Anda di halaman 1dari 12

TUGAS ANALISA KASUS SYOK

A. Analisa kasus

Dari kasus tersebut dapat diketahui bahwa pasien adalah seorang laki-lai yang
berusia 46 tahun, pendidikan terahir SD, pekerjaan wiraswasta, agama islam, datang ke
IGD dengan keadaan kesadaran menurun, berkeringat dingin, gelisah. Keluarga
mengatakan bahwa awalnya pasien mengeluh sakit dada sekitar 25 menit yang menjalar
ke lengan bagian kiri serta sesak nafas, pasien memiliki riwayat jantung koroner.

Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan KU pucat, tingkat kesadaran samnolen, kulit
dingin dan berkeringat. TD 90/70 mmHg, HR 115x/menit, RR 30x/menit dengan irama
teratur, JVP (5+2) cmH2O, edema -, suara jantung (s3) +, ronchi basah lapang paru kiri.
Hasil pemeriksaan labor Hb 14 g/dl, leukosit 9.800/mm 3, trombosit 214.000/mm3, urine
output 17 ml/jam, chol total 345 g/dl, trigliserid 180 mg/dl, LDL 194 mg/dl, HDL 38
mg/dl, CK MB 10 mg/dl, troponin l 0.5 mg/dl. Hasil pemeriksaan diasnostik chest : CTR
65%, lungs corakan paru meningkat, EKG, sinus tachicardia, ST evalasi v2-v5, LVH
meningkat.

Menurut analisa saya, kasus diatas termasuk syok kardiogenik sesuai dengan isi
“buku dari buku keperawatan medikal bedah: buku saku dari brunner & suddarti pada
halaman 529” yaitu tanda-tandanya adalah tekanan darah rendah, nadi lemah, dan cepat,
hipoksia serebral yang ditandai dengan kelainan pikir dan agitasi, penurunan haluan
urine dan kulit dingin.

Menurut buku “ gawat darurat dibidang penyakit dalam” pada halaman 24-29.
Dijelaskan bahwa syok kardiogenik ialah kelaianan jantung primer yang mengakibatkan
perfusi jaringan tidak cukup untuk menstribusi bahan-bahan makanan dan pengambilan
sisa-sisa metabolik. Dari segi hemodinamik syok kardiogenik ialah kelainan jantung
primer yang mengakibatkan hal-hal berikut:

1. Tekanan arterial sistolik < 90 mmHg (hipotensi absolut) atau paling tidak 60 mmHg
dibawah tekanan basal (hipotensi relatif).

2. Gangguan aliran darah ke organ-organ penting (kesadaan menurun, vasokontriksi


perifer, oliguria (urine < 30 ml/jam)).
3. Tidak adanya gangguan preload atau proses non-miokardial sebagai etiologi syok
aritmia, asidosis atau depresan jantung secara farmakologi maupun fisiologi).

4. Adanaya gangguan miokadial primer secara klinik dan laboratorik.

Sebagai peganagan diagnosis syok kardiogenik adalah sebagai berikut:

1. Hipotensi: tekanan darah sistolik < 90 mmHg atau 60 mmHg dibawah tekanan darah
sebelumnya.

2. Gejala hipoperfusi jaringan:

a. Kulit: gejala vaskontriksi perifer: pucat, basah, dingin, sianosis, vena-vena pada
punggung tangan dan kaki kolaps.

b. Ginjal: oliguria, produksi urine kurang dari 30 ml/jam.

c. Otak: gangguan fungsi mental, gelisah, berontak, apatis, binggung, penurunan


kesadaran hingga koma.

d. Seluruh tubuh: asidosis metabolik.

3. Tanpa penyebab-penyebab hipotensi lainnya: aritmia, jantung primer atau bradikardia


berat, berkurangnya volume intravaskuler, nyeri hebat, hipoksia, asidosis, efek toksik
obat-obatan seperti vasodilatasi anti hipertensi atau obat anti aritmia.

4. Sindrom syok:

a. Aritmia dilatasi

b. Rasa nyeri hilang

c. Pemberian oksigen

d. Trial of volume expansion

Etiologi syokk kardiogenik:

1. Infark miokardakut denagn segala kommplikasinya

2. Miokarditis akut

3. Tamponade jantung akut


4. Endokarditis infektif

5. Trauma jantung

6. Ruptur korda tendinea spontan

7. Kardiomiopati tingkat akhir

8. Stenosis vulvular akut

9. Regurgitasi vulvular akut

10. Miksoma atrium kiri

11. Kompliaksi bedah jantung

Dari berbagai penelitian dialporkan adanya faktor-faktor pedisposisi timbulnya syol


kardiogenik yaitu:

1. Umur yang relatif lebih tua pada syo kardiogenik: umumnya lebi dari 60 tahun

2. Telah terjadi payah jantung sebelumnya

3. Adanya imfark lama dan baru

4. Lokasi pada dinding anterior lebih sering menimbulkan syok

5. IMA yang meluas secara progresif

6. Kompliaksi mekanik IMA: septum sobek, infusiensi mitral, disinergi ventrikel

7. Gangguan irama jantung dan nyeri ayng hebat

8. Faktor estramiokardial: obat-obatan penyebab hipotensi atau hipovolemia

Kelainan fisiologis yang menjadi dasar syok kardiogenik ialah menurunnya


kontraktilitas jantung sebagai konsekuensi tidak berfungsinya sebagian otot jantung.
Hasil bedah mayat penderita IMA dengan syok kardiogenik menujukan kerusakan 40%
otot jantung. Mungkin ruptur dinding ventrikel, septum atau otot papilaris.

Manifestasi klinis syok kardiogenik:


1. Timbul tiba-tiba dalam wakktu 4-6 jam setelah infark akiabt gangguan miokard masif
atau ruptur dinding bebas ventrikel

2. Timbulnay secara perlahan dalam beberapa hari sebagai akibat infark berulang

3. Tmibul tiba-tiba 2 hingga 10 hari setelah infark disertai tibulnya bising mitral sistolik,
ruptur septm atau disosiasi elektromekaik. Episode ini dapat disertai atau tapa nyeri
dada,tapi sering disertai denagn sesak nafas akut

Pemeriksan fisik pada syok kardiogenik:

1. Diaforesis (kulit basah)

2. Pernafasan cepat (takipnea) dan dalam

3. Denyut cepat (kecuali dijumpai blok A-V)

4. Ronchi akibat bendungan paru

5. Buni jntung lemah, dan bunyi jantung 3 (S3)

6. Perikardium diskinetik

7. Bising jantung bial syok berasal dari disfungsi valvulr (aorta atau mitral)

8. Pulsus paradoksus pada infar miokar atau tamponde jantung

Pemeriksaan penunjang:

1. Foto toraks

a. Umumnya normal atau kardiomegali ringan hingga sedang

b. Edema paru intertisial/alveolar

c. Mungkin ditemukan efusi plural

2. Elektrokardiogram

a. Umumnya menunjukan infark miokard akut dengan atau gelombang Q

b. Elektrical alternans menunjukan adanya efusi perikardial dengan tamponade


jantung
1. Ekokardiografi

a. Hipokinesis berat ventrikel difus atau segmental (bila berasal dari infark miokard)

b. Efusi perikardial

c. Katup mitral dan aorta

d. Ruptur septum

Tatalaksana:

1. Etiologi syok harus ditentukan secepat mungkin

2. Pemantauan hemodinamik (kalau mungkin memakai kateter Swan-Ganz)

3. Pemberian oksigen (kalau mungin oksigen 28-48% dengan Venturi face mask)

4. Menghilangkan nyeri dengan morfin 4-8 mg intravena

5. Berikan dopamin 2-15 µg/kg/m, norepineprin 2-20 µg/kg/m atau dobutamin 2,5-10
µg/kg/muntuk meninggiakn tekanan perfusi arterial dan kontraktilitas. Boleh juga
amrionon intravena (kalau ada)

6. Cairan intravena, kalau mungkin berikan dextran 40

7. Furosemid 40-80 mg atau asam etakrinik 50 mg (bila ada bendungan paru0. Duiretik
menyebabkan vasodilatasi vena dan diuresis, hingga bendungan dan oksigenasi darah
meningkat

8. Digitalis hanya diberikan paad takikardi sipraventrikel dan fibrilasi atrial

9. Vasodilator hanya diberikan apabila dijumpai vasokontarakdiksi dan fibrilasi atrial

10. Tindaan pintas korener dan angioplastisi darurat kalau ada.

Jadi dari sumber diatas menurut saya pada kasus tersebut termasuk syok
normovolemik lebih tepatnya syok kardiogenik (koroner/non koroner), karena dari
riwayat penyait didpatkan pasien memiliki penyakit jantung koroner dan dari hasil
pemeriksaan sesuai dengan pemeriksaan jika seseorang menderita syok kardiogenik.
B. Resume Proses Keperawatan

No. Rekam Medis : 0124 Diagnosa Medis : jantung koroner


Nama : Tn. FD Jenis Kelamin : laki-laki Umur : 46 tahun
Agama : Islam Status Perkawinan : kawin Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta Sumber informasi : istri Alamat:bukittinggi
TRIAGE P1 P2 P3 P4
GENERAL IMPRESSION
Keluhan Utama : pasien diantar oleh istriya ke IGD dengan keluhan keadaan kesadaran
menurun, berkeringat dingin, gelisah. Keluarga mengatakan bahwa awalnya pasien meneluh
sakit dada sekitar 25 menit yang menjalar ke lengan bagian kiri serta sesak nafas.

Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) :  Baik  Tidak Baik, ... ... ...
AIRWAY
Jalan Nafas :  Paten  Tidak Paten
Obstruksi :  Lidah  Cairan  Benda Asing  N/A
Suara Nafas : Snoring Gurgling Stridor  N/A Lainnya: ronchi
Keluhan Lain: sesak nafas

BREATHING

Gerakan dada :  Simetris  Asimetris


Irama Nafas :  Cepat  Dangkal  Normal
Pola Nafas :  Teratur  Tidak Teratur
Retraksi otot dada :  Ada  N/A
Sesak Nafas :  Ada  N/A  RR : 30x/mnt
Keluhan Lain:-

CIRCULATION
Nadi :  Teraba  Tidak teraba
Sianosis :  Ya  Tidak
CRT :  < 2 detik  > 2 detik
Pendarahan :  Ya  Tidak ada
Keluhan Lain: -
PRIMER SURVEY

DISABILITY

Respon : Alert  Verbal  Pain  Unrespon


Kesadaran :  CM  Delirium  Somnolen  ... ... ...
GCS :  Eye 3  Verbal 4  Motorik 4
Pupil :  Isokor  Unisokor  Pinpoint  Medriasis
Refleks Cahaya:  Ada  Tidak Ada
Keluhan Lain: -

EXPOSURE
Edema : Ya  Tidak
Keluhan Lain: -

ANAMNESA
Riwayat Penyakit Saat Ini : syok kardiogenik

Alergi : -

Medikasi : -

Riwayat Penyakit Sebelumnya: jantung koroner

Makan Minum Terakhir: 3 jam sebelum kerumh sakit

Tanda Vital :
TD : 90/70 mmHg N : 115x/menit S: 36.8°C RR : 30x/menit
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala dan Leher:
Kepala dan leher simetris tidak ada perdarahan
Dada:
Dada normal, terdapat retraksi otot dada, an terasa nyeri
Abdomen:
Abdomen simetris
Pelvis:
Pelvis tidak ada kelainan
Ektremitas Atas/Bawah:
Ekstemitas atas terasa nyeri, ekstremitas bawah tidak ada kelainan
Punggung :
Punggung tidak ada kelainan
Neurologis :
Neurologis tidak ada kelainan
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 RONTGEN  CT-SCAN  USG  EKG
 ENDOSKOPI  Lain-lain, chest,
Hasil :
a. Chest : CRT : 65%, lungs corakan paru meningkat
b. EKG, sinus tachicardia, ST evalasi v2-v5, LVH meningkat.
Tanggal Pengkajian : 20 April 2020 TANDA TANGAN PENGKAJI:

Jam :18:00
NAMA TERANG : Nana Putri

2 Diagnosa Keperawatan

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas (kelemahan
otot pernafasan) ditandai dengan pola nafas abnormal.

b. Perfusi perifer tidak efektif berhubungn dengan penurunan alira arteri dan atau
vena ditandai dengan oleh nyeri ekstremitas.

3 Intervensi Keperawatan

SDKI SLKI SIKI

Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi


berhubungan dengan keperawatan selama 2X24
Observasi:
hambatan upaya nafas jam diharapkanpola nafas
(kelemahan otot membaik denagn kriteria  Monitor frekuensi,
pernafasan) ditandai pola hasil: irama, kedalaman dan
nafas abnormal. upaya nafas.
a. Tekanan ekspirasi
membaik  Monitor pola nafas

b. Tekanan inspirasi  Monitor adanya


membaik sumbatan jalan nafas

c. Penggunaa otot bantu  Auskultasi bunyi nafas


nafas menurun
d. Frekuensi nafas  Monitor saturasi oksigen
membaik
 Monitor nilai AGD
e. Kedalaman nafas
Terapeutik:
membaik
 Atur interval
pemantauan respiasi
sesuai ondisi pasien

 Dokumentasi hasi
pemantauan

Edukasi:

 Jelaskan tujuan dan


prosedur pemantauan

 Informasikan hasil
pemantauan.

Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan Perawaatn sirkulasi


efektif berhubungn keperawatan selama 2X24
Observasi:
dengan penurunan alira jam diharapkan perfusi
arteri dan atau vena perifer meningkat dengan  Periksa sirklasi perifer
ditandai oleh nyeri kriteria hasil:
 Identifikasi faktor resiko
ekstremitas
a. Denyut nadai perifer gangguan sirkulasi
membaik monitor panas,
kmerahan nyeri atau
b. Nyeri ekstremitas
bengkak pada
menurun
ekstremitas.
c. Turgor kulit membaik
Terapeutik:
d. Tekanan darah sistolik
 Hindari pemasanagan
membaik
infus atau pengambilan
e. Tekanan darah diastolik darah diarea
membaik keterbatasan perfusi
 Hindari pengukuran
tekanan darah diarea
ektremitas dengan
keterbatasan perfusi

 Hindari pemasangan
tornikuet di area cedera

 Lakukan hidrasi

Edukasi :

 Anjurkan berhenti
merokok

 Anjurkan beroalhraga
rutin

 Anjurkan mengecek air


mandi untuk
menghindari kulit
terbakar

 Anjurkan minum ibat


penontrol tekanan darah
secara teratur

 Anjurkan program diet


untk memperbaiki
sirkulasi

 Informasikan tanda dan


gejala darurat yang harus
dilaporkan

3. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku perawat, dimana perawat
melakuakn tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan.

4. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adala tindakan intelektual untuk melengkapi proses


keperawatan yag menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan
dan pelakanaannya sudah berhasil dicapai.

DAFTAR PUSTAKA
Diane C. Baugman, JoAnn C. Hanbook For Brunner And Suddarth’s Textbook Of Medical-
Surgical Nursing. Philadelpia: Lippicont-Raven Publisher

I Made Bakta dan I Ketut Suatika. Gawat Darurat Di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai