Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL

DIET NUTRISI PASIEN POST OPERASI


DI RUANG FLAMBOYAN 10
RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Disusun Oleh:

1. Ilham Ramadhan (J230195105)


2. Yuda Nur Cahyono (J230195146)
3. Ayu Fahrina (J230195080)
4. Diah Ayu Kurnia (J230195088)
5. Hemi Nursita (J230195104)

PROGRAM PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

I. Analisis Masalah
Nutrisi merupakan dasar dari persyaratan tubuh manusia yang
memungkinkan berkerja secara efektif. Kondisi kesehatan seperti diabetes,
gagal jantung, dan pengoptimalan nutrisi secara keseluruhan (Bishop,
Alexandra, et al. 2018). Terapi pemberian nutrisi pada pasien bedah
merupakan pencegahan dan pengobatan katabolisme dan malnutrisi (Weimann
A, et al. 2017). Pengobatan melalui diet dan nutrisi paska operasi sangat
penting dalam kesuksesan operasi dan penyembuhan luka. Penyembuhan luka
operasi sangat dipengaruhi oleh suplai oksigen dan nutrisi ke dalam jaringan,
nutrisi sangat berperan dalam proses penyembuhan luka. Status nutrisi pada
seseorang adalah faktor utama yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan
mempertahankan jaringan tubuh agar tetap sehat. Keadaan ini apabila tidak
diperhatikan justru akan menjadi kekurangan gizi dan menghambat
penyembuhan luka (Naesee, 2015).
Kekhawatiran seputar komplikasi terkait dengan pemberian makanan
telah menyebabkan penghindaran terhadap makanan pasca operasi (Bisch,
Steve, et al. 2019). Dalam membuat perencanaan yang tepat untuk dukungan
nutrisi pasien yang menjalani operasi, penting untuk memahami perubahan
metabolisme yang terjadi sebagai akibat dari cedera dan merupakan faktor
resiko untuk komplikasi pasca operasi. Kesuksesan pembedahan tidak hanya
bergantung pada kemampuan pembedahan saja tetapi juga terapi intervensi
metabolik, serta menghitungkan kemampuan pasien untuk membawa beban
metabolism dan memberikan dukungan nutrisi yang tepat. Nutrisi dapat
memberikan energi untuk proses penyembuhan dan pemulihan yang optimal
tetapi pada fase pasca operasi langsung mungkin hanya minimal menangkal
katabolisme otot, atau tidak sama sekali serta untuk mengembalikan perangkat
protein massa yang dibutuhkan tubuh untuk mengatasi trauma bedah dan
kemungkinan infeksi secara adekuat. Dukungan antara asupan nutrisi serta
latihan fisik merupakan prasyarat untuk membangun kembali protein perifer
massa sel tubuh. (Weimann A, et al. 2017).
Pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan atau usaha untuk
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat kelompok atau individu.
Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat,
kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang asupan gizi
pada pasien post operasi yang lebih baik. Dan pada akhirnya pengetahuan
tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap prilaku individu dan
kelompok. Dimana tujuan dari pendidikan kesehatan ini adalah agar
masyarakat, kelompok atau individu dapat berprilaku sesuai dengan
pengetahuan terhadap asupan gizi pada pasien post operasi (Notoatmodjo,
2007 dalam Novian, 2013). Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan
berbagai metode, salah satunya melalui metode pendidikan individu yaitu
dengan cara bimbingan dan konseling serta wawancara pada masing-masing
pasien. Metode tersebut memungkinkan kontak antara pasien dan petugas
kesehatan secara langsung dan pendidikan kesehatan individu dan pasien akan
merasa lebih diperhatikan serta tercipta hubungan saling percaya diantara
keduanya (Maulana, 2009). Menurut Notoatmodjo (2003) agar mencapai hasil
yang optimal, materi juga harus disesuaikan dengan sasaran. Demikian juga
alat bantu pendidikan untuk sasaran kelompok maka metodenya harus
disamakan dengan sasaran individu.
Menurut Hasri (2012) hasil survei data WHO pada tahun 2009, yang
melakukan tindakan bedah berjumlah 320 juta jiwa. Pasien RSU Tabanan Bali
yang mengalami nutrisi kurang sebanyak 10 orang (52,6%) (Kusumayanti, et
al. 2015). Pasien yang dirawat di RS PKU Muhammadiyah Gombong yang
mengkonsumsi makanan kurang nutrisi berpotensi menimbulkan infeksi, pada
luka post operasi yaitu 3 orang (7,89%) (Puspitasari, et all. 2011). Di Jawa
Timur yang mengalami nutrisi kurang sebanyak 10 pasien (83,3%) tempatnya
di RS Bedah Mitra Sehat Lamongan (Nugroho, 2012). Menurut data survey
pasien di Ruangan Flamboyan 10 di RSUD Dr. Moewardi didapatkan hasil
pasien yang mengonsumsi makanan yang kurang nutrisi berpotensi
menimbulkan infeksi pada luka post operasi sebesar 5 orang. Gizi merupakan
faktor penting dalam penyembuhan luka, kondisi malnutrisi atau kekurangan
gizi tersebut memiliki dampak yang mendalam pada penyembuhan luka
setelah trauma operasi (Arnold dan Bahrul, 2006). Penyembuhan luka secara
normal memerlukan nutrisi yang tepat, karena proses fisiologi penyembuhan
luka tergantung pada tersedianya protein,vitamin (terutama vitamin A dan C)
dan serta mineral yang berperan dalam pembentukan jaringan baru pada
proses penyembuhan luka (Potter, 2005). Nutrisi yang mengandung tinggi
kalori tinggi protein penting bagi pasien paska trauma, tetapi tidak semua
pasien mengonsumsi nutrisi yang disarankan oleh tim kesehatan lainya. Proses
kesehatan individu dan kelompok sangat berpengaruh dalam meningkatkan
kepatuhan asupan gizi dan proses penyembuhan luka pada pasien post operasi.
Banyak individu ataupun kelompok masyarakat dari berbagai budaya percaya
adanya hubungan antara makanan dengan kesehatan post operasi. Adat dan
tradisi merupakan dasar prilaku tersebut disebabkan karena adanya
kepercayaan terhadap larangan-larangan pada zaman orang tua dahulu. Orang
tua dahulu mengatakan bahwa makan telur dapat mengakibatkan gatal
disekitar luka dan luka sulit sembuh, padahal kepercayaan itu salah dan
mengakibatkan luka post operasi lama sembuh dan terinfeksi (Sulistiana,
2014). Dengan diberikan pendidikan kesehatan pasien mendapatkan sumber
informasi lebih banyak sehingga mendapatkan pengetahuan yang jelas
sehingga dampak terhadap resiko ketidak patuhan semakin kecil
(Notoatmodjo, 2003). Dampak dari nutrisi kurang (malnutrisi) gizi buruk
menyebabkan gangguan proses penyembuhan luka melalui proses inflamasi
yang berkepanjangan dan menyebabkan penyembuhan luka yang lama, serta
lama rawat yang berkepanjangan. Penyembuhan luka sangat buruk dan
beresiko luka terbuka kembali. Luka menetap, dan penyembuhan menjadi
lebih lama serta risiko infeksi mengingkat (Nugroho, 2012). Sebagaimana
sudah dijelaskan diatas, kebutuhan gizi luka yang komplek menunjukkan
bahwa dukungan nutrisi yang adekuat sangat menguntungkan dalam
penyembuhan luka akut dan kronis. Salah satu hasil yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan asupan gizi pada pasien post operasi adalah dengan cara
memberikan pendidikan kesehatan individu menggunakan metode pendekatan
secara perorangan. Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan
untuk membina perilaku baru, atau membina orang yang mulai tertarik pada
suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan
individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang
berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut.
Ada 2 bentuk pendekatan yaitu dengan bimbingan dan penyuluhan (guidance
and counceling), dan wawancara (Notoatmodjo, 2012). Pendidikan kesehatan
kelompok untuk meningkatkan pengetahuan pasien akan pentingnya gizi pada
pasien post operasi, komunikasi, pemahaman tentang intruksi yang diberikan
oleh perawat, dukungan keluarga, dukungan sosial, kontrol perilaku, sehingga
keluarga pasien mendapatkan pengetahuan setelah diberikan pendidikan
kesehatan individu dan kelompok oleh perawat, akan pentingnya asupan gizi
pada pasien post operasi (Carpenito, 2010).

II. Identifikasi Perumusan Masalah


1. Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang pentingnya
pengetahuan pemberian nutrisi post operasi.
2. Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang penatalaksanaan
pemberian nutrisi post operasi yang baik dan benar.

III. Tujuan Kegiatan


1. Tujuan Umum
Mengetahui efektivitas pendidikan kesehatan individu dan
kelompok dengan tingkat kepatuhan asupan gizi pada pasien post operasi,
yang melakukan perawatan di Ruang Flamboyan 10 RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kepatuhan asupan gizi pada pasien post operasi
sebelum diberikan pendidikan secara individu.
b. Mengidentifikasi kepatuhan asupan gizi pada pasien post operasi
sesudah diberikan pendidikan secara individu.
c. Perbedaan kepatuhan asupan gizi pada pasien post operasi sebelum dan
sesudah diberikan pendidikan secara individu.
d. Mengidentifikasi kepatuhan asupan gizi pada pasien post operasi
sebelum diberikan pendidikan secara kelompok.
e. Mengidentifikasi kepatuhan asupan gizi pada pasien post operasi
sesudah diberikan pendidikan secara kelompok.
f. Perbedaan kepatuhan asupan gizi pada pasien post operasi sebelum
sesudah diberikan pendidikan secara kelompok.
g. Menganalisis perbedaan efektivitas pendidikan kesehatan individu dan
kelompok dengan tingkat kepatuhan asupan gizi pada pasien post
operasi.

IV. Masalah
Kendala yang biasa muncul pada masyarakat sekitar dalam
pengetahuannya tentang nutrisi untuk penyembuhan luka setelah operasi
masih kurang sehingga masyarakat hanya menganggap luka setelah operasi
merupakan hal yang biasa sehingga dalam jangka pendek luka menjadi lama
untuk proses penyembuhannya dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan
komplikasi yang bisa terjadi akibat tidak melakukan menejemen yang baik
dan benar.

V. Pemecahan Masalah
Pendidikan kesehatan merupakan salah satu solusi yang tepat yang
perlu dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan pasien dan
keluarga tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi setelah operasi sehingga
paham dengan apa saja macam nutisi yang diperlukan untuk proses
penyembuhan luka setelah operasi dan bagaimana manfaat nutrisi setelah
operasi bagi proses penyembuhan luka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah makanan yang mengandung cukup nilai gizi dan tenaga
untuk perkembangan dan pemeliharaan kesehatan secara optimal. Diet pasca-
operasi adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani
pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan atau operasi
(Herman, 2016).

B. Tujuan Pemenuhan Nutrisi


Tujuan diet pasca operasi adalah untuk mengupayakan agar status gizi
pasien segera kembali normal untuk mempercepat proses penyembuhan dan
meningkatkan daya tahan tubuh pasien, dengan cara sebagai berikut :
a. Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein).
b. Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lainnya.
c. Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
d. Mencegah dan menghentikan perdarahan.

C. Tahapan Nutrisi/Diet Pasca Bedah


Operasi Kecil
Pasca-bedah kecil : setelah sadar dan rasa mual hilang.
1. Selama 6 jam sesudah operasi, makanan yang diberikan berupa air putih,
the manis, atau cairan lain seperti pada makanan cair jernih.
2. Makanan diberikan berupa makanan lunak yang dibagi dalam 3 kali
makanan lengkap dan 1 kali makanan selingan.
Operasi Besar
1. Diet Pasca-Bedah I (DPB I)
Diet ini diberikan kepada semua pasien pasca bedah :
a. Pasca-bedah besar : setelah sadar dan rasa mual hilang serta ada tanda-
tanda usus mulai bekerja.
Cara memberikan makanan :
Selama 6 jam sesudah operasi, makanan yang diberikan berupa
air putih, teh manis, atau cairan lain seperti pada makanan cair jernih.
Makanan ini diberikan dalam waktu sesingkat mungkin, karena kurang
dalam semua zat gizi. Selain itu diberikan makanan parenteral sesuai
kebutuhan.
2. Diet Pasca-Bedah II (PDB II)
Diet pasca-bedah II diberikan kepada pasien pascabedah besar
saluran cerna atau sebagai perpindahan dari Diet Pasca Bedah I.
Cara memberikan makanan :
Makanan diberikan dalam bentuk cair kental, berupa kaldu jernih,
sirup, sari buah, sup, susu, dan puding rata-rata 8-10 kali sehari selama
pasien tidak tidur. Jumlah cairan yang diberikan tergantung keadaan dan
kondisi pasien. Selain itu dapat diberikan makanan parenteral bila
diperlukan. DPB II diberikan untuk waktu sesingkat mungkin karena zat
gizinya kurang. Makanan yang tidak boleh diberikan pada diet pasca-
bedah II adalah air jeruk dan minuman yang mengandung karbondioksida.
3. Diet Pasca-Bedah III
Diet Pasca-Bedah III diberikan kepada pasien pascabedah besar
saluran cerna atau sebagai perpindahan dari diet pasca-bedah II.
Cara memberikan makanan :
Makanan yang diberikan berupa makanan saring ditambah susu
dan biskuit. Cairan hendaknya tidak melebihi 2000 ml sehari. Selain itu
dapat memberikan makanan parenteral bila diperlukan. Makanan yang
tidak dianjurkan adalah makanan dengan bumbu tajam dan minuman yang
mengandung karbondioksida.
4. Diet Pasca-Bedah IV
Diet Pasca-Bedah IV diberikan kepada :
a. Pasien pasca bedah kecil, setelah diet pasca-bedah.
b. Pasien pascabedah besar, setelah diet Pasca-Bedah III.
Cara memberikan makanan :
Makanan diberikan berupa makanan lunak yang dibagi dalam 3
kali makanan lengkap dan 1 kali makanan selingan (Rahmawati Basri,
2015).
Syarat Diet Post Operasi

1. Tinggi kalori tinggi protein (TKTP)


2. Tidak menyebabkan gatal pada luka
3. Cukup vitamin
4. Mudah di cerna
5. Memberi makanan secara bertahap mulai dari cair, lunak dan
selanjutnya padat.
6. Lebih baik makanan bersuhu dingin.
D. Jenis Makanan yang Harus diperhatikan untuk Penyembuhan Luka
Diantara makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral dan air yang cukup, maka yang paling penting untuk
penyembuhan luka adalah protein dan vitamin C.
Alasannya: Protein dan Vitamin C sangat penting peranannya dalam
proses penyembuhan luka. Selain itu, vitamin C punya peranan penting untuk
mencegah terjadinya infeksi dan perdarahan luka.
Contoh makanan yang perlu diperhatikan untuk penyembuhan luka,
antara lain :
1. Protein: terbagi menjadi nabati dan hewani. Contoh nabati yaitu tempe,
tahu, kacang-kacangan dll. Contoh protein hewani, hati, telur, ayam, udang
dll.
2. Vitamin C adalah kacang-kacangan, jeruk, jambu, daun papaya, bayam,
tomat, daun singkong dll.
3. Makanan yang harus dihindari seperti makanan yang terlalu manis :
dodol, kue tart, gula – gula (dapat mengurangi napsu makan)
4. Makanan yang harus di hindari seperti makanan yang menimbulkan gas:
nangka, pete, jengkol, durian (membuat kembung).
Tata cara pelaksanaan untuk memenuhi nutrisi yang perlu diperhatikan
untuk penyembuhan luka:
1. Tingkatkan konsumsi makanan yang mengandung protein dan vitamin C.
2. Bila mual :
a. Makanlah dengan porsi sedikit tapi sering.
b. Sajikan ketika masih hangat.
c. Sebelum makan, minum air hangat.
d. Hindari makanan dengan berbumbu tajam.
E. Tips Perawatan Pasca Operasi
Secara umum, untuk mempercepat proses penyembuhan dan
pemulihan kondisi pasien pasca operasi, perlu kita perhatikan tips di bawah
ini:
1. Makan makanan bergizi, misalnya:
Pagi : susu dan roti
Siang : nasi, telur dadar, sayur sop, ayam, buah apel, pisang, susu.
Malam : nasi ikan laut, sayur lodeh, terung, buah jeruk, susu.
2. Konsumsi makanan (lauk-pauk) berprotein tinggi, seperti: daging, ayam,
ikan, telor dan sejenisnya.
3. Minum sedikitnya 8-10 gelas per hari.
4. Usahakan cukup istirahat.
5. Mobilisasi bertahap hingga dapat beraktivitas seperti biasa. Makin cepat
makin bagus.
6. Mandi seperti biasa, yakni 2 kali dalam sehari.
7. Kontrol secara teratur untuk evaluasi luka operasi dan pemeriksaan
kondisi tubuh.
8. Minum obat sesuai anjuran dokter.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Vol 1. Jakarta: EGC.
Hartono, A. (2016). Terapi Gizi Dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC.
Herman. (2016). Nutrisi Untuk Pasien Pasca Operasi. Stikes Kharisma
Karawang: S1 Keperawatan Profesi Ners.
Potter & Perry. (2015). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2.
Jakarta: EGC.
Said Syahurul, et al. (2013). Gizi dan Penyembuhan Luka. Makassar: Indonesia
Academic Publishing.
Taslim, N & Bahar, B. (2013). Gizi dan penyembuhaan Luka. Jakarta: Indonesia
Academic Publishing.

Anda mungkin juga menyukai