Anda di halaman 1dari 20

JALAN PENGHUBUNG PULAU JAWA DAN BALI DENGAN VIEW

BAWAH LAUT UNTUK MENDUKUNG PENYEBERANGAN


TRANSPORTASI DARAT SERTA MEMPROMOSIKAN
PARIWISATA DI PULAU BALI

Disusun oleh :
1. Afifah Puryaningrum (02)
2. Annisa Berliana D. (07)
3. Devita Sukmawati (11)
4. Gabriel Zebaoth K.P. (14)
5. Luthfiana Laila R. (18)
6. Rizal Aziiz Ramadhan (26)

SMA NEGERI 1 CEPU


TAHUN PELAJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah yang berjudul Tol bawah laut Jawa-Bali
sebagai jalan penghubung Pulau Jawa dan Bali dengan view bawah laut untuk mendukung
penyeberangan transportasi darat serta mempromosikan pariwisata di Pulau Bali. Penulisan karya tulis
ilmiah ini disusun sebagai
Penulis berharap penulisan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk
membangun wawasan dan ilmu pengetahuan. Penulis sadar bahwa penulisan karya ilmiah ini
masih banyak kekurangan baik dari segi penyusunan, penulisan, dan bahasa. Oleh karena itu
Penulis berharap kritik dan saran sebagai masukan bagi penulis untuk yang lebih baik lagi.

Cepu,5 Februari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................iii
DAFTAR TABEL .....................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................................v
ABSTRAK.................................................................................................................vi
BAB 1. PENDAHULUAN.........................................................................................1
BAB 2. LANDASAN TEORI.....................................................................................2
BAB 3.
METODOLOGI……….................................................................................6
BAB 4. HASIL DAN
PEMBAHASAN.......................................................................7 BAB 5.
PENUTUP.......................................................................................................7
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................................8
LAMPIRAN…………...............................................................................................1
0
ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Rancangan Konseptual Terowongan Bawah Laut...............................................................5

Gambar 2.2. Daerah letak posisi mulut terowongan dari


Pulau Jawa-Bali dan sebaliknya..........................................................................................5

iii
4
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tarif Penyebrangan Kendaraan Ketapang-Gilimanuk

. Tanggal 24 September 2016 ...........................................................................3.

Tabel. 2.2 Tarif Penyebrangan Penumpang Ketapang-Gilimanuk

Tanggal 24 September 2016 ............................................................................3

Tabel. 2.3 Rata-Rata Penyeberangan Pelabuhan Ketapang - Gilimanuk

per tahun...............................................................................................................4

Tabel 2.4. Sifat fisis kaca..................................................................................................................5

Iv
DAFTAR LAMPIRAN
5
Lampiran 1. Rancangan konseptual terowongan bawah laut.................................10

TOL BAWAH LAUT JAWA-BALI SEBAGAI JALAN PENGHUBUNG


6
PULAU JAWA DAN BALI DENGAN VIEW BAWAH LAUT UNTUK
MENDUKUNG PENYEBERANGAN TRANSPORTASI DARAT SERTA
MEMPROMOSIKAN PARIWISATA DI PULAU BALI

ABSTRAK
Pariwisata merupakan perjalanan mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan
tujuan yang bermacam-macam. Saat ini destinasi wisata dengan unsur budaya dan
kearifan lokal daerah setempat yang ada masih sedikit dan rata-rata terdapat di pulau
Bali. Pelau Bali merupakan tempat yang masih menunjung tinggi kearifan lokal daerah
setempat. Namun untuk menempuh perjalanan darat masih harus menggunakan kapal
ferri untuk menyeberang ke pulau Bali. Perlu jembatan penyeberangan menuju pulau
bali untuk mengefisienkan biaya dan waktu tempuh perjalanan. Dari masalah tersebut
kami mengusulkan Tol bawah laut Jawa-Bali sebagai jalan penghubung pulau Jawa dan
Bali dengan view bawah laut untuk mendukung penyeberangan transportasi darat serta
mempromosikan pariwisata di pulau Bali. Tol dalam laut ini berbentuk terowongan
panjang dengan sisi terowongan berupa kaca transparan anti pecah sehingga para
pengendara yang melewati terowongan ini dapat langsung melihat pemandangan bawah
laut selat Bali yang indah. Pada sisi terowongan juga disajikan berbagai iklan gambaran
destinasi yang ada di Bali. Dengan adanya tol bawah laut ini diharapkan dapat
mempersingkat waktu perjalanan untuk menyeberangi selat Bali serta mengurangi biaya
perjalanan. Adanya tol bawah laut Jawa-Bali ini dapat meningkatkan jumlah pengunjung
wisata yang berkunjung ke pulau Bali khususnya wisata yang berbasis kearifan
lokal disana dengan mempromosikannya serta dapat membantu perekonomian warga
khususnya yang ada dipulau Bali.

vi
BAB I
7
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi saat ini, sektor pariwisata merupakan industri terbe- sar
dan terkuat dalam pembiayaan ekonomi global, serta sektor ini telah memberikan
kontribusi devisa yang cukup besar bagi negara ini (Soebagyo, 2012) tercatat telah
menyumbang US $ 10,69 miliar atau setara Rp. 136 triliun pada tahun 2014
(Kemenpar, 2015). Hal ini menunjukan bahwa pariwisata merupakan sektor yang
paling penting dalam pertumbuhan perekonomian nasional.
Dengan hasil yang cukup segnifikan dari sektor pariwisata tersebut, tidak- lah kita
pungkiri bahwa dukungan dari infrastruktur, khususnya infrastruktur jalan
haruslah kuat karena fungsi dari jalan adalah sebagai penghubung satu wilayah
dengan wilayah lainnya. Jalan merupakan infrastruktur yang paling berperan
dalam perekonomian nasional, besarnya mobilitas ekonomi tahun 2002 yang
melalui jaringan jalan nasional dan propinsi rata-rata perhari dapat mencapai
sekitar 201 juta kendaraan/kilometer (Bappenas, 2003, dikutip oleh Kenastri,
2007). Hal ini belum termasuk mobilitas ekonomi yang mempergunakan jaringan
jalan kabupaten sepanjang 240 ribu kilometer serta jaringan jalan desa (Ma’ruf,
2013). Artinya adalah infrastruktur jalan memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap perekonomian nasional.
Menyadari pentingnya infrastruktur dalam mendorong pertumbuhan ekon-
omi. Para pakar infrastruktur sepakat bahwa dalam mendorong pembangunan
infrastruktur, pemerintah sebagai pemain utama dalam sektor infrastruktur
selayaknya menjaga kesinambungan investasi pembangunan infrastruktur dan
memprioritaskan infrastruktur dalam rencana pembangunan nasional (Posumah,
2015). Namun hal ini dirasa kurang, karena banyak beberapa wilayah yang
memiliki destinasi pariwisita yang menjanjikan akan tetapi sarana dan prasarana
untuk menjangkau tempat tersebut masih sulit dan mahal (detik.com), salah
satunya adalah pulau Bali.
Pulau Bali dan Pariwisata merupakan dua kata yang tidak dapat dipisahkan ,
yang total luasnya 5.632,86 Km2 atau hanya 0,29 persen dari luas keseluruhan
wilayah Indonesia (Sudana, 2013). Termasuk destinasi utama tujuan wisata di
Indonesia, baik wisatawan asing maupun lokal, karena keelokkan akan budaya,
adat istiadat, kesenian yang beraneka ragam dan keindahan alam yang
mempesona, maka tidak dipungkiri bila Bali dijuluki The Last Paradise (Sri,
2013). Walaupun mendapat julukan The Last Paradise,tetapi Bali masih memiliki
sejumlah kendala diantaranya sarana dan prasarana untuk menjangkau tempat
tersebut yang masih tergolong mahal dan sulit bagi wisatawan lokal khususnya
wisatawan berasal dari Jawa. Karena tidak ada jalan atau penghubung darat untuk
menuju ke Bali, oleh karena itu diharuskan menggunakan kapal Ferri dengan
biaya yang tergolong tidak terjangkau.
Dari permasalahan tersebut penulis mempunyai gagasan yaitu tol bawah laut
Jawa-Bali sebagai jalan penghubung pulau Jawa dan Bali dengan view bawah laut
untuk mendukung penyeberangan transportasi darat serta mempromosikan
pariwisata di pulau Bali, berbasis terowongan transparan dengan metode pondasi
apung. Diharapkan dengan gagasan ini dapat mengeksplor sejumlah potensi-
potensi wisata, baik keindahan alam, budaya, serta adat istiadat yang masih
tersembunyi serta pengeluaran materi untuk transportasi wisatawan dapat ditekan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal diatas maka dapat dirumuskan sebagai berikut,
1. Bagaimana implementasi gagasan Tol Bawah Laut Jawa-Bali tersebut?
8
2. Apa keuntungan masyarakat dari inovasi Tol Bawah Laut Jawa-Bali tersebut ?
3. Siapa saja yang terlibat dalam mengimplementasikan Tol Bawah Laut Jawa-
Bali tersebut ?

C. Tujuan Penelitian
1. Membangun tol bawah laut Jawa-Bali untuk membantu penyeberangan
transportasi darat pulau Jawa-Bali.
2. Mempromosikan pariwisata yang ada di pulau Bali dari pariwisata umum
maupun wisata yang berbasis kearifan lokal.

D. Manfaat Penelitian
1. Membantu masyarakat yang akan menyeberang ke pulau Jawa maupun Bali
dengan transportasi darat.
2. Menekan biaya dan mempersingkat waktu penyeberangan pulau Jawa-Bali.
3. Membantu meningkatkan perekonomian warga khususnya yang ada di pulau
Bali.

E. Ruang Lingkup
Rancangan awal dan dasar teori mengenai tol bawah laut Jawa-Bali.

BAB II
LANDASAN TEORI
Infrastruktur merupakan fasilitas fisik yang dikembangkan atau
dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam
penyedian air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-
pelayanan lainnya untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial. (Stone
dalam Kodoatie, 2003).
Menurut Kenastri (2007), infrastruktur di Indonesia dibagi menjadi tiga
jenis, salah satunya adalah Infrastruktur jalan. Dalam Undang-undang nomor 38
tahun 2004 pasal 1 ayat 4 dikatakan bahwa jalan adalah prasarana
transportasi darat yang meliputi bagian jalan, termasuk bagunan pelengkap dan
perlengkapannya yang di peruntukan bagi lalu lintas, yang berada
pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah atau
air serta di atas permukaan laut, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel. Oleh karena itu jalan merupakan objeck vital yang sangat penting bagi
masyarakat dalam rangka untuk memenuhi kebutuhannya antara lain kegiatan
bisnis, dinas, urusan keluarga, dan liburan (Adisasmita, 2012). Salah satu contoh
dari bagunan pelengakap dan perlengkapan jalan adalah terowongan.
Terowongan adalah sebuah tembusan di bawah permukaan tanah atau air.
Terowongan umumnya tertutup di seluruh sisi kecuali di kedua ujungnya yang
terbuka pada lingkungan luar. Beberapa ahli teknik sipil mendefinisikan
terowongan sebagai sebuah tembusan di bawah permukaan yang memiliki
panjang minimal 0.1 mil (0,1609 km), dan yang lebih pendek dari itu lebih
pantas disebut underpass. Terowongan memiliki fungsi dan tujuan masing-
masing yaitu sebagai jalan, pertambangan, pengelak aliran air dan penyedia air
baku pada bendungan (Ghozali, 2013), serta terowongan merupakan salah
satu alternatif prasarana perhubungan masa depan yang memungkinkan untuk
mempersingkat waktu perjalanan. Selain itu pembuatan terowongan untuk lalu
lintas harus dilaksanakan dengan alasan-alasan tertentu misalnya tidak
tersedianya lahan yang cukup untuk lalu lintas perhubungan serta untuk
menembus rintangan akibat aktivitas manusia misalnya permukiman yang padat
huni, kota, industri, tempat - tempat keramaian atau adanya pegunungan terjal
9
dan laut yang sulit untuk dibuat jalur transportasi di atas permukaan (Anapetra,
2013).
Tetapi infrastruktur jalan saat ini dikatakan masih kurang, khususnya
untuk kegiatan/perjalanan pariwisata. Karena banyak destinasi pariwisata belum
memiliki akses jalan yang baik untuk menuju ke tempat pariwisata, khususnya
pulau Bali. Sehingga harus menggunakan moda transportasi lain yaitu kapal
Ferri dengan tarif yang cukup mahal, berikut daftar tarif penyeberangan
Ketapang- Gilimanuk.
Tabel. 2.1 Tarif Penyebrangan Kendaraan Ketapang-
Gilimanuk
Tanggal 24 September 2016
Tarif Angkutan
No Golongan Kendaraan
Penyeberangan
1 Gol I.Sepeda Rp. 7.000,-

Tarif Angkutan
No Golongan Kendaraan
Penyeberangan
2 Gol II. Sepeda Motor (<500 cc) Rp. 22.000,-
3 Gol III. Sepada Motor (> = 500 cc) Rp. 34.000,-
4 Gol IV-A. Mobil/Sedan (< = 5 m) Rp. 138.000,-
4 Gol IV-B. Mobil barang, (< = 5 m) Rp. 124.000,-
6 Gol V-A. Bus Sedang (< = 7 m) Rp. 262.000,-
7 Gol V-B. Truck Sedang (< = 7 m) Rp. 210.000,-
8 Gol VI-A. Bus Besar (< = 10 m) Rp. 436.000,-
9 Gol VI-B. Truck Besar (< = 10 m Rp. 347.000,-
10 Gol VII. Truck/Trailer (< = 12 m) Rp. 458.000,-
11 Gol VIII.Truck/Trailer (< = 16 m) Rp. 690.000,-
12 Gol IX. Trailer (> 16 m) Rp. 1.000.000,-
Tabel. 2.2 Tarif Penyebrangan Penumpang Ketapang-Gilimanuk
Tanggal 24 September 2016
No Lain-lain Tarif Angkutan
1 Pejalan kaki (penumpang)
Dewasa Rp. 6.000,-
Rp. 4.000,-
Anak
Sumber: PT. ASDP Indonesia Ferry (persero)
3

Tabel di atas menunjukkan tarif penyeberangan yang begitu tidak


terjangkau bagi masyarakat, khususnya golongan menegah ke bawah. Sehingga
dalam melakukan kegiatan pariwisata harus mengeluarkan biaya yang cukup
banyak untuk ongkos perjalanan. Tarif tersebut bersifat flexible dengan kata lain
sewaktu-waktu dapat berubah, karena menyesuaikan perkembangan harga (BBM)
bahan bakar minyak terutama BBM jenis solar di pasaran (tempo.co.id). Oleh
sebab itu tarif penyeberangan dapat naik apabila harga solar naik, begitu pula
sebaliknya. Padahal penyeberangan Ketapang-Gilimanuk merupakan salah satu
penyeberangan yang sangat ramai dan sibuk (tabel 2.3) setelah penyeberangan
Merak-Bakauheni yang menghubungkan Pulau Jawa dan Bali dengan jarak
sekitar
6 Km (Suparsa, 2009), dengan waktu tempuh sekitar 1 jam tidak termasuk
waktu bongkar muatan yang memakan waktu cukup lama (detik.com).

Tabel. 2.3 Rata-Rata Penyeberangan Pelabuhan Ketapang - Gilimanuk per tahun

No Tahun Jenis Penyeberangan Jumlah


Penumpang/pejalan kaki 222.120
Sepeda 622
Sepeda motor (< 500 cc) 671.363
Sepeda motor (>=500cc) 9.449
Kendaraan Penumpang 427.587
1 2013 Kendaraan Barang 585.174
Penumpang/Pejalan kaki 396.022
Sepeda 523
2 2014 Sepeda Motor (<500 cc) 753.870

No Tahun Jenis Penyeberangan Jumlah


Sepeda Motor (> = 500 cc) 9.770
Kendaraan Penumpang 401.692
Kendaraan Barang 634.753
Penumpang/ Pejalan kaki 406.097
Sepeda 580
Sepada Motor (<500 cc) 774.617
Sepeda Motor (> = 500 cc) 10.243
Kendaraan Penumpang 441.982
3 2015 Kendaraan Barang 617.273
Sumber : BPS Kab. Banyuwangi
5

Dengan peningkatan jumlah pengguna dari tahun ke tahun semakin


meningkat signifikan secara tidak langsung pihak PT. ASDP selaku penyedia jasa
harus menambah jumlah armada dan dermaga untuk mengurangi keterlambatan
tersebut, tetapi untuk menambah armada dan dermaga sangat dibutuhkan dana
yang tidak sedikit. Oleh karena itu penulis memiliki ide yaitu sebuah
penghubung darat berupa tol bawah laut Jawa-Bali sebagai jalan penghubung
Pulau Jawa dan Bali dengan view bawah laut untuk mendukung penyeberangan
transportasi darat serta mempromosikan pariwisata di Pulau Bali.

Konsep dalam pembuatan terowongan adalah dengan menggabungkan 2


konsep, yaitu :
1. Konsep terowongan dengan menggunakan pondasi apung atau, A
Submerged Floating Tunnel (SFT) merupakan sebuah terowongan layang dalam
air, didukung oleh daya apung dengan menggunakan daya dorong hidrostatik.
Teknologi ini membutuhkan panjang bentang konstruksi relatif pendek
dibandingkan dengan jembatan konvensional atau underground tunnel. Struktur
jembatan dengan sistem Submerge Floating Tunnel (SFT) merupakan
pengembangan dari infrastruktur yang telah lama ada. Dengan sistem ini, ada
bantuan kekuatan dari pengaruh uplift struktur akibat berada dalam air (pengaruh
gaya apung). Sehingga dengan sistem ini mempunyai kelebihan dan keunggulan
dibandingkan dengan jembatan immerge dan underground tunnel.(Aspar, 2010)
2. Konsep terowangan ini juga menggatikan dinding beton di daerah
tengah terowongan dengan menggunakan dinding material kaca yang berasal dari
pencampuran nanopartikel silica (SiO2) dan material tambahan lainnya
yang dapat memberikan sifat kuat dan dapat bertahan dari getaran thermal,
korosi, pemuaian dan faktor lainnya dalam laut (Atmaji, 2013). Hal tersebut
dapat kita ketahui dari data sifat fisis kaca yang ditunjukkan dengan tabel sebagai
berikut :
Tabel 2.4. Sifat fisis kaca
Densiti 2.5 pada suhu 21C
Koefisien pemuaian -7
86 X 10 m/C
Titik luluh 730C
Elastisitas 69 Gpa
Daya kompresif 25mm 248 Mpa
Kekuatan regangan (standar) 19.2 - 28.4 Mpa
Kekuatan regangan (diperkera) 175 Mpa

Dari konsep tersebut didapatkan suatu rancangan konseptual (Gambar


2.1), dalam rancangan ini letak mulut terowongan tidak berada di Ketapang dan
Gilimanuk karena jarak tempuh kedua daerah tersebut sekitar 6 Km. Tetapi
penulis meletakan posisi mulut terowongan di Jalan Poros Banyuwangi -
Situbondo di Pulau Jawa dan daerah Pantai Pura segera Rupek untuk wilayah
Pulau Bali yang berjarak tempuh sekitar 2 Km (Gambar 2.2), sehingga
dapat menghemat waktu perjalan serta tidak menggangu penyeberangan
Ketapang- Gilimanuk untuk keperluan bongkar muat Trailler. serta rancangan ini
merupakan salah satu rancangan infrastruktur jalan yang ramah lingkungan
karena memanfaatkan energi terbarukan seperti angin, matahari, dan ombak laut
untuk penerangan dan kegiatan lainnya di dalam terowongan. Sehingga tidak
perlu menggunakan energi listrik bersumber fosil.

Gambar 2.1. Rancangan konseptual terowongan bawah laut.

Gambar 2.2. Daerah letak posisi mulut terowongan dari Pulau Jawa-Bali
dan sebaliknya
BAB III
METODOLOGI
A. Metode Penelitian
Metode penulisan merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk
me- ngumpulkan data, mengolah data, dan menganalis data dengan teknik
tertentu.

A.1 Teknik Pengumpulan Data


Sesuai dengan sumber data maka dalam pengumpulan data penulis
menggunakan beberapa metode sebagai berikut :
a. Studi Kepustakaan
Suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
menggunakan dan mempelajari buku-buku, internet, atau media lain yang
ada hubungannya dengan masalah karya tulis ini.
b. Penelitian Lapangan
Suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
meninjau dan mengamati secara langsung.
1. Literature
Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan memanfaatkan
sejumlah jurnal-jurnal sebagai penunjang dalam pengambilan
teori dasar.

A.2 Rancangan Penulisan


Agar tulisan yang dibuat efisien dan efektif, disusunlah kerangka tulisan
berdasarkan topik tulisan yang diangkat. Berdasarkan kerangka tulisan itulah
kemudian data dikumpulkan, disarikan, disusun, diolah, dan ditafsirkan.
Hasil tafsiran kemudian dianalisis dan disintesis yang kemudian dihasilkan
sebuah simpulan. Hasil analisis dan síntesis ini berupa gagasan baru untuk
memecahkan permasalahan yang ditemukan dalam literatur.

A.3 Teknik Penarikan Kesimpulan


Simpulan dibuat dengan menggunakan pola pikir induktif, yaitu menarik
simpulan sebagian dari hasil penelitian serta sumber referensi
data.Sementara saran atau rekomendasi dibuat berdasarkan hasil simpulan.
B. Jadwal Pelaksanaan

No Tanggal Kegiatan

1 Selasa,7 Januari Penentuan tema mengenai topik yang akan dibahas.


2020
Pencaria sumber-sumber mengenai topik yang dibahas
dengan studi literatur

2. Kamis,9 Januari Penyusunan proposal mengenai topik yang dibahas.


2020
Penyempurnaan mengenai topik bahasan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tol bawah laut Jawa-Bali sebagai jalan penghubung pulau Jawa dan Bali dengan
view bawah laut untuk mendukung penyeberangan transportasi darat serta
mempromosikan pariwisata di pulau Bali. Tol dalam laut ini berbentuk terowongan
panjang dengan sisi terowongan berupa kaca transparan anti pecah sehingga para
pengendara yang melewati terowongan ini dapat langsung melihat pemandangan bawah
laut selat Bali yang indah. Tol dalam laut ini menggunakan pondasi apung yang diikatkan
dengan tali yang kuat ke dasar laut untuk menjaga agar terowongan tetap di dalam laut.
Pada sisi terowongan juga di sajikan berbagai iklan gambaran destinasi yang ada di Bali.
Adanya tol bawah laut Jawa-Bali ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah pengunjung
wisata yang berkunjung ke pulau Bali khususnya wisata yang berbasis kearifan lokal,
dengan mempromosikannya serta dapat membantu perekonomian warga khususnya yang
ada dipulau Bali serta diharapkan akan mempersingkat waktu perjalanan untuk
menyeberangi selat Bali dan dapat mengurangi biaya perjalanan.
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Selain itu, yang menjadi dasar dibangunnya tol bawah laut Jawa-Bali tidak lain
adalahperan Pulau Bali sebagai salah saatu daerah yang menjadui sector utama destinasi
pariwisata terpopuler di Indonesia yang pastinya sudah tidak asing lagi bagi para
wisaatawan asing maupun manca negara. Faktor terakhir adalah menyadari pentingnya
infrastruktur yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar.
B.Saran
Jika rancangan tol bawah laut ini menarik dan pemerintah setuju karena mengingat
pentingnya jalur transportasi umum untuk mempercepat arus perekonomian, maka perlu
dilakukan perancangan anggaran melalui rapat dengan wakil rakyat untuk segera
terealisasikan.Meski memakan waktu yang lama namun jika infrastruktur ini selesai
dibangun maka akan sangat besar sekali manfaat baik bagi rakyat maupun pemerintah
sendiri khususnya di bidang ekonomi.
Daftar Pustaka

Adiastama,S.A. 2012. Perencanaan Infrastruktur Transportasi Wilayah.


Yogyakarta: Graha Ilmu.
Anapetra, Y.M. 2013. Studi terowongan Padang - Solok. Jurnal Teknologi
Informasi & Pendidikan vol.6, no.1, pp. 65-86.
ASDP Indonesia Ferry. 2016. “Tarif penyeberangan Ketapang-Gilamanuk”.
Avai
lable: http://www.indonesiaferry.co.id/index.php (Accessed:
2016
September 25)
Aspar, W.A.N., Utomo, D.P., dan Hendriyawan. 2010. Alternatif pondasi
terowongan layang dalam laut untuk prasarana transportasi. Jurnal Sains
dan Teknologi Indonesia vol. 12, no.3, pp. 187-196.
Atmaji, D.P,. Asrim, L.O.N,. Pratama, M.A.P,. dan Hasanah, N. 2013.
Bubblebowl HUS (house under sea): perumahan bawah laut ramah
ekosistem di Pantai Jakarta Utara.Prosiding Elektronik (e-
Proceedings) PIMNAS Pro-gam Kreativitas Mahasiswa - Gagasan
Tertulis (PKM - GT).
BPS Kabupaten Banyuwangi. 2014. Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2014.
Banyuwangi: BPS Kabupaten
Banyuwangi.
.2015. Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2015. Banyuwangi: BPS
Kabupaten Banyuwangi.
.2016. Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2016. Banyuwangi: BPS
Kabupaten Banyuwangi.
Fanani, A. 2016. “Harga BBM turun, tarif penyeberangan Ketapang-Gilimanuk
turun 2.5 persen”, Available: http://news.detik.com/berita-jawa-
timu
/3183020/harga-bbm-turun-tarif-penyeberangan-ketapang-gilimanuk-
turun-25-persen (Accessed: 2016 September 29).
Ghozali, M. 2013. Pemodelan pemasangan penyangga sementara
menggunakan
perangkat lunak phase 2 pada headrace tunnel chainage 45 m - 155 m di
PLTA Tulis Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Geological
Engineering E-Journal vol. 5, no. 1, pp. 122-138.
Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. 2015. ”Pariwisata kini jadi
andalan
pendulang devisa negara”, Available:
http://www.kemenpar.go.id/asp/detil
.asp?c=16&id=2959 (Accessed: 2016, September 30).
Kenastri. 2007. Perumusan Strategi Pembangunan dan Pembiayaan Infrastruktur
Skala Besar. Thesis: Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Kodoatie, R.J. 2003. Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Pustaka Pelajar :
Yogyakarta.
Ma’ruf, Y.P., dan Daud, J. 2013. Pengaruh investasi infrastruktur jalan terhadap
pertumbuhan ekonomi wilayah di Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi
Sumatera Barat. Jurnal Teknik Sipil USU vol. 2, no. 3, pp.
Nursastri, S.A. 2014. “Ini dia 7 masalah utama pariwisata di Indonesia”,
Available
:http://travel.detik.com/read/2014/02/26/152056/2509137/1382/ini-dia-7-
masalah-utama-pariwisata-di-indonesia(Accesed:2016 September 28
Posumah, F. 2015. Pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap
investasi di Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi
vol.15, no. 02, pp. 1-13.
Republik Indonesia. Undang-Undang RI Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan.
Lembaran Negara RI Tahun 2004, No. 132. Sekretariat Negara. Jakarta.
Soebagyo. 2012. Strategi pengembangan pariwisata di Indonesia. Jurnal Liquidity
vol.1, no. 2, pp. 153-158.
Sri, A.A.P. 2013. Faktor-faktor yang memotivasi perempuan sebagai pengelola
pondok wisata di Kelurahan Ubud, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar.
Analisis Pariwisata vol. 13, no.1, pp. 1-10.
Sudana, I.P. 2013. Strategi pengembangan desa wisata ekologis di Desa
Blimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan. Analisis Pariwisata
vol. 13, no.
1, pp. 11-31.
Suparsa, I.G.P. 2009. Optimasi kinerja pelabuhan penyeberangan Ketapang -
Gilimauk. Jurnal Ilimiah Teknik Sipil vol. 13, no. 1, pp. 24-31.
Susanto, W. 2016. ASDP turunkan tarif penyeberangan Ketapang - Gilimanuk.
Available:
http://m.tempo.co/read/news/2016/01/16/090736742/asdp- turunkan-tarif-
penyeberangan-ketapang-gilimanuk. (Accessed: 2016
September 28)
1
5

Lampiran

Lampiran 1. Rancangan konseptual terowongan bawah laut.


1
6

Anda mungkin juga menyukai