjadi ketika butiran urea terlempar sampai ke dinding Prilling Tower akibat kecepatan putaran
Prilling Device. Data aktual harus diambil pada saat inisial start-up mengikuti instruksi manual.

Urea di dalam udara panas diserap melalui proses kontak secara counter current
(berlawanan arah aliran) dengan larutan urea 20 wt% di Packed Bed for Dust Recovery (FD-302).
Circulation Pump for Dust Recovery (GA-301) mensirkulasikan urea solution dalam jumlah yang
cukup untuk membasahi packed bed. Di atas packed bed, dipasang Demister for Dust Recovery
(FD-303). Demister ini dicuci dengan proses kondensat yang bersih yang akan menangkap debu
urea yang terlewat dari packed bed. Kemudian udara dibuang ke atmosfer oleh Induced Fan for
Prilling Tower (GB-301) setelah debu yang terkandung dalam air ditangkap oleh demister.
Kandungan debu urea dan gas amoniak yang terkandung dalam udara yang keluar di Prilling
Tower diharapkan lebih kecil dari 50 mg/Nm3.

Urea prill dari Prilling Tower (IA-301) dikirim ke Product Cooler (EA-801) dan kemudian
didinginkan dengan menggunakan cooling water untuk menjaga temperature akhir produk 42 oC.

2.3.6 Tahap Recovery


Perbedaan mendasar antara berbagai proses pembuatan urea adalah pada metode yang
digunakan untuk penanganan terhadap NH3 dan gas CO2 yang tidak bereaksi dari proses
dekomposisi. Menaikkan tekanan campuran NH3 dan gas CO2 dan mengembalikannya ke Reactor
(DC-101) tidak bisa dilakukan karena kompresi campuran gas tersebut akan menghasilkan

6
ammonium carbamatesolid dan akan menyumbat internal compressor. Metode recycle gas yang
tidak beraksi bisa diklasifikasikan ke dalam dua tipe:

- Pemisahan dan recycle gas

- Recycle dalam bentuk larutan atau slurry

Pada ACES 21 digunakan proses recycle larutan. Campuran gas NH3-CO2 dari
SeksiDekomposisi diserap oleh air dan larutan carbamate di masing-masing absorber yang
berhubungan dengan decomposer, kemudian direcycle kembali ke Carbamate Condenser (EA-101)
dan Reactor (DC-101).

6.1 LP Absorber (EA-402)

Kondisi operasi ditentukan berdasarkan kondisi dimana gas NH3 dan CO2 dari LP
Decomposer (DA- 202) dapat diserap semua oleh larutan di bagian atas Washing Column (DA-
401). Dilihat dari perngaruh temperature dan tekanan, kelarutan NH3 dan CO2 meningkat dengan
naiknya tekanan. Gas CO2 diinjeksikan untuk menaikkan kapasitas absorbsi karena CO2 bereaksi
dengan NH3 membentuk ammonium carbamate/carbonat, dimana akan menurunkan tekanan
parsial NH3. Dengan injeksi CO2 ini maka bisa didapatkan kandungan air yang lebih rendah
dalam larutan carbamate yang direcycle ke Reactor (DC-101). Temperature harus dijaga lebih
rendah dari temperature kesetimbangan dan didapatkan temperature optimum 45 oC dengan
mempertimbangkan temperature solidifikasi dan faktor keamanan apabila terjadi fluktuasi operasi.

6.2 HP Absorber System (EA-401)

High pressure absorber system terdiri dari HP Absorber (EA-401) dan Washing Column
(DA-401). Gas NH3 dan CO2 dari HP Decomposer (DA-201) diserap di shell side Heater of
Vacuum Concentrator (EA-201) dan kemudian mengalir ke HP Absorber (EA-401). Sekitar 70 wt
% campuran gas terserap di Heater of Vacuum Concentrator Evaporator (EA-201) dan HP
Absorber (EA-401). Sisa NH3 dan CO2 selanjutnya akan diserap di bagian bawah Washing
Column (DA-401). Tekanan operasi dari sistem HP Absorber ditentukan 15.8 kg/cm2G pada top
Washing Column (DA- 401) dengan mempertimbangkan tekanan operasi di HP Decomposer (DA-
201). Temperatur operasi di HP Absorber adalah 106 oC. Gas keluaran HP Absorber (EA-401)
mengalir ke Washing Column (DA- 401). Washing Column terdiri dari sistem pendingin di bagian

7
bawah dan dua packed bed. Di bagian bawah dengan sistem pendingin, gas NH3 dan CO2 diserap
oleh larutan dari packed bed Washing Column (DA-401). Sedangkan temperature opersi di bagian
bawah adalah 71 oC.Gas NH3 dan CO2 selanjutnya diserap dalam dua packed bed di Washing
Column (DA-401) oleh larutan LP Absorber (EA-402) dan proses kondensat dari Process
Condensate Tank (FA-501).

2.4 Diagram Alir Pembuatan Urea

2.4.1 Sintesa
Urea diproduksi melalui reaksi yang sangat eksotermis antara NH3 dan CO2 menghasilkan
ammonium carbamate (selanjutnya disebut carbamate) dan diikuti oleh dehidrasi carbamate
menjadi urea yang merupakan reaksi endotermis. Reaksi kimia yang terjadi dalam Reactor (DC-
101) adalah dua tahap sebagai berikut :

Pembentukan Carbamate

2NH3+CO2 → NH2COONH4 Q = +157.5 kJ = +38000 kkal

8
Dehidrasi

NH2COONH4 → NH2CONH2+H2O Q = -26,4 kJ = - 5000 kkal

Kondisi Operasi :

P = 175 Kg/cm2; T Bottom Reaktor = 176 0C;

T Top Reaktor = 190 0C; N/C = 4,0

Oksigen Pasivasi = 670 Nm3/H. Pada Rate CO2

100 %; Urea Outlet Reaktor/Stripper = 35 % / 51,4

%. Menghasilkan Steam Low (SL) 5,5 Kg,

sebanyak 28,6 T/H.

Proses CO2 Stripping memanfaatkan feed CO2


sebagai media stripping di Stripper dengan bantuan
steam pemanas 22 Kg. Larutan Urea dari Stripper
sebelum ke area Dekomposisi terlebih dahulu di
panasi dibagian shell Karbamat Kondenser No. 2
sehingga mencapai temperatur 156 0C.

Campuran gas dari Stripper masuk ke Karbamat


Kondenser 1 dan 2 untuk dikondensasikan menjadi
Amonium karbamat.

Amonia langsung masuk ke Reaktor untuk bereaksi


dengan Campuran gas dan Amonium karbamat dari CC 1 dan 2.

2.4.2 Dekomposisi
Produk dari reaksi sintesa terdiri dari urea, biuret, ammonium carbamate, air dan ekses
NH3. Selanjutnya dibutuhkan proses pemisahan urea dari produk hasil reaksi

Ammonium carbamate, ekses NH3 dan


sebagian air dipisahkan dengan proses pemanasan

9
bersamaan dengan penurunan tekanan. Ammonium carbamate didekomposisi menjadi gas NH3
dan CO2.

Kondisi Proses :

DA-201; P = 17 Kg, T = 158 0C.

DA-202; P = 2,3 Kg, T = 117 0C.

FA-205; P = 300 mm Abs.

T = 94 0C

FA-201; P = Atm. T = 94 0C

Urea karbamat datang dari Synthesa dipanaskan dengan media Condensate & SL di DA-
201 & 202. Konsentrasi keluar dari DA-202 = 71,1 % Urea. Kemudian Urea dikirim ke Seksi
Kristallizer.

Campuran gas keluar dari DA-201 & DA-202 dikondensasikan di seksi Recovery, untuk
kemudian kembali ke Reaktor sebagai Recovery Amonium Karbamat.

2.4.3 Kristaize
Urea 71,1 % dari seksi Dekomposisi dipekatkan di Kristallizer dengan tekanan Vacuum.

Urea dengan Konsentrasi 80 % dari Kristallizer dipisahkan dari air yang tersisa di
Centrifuge sehingga mencapai 98,03 %
Urea dalam bentuk tepung.

Air bercampur dengan urea


yang berkonsentrasi 72,4 % ditampung
di Mother Liquor untuk diproses
kembali sebagai recovery biuret ke
Reaktor dan sebagai larutan induk
untuk proses pembentukan kristal di
Kristallizer.

10
2.4.4 Finishing
Operasi dari Drayer sampai Cyclone berada
dalam kondisi tekanan Vacum.

Tepung Urea dari Centrifuge sebelum ke Melter di


Prilling Tower terlebih dahulu di panasi dengan
udara panas yang ditiupkan oleh Forced Fan for
Drayer (GB-301) dan diisap ke atas oleh Induced
Fan for Drayer (GB-302). Setiba di Melter tepung
Urea yang 99,68 % dilelehkan memakai Steam
Low pada temperatur 138 0C.

Lelehan Urea dari Melter turun ke Bawah


berbentuk hujan karena dilalukan pada
Distributor. Dari bawah ditiup dengan udara oleh
GB-303 sehingga hujan urea tersebut membeku
selama perjalanan turun kebawah.

Prill Urea yang terbentuk turunkebawah melalui belt yang berjalan ke PPU (Gudang Pupuk)
sebagai produk Urea.

2.4.5 Recovery

Campuran Gas yang berasal dari Low Pressure Decomposer masuk ke Low Pressure
Cooler untuk dikondensasikan dan diserap oleh penyerap yang berasal dari PCT.
Campuran Gas yang berasal dari High Pressure Decomposer masuk ke High Pressure
Absorber B untuk dikondensasikan. Gas yang tidak terkondensasi di HPA B dikondensasikan lagi
di HPA A, sisa gas dari HPA A diserap oleh penyerap yang berasal dari EA-402 di Washing
Column.
Amonium karbamat yang terbentuk di HPA B hasil dari kondensasi dan penyrapan
campuran gas di pompakan ke Reaktor sebagai daur Ulang (Recovery Solution).

11
2.4.6 Kondensat
Campuran Gas sisa dari Kristallizer dan Urea Solution Tank dikondensasikan di Surface
Condenser. Proses Condensasi tersebut diolah dengan memanaskannya di Urea Hydrolizer dan
Process Condensate Stripper. Gas hasil olahan tersebut dikembalikan ke Low Pressure
Decomposer, sedang air yang sudah terbebas dari gas tersebut akan dipakai sebagai penambah
level Dust Chamber di P Tower, penyerap di Low Pressure Absorber dan penambah level Cooling

Tower Utility.

12
BAB III

KESIMPULAN

Pupuk adalah zat yang terdiri dari satu atau lebih unsur kimia yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan serta dapat
meningkatkan produktivitas maupun kualitas hasil tanaman. Urea adalah pupuk buatan
hasil persenyawaan amoniak (NH3) dengan karbondioksida (CO2) dan bahan dasarnya
biasanya dari gas alam. Ammonia sebagai bahan baku diperoleh dari hasil reaksi antara gas
hydrogen dengan gas nitrogen yang dilakukan pada unit ammonia. Proses yang dipakai
dalam pembuatan pupuk urea adalah Proses Mitsui Toatsu Total Recycle C Improved yang
memanfaatkan kembali gas-gas yang tidak bereaksi sebagai larutan karbamat dan di
recycle ke reactor urea. Diskripsi proses pembuatan pupuk urea meliputi proses sintesis,
dekomposisi, kristallizer, finishing, dan recovery.

13
DAFTAR PUSTAKA

Perry, R. H. and Don Green. 1999. Chemical Engineer Handbook, 7th Edition. New York: Mc
Graw-Hill Book Company Ltd.

Pupuk Sriwidjaja Palembang. 2015. Filosofi Proses Pabrik Urea PUSRI II-B. Palembang: PT.
PUSRI

Wahyuningsih. 2014. Proses Industri Kimia 2. Semarang: LPPM UNDIP.

14

Anda mungkin juga menyukai