Fismat Chapter 5
Fismat Chapter 5
PENGANTAR
Pada kalkulus dan fisika dasar, integral dapat digunakan untuk mencari
luasan, volume, massa, momen inersia, dan sebagainya. Bab ini memaparkan
integral lipat dan pemanfaatannya dalam fisika serta cara pengoprasiannya.
Contoh soal :
−1
1. ∫ 2 sinθcosθ dθ=sin ²θ∨−co s 2 θ∨ 2
cos 2 θ. Hint :use trig identitas
Jawab :
∫ sin . u . dθ du = 2.dθ
1 1
dθ = du
∫ sin u . 2 2
1
sin u . du
2∫
1
. – cos u
2
−1
¿ cos u
2
−1
= cos 2θ
2
2. INTEGRAL LIPAT DUA DAN TIGA
Menurut perhitungan kalkulus, luas
daerah di bawah kurva dari x=a sampai x=b
pada Gambar 2.1 dapat dihitung menggunakan
b b
integral ∫ f ( x ) dx didefinisikan sebagai nilai limit jumlah luas dari semua segi
a
yaitu ∬ f ( x , y ) dx dy.
A
2−2 x 2−2 x
y 2 2−2 x
(2.1) ∫
y=0
z dy= ∫
y=0
( 1+ y ) dy= y+
2 (0 )|
¿ ( 2−2 x )+(2−2 x )2 /2=4−6 x +2 x2
Kemudian integralkan persamaan (2.1) pada kawasan dari x=0 sampai x=1
dan dapat ditulis:
1 3
(2.2) ∫ (4−6 x +¿ 2 x 2) dx=4 x− 62x + 23x |
1= 5 ¿
0 3
x=0
1 2−2 x 1 2−2 x
(2.3) ∫ ∫
x=0
( y=0
)
( 1+ y ) dy dx atau ∫ ∫
x=0 y=0
(1+ y ) dy dx
1 2−2 x
atau ∫ dx ∫ dy (1+ y)
x=0 y=0
terhadap peubah x yang terjadi pada y tetap (Gambar 2.4b) dari x=0 sampai
x=1− y /2. Cara ini menunjukkan bahwa benda pada Gambar 2.3 tersusun oleh
pelat-pelat tegak lurus terhadap sumbu y dari y=0 sampai y=2. Integrasi
dapat ditulis dalam bentuk:
2 1− y/ 2 2
( 1+ y ) dx dy= ∫ ( 1+ y ) x|1− y /2 dy
(2.4) ∫ ∫
y=0
( x=0
)
y=0
x=0
2
¿ ∫ ( 1+ y ) (1−¿ y /2) dy ¿
y=0
2
¿ ∫ ¿¿
y=0
Persamaan (2.2) dan (2.4) menunjukkan hasil yang sama. terdapat dua
metode untuk menyelesaikan integral ganda dengan menggunakan iterasi
integral.
Kedua metode di atas lebih banyak dipilih untuk menyelesaikan integral
ganda daripada metode yang lain karena dianggap mudah dan sederhana.
Area yang ditunjukkan pada Gambar 2.5: Mengintegrasikan terhadap y
terlebih dahulu. Perhatikan bahwa atas dan bawah daerah A adalah kurva yang
persamaannya diketahui batas di x=a dan x=b adalah berupa garis vertikal.
b y 2 (x)
(2.5) ∬ f ( x , y ) dx dy= ∫ ∫
A x=a
( y= y 1 (x)
)
f ( x , y ) dy dx
d x 2( y)
(2.6) ∬ f ( x , y ) dx dy= ∫ ∫
A y=c
( x=x 1 ( y)
)
f ( x , y ) dx dy
Jika fungsi f bergantung pada peubah x dan y f ( x , y ) seperti pada area
yang ditunjukkan Gambar 2.7 maka luasnya dapat diperoleh dengan persamaan
berikut:
b y 2(x)
(2.7) ∬ f ( x , y ) dx dy= ∫ ∫ f ( x , y ) dy dx
A x=a y= y 1(x)
d x 2( y)
¿ ∫ ∫ f ( x , y ) dx dy
y=c x= x1 ( y)
b d
(2.8) ∬ f ( x , y ) dx dy= ∫ ∫ g ( x ) h ( x ) dy dx
A x=a y=c
b d
¿
(∫
a
g ( x ) dx
)(∫
c
h ( y ) dy
)
Contoh 2. Carilah massa benda bergeometri pelat yang dibatasi oleh garis
x=0 , x=2 , y=0 , dan y=1. Jika densitas (massa per satuan luas) adalah f (x, y)
= xy. Massa persegi panjang kecil ΔA = ΔxΔy adalah sekitar f (x, y) ΔxΔy,
dimana f (x, y) dievaluasi di beberapa titik di ΔA.
❑ 2 1
(2.9) M =∬ xy dx dy= ∫ ∫ xy dx dy
A x=0 y=0
2 1
1
¿
(∫ )(∫ )
0
x dx
0
y dy =2. =1
2
Persamaan (2.8) dapat diterapkan pada sistem tiga dimensi. Misalnya, untuk
menghitung volume benda berpeubah koordinat x, y, z pada fungsi
f =f ( x , y , z). Volume itu dapat dihitung dengan menggunakan integral lipat 3
❑
(2.10) V =¿ ∭ dxdydz
v
1 2−2 x 1+y
¿∫ ∫ (¿¿ ∫ dz ) dydx ¿ ¿
x=0 y=0 z=0
1 2−2 x
¿∫ ∫ z|1+ y dydx
x=0 y=0 0
1 2−2 x
¿∫ ∫ (1+ y ) dydx
x=0 y=0
1
1
¿ ∫ y + y 2 2−2 x dx|
x=0 2 0
1
= ∫ 2−2 x + 12 ( 2−2 x)2 dx
x=0
2
¿ 4 x−3 x 2 + x 3 1 |
3 0
2 5
¿ 4−3+ ¿
3 3
1 2−2 x 1 + y
Atau ∫ ∫ ∫ dzdydx
x=0 y=0 z=0
1 2−2 x
5
¿∫ ∫ (1+ y ) dydx=
x=0 y=0 3
Contoh 4. Carilah massa benda padat (lihat gambar 2.3). Jika diketahui benda
itu bermassa jenis x + z. Elemen massa benda itu dM = pdV =( x+ z ) dxdydz.
Jumlahkan elemen massa seperti menjumlahkan elemen volume; dan batasnya
adalah sama seperti dalam contoh 3.
1 2−2 x 1+ y
(2.11) M= ∫ ∫ ∫ ( x + z ) dzdydx
x=0 y=0 z =0
1 2−2 x
1
M= ∫ ∫ ( xz + z 2) 1+ y dydx
|
x=0 y=0 2 0
1 2−2 x
M= ∫ ∫ ¿¿¿
x=0 y=0
1
1 1 1 1
M = ∫ (xy + xy 2+ y + y 2 + y 3 ) 2−2 x dx |
x=0 2 2 2 6 0
1
M= ∫ ¿¿
x=0
1
4 3 26 4 5 26 4 5 26 48
M= ∫ x −5 x + dx= x 4− x 2 + x 1= − + = =2 |
x=0 6 6 24 2 6 0 24 2 6 24
Contoh
1. Diberikan kurva y=x 2 dari x=0sampai x=1
a. Luas dibawah kurva (luasan dibatasi oleh kurva, sumbu x, dan garis
x=1)
b. Massa suatu helai bidang dari potongan material dalam bentuk luasan
bila kerapatannya (massa per satuan luas) adalah xy
c. Panjang busur kurva
d. Pusat massa dari luasan
e. Pusat massa dari busur
f. Momen inersia terhadap sumbu x , y , z dari soal (b)
Jawab
a. Luasnya adalah
1 1
1 1
A= ∫ y dx=∫ x 2 dx= x 3 │10=
x=0 0 3 3
Menggunakan integral lipat dua
2
1 x 1 1
x2 1 1
A= ∫ ∫ dydx=¿ ∫ y │ dx= ∫ x 2 dx=¿ x3 │10= ¿ ¿
0
x=0 y=0 x=0 x=0
3 3
b. Elemen dari suatu luasan, seperti metode integral lipat (a), dA = dy dx.
Karena kerapatan ρ = xy, massa elemen adalah dM = xy dy dx, dan
massa total adalah:
ρ=xy
dA=dxd y
dM = ρdA
2
1 x 1 1 2 2
xy 2 x 2 x (x ) xx 4 x 5
M= ∫ ∫ xy dydx=¿ ∫ │0 = ∫ = = ¿
x=0 y=0 x=0
2 x=0
2 2 2
1
1
¿ ∫ x 5 dx= 12 ∙ 16 x 6 = 12
2 x=0
1 6 1 1
x │0=¿ ¿
12
c. ds 2=dx 2 +dy 2
ds=√ dx 2 +dy 2
ds dx 2 dy 2
dx
=
√ +
dx 2 dx 2
ds dy 2 dy 2
dx
ds
√
= 1+ 2 =ds= 1+ 2 ∙ dx
dx
dx dy 2
dx
2
√
dx
ds
=
√ +
d 2 dy 2
dx 2 dx 2
dx
=
√
dy 2
+ 1=ds=
dy 2
+1 ∙ dy
√ dy
Jika y=f (x ) mempunyai suatu turunan pertama kontinu , maka kita
dx
dapat mencari panjang busur dari kurva y=f (x ) antara a dan b dengan
b
menghitung ∫ ds. Sebagai contoh:
a
2
dy d (x )
= =2 x
dx dx
ds=√ 1+(2 x 2 ¿) dx ¿
¿ √ 1+ 4 x 2 dx
1
2 √ 5+ ln (2+ √ 5)
s= ∫ √ 1+ 4 x 2 dx=
x=0 4
d. ∫ x́ dM =∫ x dM ∫ ý dM =∫ y dM ∫ ź dM =∫ z dM
x́=
∫ x ρdA ý=
∫ x ρdA ź=
∫ x ρdA
∫ ρdA ∫ ρdA ∫ ρdA
ρ=konstan , sehingga:
2
1 x 1
1 4 1 1
∫ ∫ x dydx ∫ x 3 dx
∫ x dA = x=0 y=0 x │0
4 4 1 3 3
x́= = x=0
1
= = = ∙ =
1 3 1 1 4 1 4
2
1 x
∫ dA x2 dx 3 x │0 3
∫ ∫ dydx ∫
x=0 y=0 x=0
2
1 x 1
1 5 1 1
∫ y dA ∫∫ y dydx ∫ x 4 dx x │0
10 10 1 3 3
ý= = x=01 y=0
= x=0
1
= = = ∙ =
1 3 1 1 10 1 10
2
x
∫ dA ∫ x2 dx 3 x │0
∫ ∫ dydx 3
x=0 y=0 x=0
ź=0
karena bidangnya 2 dimensi yaitu hanya pada koordinat x dan y saja
3 3
sehingga ( x́ , ý ) =( , )
4 10
∫ x́ √1+ 4 x 2 dx=∫ x √ 1+ 4 x 2 d x
0 0
1 1 1
2
dy=∫ y √1+ 4 x dy=∫ x 2 √ 1+ 4 x 2 dx
2
∫ ý √ 1+ 4 x
0 0 0
f. Momen inersia
Momen inersia I dari suatu titik massa m terhadap sumbu didefinisikan
sebagai perkalian massa dengan jarak kuadrat l 2dari m ke sumbu (ml 2)
Contoh dengan variabel kerapatan ρ = xy, kita memiliki dM = xy dy dx.
Jarak dari dM ke sumbu x adalah y (Gambar diatas), jarak dari dM ke
sumbu y adalah x. Jarak dari dM ke sumbu z (sumbu z tegak lurus
terhadap kertas pada Gambar diatas) adalah x2+y2. Kemudian tiga momen
inersia tentang tiga sumbu koordinat adalah:
ρ=xy , dA=dy dx , l= y
dM = ρ dA
dM = ρ dy d x
2
1 x
2
I x =ml = ∫ ∫ ρ dA ( l )2
x=0 y=0
2
1 x
¿∫ ∫ x y ( y )2 dy dx
x=0 y=0
2
1 x
¿∫ ∫ x y 3 dy d
x=0 y=0
2
1 x
xy 4
¿∫
0 4 0
dx |
1
( x ¿¿ 2)4
¿∫ x −0 d x ¿
0 4
1
x9
¿∫ d x
0 4
1
x 10
¿
40 0 |
…=¿ ¿
dM = ρ dy dx
2
1 x
2
I y =ml = ∫ ∫ ρ dA ( l )2
x=0 y=0
2
1 x
¿∫ ∫ ( x )2 x y dy dx
x=0 y=0
2
1 x
¿∫ ∫ ( x)3 y dy dx
x=0 y=0
2
1 x
( x )3 y 2
¿∫
x=0
2 0
dx |
1
(x¿ ¿2)2
¿ ∫ ( x)3 −0 dx ¿
x=0 2
1 1
(x )7 x8 (1)8 1
¿∫
x=0 2
dx= =
16 0 16
−0=
16 |
ρ=xy , dA=dy dx ,=x 2 + y 2
dM = ρ dA
dM = ρ dy dx
2
1 x
2
I z =ml = ∫ ∫ ρ dA (l )2
x=0 y=0
2
1 x
¿∫ ∫ ( x ¿ ¿ 2+ y 2) x y dy dx ¿
x=0 y=0
2
1 x
¿∫ ∫ ( x ¿ ¿ 3 y+ xy 3 )dy dx ¿
x=0 y=0
2
1 x
x3 y 2 x y 4
¿∫
x=0 2
+
4 0
dx |
1
x 3 (x 2)2 x (x 2)4
¿∫ + −0 d x
x=0 2 4
1 1
x7 x9 x 8 x 10 (1)8 (1)10 7
¿∫
x=0
+ dx=¿ +
2 4
=
16 40 0 16 |
+
40
−0= ¿
8
1 1 7
Terbukti I x + I y =¿ + =
40 16 8
1
M= =12 M
12
1 3
I x= x 12 M = M
40 10
1 12 3
I y= x 12 M = M =
16 16 4
7 21
Iz= x 12 M = M
80 20
Contoh 2.
Luas putaran terhadap sumbu x dari contoh 1 membentuk suatu volume dan
permukaan putaran, dan dapatkanlah :
(a) Volume
(b) Momen inersia terhadap sumbu x suatu benda yang kerapatannya konstan.
(c) Luas permukaan lengkung
(d) Pusat massa permukaan lengkung.
Penyelesaian
(a) menghitung volume
Jalan termudah untuk mendapatkan volume putaran adalah
membuat irisan tipis elemen volume benda (Gbr.3.4) pada jawaban d.
Irisan melingkar dengan jari-jari y dan ketebalan dx; jadi volume elemen
adalah π y 2 dx
Maka volume dalam contoh adalah
1 1 1 1 1
x5 π
0
2
0
2 2
0
4
V =∫ π y dx=¿∫ π (x ) dx=¿∫ π (x) dx=¿ π ∫ (x ) dx=π
0
4
|
= ¿¿ ¿
5 0 5
V =∭ dxdydz
(b) Untuk memdapatkan momen inersia benda terhadap sumbu-x, kita harus
mengintegrasi l2dM, dimana l adalah jarak dari dM ke sumbu-x; dari
Gbr. 3.5, sumbu-x tegak lurus kertas, l2 = y2 + z2. Kita asumsikan
kerapatannya konstan, jadi faktor ρ bisa ditulis diluar integral. Sehingga
2
1 x √ x 4−z2
π
I x =ρ ∫ ∫ ∫ ( y 2¿ ¿ ¿+ z2 )dy dz dx= ρ¿¿¿
x=0 z=−x 2 y=− √ x 4− z2 18
Karena massa benda pada persamaan 3.8 adalah
π
M =ρV = ρ
5
Kita bisa menulis Ix sebagai kelipatan M:
π 5 5
I x= M= M .
18 π 18
(d) Koordinat y dan z centroid dari luas permukaan adalah nol karena
simetri. Untuk koordinat x, diperoleh dari persamaan (3.4)
∫ x́ dA=¿∫ x dA ¿
Atau mnggunakan dA=2 πy ds dan luas total A dari (c), kita peroleh
1 1
x́ A= ∫ x .2 πy ds=∫ x .2 π x 2 √ 1+ 4 x2 dx
x=0 0
x=rc osθ
y=rsinθ
dA=dr . rdθ=rdrdθ
Panjang elemen lengkung ds dapat ditentukan dengan mengacu pada gambar 4.2,
yaitu :
ds 2= dr 2 + r 2 dθ2 atau
dr 2 2
√
ds= r 2 + ( )
dθ √ 2 dθ
dθ = 1+r ( ) dr
dr
Contoh 1: Dijumpai pelat bergeometri setengah lingkaran berjejari a dan
massa jenisnya ρ yang konstan, tentukan:
a. Letak pusat massa pelat
b. Momen kelembamam pelat terhadap sumbu diameter yang berada di
sepanjang sisi pelat
JAWAB :
a. Gambar 4.3 memperlihatkan adanya simetri pelat terhadap sumbu x, dan
pelat itu homogen (bermassa jenis ρ, dan ρ berupa tetapan) sehingga letak
pusat massanya disumbu x, yaitu di ý = 0. Letak pusat massa di sumbu x
(=x́) dapat ditentukan melalui integrasi
∫ x́ r dr dθ=∫ xr dr dθ
melaui perubahan variabel dari x ke variabel polar (r , θ) diperoleh :
π π
a 2 a 2
x́ ∫ ∫ r drdθ = ∫ ∫ r cosθr dr dθ
r=0 −π r=0 −π
θ= θ=
2 2
selanjutnya
π
x́
a
2
2
a
π = sinθ
3
2
−π
2
=
3
a3
3
.2
{
4a
x́ =
3π
b. Momen kelembaman pelat terhadap sumbu y dapat dihitung dari
2
persamaan pada hitung momen kelembaman, yaitu I y= ∫ x dM, dimana
massa dari sepotong pelat adalah dM = ρdA= ρrdrdθ. Mengingat pelat
homogen, ρ bisa dikeluarkan dari tanda integral dan selanjutnya
diperoleh :
π
a 2 2
I y = ρ∫ x 2 rdrdθ=¿ ρ ∫ ∫ r 2 cos 2 θrdrdθ=ρ πa2
r=0 π
θ−
2
KOORDINAT SILINDER
Kesetaraan antara koordinat cartesius ( x , y , z) dengan koordinat silinder
(r , θ , z )dinyatakan pada persamaan (4.41) . Adapun sepotong volume (dV )
yang berisi dz , rdθ,dan dr dinyatakan pada persamaan (4.42). Sementara itu,
panjang elemen lengkung pada koordinat silinder dinyatakan pada persamaan
(4.43) serta luas permukaan pada persamaan (4.44)
x=r cos θ...............…….(4.41a)
y=r sin θ….…………....(4.41b)
z=z..................……...….(4.41c)
dV =r dr dθ dz ………(4.42)
d s 2=d r 2 +r 2 d θ 2+ d z 2…................
..............…(4.43)
Gambar 4.4
dAa dθ dz………………..(4.44)
Kita membutuhkan volume dan luas permukaan dalam dua sistem
koordinat silinder dan bola (termasuk panjang busur). Untuk menemukan
koordinat polar seperti gambar 4.1 maka kita dapat menarik kurva
r =konstan ,θ=konstan. Dalam tiga dimensi kita perlu untuk menggambar
permukaan. Pada koordinat silinder permukaanya tersusun darir =k onstan,
setengah dari bagian sudut θ=konstan dengan (melalui sumbu z) dan bagian
z=konstan (sejajar dengan bidang x , y) sketsa gambar permukaan dapat dilihat
dari gambar 4.4.
Pada luas daerah jika r =konstanmaka dapat kita tuliskan bahwa r =a
dengan memiliki tepi a dθ , dz jadi terbentuklah luas permukaan dA=a dθ dz.
Sama halnya dengan koordinat bola r =konstanmaka dapat kita tuliskan bahwa
r =a dengan tepi r sin θ dφdan r dθ
dV =r dr dθ dz ( Koordinat Silinder )
KOORDINAT BOLA
Alihan dari koordinat cartesius ( x , y , z) ke koordinat bola (r , θ , φ)
dinyatakan pada persamaan (4.51)sedangkan volume elemenya (dV )
dinyatakan pada persamaan (4.52). dan persamaan (4.53)digunkan untuk
menentukan panjang sepotong lengkung (ds )serta luas permukaan pada
persamaan (4.54)
Gambar 4.5
x=r sin θ cos φ …………………
(4.51a)
y=r sin θ sin φ …………………
(4.51b)
z=r cos θ …………………
(4.51c)
dV =r 2 sinθ dr dθ dφ ……........
(4.52)
d s 2=d r 2 +r 2 d θ 2+r 2 sin 2 θ d φ2....
(4.53)
dA=a2 sin θ dθ dφ ………….(4.54)
dV =r 2 sinθ dr dθ dφ ( Koordinat Bola )
Jacobian. Untuk koordinat polar, silinder dan spiral kita telah mengetahui
bagaimana menemukan luas dan volume elemen dari geometri. Namun, akan
lebih mudah untuk mengetahui cara aljabar menemukan luas dan volume yang
dapat kita gunakan untuk sistem koordinat yang asing.(masalah 16 dan 17) atau
untuk setiap perubahan variabel dalam sebuah integral ganda (masalah 19 dan
20. Disini kami menyatakan tanpa bukti (lihat bab 6, bagian 3, contoh 2)
beberapa kaidah yang menyatakan kepada kita bagaimana cara melakukan ini.
Pertama, di 2 dimensi, permisalan x dan y memberikan fungsi ke dua variabel
baru yaitu s dan t. jacobian dari x , y sehubungan dengan s,t adalah penentu di
bawah (4.8). kita juga menunjukkan singkatan yang digunakan untuk itu.
∂x ∂x
(4.8) J=J(
x, y
s ,t
)= =
| |
∂ (x , y ) ∂ s
∂ (s , t ) ∂ y
∂s
∂t
∂y
∂t
(4.9) dA=│ J │ ds dt
∂x ∂x
(4.10) =
∂(r , θ) ∂ y| ||
∂ (x , y ) ∂ r
∂r
∂θ
∂y
∂θ
=
cosθ −r sin θ
sinθ r cos θ |
Kemudian dengan luas elemen (4.9) adalah r dr dθ dalam (4.2)
Penggunan Jacobian memperluas untuk variabel yang banyak. Mari
gunakan metode umum.
Perhatikan integral lipat 3
(4.11) ∭ f (u , v , w ) du dv dw
Dalam satuan variabel u , v , w. Biarkan r , s ,t sebagai satuan variabel
yang lain, berhubungan dengan u , v , w diberikan persamaan
∂u ∂v ∂w
(4.12) J=
∂(r , s , t)
| |
∂(u , v , w) ∂ v
=
∂r
∂r
∂w
∂r
∂s
∂v
∂s
∂w
∂s
∂t
∂w
∂t
∂w
∂t
(4.13) ∭ f .│ J │ . dr ds dt ,
Dimana f dan J keduanya harus dinyatakan dalam jangka r , s ,t dan batas
harus disesuaikan dengan tepat agar sesuai dengan variabel baru
Kita dapat gunakan (4.12) untuk menguji volume elemen (4.6) untuk
koordinat yang berbentuk silinder. (masalah 15) dan volume elemen (4.7)
untuk koordinat yang berbentuk bulat. Mari kita kalkulasikan untuk koordinat
bulat. Dari (4.5), kita memiliki
(4.14)
∂x ∂x ∂x
| |
∂r
∂(x , y , z) ∂ y
=
∂(r , θ , ∅) ∂ r
∂z
∂r
∂θ
∂y
∂θ
∂z
∂θ
∂∅
∂y
∂∅
∂z
∂∅
sin θ cos ∅ r cos θ cos ∅ −r sin θ sin ∅
|
= sinθsin ∅ r cos θ sin ∅ r sin θ cos ∅
cosθ −r sin θ 0
5. Surface Integrals
Pada subbab ini kita mempertimbangkan cara komputasi integral
permukaan secara umum, apakah permukaan itu adalah permukaan revolusi
atau tidak. Perhatikan bagian pada permukaan di gambar 5.1 proyeksi pada
bidang (x,y). Kita asumsikan bahwa setiap garis sejajar dengan sumbu z
berpotongan di suatu permukaan. Jika salah, kita harus mencarinya dengan
memproyeksikan permukaan ke dalam bidang berbeda. Sebagai contoh, jika
permukaan tertutup, kita dapat menemukannya daerah dari atas dan bagian
bawah secara terpisah. Untuk sebuah bidang silinder dengan garis sejajar
dengan bidang z, kita bisa memproyeksikan bagian depan dan belakang secara
terpisah ke bidang (x,y).
Gambar 5.1
k ∙ grad ∅ ∂ ∅ /∂ z
n ∙ k= =
|grad ∅| |grad ∅|
1 1
sec γ = = ,
cos γ |n ∙ k|
Jadi,
|grad ∅|
(5.5) sec γ =¿ =√ ¿ ¿ ¿ ¿
|∂ ∅/∂ z|
Contoh 1
Cari daerah potong bagian atas bola x 2+ y 2+ z 2=1 dari silinder
x 2+ y 2− y=0
gambar 5.2
Ini adalah sama dengan daerah di bola yang proyek ke lingkaran
x + y − y ≤0 di bidang (x, y). Gambar 5.2 menunjukkan lingkaran dari
2 2
|grad ∅| 1
sec γ =¿ = √¿¿¿
|∂ ∅/∂ z| 2 z
Y dari 0 sampai 1
1 √ y− y2
dx dy
(5.7) A=2 ∫ ∫
y=0 x=0 √ 1−x 2− y 2
Integral ini merupakan integral sederhana pada koordinat polar. Persamaan di
bidang silinder adalah r =sin θ, jadi batasnya adalah r dari 0 sampai sin θ, danθ
π
dari 0 sampai . Kemudian (5.7) menjadi
2
π
2 sinθ
(5.8) r dr dθ
A=2 ∫ ∫
θ=0 r=0 √1−r 2
Persamaan diatas masih merupakan integral sederhana, jika kita mengubah dari
variabel z=√ 1−r 2, sehingga dz=−r dr / √ 1−r 2 dan batas r = 0 sampai sin θ
menjadi z=¿ 0 sampai cos θ, sehingga menjadi
π /2 cosθ
(5.9) A=−2 ∫ ∫ dz dθ=π−2.
θ =0 z=1