Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY.R USIA 22 TAHUN G1P0Ab0Ah0 UMUR KEHAMILAN 10


MINGGU 4 HARI HAMIL DENGAN ABORTUS INKOMPLIT
DI RUANG BERSALIN IGD RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO
KLATEN

Laporan Seminar Kasus

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Praktik Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal dan Kasus-Kasus


Ginekologi

Disusun Oleh :

NAMA : Nurul Hidayati Hariningtyas

NIM : P07124216044

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

2019
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY.R USIA 22 TAHUN G1P0Ab0Ah0 UMUR KEHAMILAN 10 MINGGU 4


HARI HAMIL DENGAN ABORTUS INKOMPLIT

DI RUANG BERSALIN IGD RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Laporan Seminar Kasus

Telah Mendapat Persetujuan dan Disyahkan pada

Tanggal : ……………………

Menyetujui,

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan

Munica Rita H. S.SiT, M.Kes Dwi Hasti Handayani, S.ST


NIP.198005142002122001 NIP. 197306221999032003

Mengetahui,
Ketua Jurusan Kebidanan

Dr. Yuni Kusmiyati, SST, MPH


NIP. 197606202002122001

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY.R USIA 22 TAHUN G1P0Ab0Ah0 UMUR KEHAMILAN 10 MINGGU 4


HARI HAMIL DENGAN ABORTUS INKOMPLIT

DI RUANG BERSALIN IDG RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Laporan Seminar Kasus

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui

Tanggal : ……………………

Menyetujui,

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan

Munica Rita H. S.SiT, M.Kes Dwi Hasti Handayani, S.ST


NIP.198005142002122001 NIP. 197306221999032003

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan, atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga Laporan Seminar Kasus Praktik Kegawatdaruratan Maternal
Neonatal Asuhan Kebidanan pada Ny. R usia 22 tahun G1P0Ab0Ah0 dengan
Abortus Inkomplit di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, dapat terselesaikan
sesuai waktu yang telah ditentukan. Laporan Seminar Kasus ini disusun dalam
rangka menerapkan teori yang telah dipelajari dengan praktik yang berada di
lapangan.

Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Yuni Kusmiyati, SST., MPH, selaku ketua jurusan kebidanan yang
telah memberikan kesempatan atas terlaksananya praktik kebidanan
kegawatdaruratan.
2. Yuliasti Eka Purnamaningrum, SST, M.PH, selaku ketua prodi sarjana
terapan kebidanan yang telah memberikan kesempatan atas
terlaksananya praktik kebidanan kegawatdaruratan.
3. Munica Rita H, S.SiT, M.Kes selaku pembimbing laporan kasus yang
telah memberikan arahan dan bimbingan selama praktik kebidanan
kegawatdaruratan berlangsung.
4. Dwi Hasti Handayani, S.ST., selaku pembimbing lahan (CI) yang telah
memberikan bimbingan dan ilmu baru selama praktik di lahan.
5. Ny. R yang telah bersedia menjadi klien dalam seminar kasus praktik
kebidanan kegawatdaruratan.
6. Teman-teman dan semua pihak telah memberikan motivasi untuk
menyelesaikan laporan ini.

Kami menyadari bahwa laporan seminar kasus ini masih memiliki banyak
kekurangan, sehingga kami mengharapkan petunjuk, saran serta kritik yang
membangun dari pembaca agar laporan kasus ini menjadi lebih baik serta dapat
bermanfaat bagi berbagai pihak.

Yogyakarta, 24 Januari 2019

Penulis

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................................iii
KATA PENGANTAR......................................................................................................iv
DAFTAR ISI.....................................................................................................................v
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Tujuan..................................................................................................................3
C. Manfaat................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................5
A. Kegawatdaruratan Maternal..............................................................................5
B. Abortus.................................................................................................................6
C. Abortus Inkomplit..............................................................................................16
BAB III............................................................................................................................18
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN................................................................18
A. Tinjauan Kasus.................................................................................................18
B. Pembahasan.....................................................................................................28
BAB IV............................................................................................................................31
PENUTUP......................................................................................................................31
A. Kesimpulan........................................................................................................31
B. Saran..................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................33

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dunia, terjadi 208 juta kehamilan dengan 41 juta mengarah ke


aborsi dan 11 juta mengarah ke abortus spontan. Di negara berkembang,
90% abortus terjadi secara tidak aman, sehingga berkontribusi 11%-13%
terhadap kematian maternal (Kemenkes RI, 2015). Menurut WHO,
diperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahun di ASEAN dengan
perincian 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura, 750.000–1,5 juta
dilakukan di Indonesia, 155.000–750.000 dilakukan di Filiphina dan
300.000–900.000 dilakukan di Thailand. Laporan dari Australian
Consortium For Indonesian Studies, bahwa hasil penelitian yang
dilakukan di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia menunjukkan
terjadi 43 kasus aborsi per 100 kelahiran hidup.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi
ketimbang negara-negara lain di kawasan ASEAN. Berdasarkan Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015, AKI di Indonesia berada
pada angka 305/100.000 kelahiran hidup. Situasi ini tentu membutuhkan
kerja keras bersama untuk terus menurunkan angka kematian ibu dan
bayi di Indonesia sebagaimana target yang ditetapkan dalam Sustainable
Development Goals (SDGs).
Angka kejadian abortus spontan di Jawa Tengah cukup tinggi
dengan berada pada angka 3,6% dari rentang 2,4%–6% angka kejadian
per provinsi. Menurut ketua pengurus harian daerah Persatuan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI) Jateng, jumlah abortus yang dilakukan
secara aman di Jawa Tengah sekitar 60 kasus. Tidak diketahui jumlah
yang pasti mengenai abortus spontan yang tercatat di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah. Dikarenakan abortus tidak terdapat dalam sistem
pelaporan Standar Pelayanan Minimal (SPM) (Kemenkes RI, 2015).

Abortus atau keguguran adalah berakhirnya kehamilan sebelum


janin dapat hidup di dunia luar tanpa mempersoalkan penyebabnya. Di

1
Amerika Serikat, angka kejadian abortus secara nasional berkisar antara
10–20%, sementara di RS Hasan Sadikin Bandung Indonesia, angka
kejadian abortus berkisar antara 18-19%. Kebanyakan abortus terjadi
ketika usia kehamilan <12 minggu, hanya sekitar 4% abortus yang terjadi
pada trimester kedua dan hanya sekitar 5% abortus yang terjadi setelah
bunyi jantung janin dapat diidentifikasi. Abortus masih merupakan
masalah besar dalam pelayanan obstetric karena merupakan salah satu
penyebab kematian ibu dan janin sampai saat ini (Kepmenkes, 2013).

Berdasarkan penelitian Desi Darma Setia (2015) kadar


hemoglobin yang menunjukan kejadian anemia dan tidak anemia
didapatkan bahwa ibu yang mengalami anemia 39 orang (sebanyak 26
orang (66,7%), sedangkan dari 58 orang kadar (40,2%)) yang terjadi
abortus incomplete dan yang tidak anemia 58 orang yang tidak anemia
terjadi abortus incomplete sebanyak 47 orang (81%).

Menurut Dinkes Provinsi Jawa Tengah angka kejadian komplikasi


kebidanan termasuk abortus masih tinggi yaitu 125.841 atau 20% dari
jumlah ibu hamil (2011). Angka kematian ibu di provinsi Jawa Tengah
pada tahun 2012 yaitu 116,34 per 100.000 kelahiran hidup atau 675
kasus kematian ibu. Penyebabnya antara lain dikarenakan pendarahan,
hipertensi, infeksi, abortus dan partus lama. Peraturan menteri Kesehatan
Republik Indonesia NO.1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik bidan, yang berisi bahwa bidan dalam
memberikan pelayanan yang berwenang untuk melakukan penanganan
kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan (Kepmenkes, 2010).
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
merupakan rumah sakit pendidikan dan rujukan termasuk untuk kasus-
kasus obstretri ginekologi. Jumlah kasus kejadian abortus di Instalansi
Rawat Inap RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten pada tahun 2010
sebanyak 412 pasien (300 abortus incomplete dan 112 abortus iminent)
dengan jumlah kelahiran hidup 2558 pasien, yang berarti angka kejadian
abortus sebesar 1 per 6,2 kelahiran hidup. Pada tahun 2011 jumlah
kejadian abortus meningkat menjadi 482 pasien (372 abortus incomlete
dan 110 abortus iminent) dengan jumlah kelahiran hidup 3797 pasien,

2
sehingga angka kejadian abortus sebesar 1 per 7,87 kelahiran hidup.
Pada tahun 2012 didapatkan data ibu yang mengalami abortus sebanyak
641 orang dengan kelahiran hidup 4523. Hal ini berarti data kejadian
abortus sebesar 1 per 7,06 kelahiran hidup. Dari data pada ketiga tahun
tersebut didapatkan bahwa terjadi peningkatan dari tahun tahun 2010
dibandingkan tahun 2011 dan penurunan dari tahun 2011 dibandingkan
tahun 2012 dari tiap tahunnya.

B. Tujuan

1. Tujuan umum
Mampu memahami, mengetahui dan mengembangkan pola pikir
dalam memberikan / menerapkan asuhan kebidanan yang tepat pada
pasien dengan kasus abortus inkomplit di RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten.
2. Tujuan khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan ini diharapkan mahasiswa
mampu:
a. Melaksanakan pengkajian dan pengumpulan data atau anamnesis
secara subjektif pada pasien Ny. R dengan kasus Abortus
Inkomplit di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
b. Melakukan pengkajian dan pemeriksaan objektif serta
pemeriksaan penunjang pada pasien Ny. R dengan kasus Abortus
Inkomplit.
c. Mengidentifikasi analisa yang berisi diagnosa dan masalah
kebidanan berdasarkan data subjektif dan objektif sesuai dengan
nomenklatur Kepmenkes No. 938/Menkes/SK/VIII/2007 pada
kasus Ny. R dengan kasus Abortus Inkomplit di RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten.
d. Melakukan penatalaksanaan yang dilakukan seperti tindakan
antisipatif, tindakan segera, tindakan secera komperhensif yaitu
penyuluhan dukungan, kolaborasi, evaluasi atau follow up serta
melakukan pendokumentasian berdasarkan seluruh tindakan yang
telah dilakukan pada kasus Ny. R dengan kasus Abortus Inkomplit
di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

3
4
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa mampu melakukan dan dapat mengaplikasikan ilmu
pengetahuan / teori dan pengalaman nyata / kasus dalam
memberikan asuhan kebidanan pada kehamilan dengan abortus
inkomplit.
b. Menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa dalam
memperoleh kasus abortus inkomplit sehingga dapat menambah
keterampilan.
2. Bagi Bidan Pelaksana
Dapat memberikan asuhan kebidanan yang tepat, cepat dan
komprehensif terutama pada kehamilan dengan abortus inkomplit.
3. Bagi Ibu Hamil
Dapat memahami kondisi atau keadaan kehamilan ibu sendiri
serta mengetahui anjuran yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kegawatdaruratan Maternal
1. Pengertian
a. Kegawatdaruratan
Kegawatdaruratan adalah dignosa dan tindakan terhadap
semua pasien yang memerlukan perawatan yang tidak
direncanakan dan mendadak atau terhadap pasien dengan
penyakit atau cidera akut untuk mengurangi angka kesakitan dan
kematian pasien.
Kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba,
seringkali merupakan kejadian yang bernahaya. Kegawatdaruratan
dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang berbahaya
yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan
tindakan segera guna menyelamatkan jiwa.
b. Kegawatdaruratan Obstetri
Kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam
kehamilan atau selama dan sesudah persalinan. Terdapat sekian
banhyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang
mengancam keselamatan ibu dan bayinya.
c. Kasus Gawat Darurat Obstetri
Kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani akan
berakibat fatal yaitu, kematian pada ibu dan janinnya. Kasus ini
menjadi penyebab utama kematian ibu, janin dan bayi baru lahir.
2. Jenis-Jenis Kegawatdaruratan Maternal
Secara umum terdapat empat jenis penyebab utama angka
kematian pada ibu, janin dan bayi baru lahir dari sisi obstetri yaitu :
a. Perdarahan
b. Infeksi sepsis
c. Hipertensi dan preeklampsia/eklampsia
d. Persalinan macet (distosia)

6
Berikut ini merupakan jenis-jenis kegawatdaruratan maternal, antara
lain :
a. Syok kegawatdaruratan maternal
b. Perdarahan pada kehamilan muda:
1) Abortus
2) Kehamilan Ektopik Terganggu
3) Mola hidatidosa
c. Perdarahan pada kehamilan lanjut dan persalinan:
1) Plasenta Previa
2) Solusio plasenta
3) Atonia uteri
d. Perdarahan pasca persalinan
1) Retensio plasenta
2) Robekan jalan lahir
3) Sisa plasenta
4) Ruptur uteri
5) Inversion uteri
6) Gangguan pembekuan darah
e. Nyeri Kepala, gangguan penglihatan,kejang dan atau koma,
tekanan darah tinggi:
1) Hipertensi
2) Preeklampsia
3) Eklampsia
f. Persalinan lama

B. Abortus

1. Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. WHO IMPAC
menetapkan batas usia kehamilan kurang dari 22 minggu, namun
beberapa acuan terbaru menetapkan usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (Kementerian
Kesehatan RI, 2016)

7
Abortus adalah pengakhiran kehamilan, baik secara spontan
maupun disengaja, sebelum 20 minggu berdasarkan hari pertama haid
terakhir atau pelahiran janin-neonatus yang memiliki berat kurang dari
500 gr (Leveno, 2015).

2. Epidemiologi
Pada tahun 2011, diperkirakan bahwa sekitar 2 juta aborsi terjadi
diIndonesia. Perkiraan ini adalah angka tahunan aborsi sebesar 37
aborsi per 1.000 perempuan usia reproduksi (15 – 49 tahun). Apabila
dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia, dalam skala regional
sekitar 29 aborsi per 1.000 perempuan usia reproduksi,ternyata
perkiraan ini cukup tinggi. Kebanyakan aborsi di Indonesia dilakukan
oleh tenaga yang tidak terlatih dan banyak juga (yang jumlahnya tidak
diketahui) yang mengupayakan pengguguran kandungan sendiri.
Kejadian abortus spontan secara umum pernah disebutkan sebesar
10% dari seluruh kehamilan. Lebih dari 80% abortus terjadi pada 12
minggu pertama kehamilan. Kelainan kromosom merupakan penyebab
paling sedikit separuh dari abortus, selain itu banyak faktor yang
mempengaruhi terjadinya abortus antara lain: paritas, usia ibu, usia
kehamilan, kehamilan tidak diinginkan, kebiasaan buruk selama
kehamilan, serta riwayat abortus sebelumnya (Umayah, 2009).
3. Etiologi

Menurut Rukiyah (2014), ada beberapa faktor yang menyebabkan


abortus antara lain :

a. Faktor janin, kelainan genetik, faktor kelainan yang paling sering


dijumpai pada abortus adalah gangguan pertumbuhan embrio,
zigot, janin atau plasenta.
b. Faktor ibu
1) Kelainan endokrin, misalnya kekurangan tyroid, kencing
manis.
2) Infeksi diduga dari beberapa virus seperti cacar air, campak,
herpes, toksoplasma. Janin dapat meninggal karena toksin-
toksin dan juga kuman yang telah menyebar.

8
3) Kelainan bentuk rahim / uterus, kelainan letak seperti
retrofleksi
4) Kebiasaan ibu (merokok, alhokol, kecanduan obat).
5) Umur, paritas, jarak kehamilan dan ibu riwayat abortus.
c. Faktor bapak, kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga
dapat menyebabkan abortus. Serta umur lanjut, penyakit kronis
seperti TBC, anemia, sifilis, keracunan (alkohol, nikotin).
d. Faktor genetik, sekitar 3-5% pasangan yang memiliki riwayat
abortus spontan yang berulang salah satunya dari pasangan
tersebut membawa sifat kromosom yang abnormal.
e. Faktor imunologi, terdapat antibody kardiolipid yang
mengakibatkan pembekuan darah dibelakang ari-ari sehingga
mengakibatkan kematian janin karena kurangnya aliran darah dari
ari-ari tersebut.
f. Faktor nutrisi, malnutrisi yang sangat berat memiliki kemungkinan
paling besar menjadi predisposisi abortus.
g. Faktor psikologis, dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus
berulang dengan keadaan mental dimana wanita yang belum
matang secara emosional dan sangat penting dalam
menyelamatkan kehamilan.
h. Infeksi, misalnya cacar, rubella, hepatitis. Infeksi bakteri misalnya
streptococcus. Parasit, misalnya malaria. Infeksi kronis, sifilis,
biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
Tuberkulosis paru aktif, pneumonia.
i. Penyakit kronis, misalnya hipertensi, nefritis, diabetes, anemia
berat dan penyakit jantung.
4. Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis,


diikuti nekrosis jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas
dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan
uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila
pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi khorialis belum menembus
desidua serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat keluar

9
seluruhnya. Apabila kehamilan 8-14 minggu vili khorialis sudah
menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat dilepaskan
sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan dari pada plasenta
(Prawirohardjo, 2010).

Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu


singkat, maka dia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin
yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
modifikasi janin mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang
oleh sebab diserap dan menjadi agak gepeng. Dalam tingkat lebih
lanjut menjadi tipis. Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas
dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak
menjadi lembek,perut membesar karena terasa cairan dan seluruh
janin bewarna kemerah-merahan (Ai Yeyeh et al., 2010).

5. Macam-Macam Abortus
Macam-macam abortus antara lain:
a. Abortus Iminens
Abortus Iminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi
masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis
Abortus Iminens ditentukan karena pada wanita hamiltejadi
perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit
atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuanya
kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif.
Pada beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit
padasaat haid yang semestinya datang jika tidak terjadi
pembuahan. Hal ini terjadi oleh penembusan vili korialis ke dalam
desidua, pada saat implantasi ovum.
b. Abortus Insipiens
Abortus Insipiens ialah peristiwa perdarahan uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan adaya dilatasi serviks uteri
yang meningkat, tetapi hasi konsepsi masih dalam uterus.
Dalamhal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat,
perdarahan bertambah, pengeluaran hasil konsepsi dapat

10
dilaksanakan dengankuret vakum atau dengan cunam ovum,
disusul dengan kerokan (Leveno, 2015).
c. Abortus Komplit
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram. Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, osteum uteri
telahmenutup, uterus sudah mengecil sehingga perdarahan
sedikit. Besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan.
Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan bila pemeriksaan secara
klinis sudah memadai. Pada pemeriksaan tes urin biasanya masih
positif sampai 7-10 hari setelah abortus. Pengelolaan penderita
tidak memerlukan tindakan khusus ataupun pengobatan.
d. Abortus Inkomplit
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan
masih ada yang tertinggal. Batasan ini juga masih terpancang
pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram. Sebagian jaringan hasil konsepsi masih
tertinggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina,
kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum
uteri atau menonjol pada ostium uteri ekternum.
e. Missed Abortus
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah
meninggaldalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan
hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.
Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan
apapun kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak
seperti yang diharapkan. Bila kehamilan diatas 14 minggu sampai
20 minggu penderita justru merasakan rahimnya semakin
mengecil dengan tanda-tanda kehamilan sekunder pada payudara
mulai menghilang (Leveno, 2015).
f. Abortus Habitualis
Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali
atau lebih berturut-turut. Penderita abortus habitualis pada
umumnya tidak sulit untuk menjadi hamil kembali, tetapi

11
kehamilannya berakhir dengan keguguran / abortus secara
berturut-turut. Penyebab abortus habitualis selain faktor anatomis
banyak yang mengaitkannya dengan reaksi imunologik yaitu
kegagalan reaksi terhadap antigen lymohotcyte trophoblast cross
reactive (TLX).
g. Abortus Infeksiosus, Abortus Septik
Abortus infeksious ialah abortus yang disertai infeksi pada
genitalia, sedang abortus septik ialah abortus infeksious berat
disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah
atau peritoneum. Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat
terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus
inkomplit dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan
tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Umumnya pada
abortus infeksious infeksi terbatas pada desidua. Pada abortus
septik virulensi bakteri tinggi, dan infeksi menyebar ke
miometrium, tuba, parametrium, dan peritoneum.
6. Faktor Risiko
Teori faktor- faktor abortus menurut Bobak (2010) seperti : umur,
paritas, kadar hemoglobin, hipertensi dan status gizi.
a. Usia
Menurut Bobak, (2010) Usia seorang ibu berkaitan dengan
alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman
adalah pada usia 20-35 tahun. Pada usia >35 tahun terkait
dengan kemunduran dan 19 penurunan daya tahan tubuh serta
berbagai penyakit yang sering menimpa di usia ini . Usia yang
kemungkinan tidak risiko tinggi pada saat kehamilan dan
persalinan yaitu umur 20-35 tahun, karena pada usia tersebut
rahim sudah siap menerima kehamilan, mental sudah matang dan
sudah mampu merawat bayi dan dirinya sendiri. Sedangkan umur
35 tahun merupakan resiko tinggi kehamilan dan persalinan.
Dengan demikian diketahui bahwa umur pada saat melahirkan
turut berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas ibu maupun
anak yang dilahirkan.

12
Idealnya, kehamilan berlangsung saat ibu berusia 20 tahun
sampai 35 tahun. Kenyataannya sebagai perempuan hamil
berusia dibawah 20 tahun sampai 35 tahun. Kenyataannya
sebagian perempuan hamil berusia dibawah 20 tahun dan tidak
sedikit pula yang mengandung di atas usia 35 tahun. Demikian
juga ibu yang berumur di atas 35 tahun mempunyai risiko 2 atau 3
kali untuk mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan seperti
perdarahan atau hipertensi dalam kehamilan, dan partus lama.
Bertambahnya usia pada wanita juga sangat berpengaruh
terhadap jumlah sel telur yang belum di keluarkan dari ovarium
atau indung telur. Diusia pubertas, seorang wanita akan memiliki
sekitar 300 ribu sel telur. Telur-telur ini akan dilepaskan satu demi
satu setiap bulan bersamaan dengan siklus menstruasi (ovulasi)
dan siap untuk dibuahi. Ketika wanita mengalami mengalami
menopause di usia 50-55 tahun, terdapat beberapa ribu sel telur
berusia tua saja yang masih tertinggal diindung telur. Itu
sebabnya, wanita yang menjelang menopause kesulitan
mengalami ovulasi. Kemungkinan keguguran pada perempuan
yang mengandung anak pertama diusia 35 tahun ke atas, yaitu
sekitar 20%. Keguguran terjadi dibawah usia 16-20 minggu.
Kalaupun lahir pada usia 20, 36 atau 40 minggu, bayi lahir
prematur dan berat badan sekitar 2,5 kg. Umur ibu dengan
kejadian abortus dapat menyebabkan kematian ma ternal.di
karenakan pada usia dibawah 19 tahun fungsi reproduksi wanita
belum berkembang dengan sempurna karena perkembangan
organ reprduksi wanita sempurna pada usia 20-34 Tahun.
Resiko terjadinya abortus meningkat bersamaan dengan
peningkatan jumlah paritas, usia ibu, jarak persalinan dengan
kehamilan berikutnya. Abortus meningkat sebesar 12% pada
wanita usia kurang dari 20 tahun dan meningkat sebesar 26%
pada usia lebih dari 40 tahun. Insiden terjadinya abortus
meningkat jika jarak persalinan dengan kehamilan berikutnya 3
bulan. Semakin lanjut umur wanita, semakin tipis cadangan telur
yang ada, indung telur juga semakin kurang peka terhadap

13
rangsangan gonadotropin. Makin lanjut usia wanita, maka resiko
terjadi abortus, makin meningkat karena menurunnya kualitas sel
telur atau ovum dan meningkatnya resiko terjadinya kelainan
kromosom. Hal ini seiring dengan naiknya kejadian kelainan
kromosom pada ibu yang berusia diatas 35 tahun.
b. Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dimiliki ibu dimulai
dari anak yang pertama sampai anak yang terakhir. Kondisi rahim
dipengaruhi juga oleh jumlah anak yang dilahirkan (Bobak, 2010).
Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama
kali. Para adalah seorang wanita hamil yang pernah melahirkan
bayi yang dapat hidup (Viable). Nullipara adalah seorang wanita
yang belum pernah melahirkan bayi yang viable untuk pertama
kali. Multipara atau pleuripara adalah seorang wanita yang pernah
melahirkan bayi yang viable untuk beberapa kali. Paritas adalah
jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidup, bukan jumlah
janin yang dilahirkan. Janin yang lahir hidup atau mati setelah
viabilitas dicapai, tidak mempengaruhi paritas.
Primipara adalah seorang wanita yang telah menjalani
kehamilan sampai janin mencapai tahap viabilitas. Multipara
adalah seorang wanita yang telah menjalani dua atau lebih
kehamilan dan menghasilkan janin sampai pada tahap viabilitas.
Paritas tinggi (Grandemultipara 5 atau lebih) viabilitas merupakan
kapasitas hidup diluar uterus, sekitar 22 minggu periode
menstruasi (20 minggu kehamilan) atau berat janin lebih dari 500
gram (Bobak, 2010). Menurut penelitian (Siska) Paritas 2-3
merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian
maternal seperti kejadian abortus. Paritas tinggi (lebih dari 3)
mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi
paritas maka lebih tinggi resiko komplikasi dan kematian maternal.
Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstretrik
lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi
atau dicegah dengan keluarga berencana. Komplikasi yang
mungkin timbul pada paritas tinggi antara lain adalah distosia,

14
perdarahan antepartum, ruptur uteri, hipertensi, penyakit ginjal,
anemia, kelainan letak, prolabsus uteri, diabetes melitusm
(Winkjosastro, 2010).
c. Kadar Hemoglobin
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah (eritrosit)
menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya
angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan
janin menjadi berkurang. Wanita hamil atau dalam nifas
dinyatakan menderita anemia bila kadar hemoglobin<11gr%.
Penurunan kadar hemoglobin pada wanita sehat yang hamil
disebaabkan ekspansi volume plasma yang lebih besar daripada
volume sel darah merah dan hemoglobin terutama terjadi pada
trimester II (Bobak, 2010)
Komplikasi anemia dapat terjadi abortus inkomplit,
persalinan preterm, partus lama, karena inersia uteri, perdarahan
pasca persalinan, payah jantung, anemia berat, kematian ibu. Nilai
ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia
ibu hamil, didaasarkan pada kriteria WHO tahun 2010 yang
ditetapkan dalam 3 kategori yaitu normal (>11 gr%), anemia
ringan (8-11 gr%), anemia berat (<8 gr%).
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
setelah abortus.
b. Pemeriksaan doopler dan USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup.
c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortus.
8. Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus antara lain :
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari
sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah.
Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan
tidak diberikan pada waktunya.

15
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada
uterus dalam posisi hiperetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini,
penderita perlu diamat-amati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya,
perlu segera dilakukan 16 laparatomi, dan tergantung dari luas
dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu
histerektomi, perforasi abortus yang dikerjakan oleh orang awam
menimbulkan personal gawat karena perlukaan uterus biasanya
luas. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi,
laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya
cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan
seperlunya guna mengatasi komplikasi.
c. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap
abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkomplet dan
lebih sering pada abortus buatan yang dikejakan tanpa
memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar
lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan
kemungkinan diikuti oleh syok.
d. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan dan
karena infeksi.
9. Tatalaksana Umum
Menurut Buku Saku Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan
RI, 2013 adapun tatalaksana umum abortus antara lain :
a. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu
termasuk tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu).
b. Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan
sistolik <90 mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal
syok. Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan
tersebut data penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu
karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat.

16
c. Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan
komplikasi, berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam
untuk 48 jam:
a) Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
b) Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
c) Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
d. Segera rujuk ibu ke rumah sakit.
e. Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan
emosional dan konseling kontrasepsi pasca keguguran.
f. Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus.

C. Abortus Inkomplit
1. Definisi
Abortus inkomplit adalah pengeluaran hasil konsepsi yang tidak
lengkap / ekspulsi parsial dari hasil konsepsi. Fetus biasanya sudah
keluar namun terjadi retensi plasenta, sebagian atau seluruhnya di
dalam uterus. Pada abortus inkomplit, perdarahan umumnya masih
berlangsung.
2. Tanda dan Gejala
Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian
hasil konsepsi dari uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis
sebagai berikut (Soepardan, 2010).
a. Amenore
b. Perdarahan dapat dalam jumlah banyak atau sedikit, biasanya
dalam bentuk beku
c. Sakit perut dan mules-mules dan sudah keluar jaringan atau
bagian janin
d. Pemeriksaan dalam didapatkan serviks terbuka, pada palpasi
teraba sisa-sisa jaringan dalam kantung servikalis atau kavum
uteri

Gejala lain dari abortus inkomplit yang dapat muncul adalah


sebagai berikut :

17
a. Perdarahan biasa sedikit atau banyak terdapat bekuan darah
b. Rasa mules (kontraksi) tambah hebat
c. Ostinum uteri eksternum atau serviks terbuka
d. Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam
cavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari
eksternum atau sebagian jaringan keluar
e. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin
dikeluarkan dapat menyebabkan syok

18
D. Penanganan dan Tatalaksana Umum
a. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien,
termasuk tanda-tanda vital.
b. Pengawasan pernafasan (jika ada tanda-tanda gangguan
pernafasan seperti adanya takipnea, sianosis) bebaskan saluran
nafas dari sumbatan kemudian berikan bantuan oksigen).
c. Berikan cairan infus NaCl 0,9% atau Ringer Laktat.
d. Lakukan pemeriksaan laboratorium.
e. Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringar banyak, pingsan,
tekanan sistolik kurang 90 mmHg, nadi lebih dari 112 kali/menit).
f. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia
kehamilan <16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan :
1) Aspirasi vakum manual merupakan metode evakuasi yang
terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika AVM tidak tersedia
2) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri
ergometrium 0,2 mg im (diulangi setelah 15 menit jika perlu)
atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulangi setelah 4
jam jika perlu).
g. Jika kehamilan >16mingguan
1) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam
fisiologis atau RL) dengan kecepatan 40 tetes per menit
sampai terjadi ekspulsi konsepsi.
2) Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4
jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 80 mg)
3) Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan.
h. Terapi abortus dengan kuretase
Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi dengan alat
(sendok kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus
melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus,
keadaan serviks dan besarnya uterus.

19
BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

Ny. R Usia 22 Tahun G1P0Ab0Ah0 Umur Kehamilan 10 minggu 4 hari dengan


Abortus Inkomplit di VK IGD RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro

No register : 1052704

Masuk RS Tgl,Jam : 22-01-2019, 10.00 WIB

Dirawat di Ruang : VK IGD

Biodata Ibu Suami


Nama : Ny. R Tn. E
Umur : 22 tahun 26 tahun
Pendidikan : D3 D1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Karyawan Swasta
Agama : Islam Islam
Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
: Tangkisan RT 02/07, Jetis, Tangkisan RT 02/07, Jetis,
Alamat
Karangnongko Karangnongko

DATA SUBYEKTIF

1. Kunjungan saat ini adalah kunjungan awal


Keluhan Utama : Ibu mengatakan keluar darah dari jalan lahir sejak hari
Jumat (sudah 5 hari perdarahan), tidak pernah mengalami cidera fisik
maupun jatuh.

2. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali. Kawin pertama umur 21 tahun. Dengan suami sekarang 1
tahun.

20
3. Riwayat Menstruasi
Menarche umur 13 tahun. Siklus 30 hari. Teratur. Lamanya 10 hari. Sifat
darah encer. Flour Albus : ya. Bau khas darah. Dysmenorhoe : ya. Banyak
darah : 3-4 ganti pembalut.

4. Riwayat Kehamilan ini

a. Riwayat ANC

HPHT : 09-11-2018 HPL : 16-08-2019 UK: 10 minggu 4 hari

ANC Sejak umur kehamilan 5 minggu. ANC di Praktik Bidan Mandiri

Frekuensi. Trimester I : 4 kali

b. Keluhan yang dirasakan

Trimester I : mual, pusing, perdarahan

c. Pola Nutrisi Makan Minum

Frekuensi 3 kali/hari 6-7 gelas/hari

Macam nasi, sayur, lauk dan buah air putih, susu

Jumlah 1 porsi setiap makan 1-2 liter

Keluhan tidak ada tidak ada

d. Pola Eliminasi BAB BAK

Frekuensi 1-2 kali/hari 6-7kali/hari

Warna kuning kecoklatan jernih

Bau khas feses khas urine

21
Konsisten lembek cair

Jumlah normal normal

e. Pola aktivitas

Kegiatan sehari-hari : ibu mengatakan sehari-hari melakukan

pekerjaan rumah seperti mecuci, menyapu dan

memasak

Istirahat/Tidur : malam 8 jam, siang 1 jam

Seksualitas : 2 kali/minggu, tidak ada keluhan

f. Personal Hygiene

Kebiasaan mandi : 2 kali/hari

Kebiasaan membersihkan alat kelamin : saat mandi, setelah BAK

dan BAB

Kebiasaan mengganti pakaian dalam : setelah mandi dan saat

sudah terasa lembab atau

tidak nyaman
Jenis pakaian dalam yang digunakan : katun

g. Imunisasi

TT 1 SD

TT 2 SD

TT 3 Caten

22
5. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Persalina Nifas
Ha n
mil Tgl Umur Jenis Komplikasi Jenis
Ibu Bayi BB Lakta
ke lah kehamila Persalina Penolong kelami Komplikasi
Lahir si
ir n n n
Hamil ini

Jenis Mulai
Berhenti/Ganti Cara
Kontrasepsi memakai
No
Tanggal Oleh Temp Keluha Tangga Oleh Tempat Alasa
at n l

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi

6. Riwayat Kontrasepsi yang digunakan

7. Riwayat Kesehatan

a. Ibu mengatakan ibu tidak pernah / sedang menderita penyakit jantung,


DM, hipertensi, TBC dan penyakit kelainan bawaan.
b. Ibu mengatakan keluarga tidak pernah / sedang menderita penyakit
jantung, DM, hipertensi, TBC dan penyakit kelainan bawaan.
c. Ibu mengatakan ibu dan keluarga tidak memiliki keturunan kembar.
d. Riwayat Alergi

Makanan : ibu tidak memiliki riwayat alergi makanan

Obat : ibu tidak memiliki riwayat alergi obat

Zat lain : ibu tidak memiliki riwayat alergi zat lain

e.Kebiasaan-kebiasaan

1) Ibu mengatakan tidak merokok dan tidak ada anggota keluarga


yang merokok
2) Ibu mengatakan tidak mengonsumsi jamu

23
3) Ibu mengatakan tidak minum-minuman keras
4) Ibu mengatakan tidak makanan/minuman patang
5) Ibu mengatakan tidak ada perubahan pola makan

8. Riwayat Psikologi Spiritual


a. Kehamilan ini diinginkan
b. Pengetahuan ibu tentang kehamillan
Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang kehamilan. Bahwa
masa kehamilan membutuhkan gizi dan istirahat yang cukup untuk
perkembangan janin di dalam kandungan.
c. Pengetahuan ibu tentang kondisi/keadaan yang dialami sekarang
Ibu mengatakan mengetahui bahwa perdarahan yang dialami itu
membuat khawatir dan merasa cemas.
d. Penerimaan ibu terhadap kehamilan saat ini
Ibu mengatakan antusias dan sangat bahagia terhadap kehamilan
saat ini.
e. Tanggapan keluarga terhadap kehamilan
Ibu mengatakan keluarga mendukung dengan kehamilan ini.
f. Persiapan/rencana persalinan
Ibu mengatakan memiliki rencana untuk melahirkan di Bidan.

DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : cukup
Kesadaran : compos mentis

b. Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 98 kali per menit
Pernafasan : 22 kali per menit
Suhu : 36,5○C
c. TB : 160 cm

BB : sebelum hamil 55 kg, BB sekarang 57 kg

24
IMT : 55 : (1,60)² = 21,48
LLA : 24 cm
d. Kepala dan leher
Wajah : tidak ada odema
Chloasma gravidarum : tidak ada
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
Mulut : tidak ada stomatitis
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid,
limfe dan vena jugularis
e. Payudara
Bentuk : simetris
Areola mammae : kecoklatan
Puting susu : menonjol
Colostrum : tidak keluar

f. Abdomen
Bentuk : tidak terlihat ada pembesaran
Bekas luka : tidak ada
Striae gravidarum : tidak ada
Palpasi Leopold : tidak dilakukan
Leopold I : tidak dilakukan
Leopold II : tidak dilakukan
Leopold III : tidak dilakukan
Leopold IV : tidak dilakukan
Osborn Test : tidak dilakukan
TFU (Mac Donald) : tidak dilakukan
TBJ : tidak dilakukan
Auskultasi DJJ : tidak dilakukan
g. Ekstermitas
Oedem : tidak ada oedem pada kaki, terpasang
infus RL pada tangan kiri
Varises : tidak ada varises
Reflek Patela : kanan (+) dan kiri (+)
h. Genetalia Luar

25
Bekas luka : tidak ada
Pengeluaran : darah merah segar
i. Anus
Hemoroid : tidak ada
2. Pemeriksaan Panggul
Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Tanggal 22 Januari 2019 jam 10.30 WIB dengan hasil USG
Sudah tidak ada janin dan masih tersisa kantung janin yang belum
keluar.
b. Tanggal 22 Januari 2019 jam 11.00 WIB dengan hasil

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Darah Rutin
 
Hemoglobin 10.58 12.0 – 16.0

Eritrosit 3.63 4.20 – 5.50

Lekosit 10.3 4.8 – 10.8

Trombosit 350 150 – 450

Hematokrit 32.2 37.0 – 52.0

MCV 89.4 80.0 – 99.0

MCH 28.8 27 – 31

MCHC 32.4 33.0 – 37.0

Golongan Darah B

Paket Elektrolit
 
Natrium 136.2 136.0 – 145.0

Kalium 4.11 3.50 – 5.10

26
Chloride 104.5 98.0 – 107.0

Anti HIV (Non VCT) Non Reaktif Non Reaktif

HBs Ag NEGATIF Negatif

Anti HCV NEGATIF Negatif

ANALISA

Ny. R usia 22 tahun G1P0Ab0Ah0 umur kehamilan 10 minggu 4 hari hamil


dengan abortus inkomplit.

PENATALAKSANAAN

1. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan menjelaskan keadaan


yang dialaminya.
Ibu memahami dan mengerti dengan keadaannya.

2. Melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn :


a. Melakukan pemeriksaan USG
b. Memasang infus Ringer Laktat 500 ml dengan kecepatan 20
tetes per menit
c. Memberikan oksigen 3 liter/menit

Tindakan telah dilakukan.


3. Memberi dukungan emosional dan motivasi kepada ibu agar tetap tenang
dalam menghadapi ini.
Ibu dan suami lebih tenang dan dapat menerima.
4. Mengobservasi keadaan umum dan vital sign pada pasien.
Pasien dalam keadaan baik.
5. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang pentingnya dilakukan
kuretase untuk mengeluarkan sisa janin jika ibu setuju maka akan
dilakukan tindakan kuretase pada tanggal 23-01-2019.

27
Ibu dan keluarga mengerti dan setuju, maka akan dilakukan tindakan
kuretase.
6. Informed consent untuk pelaksanaan tindakan kuretase.
Suami setuju dan telah menandatangani persetujuan tindakan kuretase,
rencana kuretase tanggal 23-01-2019.
7. Menganjurkan ibu untuk istrahat sebelum dikuretase yaitu dengan
memfasilitasi ibu untuk dilakukan rawat inap.
Suami dan ibu telah mendapatkan kamar dan akan dipindahkan ke ruang
Melati I.
8. Menfasilitasi ibu untuk pindah ke ruang nifas.
Ibu mengerti.
Catatan Perkembangan Ny. R
Tanggal 22-01-2019 jam 11.30 WIB Ny. R pindah kamar ke ruang Melati I
Subjektif : ibu mengatakan keluar darah dari jalan lahir dan nyeri
perut
Objektif : KU : cukup
Kesadaran : compos mentis
TD : 120/70 mmHg
N : 89 kali/menit
RR : 16 kali/menit
S : 36,5°C
Analisa : Ny. R usia 22 tahun G1P0Ab0Ah0 umur kehamilan 10
minggu 4 hari hamil dengan abortus inkomplit.
Penatalaksanaan : - Observasi keadaan umum dan vital sign
- Observasi perdarahan
- Kolaborasi dengan dokter obgyn untuk pemberian
terapi anti nyeri : analgetik
- Memberitahu ibu untuk mulai puasa pukul 00.00
WIB tetapi boleh minum air putih karena akan
dilakukan kuretase pada tanggal 23-01-2019 jam
08.00 WIB
Tanggal 23-01-2019 jam 06.00 WIB
Subjektif : ibu mengatakan keluar darah pada jalan lahir dan

28
perut semakin terasa nyeri
Objektif : KU : cukup
Kesadaran : compos mentis
TD : 120/80 mmHg
N : 88 kali/menit
RR : 16 kali/menit
S : 36,7°C
Perdarahan : ±5cc
Analisa : Ny. R usia 22 tahun G1P0Ab0Ah0 umur kehamilan 10
minggu 4 hari hamil dengan abortus inkomplit.
Penatalaksanaan : - observasi keadaan umum, vital sign
- memberitahu ibu teknik relaksasi yaitu dengan cara
tarik napas dalam kemudian keluarkan lewat mulut
- persiapan kuretase jam 08.00 WIB
Tanggal 23-01-2019 jam 08.00 WIB, Ibu masuk ruang operasi
Tanggal 23-01-2019 jam 09.30 WIB, Ibu keluar ruang operasi
Tanggal 23-01-2019 jam 09.50 WIB
Subjektif : ibu mengatakan merasa mules
Objektif : KU : baik
Kesadaran : compos mentis
TD : 120/70 mmHg
N : 92 kali/menit
RR : 22 kali/menit
S : 36.2°C
Analisa : Ny. R usia 22 tahun P0Ab1Ah0 hari ke-0 riwayat
abortus inkomplit post kuretase
Penatalaksanaan : - observasi keadaan umum, vital sign
- kolaborasi dengan dokter obgyn untuk pemberian
terapi :
o cefadroxil 500mg/12j/PO
o asam mefenamat 500mg/8jam/PO

29
o methergin 1tab/8jam/PO
- menganjurkan ibu untuk mobilisasi 3 jam setelah
kuretase seperti miring-miring atau duduk
Tanggal 23-01-2019 jam 18.00 WIB
Subjektif : ibu mengatakan sudah dapat berjalan-jalan,
melakukan aktivitas tanpa dibantu
Objektif : KU : baik
Kesadaran : compos mentis
TD :110/70 mmHg
N : 90kali/menit
RR : 18 kali/menit
S : 36,5°C
Analisa : Ny. R usia 22 tahun P0Ab1Ah0 hari ke-0 dengan
riwayat abortus inkomplit post kuretase
Penatalaksanaan : - melakukan advis dokter, pasien diizinkan untuk
pulang
- kolaborasi dengan dokter obgyn untuk pemberian
terapi :
o cefadroxil 500mg/12jam/PO
o asam mefenamat 500mg/8jam/PO
- memberikan KIE tentang kebersihan alat genetalia
yaitu untuk tetap menjaga kebersihan dengan cara
membersihkan setelah BAK, BAB atau setelah
mandi dengan air dan sabun ditepuk-tepuk
kemudian diguyur air mengalir dari depan ke
belakang dan mengganti celana dalam apa bila
sudah dirasa lembab.
- memberikan edukasi kepada ibu tentang KB pasca
keguguran dengan tujuan untuk mencegah
kehamilan memberi waktu 3-6 bulan dapat
memperkecil kemungkinan keguguran kembali

30
karena organ reproduksinya sudah kembali seperti
semula, sesuai dengan rekomendasi dokter obgyn
dapat menggunakan langsung kontrasepsi
sederhana seperti KB kalender, senggama terputus
atau KB hormonal seperti pil, suntik kombinasi (1
bulan), suntik progestin (3 bulan), implant
(dimasukkan ditangan) atau KB non hormonal
seperti kondom, IUD (dimasukkan dirahim).
- menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada
tanggal 30-01-2019 di poli kandungan

B. Pembahasan
Pada bab ini diuraikan pembahasan kasus yang telah diambil
sesuai dengan manajemen kebidanan SOAP mulai dari pengkajian
sampai dengan evaluasi penatalaksanaan. Dalam hal ini juga akan
diuraikan tentang persamaan dan kesenjangan antara teori yang ada
dengan praktik yang ditemukan dilapangan.
1. Pengkajian data (Subjektif)
Pengkajian merupakan tahap awal yang digunakan sebagai
landasan dalam proses pemberian asuhan kebidanan. Tahap ini
mencakup kegiatan pengumpulan, pengolahan dan analisa data atau
fakta yang dikumpulkan dari beberapa data subjektif dan objektif.
Data tersebut diperoleh dengan wawancara, observasi, studi
dokumentasi dan studi kepustakaan. Pengkajian ini dibuat teliti dan
sistematis, sehingga dapat diketahui diagnosa kebidanan, masalah
dan kebutuhan yang ada dan akhirnya dapat diberikan asuhan
kebidanan terhadap masalah tersebut.
Berdasarkan data yang diperoleh ibu datang ke VK IGD
mengatakan keluar darah sejak hari Jumat (sudah 5 hari), tidak
pernah mengalami cidera fisik maupun jatuh. Hal ini menunjukkan
adanya gangguan pada kehamilannya.
2. Pemeriksaan (Objektif)

31
Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan umum, fisik dan
penunjang untuk merumuskan diagnosis yang akan ditetapkan pada
kasus yang didapatkan dengan berkolaborasi dengan dokter obgyn
akan melakukan USG. Dalam hal ini pemeriksaan umum yang
dilakukan sesuai dengan teori yaitu keadaan umum, kesadaran,
tanda vital dan pemeriksaan fisik seperti abdomen.
Setelah dilakukan pemeriksaan umum didapatkan hasil yaitu
ibu dalam keadaan cukup, kemudian pemeriksaan fisik ibu
menunjukkan ibu dalam kondisi baik tidak ada tanda bahaya seperti
demam tinggi, syok dan pemeriksaan penunjang oleh dokter obgyn
yaitu USG didapatkan hasil tidak ada DJJ dan terlihat masih ada
sisa / kantung janin yang menunjukkan bahwa sudah tidak ada janin
dalam kandungan ibu. Pada tahap intervensi data tidak ditemukan
kesenjangan antara data objektif Ny. R dengan teori mengenai
abortus inkomplit.
3. Analisa
Pada langkah ini merupakan indentifikasi terhadap masalah
atau interpretasi yang benar atas data yang telah dikumpulkan
sehingga dapat merumuskan masalah atau diagnosa yang spesifik.
Pada tinjauan pustaka dijelaskan bahwa abortus adalah penghentian
atau berakhirnya suatu kehamilan pada umur kehamilan kurang dari
22 minggu dan pada kasus ditemukan ibu hamil dengan umur
kehamilan 10 minggu 4 hari.
Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka dan studi kasus
pada Ny. R secara garis besar tampak ada persamaan dalam
diagnosa yang ditegakkan atau pada langkah pengkajian ini tidak
terdapat kesenjangan atau teori dan praktik.
4. Penatalaksanaan
Berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa
melaksanakan rencana asuhan yang terlah direncanakan
sebelumnya harus secara efisien dan menjamin rasa aman dan
nyaman pada pasien. Implementasi merupakan pelaksanaan dari
rencana asuhan menyeluruh dari perencanaan (Varney, 2007).

32
Dari diagnosa yang telah ditegakkan, oleh sebab itu pasien
dijelaskan mengenai hasil pemeriksaanya kemudian diberikan
dukungan motivasi agar tetap tenang. Ibu dijelaskan bahwa sisa janin
harus segera dilahirkan dengan tindakan kuretase.
Kasus abortus inkomplit ini dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor penyebab. Dari data yang telah didapat, kemungkinan ada
gangguan pertumbuhan embrio, zigot, janin atau plasenta pada
kehamilan ibu, karena ibu tidak mengalami trauma seperti cidera fisik
maupun jatuh.
Adapun evaluasi merupakan sebuah perbandingan dari hasil
yang aktual dengan hasil yang dihadapkan. Dilakukan penilaian yang
telah disusun dapat terlaksana dan terpenuhi kebutuhannya seperti
yang telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosa (Varney, 2007).
Hasil evaluasi yakni Ny. R telah dilakukan tindakan kuretase pada
tanggal 23-01-2019 pada jam 08.00 dipindahkan di ruang nifas dan
sesuai advis dokter obgyn telah diizinkan pulang dan diberikan terapi.
Berdasarkan penanganan kasus tersebut dapat dilihat bahwa
penatalaksanaan abortus inkomplit di ruang bersalin IGD RSUD dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten sudah sesuai dengan teori tatalaksana
abortus inkomplit.

33
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam kasus ini saya dapat memahami kasus secara nyata tentang
asuhan yang diberikan pada kasus kehamilan dengan Abortus Inkomplit.
Asuhan kebidanan yang diberikan Ny. R di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten sudah sesuai teori dan SOP yang ada di RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten. Selain itu dari penatalaksanaan kasus, saya dapat
menarik kesimpulan;
Dari pengkajian dan intervensi data serta analisa maka diagnose
yang ditegakkan pada Ny. R yaitu hamil dengan abortus inkomplit.
1. Dari pengkajian data subjektif yaitu ibu mengatakan keluar darah
sejak Jumat sudah 5 hari pada kehamilan 10 minggu 4 hari sesuai
dengan teori merupakan abortus karena perdarahan dari uterus pada
kehamilan kurang dari 22 minggu.
2. Pengkajian data objektif dengan melakukan pemeriksaan umum, fisik
dan penunjang didapkatkan hasil keadaan umum ibu cukup,
abdomen tidak terlihat adanya pembesaran, hasil USG oleh dokter
obgyn terdapat kantong / sisa janin yang belum keluar dari uterus.
3. Analisa sesuai dengan data subjektif dan objektif maka diagnosa
yang dapat ditegakkan sesuai dengan teori yaitu abortus inkomplit
karena sebagian hasil konsepsi telaj keluar dari kavum uteri dan
masih ada yang tertinggal.
4. Pentalaksanaan yang dilakukan pada kasus abortus inkomplit ini
adalah observasi keadaan umum, vital sign (tanda vital), perdarahan
kemudian melakukan tindakan kuretase yang sebelumnya melalui
inform consent pada ibu dan suami, observasi post kuretase dan
diizinkan pulang oleh dokter obgyn dan memberi terapi obat,
memberi KIE kebersihan alat genetalia, KIE KB pasca keguguran dan
memfasilitasi ibu untuk kunjungan ulang di Poli Kandungan.

34
B. Saran
1. Untuk Mahasiswa
Sebagai mahasiswa agar lebih menguasai materi dan mampu
mengaplikasikannya sehingga ketika terjadi masalah dapat
mengkajinya lebih dalam dan memberikan asuhan yang sesuai
kebutuhan pasien. Mahasiswa diharapkan untuk membaca literature
terbaru untuk menambah wawasan mengenai penatalaksanaan
abortus inkomplit.
2. Untuk Bidan Pelaksana
Hal yang dapat dilakukan sebagai bidan yaitu melakukan deteksi
dini komplikasi pada ibu hamil dengan pengkajian secara teliti,
sehingga dapat dilakukan asuhan dan penanganan segera jika terjadi
komplikasi. Memberikan KIE pada ibu hamil tentang tanda bahaya
selama kehamilan, salah satunya abortus inkomplit. Bidan diharapkan
mengikuti perkembangan ilmu terutama pada penanganan abortus
inkomplit sehingga bidan dapat memberikan penatalaksanaan dengan
benar.
3. Untuk Ibu Hamil
Sebagai ibu hamil sebaiknya melakukan pemeriksaan kehamilan
secara teratur agar lebih memahami kondisi tubuhnya.

35
DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh, Rukiyah, Yulianti, Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: Trans Info Medika.
Bobak. 2010.Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4.Jakarta : EGC
Desi Darma. 2016. Jurnal Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Abortus Inkomplit. Hal : 26-36
Dinkes Jateng. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017.
Semarang: Dinkes Jateng
Dinkes Klaten Jawa Tengah. 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Klaten. Hal : 17-
21
Elisa Diyah Purwaningrum, Arulita Ika Fibriana. 2017. Higeia Journal Of Public
Health Research And Development Faktor Risiko Kejadian Abortus
Spontan. UNNES
Erni, Hernawati dan Lia Kamila. 2017. Buku Ajar Bidan Kegawatdaruratan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : CV. Trans Info Media
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.
POGI, IDAI, Perinasia, IBI, Depkes RI. 2014. Buku Panduan Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Ed.1 Cet 13. Hal : M-9
Riska Pratiwi. 2017. Jurnal Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Abortus
Inkomplit. Hal : 3-4
Sri Wahyuni, Ngadiyono, Sri Sumarni. 2017. Jurnal Kebidanan Vol. 6 No.13
Oktober 2017 Issn.2089-7669 Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Abortus Di Rsud Ungaran Jawa Tengah

36

Anda mungkin juga menyukai