Anda di halaman 1dari 3

NAMA : JIHAN AL HAMID

NIM : 931418101

Budaya Ambon (Baku Pukul Manyapu)

Tradisi Pukul Sapu antar pemuda di Desa Mamala-Morela bisa disaksikan secara
umum oleh masyarakat setiap 7 Syawal. Event budaya ini telah menjadi ritual adat tahunan
yang menarik perhatian banyak wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Ketika
waktu pelaksanaan ini tiba, maka sudah dipastikan kedua Desa ini akan dipenuhi pengujung
yang datang dari berbagai tempat untuk menyaksikan suguhan atraksi super unik khas
Maluku. Tradisi ini merupakan cara masyarakat Mamala-Morela untuk mewariskan budaya
leluhur. Namun tidak hanya menjadi kebiasaan semata, ritual ini menjadi upaya mewariskan
semangat perjuangan Kapitan Telukabessy yang telah dengan gigih mempertahankan
Benteng Kapahaha. Menurut sejarah Benteng Kapahaha pada akhirnya jatuh ke tangan
penjajah, dan untuk menandai kekalahan ini Kapitan Telukabessy beserta pasukannya saling
cambuk hingga berdarah-darah.

Atraksi Pukul Sapu biasanya dilakukan oleh kelompok pemuda berusia antara 20 tahun
sampai dengan 30 tahun. Tapi selain itu, ada juga Tradisi Pukul Sapu versi ‘belia’ yang
dilakukan oleh para remaja usia antara 10 tahun sampai dengan 20 tahun.
Tradisi Pukul Manyapu dipandang sebagai alat untuk mempererat tali persaudaraan
masyarakat di Desa Mamala dan Desa Morella. Dipertunjukan oleh pemuda yang dibagi
dalam dua kelompok dimana setiap kelompoknya berjumlah 20 orang. Kedua kelompok
dengan seragam berbeda itu akan bertarung satu sama lain. Kelompok satu menggunakan
celana berwarna merah sedangkan kelompok lainnya menggunakan celana berwarna hijau.
Pesertanya juga diwajibkan menggunakan ikat kepala untuk menutupi telinga agar terhindar
dari sabetan lidi. Alat pukul dalam tarian ini adalah sapu lidi dari pohon enau dengan panjang
1,5 meter. Bagian tubuh yang boleh dipukul adalah dari dada hingga perut.

Bekas lukanya terlihat begitu perih. Tapi seakan tak mempedulikan kulit yang pecah oleh
sabetan lidi, mereka yang saling cambuk seakan tidak merasakan sakit sedikit pun. Terkesan
bahwa ini merupakan pewarisan tradisi kekerasan. Tapi justru sebaliknya, atraksi Pukul Sapu
ini justru semakin mempererat tali persaudaraan para pemuda yang berpartisipasi maupun
para penonton yang menyaksikan .

Di akhir dari atraksi ini, kulit para remaja yang dipenuhi dengan luka sobek akibat cambukan
lidi dioles dengan getah pohon jarak yang konon dipercaya sangat berkhasiat untuk
menyembuhkan luka,baik luka gores, memar, sampai patah tulang dalam waktu relatif sangat
cepat.

Anda mungkin juga menyukai