Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA TUMBUHAN

ACARA VI
PERHITUNGAN FREKUENSI ALELE, FREKUENSI GENOTIP,
PENGUKURAN SIFAT-SIFAT KUANTITATIF

Semester :
Ganjil 2018

Oleh :
Refanny Elly Rahmadani
A1D017041/3
PJ Acara : Nada Selfia & Fia Arinta Arvianti

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sesuatu hal yang menarik dalam mempelajari ilmu genetika terletak pada

nisbah fenotipe dan genotipe dari keturunan tertentu. Hal ini meliputi persilangan

antara dua tetua murni untuk mendapatkan F1 heterozigot. F1 heterozigot

kemudian dibuahi sendiri atau saling disilangkan dengan F1 yang lain untuk

mendapatkan keturunan F2 atau F1 disilangkan balik dengan tetua homozigot

resesif dalam suatu uji silang. Analisis nisbah F1, F2 dan uji silang dapat

digunakan untuk menentukan dominasi, jumlah gen yang mengatur suatu sifat,

jarak peta dan urutan letak gen.

Populasi mendel terdiri dari satu kelompok individu yang berkembang biak

secara seksual dan bersilang atau berpasangan secara acak yang mewariskan

alelnya dari satu generasi ke generasi berikutnya menurut hukum segregasi dan

pengelompokan bebas dari mendel. Tiap gamet yang  berbeda akan terbentuk

sebanding dengan frekuensi masing-masing alelnya dan frekuensi tiap tipe zigot

akan sama dengan hasil kali dari frekuensi gamet-gemetnya. Keadaan demikian

disebut keseimbangan Hardy-Weinberg. Asumsi-asumsi dalam keseimbangan

Hardy–Weinberg adalah perkawinan secara rambang, tidak ada seleksi, tidak ada

migrasi, tidak ada mutasi, tidak ada penghanyutan genetik rambang dan meiosis

normal.

Analisis genetik penting bagi pemulia tanaman dalam pengembangan

varietas baru. Suatu varietas baru yang dikembangkan merupakan modifikasi dari

suatu populasi. Pemulia tanaman mengarahkan evolusi dari suatu populasi dengan

tujuan memperbaiki sifat dari tanaman tersebut. Hal yang menarik bagi pemulia
tanaman yaitu frekuensi gen yang mengatur ketahan penyakit dalam populasi itu.

Pengertian tentang susunan genetik populasi dan kekuatan yang mengubah

frekuensi gen berguna dalam mempertahankan konsentrasi gen yang diinginkan.

Keanekaragaman yang tampak secara fenotipe pada tumbuhan mempunyai variasi

antara lain : bentuk, warna, dan ukuran. Adanya pewarisan sifat dalam populasi

dapat dilihat adanya sifat yang sangat bervariasi sehingga kecil kemungkinan

persamaannya.

B. Tujuan

Praktikum acara 6 ini bertujuan untuk :

1. Menghitung frekuensi alel dan frekuensi genotipe

2. Membuktikan hukum Hardy-Wienberg

3. Mengukur sifat-sifat kuantitatif

II. TINJAUAN PUSTAKA


Hukum Hardy Weinberg menyebutkan apabila tidak ada faktor -faktor yang

dapat mengubah frekuensi gen pada suatu populasi. Populasi tersebut mengadakan

perkawinan secara acak dari generasi ke generasi berikutnya maka frekuensi gen

gen tersebut tidak akan mengalami perubahan. Faktor – faktor yang dapat

mengubah frekuensi gen dalam suatu populasi adalah adanya seleksi, mutasi,

migrasi, dan random driff (Warwick et al., 1994).

Menurut Hukum Hardy-weinberg apabila suatu individu dalam populasi

saling berinteraksi, yaitu dimana individu tersebut melakukan suatu persilangan

secara acak dengan terpenuhinya beberapa asumsi, sehingga frekuensi alel yang

terdapat pada suatu populasi akan tetap dalam keseimbangan yang stabil yaitu

dimana tidak berubah dari generasi ke generasi berikutnya. Terbentuknya gamet

akan sebanding dengan frekuensi pada masing-masing alelnya. Frekuensi pada

tiap tipe zigot akan sama dengan hasil kali dari frekuensi gamet-gametnya (Elrod

dan Stanfield, 1991).

Terdapat setiap sifat kualitatif dan sifat kuantitatif melibatkan jumlah gen

yang memiliki perbedaan. Fenotipe dapat dimodifikasi oleh faktor lingkungan

berkontribusi pada variabilitas fenotipe serta derajat dimana fenotipe tersebut

dapat dimodifikasi oleh faktor lingkungan. Terdapat banyak gen yang mengatur

sifat-sifat kuantitatif (mungkin 100 atau lebih), tiap-tiap gen saling berkontribusi

terhadap fenotipe begitu sedikit sehingga pengaruh dari individunya tidak dapat

terdeteksi dengan metode-metode Mendel. Gen yang mempengaruhi tersebut

adalah poligen (Elrod dan Stanfield, 1991).


Susunan gen di dalam individu sel disebut dengan genotip, sedangkan

ekspresi genotip tersebut dinamakan dengan fenotip. Gen pengendali sifat tertentu

diberi simbol huruf pertama dari sifat tersebut. Lambang huruf besar merupakan

karakter dominan, sedangkan huruf kecil merupakan resesif. Contohnya gen T

adalah simbol untuk sifat tinggi, sedangkan gen t untuk sifat pendek

(Hardjosubroto, 1994).

Prinsip dasar Hardy-Weinberg dalam genteika populasi, menduga bahwa

dalam kondisi tertentu, frekuensi alel dan genotype akan tetap konstan dalam

suatu populasi dan keduanya saling berhubungan satu sama lain. Kondisi-kondisi

yang dimaksud dalam prinsip Hardy-Weinberg meliputi reproduksi antar individu

yang dilakukan secara seksual dan acak, tidak ada seleksi alam, kejadian mutasi

diabaikan, tidak ada individu yang keluar atau masuk dari suatu populasi, dan

ukuran populasi yang cukup besar. Kondisi ini terpenuhi oleh suatu populasi,

maka populasi tersebut disebut sebagai populasi yang berada dalam keseimbangan

Hardy-Weinberg (Hardy-Weinberg Equilibrium) (Rahmat, 2009).

Menurut Mariana (2011), Keragaman gen dapat ditentukan dengan analisis

frekuensi alel, frekuensi genotipe dan nilai heterozigositas, sedangkan

keseimbangan genotipe dapat dilihat melalui keseimbangan proporsi Hardy-

Weinberg. Frekuensi alel dari masing-masing lokus dapat diperkirakan dengan

menghitung jumlah gen pada populasi. Hukum keseimbangan Hardy-Weinberg

menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi genotipe dalam suatu populasi

yang cukup besar akan tetap konstan dari satu generasi ke generasi jika dalam
populasi tersebut terjadi perkawinan secara acak (random mating), tidak ada

seleksi, mutasi, migrasi dan genetic drift.


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan praktikum acara 6 Perhitungan Frekuensi Alele,

Frekuensi Genotip, Perhitungan Sifat-Sifat Kuantitatif yaitu pada hari Selasa, 20

November 2018 jam 13.30-15.30 WIB di Lab pemuliaan tanaman, Fakultas

Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kantong plastik berisi

kancing berwarna (merah, kuning, putih), kantong plastik berisi kacang tanah dan

lembar pengamatan. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah neraca

(timbangan elektrik), kalkulator dan alat tulis. Praktikum ini menggunakan bahan

dan alat untuk memperlanacar kegiatan praktikum

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini meliputi:

1. Percobaan 1

Misal suatu populasi yang sudah dalam keadaan seimbang, tersusun dari

individu-individu dengan warna merah (GG), putih (gg), dan hijau (Gg).

a. Dua ratus individu diambil secara acak .

b. Warna individu yang terpilih dicatat.

c. Frekuensi genotip dan frekuensi alel G dan alel g dihitung.


2. Percobaan 2

Dua kantong di siapkan yang sama ukurannya

a. Setiap kantong di isi dengan 2 macam warna kancing baju dengan

perbandingan seperti hasil perhitungan point 1. Dua kantong diisi sama

banyak.

b. Kancing di ambil secara acak dari setiap kantong dan catat warnanya.

c. Pengambilan diulang sebanyak 100 kali.

d. Frekuensi genotip dan frekuensi fenotip alelnya di hitung.

e. Data yang didapat dimasukkan dalam tabel pengamatan.

f. Hasil yang dilakukan dianalisis dengan X².

3. Percobaan 3

a. Individu diambil secara acak dari populasi kacang tanah dan di timbang

tanpa dikembalikan.

b. Pengambilan diulang sebanyak 100 kali.

c. Bobotnya di amati dan dibuat grafik.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Percobaan 1

(X) Merah MM : 53 Frekuensi genotipe


(Y) Kuning Mm : 94 pp = (p)2 x 100%
(Z) Putih mm : 53 = (0,49)2 x 100%
Frekuensi alele = 24,01%
p2 + 2pq + q2 = 1 2pq = 2 (p)(q) x 100%
p+q=1 = 2.0,49 x 0,24
mm = z = 23,52%
q2 = qq = (q)2 x 100%
q= = 0,512 x 100%
p = 0,51 = 26,01%
p = 1-q Ʃ = pp% + 2pq% + qq%
p = 1-0,514 = 24,01% + 24,52% + 26,01%
p = 0,49 = 74,54%
Perbandingan :
pp% : 2pq% : qq%
1 : 2 : 1
Tabel 1. Uji X2 data hasil percobaan

Karakteristik yang diamati


MM Mm mm Jumlah
O 53 94 53 200
x 200 = 50 x 200 = 100 x 200 = 50
E 200
( |O-E| )2 ( |53-50| )2 = 9 ( |94-100| )2 = 36 ( |53-50| )2 = 9 54

0,72

X2 0,18 0,36 0,8 0,72

Kesimpulan :

X2 hitung (0,72) < X2 tabel (5,99) . Maka hasil pengujian signifikan


atau sesuai dengan perbandingan 1 : 2 : 1.

2. Percobaan 2

(x) Merah x Merah MM : 20 p = 1-q


(y) Merah x Putih Mm : 50 = 1- 0,55
(z) Putih x Putih mm : 30 = 0,45
Frekuensi alele Frekuensi genotipe
p2 + 2pq + q2 = 1 pp = (p)2 x 100%
p+q=1 = (0,45)2 x 100%
mm = z = 0,2025 x 100% = 20,25%
= 30 2pq = 2(p)(q) x 200%
q2 = = 2(0,45) x (0,55) x 100%
q = = 0,55 = 0,495 x 100% = 49,5%
qq = (q)2 x 100%
= (0,55)2 x 100%
= 0,3025 x 100% = 30,25%
Ʃ = pp% + 2pq% + qq%
= 20,25% + 49,5% + 30,25%
= 100%
Perbandingan :
pp% : 2pq% : q%
20,25% : 49,5% : 30,25%
2 : 4 : 3

Tabel 2. uji x pada percobaan frekuensi


Karakteristik yang diamati
MM Mm mm Jumlah
O 20 50 30 100
x 100 = 25 x 100 = 50 x 100 = 25
E 100

( |O-E| )2 ( |20-25| )2 = 25 ( |50-50| )2 = 0 ( |30-25| )2 = 25 50

X2 1 0 1 2

Kesimpulan :

X2 hitung (2) < X2 tabel (5,99) . Maka hasil pengujian signifikan


atau sesuai dengan perbandingan 1 : 2 : 1.

3. Percobaan 3

Tabel 3. Bobot kacang tanah


Bobot (x) 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
Ʃ 2 8 15 20 23 24 5 3

Grafik Bobot dan Jumlah Kacang Tanah

30

25

20

15 Bobot

10

0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8

B. Pembahasan

Gen adalah rangkaian DNA atau RNA yang menentukan sifat tertentu. Gen

bermutasi dan bisa mengambil dua atau lebih bentuk alternatif; alel adalah salah
satu bentuk gen ini. Gen untuk warna mata memiliki beberapa variasi (alel) seperti

alel untuk warna mata biru atau alel untuk mata coklat. Suatu alel ditemukan di

tempat yang tetap pada kromosom. Kromosom muncul secara berpasangan

sehingga organisme memiliki dua alel untuk setiap gen – satu alel pada masing-

masing kromosom pada pasangan. Setiap kromosom pada pasangan berasal dari

induk yang berbeda, organisme mewarisi satu alel dari masing-masing induk

untuk setiap gen. Dua alel yang diwarisi dari orang tua mungkin sama

(homozigot) atau berbeda (heterozigot) (Suryo, 2010).

Terdapat beberapa istilah yang berhubungan dengan genetika populasi.

Istilah-istilah tersebut adalah frekuensi alel, frekuensi gen, dan populasi. Menurut

Sumantri et al. (2008), frekuensi alel adalah frekuensi relatif dari suatu alel dalam

populasi atau jumlah suatu alel terhadap jumlah total alel yang terdapat dalam

suatu populasi. Frekuensi alel dapat ditentukan dari frekuensi satu genotipe yang

diketahui. Suatu populasi dalam keseimbangan, maka frekuensi alel dapat

dihitung apabila diketahui frekuensi satu genotipe homozigot (Suryo, 2010).

Frekuensi gen merupakan frekuensi yang mempengaruhi korelasi genetik

pada ragam lingkungan yang besar sebagai akibat dari perbedaan pengaruh yang

diterima suatu populasi. Frekuensi gen dapat berubah dengan seleksi (Suhada et

al., 2009). Populasi merupakan kumpulan spesies yang sama dalam waktu dan

tempat tertentu. Spesies merupakan individu yang dapat saling kawin dan

mampu menghasilkan keturunan yang fertil (Pai, 1992). Genetika populasi juga

meliputi studi terhadap berbagai faktor yang membentuk struktur genetik suatu
populasi dan menyebabkan perubahan-perubahan evolusioner suatu spesies

sepanjang waktu (Rahmat, 2009).

Menurut Crowder (2006), Asumsi pada hukum keseimbangan Hardy

Weinberg diantaranya adalah:

1. Perkawinan secara rembang fenotip individu tidak mempengaruhi pilihan

pasangannya. Namun perkawinan rembang ini lebih banyak terjadi pada

tumbuhan daripada manusia ataupun hewan.

2. Tidak ada seleksi, semua gamet mempunyai kesempatan sama untuk

membentuk zigot dan semua zigot memiliki viabilitas (daya hidup) dan

fertilitas sama.

3. Tidak ada migrasi, yaitu tidak adanya suatu introduksi dengan alel dari

populasi yang lain.

4. Tidak ada mutasi, dimana terjadinya proses yang lambat dan frekuensi alel

biasanya minimal.

5. Tidak adanya penghanyutan gen yang rambang (random genetic drift)

Penghanyutan terjadi pada populasi kecil karena contoh alel yang kecil bila

dibandingkan dengan pada populasi yang besar.

6. Meiosis normal sehingga pada gametogenesis hanya berlaku suatu faktor

kebetulan.

Asas Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi

genotipe dalam suatu populasi akan tetap konstan, yakni berada dalam

keseimbangan dari satu generasi ke generasi lainnya kecuali apabila terdapat

pengaruh-pengaruh tertentu yang mengganggu keseimbangan tersebut. Pengaruh-


pengaruh tersebut meliputi perkawinan tak acak, mutasi, seleksi, ukuran populasi

terbatas, hanyutan genetik, dan aliran gen. Syarat ini tidak dipenuhi maka akan

terjadi ketidak keseimbangan pada frekuensi alel dan genotipenya. Pengaruh itu

penting untuk dimengerti bahwa di luar laboratorium, satu atau lebih pengaruh ini

akan selalu ada sebab suatu populasi yang sangat besar sangat mungkin

mengalami kawin acak di antara individu lain. Terdapat peluang untuk setiap

individu melakukan persilangan baik dengan genotipe yang sama maupun

genotipe yang berbeda sekalipun. Hal tersebut memunculkan prinsip ekuilibrium

Hardy Weinberg “dimana suatu populasi yang ekuilibrium (dalam

kesetimbangan), dimana frekuensi gen maupun frekuensi genotipe yang berada

didalamnya akan berada dalam keadaan tetap dari satu generasi ke generasi

selanjutnya”. Keseimbangan Hardy-Weinberg sangatlah tidak mungkin terjadi di

alam. Keseimbangan genetik adalah suatu keadaan ideal yang dapat dijadikan

sebagai garis dasar untuk mengukur perubahan genetik (Crowder, 2006).

Menurut Sondakh et al. (2012), sifat-sifat kuantitatif merupakan sifat yang

dapat diukur misalnya tinggi, berat, dan hasil. Populasi organisme dihasilkan oleh

sejumlah persilangan-persilangan. Sifat kuantitatif dari suatu populasi dapat

dianalisis dengan menduga data populasi (parameter). Sifat kualitatif adalah sifat

yang tidak dapat di ukur tetapi dapat dibedakan secara tegas misalnya warna. Sifat

ini diendalikan oleh satu atau beberapa gen dan sedikit atau tidak sama sekali di

pengaruhi oleh lingkungan (Fried, 2006).

Genetika kuantitatif menerapkan hukum pewarisan Mendel

untuk gen dengan pengaruh yang kecil/lemah (minor gene). Selain itu,


diasumsikan pula bahwa tidak hanya sedikit gen yang mengendalikan suatu sifat

melainkan banyak gen. Karena itu, sifat kuantitatif sering dasamakan dengan sifat

poligenik. Pewarisan genetik (genetic inheritance) adalah aspek pertama yang

dipelajari orang dalam genetika karena berkaitan langsung dengan fenotipe.

Sebagai contoh, Gregor Johann Mendel mempelajari peawarisan tujuh sifat pada

tanaman kapri, atau Karl Pearson (salah satu pelopor genetika kuantitatif)

mempelajari pewarisan ukuran tubuh orang tua dan anaknya (Kusumah, 2012).

Manfaat mempelajari frekuensi alel, frekuensi genotip dan karakter

kuatitatif yaitu sebagai parameter evolusi dalam suatu populasi. Bila frekuensi gen

dalam suatu populasi selalu konstan dari generasi ke generasi, maka populasi

tersebut tidak mengalami evolusi. Bila salah satu saja syarat tidak dipenuhi maka

frekuensi gen berubah, artinya populasi tersebut telah dan sedang mengalami

evolusi. Menghitung prosentase populasi manusia yang membawa alel untuk

penyakit keturunan, menghitung frekuensi alel ganda dan menghitung frekuensi

gen tertaut kromosom X. Manfaatnya di bidang pertanian yaitu mengusahakan

menadapatkan tanaman baru yang lebih menguntungkan lewat pencangkokan gen.

Tanaman kentang, tomat, dan tembakau tergolong dalam keluarga yang sama,

yaitu Solanaceae. Akan tetapi serbuk sari dari satu spesies dalam keluarga ini

tidak dapat membuahi sel telur dari spesies lain dalam keluarga itu juga (Sobir

dan Syukur, 2015).

Berdasarkan hasil pengamatan perhitungan frekuensi alel pada percobaan

pertama untuk p sebesar 0,49 dan q sebesar 0,51 sedangkan hasil perhitungan

perbandingan genotip PP, 2pq dan qq masing-masing adalah 1 : 2 : 1. X² hitung


yang didapatkan yaitu 0,72 dengan X² tabel 5,99. Hasil yang diperoleh signifikan

karena X² hitung lebih besar dari X² tabel sehingga sesuaian dengan teori

perbandingan hukum Mendel I. Hukum Mendel I yang dikenal dengan The Law

of Segretation of Allelic Genes atau Hukum Pemisahan Gen yang Sealel

dinyatakan bahwa dalam pembentukan gamet, pasangan alel akan memisah secara

bebas. Peristiwa pemisahan ini terlihat ketika pembetukan gamet individu yang

memiliki genotip heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung salah satu alel

tersebut. Hal ini disebut juga hukum segregasi yang berdasarkan percobaan

persilangan dua individu yang mempunyai satu karakter yang berbeda.

Berdasarkan hal ini, persilangan dengan satu sifat beda akan menghasilkan

perbandingan genotip keturunan F2 1 : 2 : 1 (Crowder, 2006).

Percobaan kedua mendapatkan hasil pengamatan frekuensi alel p sebesar

0,45 dan q sebesar 0,55. Perhitungan perbandingan frekuensi genotip PP, 2pq dan

qq masing-masing adalah 1 : 2 : 1. X² hitung yang didapatkan yaitu 2 dengan X²

tabel 5,99. Hasil yang diperoleh signifikan karena X² hitung lebih kecil dari X²

tabel sehingga terjadi kesesuaian dengan teori perbandingan. Menurut Crowder

(2006), persilangan monohibrid pada hukum Mendel I menunjukan perbandingan

genotip 1 : 2 : 1 dan perbandingan fenotip 3 : 1.

Percobaan ketiga merupakan variasi kuantitatif karena pengamatan yang

dilakukan adalah bobot kacang tanah, yang merupakan sifat-sifat berderajat dari

karakter kuantitatif. Hasil dari percobaan ketiga, dari 100 biji yang diamati 2 buah

berbobot 0,1 gram, 8 buah berbobot 0,2 gram, 15 buah berbobot 0,3 gram, 20

buah berbobot 0,4 gram, 23 buah berbobot 0,5 gram, 24 buah berbobot 0,6 gram,
5 buah berbobot 0,7 gram dan 3 buah berbobot 0,8 gram. Berdasarkan hasil

percobaan yang dilakukan maka bobot yang terbesar frekuensinya adalah 0,6 gr

sebagai titik puncak pada grafik. Sehingga dari data yang diperoleh dapat

digambarkan grafik yang berdistribusi normal, yaitu dimana frekuensinya paling

banyak ada pada bagian tengah. Hal ini sesuai dengan Elrod dan Stansfield (199

1), bahwa frekuensi paling banyak ada pada bagian tengah dan simetris mendekati

distribusi (p+q)2.

V. SIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa

1. Perhitungan frekuensi alel dan frekuensi genotip sesuai dengan Hukum

Mendel I menunjukan perbandingan genotip 1 : 2 : 1 dan perbandingan

fenotip 3 : 1.

2. Hasil praktikum sesuai dengan Hukum Hardy-Weinberg yang menyatakan

bahwa frekuensi alel dan frekuensi genotipe dalam suatu populasi akan tetap

konstan, yakni berada dalam keseimbangan dari satu generasi ke generasi

lainnya kecuali apabila terdapat pengaruh-pengaruh tertentu yang

mengganggu keseimbangan tersebut.


3. Hasil percobaan yang dilakukan maka bobot yang terbesar frekuensinya

adalah 0,6 gr sebagai titik puncak pada grafik. Sehingga dari data yang

diperoleh dapat digambarkan grafik yang berdistribusi normal, yaitu dimana

frekuensinya paling banyak ada pada bagian tengah dengan menggunakan

sifat-sifat kuantitatif.

DAFTAR PUSTAKA

Crowder, L.V. 2006. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta.

Elrod, S., dan W. Stanfields. 1991. Theory And Problems Of GENETICS, edisi
keempat. Erlangga, Jakarta

Fried, George. 2006. Schaum’s Outlines Biologi. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Gramedia,


Jakarta.

Kusumah, Darmawan Asta.2012. Pewarisan Karakter Kuantitatif. Unibersitas


Gadjah Mada, Yogyakarta.

Mariana, E. 2011. Analisis keragaman gen laktoferin pada sapi friesian-holstein


dengan metode pcr-rflp. Jurnal Agripet. 11(1):15-22.

Pai, A. C. 1992. Dasar-Dasar Genetika. Erlangga, Jakarta.


Rahmat, R. 2009. Genetika populasi dan strategi konservasi badak jawa
(Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822). JMHT. 15(1):83-90.

Sobir dan M. Syukur. 2015. Genetika Tanaman. Institut Pertanian Bogor Press,
Bogor.

Sondakh, T. D., D. N. Joroh., A.G. Tulungen., D.M.F.Sumampow., L.B. Kapugu.,


dan R. Mamarimbing. 2012. Hasil kacang tanah (Arachys hypogaea L.)
pada beberapa jenis pupuk organik. Jurnal Eugenia. 18(1):64-72.

Suhada, H., Sumadi., dan N. Ngadiyono. 2009. Estimasi parameter genetik sifat
produksi sapi simmental di balai pembibitan ternak unggul sapi potong
padang mengatas, sumatera barat. Bulletin Perternakan. 33(1):1-7.

Sumantri, C., R. Diyono., A. Farajallah., dan I. Inounu. 2008. Polimorfisme gen


calpastatin (cast-msp1) dan pengaruhnya terhadap bobot hidup domba
lokal. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 13(2):117-126.

Suryo. 2010. Genetika untuk Strata 1. Press, Yogyakarta.

Warwick, E. J., J. M. Astuti., dan W. Hardjosubroto. 1984. Pemuliaan Ternak


Cetakan Kedua. Gadjah Mada University, Yogyakarta.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto kegiatan

Gambar 1. Pengambilan kancing di dalam kantong plastik

Gambar 2. Pengambilan kedelain di dalam kantong plastik


Gambar 3. Peimbangan bobot kedelai

Gambar 4. Kancing berwarna merah, putih dan kuning

Gambar 5. Kancing berwarna merah, putih dan kuning

Anda mungkin juga menyukai