BAB 5
Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau
dengan ibu kotanya terletak di Pasir Pengarayan. Berdasarkan Permendagri Nomor 66
Tahun 2011, Kabupaten Rokan Hulu memiliki luas wilayah sebesar 722.978 Ha.
Secara administratif, kabupaten ini memiliki 16 daerah kecamatan, 7 daerah
kelurahan dan 149 daerah desa. Kabupaten Rokan Hulu dikenal dengan
sebutan "Negeri Seribu Suluk". Kabupaten Rokan Hulu terletak pada garis lintang
00°25‟20-010°25‟41 LU 1000°02‟56-1000°56‟59 BT. Secara geografis, Kabupaten
Rokan Hulu memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
B. Kecamatan Kabun
C. Kecamatan Kepenuhan
E. Kecamatan Rambah
I. Kecamatan Tambusai
K. Kecamatan Tandun
L. Kecamatan Ujungbatu
Sebagian besar daerah Kabupaten Rokan Hulu adalah dataran rendah hingga
menengah, di bagian timur deretan bukit barisan dengan ketinggian 5-1.125 mdpl. Di
berbagai kawasan bukit barisan terdapat beberapa jenis fauna dan flora yang memiliki
potensi wisata yang cukup besar. Untuk jenis flora yaitu sebagai berikut :
- Anggrek hutan;
- Kayu kemayan;
Semetara potensi fauna di Kabupaten Rokan Hulu yang masih ditemukan yaitu
beberapa jenis hewan yaitu Harimau, Gajah, Kancil, Enggang, Serindit, Beruang; dan
lainnya.
Daerah Rokan Hulu dikenal dengan nama Rantau Rokan atau Luhak Rokan Hulu,
karena merupakan daerah tempat perantauan suku Minangkabau yang ada di daerah
Sumatera Barat. Rokan Hulu pada masa ini juga diistilahkan sebagai „Teratak Air
Hitam‟ yakni Rantau Timur Minangkabau di sekitar daerah Kampar sekarang.Hal ini
mengakibatkan masyarakat Rokan Hulu saat ini memiliki adat istiadat serta logat
bahasa yang masih termasuk ke dalam bagian rumpun budaya Minangkabau.
Terutama sekali daerah Rao dan Pasaman dari wilayah Provinsi Sumatera
Barat.Sementara di sekitar Rokan Hulu bagian sebelah Utara dan Barat Daya,
terdapat penduduk asli yang memiliki kedekatan sejarah dan budaya dengan etnis
Rumpun Batak di daerah Padang Lawas di Provinsi Sumatera Utara.Sejak abad yang
lampau, suku-suku ini telah mengalami melayunisasi dan umumnya mereka mengaku
sebagai suku Melayu.
A. Topografi
Kabupaten Rokan Hulu berada pada ketinggian 70-86 Meter dari permukaan
laut. Disebelah Barat Kabupaten mempunyai kontur tanah yang bergelombang
yang merupakan bagian pegunungan Bukit Barisan sedangkan sebagian besar
lainnya merupakan daerah rendah yang subur, dimana 85% terdiri dari dataran
dan 15% rawa-rawa.
Secara geomorfologi Kabupaten Rokan Hulu merupakan dataran bergelombang
dan wilayah bagian barat merupakan dataran berbukit yang dibentuk oleh
gugusan bukit barisan. Di daerah Kabupaten Rokan Hulu terdapat:
a. Sungai Rokan Kiri
b. Sungai Rokan Kanan
c. Sungai Sosah.
Selain sungai besar tersebut, terdapat juga sungai-sungai kecil antara lain Sungai
Tapung, Sungai Dantau, Sungai Ngaso, Sungai Batang Lubuh, Sungai Batang
Sosa, Sungai Batang Kumu, Sungai Duo (Langkut), dan lain-lain.Sungai Rokan
Kanan hulunya terdapat di Pinarik, Sungai Rokan Kiri di Rao Sumatera Barat,
kedua sungai besar ini bermuara di Kualo Sako, Sungai Sosah hulunya berada di
Hapung Tapsel bermuara di Kualo Batang Sosa, Batang Kumu hulunya di Tapsel
dan bermuara di Kualo Tuk Musolin, Sungai Duo berhulu di Sei Salak bermuara
di Kualo Sungai Duo, Sungai Suligi bermuara di Sungai Siak.
Kondisi tersebut Wilayah Kabupaten Rokan Hulu memiliki 3 sungai besar yaitu :
- Sungai Rokan Kanan (151,9 km);
- Sungai Rokan Kiri (204,1 km); dan
- Batang Sosah.
Sungai ini adalah simpul dari beratus-ratus sungai kecil yang ada di Rokan Hulu
yang kemudian bermuara ke Sungai Rokan bahagian hilir dengan panjang lebih
kurang 100 km, kedalaman rata-rata 6-8 meter serta lebar 92 meter (luas
13.177km2).
Ada beberapa bukit yang ternama di Kabupaten Rokan Hulu seperti Bukit
Simolombu 1.036m dpl, Bukit Hulu Pawan 860m dpl, Bukit Maliao 1.189m dpl,
Bukit Hulu Menaming 858m dpl, Bukit Cundong 879m dpl, Bukit Adiantua
306m dpl, Bukit Batuhaorpit, Bukit Pajok 256 mdpl, Bukit Buar 406 mdpl, Bukit
Batu Tangkap 276m dpl, Bukit Paninjauan 215m dpl, dan dua gunung kecil yaitu
Gunung Bongsu 419m dpl, dan Gunung Kocik 319m dpl. Dengan kondisi
demikian tidak berlebihan Rokan Hulu disebut sebagai View nya Rantau Riau.
Tabel 5.1 Kemiringan Kabupaten Rokan Hulu
No Kemiringan Luas (Ha)
1 0-8% 673.714,81
2 8-15% 103.149,96
3 15-25% 41.757,90
4 25-40% 4.376,46
5 >40% 14184.22
Jumlah 837183.35
Sumber : Hasil Keluaran GIS Tahun 2014
B. Iklim/Curah Hujan
Curah hujan di Kabupaten Rokan Hulu yaitu per tahun rata-rata 2.559 mm/tahun.
Jumlah bulan kering 4-5 bulan dan 7 bulan basah. Rata-rata jumlah hari hujan
adalah 12 hari per bulan dan curah hujan maksimum selama 24 jam adalah 36,50
mm/hari.
Tabel 5.2 Jumlah Hari Hujan di Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2012
Hari Hujan di Kabupaten Jumlah Curah Hujan Kabupaten
No Bulan
Rokan Hulu Rokan Hulu (mm)
1 Januari 13 239,6
2 Februari 6 152,5
3 Maret 12 237,6
4 April 10 327,9
5 Mei 7 109,9
6 Juni 15 240,7
7 Juli 15 200,5
8 Agustus 8 412,5
9 September 13 189,7
10 Oktober 8 -
11 November 13 211,7
12 Desember 15 167,4
Jumlah/Total 135 2.490,0
Sumber : Data BPS Provinsi Riau Tahun 2013
Kabupaten Rokan Hulu berada pada ketinggian 70-86 Meter dari permukaan
laut. Di sebelah Barat Kabupaten mempunyai kontur tanah yang bergelombang
yang merupakan bagian pegunungan Bukit Barisan sedangkan sebagian besar
lainnya merupakan daerah rendah yang subur, dimana 85% terdiri dari dataran
dan 15% rawa-rawa.
C. Struktur Geologi
Berdasarkan struktur geologi wilayah di Kabupaten Rokan Hulu dimana batuan
tertua yang terdapat di wilayah ini adalah kelompok batuan metasedimen dan
malihan yang termasuk ke dalam Formasi Kuantan (Puku) serta Formasi
Bohorok (Pub) berumur Permo A - Karbon. Batuan-batuan tersebut diterobos
oleh batuan granit Intrusi Rokan (MPiro) dan Granit Giti (MPigt). Batuan-batuan
tertua serta batuan granit ini selanjutnya ditutupi oleh batuan-batuan malih dari
Formasi Muarasoma (Mums) dan batuan batuan melange Kelompok Woyla
(Muwm) berumur Jura hingga Kapur.
Laporan Akhir | V - 10
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
c. Kuarsit, terdapat di daerah Desa Aliantan, Kecamatan Kabun (5 juta ton). Analisis
kimia terhadap endapan kuarsit ini memberikan angka kandungan silika (Si2O3)
sebesar 89,17%, dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri keramik.
d. Bentonit, terdapat di daerah Desa Kotoranah, Kecamatan Kabun (25 ribu ton).
Endapan bentonit ini terbentuk dari hasil proses hidrotermal yang biasanya
mempunyai mutu yang cukup baik. Dari analisis kimia diketahui kandungan
SiO2 nya sebesar 53,46% dan Al2O3 31,88%. Salah satu kegunaan utama bentonit
adalah sebagai bahan pemucat warna minyak sawit mentah (CPO).
Laporan Akhir | V - 11
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
f. Marmer, terdapat di daerah Desa Kaiti, Kecamatan Rambah (1 juta ton). Endapan
marmer yang terdapat di daerah ini adalah berupa batugamping marmeran.
Marmer ini dapat digunakan sebagai batu hias (ornamen) pada dinding ataupun
lantai bangunan.
g. Kaolin, terdapat di daerah Kotoranah, Kecamatan Kabun (6 juta ton). Kaolin dapat
digunakan sebagai bahan baku untuk pelapis dan pengisi pada berbagai industri
ataupun sebagai bahan baku untuk industri keramik.
h. Andesit, terdapat di daerah Desa Kotoranah, Kecamatan Kabun (88 juta ton).
Berdasarkan data dari Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Rokan Hulu,
andesit di daerah ini mempunyai kualitas kuat tekan sebesar 1.168,27 kg/cm3
dengan rasio H/D lebih kurang 2,306. Endapan andesit ini sangat prospek untuk
digunakan sebagai bahan fondasi ataupun sebagai agregat untuk bangunan.
Laporan Akhir | V - 12
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
D. Kebencanaan
Dara data-data kebencanaan yang ada, dimana Provinsi Riau terdapat bebrapa
jenis bencana yang sering terjadi dan menjadi perhatian khusus oleh wilayahnya
guna menunjang kebutuhan dan pemanfaatan ruang wilayah nantinya. Dimana
ada beberapa jenis bencana yang pernah terjadi dalam kurun waktu 10 tahun
terakhir yaitu sebagai berikut.
Laporan Akhir | V - 13
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Banjir
Berikut ini adalah data banjir yang terjadi di Provinsi Riau dalam kurun
waktu 10 tahun terakhir yaitu mulai dari Tahun 2000-2014 adalah sebagai
berikut.
Dari Tabel 4.2, diketahui bahwa di Provinsi Riau dalam kurun waktu 2000-
2014 terdapat 11 (sebelas) Kabupaten/Kota yang pernah mengalami banjir.
Kabupaten Bengkalis terjadi banjir sebanyak 1 (satu) kali, Kabupaten
Indragiri Hilir terjadi banjir sebanyak 7 (tujuh) kali, Kabupaten Indragiri Hulu
terjadi banjir sebanyak 15 (lima belas) kali, Kabupaten Kampar terjadi banjir
sebanyak 19 (sembilan belas) kali, Kota Dumai terjadi banjir sebanyak 5
(lima) kali, Kota Pekanbaru terjadi banjir sebanyak 10 (sepuluh) kali,
Kabupaten Kuantan Singingi terjadi banjir sebanyak 10 (sepuluh) kali,
Kabupaten Pelalawan terjadi banjir sebanyak 10 (sepuluh) kali, Kabupaten
Rokan Hilir terjadi banjir sebanyak 14 (empat belas) kali, Kabuapten Rokan
Hulu terjadi banjir sebanyak 14 (empat belas) kali, dan Kabupaten Siak
terjadi banjir sebanyak 2 (dua) kali. Untuk Kabupaten Rokan Hulu adalah
daerah yang menjadi kajian KSN Mahato, sehingga perlu adanya kajian
khusus dalam mengkaji kestrategisan wilayah kedepannya.
Laporan Akhir | V - 14
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Tabel 5.4 Data Kejadian Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Riau
Tahun 2000-2014
Jumlah Kejadian Kebakaran
No Kabupaten
Lahan
1 Bengkalis 2
2 Indragiri hilir 5
3 Kota d u m a i 2
4 Kota pekanbaru 3
5 Rokan Hilir 1
6 Siak 5
Total 18
Sumber: BNPB Tahun 2014
Dari Tabel 4.3 diatas, diketahui bahwa di Provinsi Riau dalam kurun waktu
2000-2014 terdapat 6 (enam) Kabupaten/Kota yang pernah mengalami
kebakaran lahan. Kabupaten Bangkalis terjadi kebakaran lahan sebanyak 2
(dua) kali, Kabupaten Indragiri Hilir terjadi kebakaran lahan sebanyak 5
(lima) kali, Kota Dumai terjadi kebakaran lahan sebanyak 2 (dua) kali, Kota
Pekan Baru terjadi kebakaran lahan sebanyak 3 (tiga) kali, Kota Rokan Hilir
terjadi kebakaran lahan sebanyak 1 (satu) lahan, Kabupaten Siak terjadi
kebakaran lahan sebanyak 5 (lima) kali.
Kekeringan
Berikut ini adalah data kekeringan yang terjadi di Provinsi Riau dalam kurun
waktu 10 tahun terakhir yaitu mulai dari Tahun 2000-2014 adalah sebagai
berikut.
Laporan Akhir | V - 15
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Dari Tabel 4.4 di atas, diketahui bahwa di Provinsi Riau dalam kurun waktu
2000-2014 terdapat 8 (delapan) Kabupaten/Kota yang pernah mengalami
kekeringan. Kabupaten Bengkalis terjadi kekeringan sebanyak 2 (dua) kali,
Kabupaten Indragiri Hilir terjadi kekeringan sebanyak 2 (dua) kali,
Kabupaten Kampar terjadi kekeringan sebanyak 4 (empat) kali, Kuantan
Singingi terjadi kekeringan sebanyak 4 (empat) kali, Kabupaten Pelalawan
terjadi kekeringan sebanyak 1 (satu) kali, Kabupaten Rokan Hilir terjadi
kekeringan sebanyak 5 (lima) kali, Kabupaten Rokan Hulu terjadi kekeringan
sebanyak 3 (tiga) kali, dan Kabupaten Siak terjadi kekeringan sebanyak 2
(dua) kali. Untuk Kabupaten Rokan Hulu adalah daerah yang menjadi kajian
KSN Mahato, sehingga perlu adanya kajian khusus dalam mengkaji ke
strategisan wilayah kedepannya.
Laporan Akhir | V - 16
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | V - 17
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.7 terkait dengan data hasil daya
dukung lahan di KSN Mahato tersebut.
Laporan Akhir | V - 18
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | V - 19
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Kabupaten Rokan Hulu memiliki luas lahan sekitar 758.813 ha. Sebagian besar
didominasi oleh lahan pertanian. Pembangunan sektor pertanian diarahkan untuk
meningkatkan produksi pangan yaitu beras, palawija dan hortikultura. Peningkatan
produksi perkebunan lainnya melalui intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi
tanaman perkebunan. Data statistik pertanian yang disajikan dalam bab ini dibagi
dalam 5 sub-sektor yaitu:
- Pertanian Tanaman Pangan, yaitu berupa data tanaman pangan meliputi luas
panen dan produksi tanaman bahan makanan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
- Perkebunan, yaitu tanaman perkebunan yang merupakan tanaman
perdagangan yang cukup potensial di daerah ini ialah kelapa sawit, karet dan
kelapa.
- Peternakan, yaitu berupa peternakan ayam, itik, sapi, kerbau, kabing/domba,
dan babi.
- Perikanan, yaitu berupa perikanan laut dan perikanan budidaya.
- Kehutanan, yaitu berupa hutan lindung, hutan suaka alam, hutan produksi dan
lainnya.
A. Tanaman Holtikultura
Kabupaten Rokan Hulu adalah wilayah yang sesuai untuk Pengembangan
Agribisnis Hortikultura khususnya Tanaman Hias dan Biofarmaka dapat tumbuh
baik pada dataran rendah sampai dengan 700 meter. Dengan demikian perlu
diadakan pengembangan dan pembukaan terhadap kawasan areal Tanaman Hias
dan Biofarmaka di Kabupaten Rokan Hulu, khusus nya di Dusun Sungai
Bungo.Kegiatan ini dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kesiapan
petani dan dinamika lingkungan agribisnis pada satu wilayah dengan harapan
dapat menjadikannya sebagai pusat pertumbuhan produksi dan berfungsi sebagai
model percontohan petani/kelompok tani di kawasan lainnya. Masalah utama dan
sering dihadapi oleh petani pelaku utama didalam usaha tani adalah modal, untuk
Laporan Akhir | V - 20
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
itu Pemerintah Provinsi Riau dan Kabupaten Rokan Hulu perlu menyediakan
anggaran dalam Pengembangan Pertanian Hortikultura/Tanaman Hias dan
Biofarmaka.
- Pemberian pupuk kandang yang merata agar proses penguapan air bisa
diminimalisir sehingga tanah tetap terjaga kelembabannya.
B. Hutan
KSN Mahato yang berada di Provinsi Riau merupakan salah satu kawasan hutan
lindung di Kabupaten Rokan Hulu yang terancam kelestariannya oleh alih fungsi
lahan tanpa ijin menjadi perkebunan kelapa sawit. Luas tutupan hutan di KSN
Mahato saat ditetapkan pada tahun 1983 adalah 28.800 hektar saat ini telah
beralih fungsi sebnayak 24.000 hektar, Berubahnya fungsi KSN Mahato sebagai
kawasan tangkapan air kemudian menjadi perkebunan sawit. Inilah yang
menyebabkan Rokan Hulu selalu ditimpa bencana banjir dan kebakaran lahan.
Laporan Akhir | V - 21
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Dari data BPS Provinsi Riau Tahun 2013, didapat bahwa Kabupaten Rokan Hulu
memiliki luas hutan lindung sekitar 67.574 ha, hutan produksi terbatas ada
sekitar 134.772 ha, dan hutan produksi tetap ada sekitar 52.592 ha.
Kebakaran hutan dan lahan merupakan agenda tahunan Riau, khususnya pada
musim kemarau (kering). Kerawanan hutan dan lahan di Provinsi Riau terhadap
kebakaran terutama sangat terkait dengan kegiatan pembukaan lahan (land
clearing) dalam usaha pertanian rakyat, usaha perkebunan skala sedang dan besar
(perusahaan) serta kegiatan dibidang kehutanan lainnya seperti kegiatan
perambahan hutan, okupasi lahan dan pencurian kayu (illegal logging).
KSN Mahato memiliki posisi yang sangat strategis dalam proses pelaksanaan
pembangunan yang berkelanjutan karena hutan lindung merupakan sistem
penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan
erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah, sehingga
kelestarian KSN Mahato secara otomatis akan menjadi salah satu faktor penting
dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungah hidup.
Laporan Akhir | V - 22
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | V - 23
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Tabel 5.8 Tabel Kawasan Hutan Wilayah Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2014
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2014
C. Pertanian
Pembangunan sektor pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi pangan
yaitu beras, palawija dan hortikultura. Peningkatan produksi perkebunan lainnya
melalui intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi tanaman perkebunan
Laporan Akhir | V - 24
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Sub sektor tanaman pangan terdiri daritanaman padi (padi sawah dan padi
ladang),jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau,ubi kayu dan ubi jalar. Data
tanaman panganmeliputi luas panen dan produksi tanamanbahan makanan,
sayur-sayuran dan buah-buahan.Selama periode 2010 luas panentanaman padi
mengalami peningkatansebesar 4,46 persen yaitu dari 149.423hektar menjadi
156.088 hektar. Panen padisawah terluas di Kabupaten Indragiri Hilir,sementara
panen padi ladang terluas diKabupaten Rokan Hulu.Pada tahun 2010 ini,
produksi tanaman padi sebesar 574.864 ton, terdiri dari 507.370 ton padi sawah
dan 67.494 ton padi ladang.
Tabel 5.9 Luas Tanaman Pangan Menurut Jenis di Kabupaten Rokan Hulu
Tahun 2012
Luas Tanaman Pangan di
No Jenis Tanaman Pangan
Kabupaten Rokan Hulu (Ha)
1 Padi Sawah 5.189
2 Padi Ladang 10.506
3 Jagung 747
4 Ubi Kayu 320
5 Kacang Tanah 893
6 Ubi Jalar 165
7 Kacang Kedelai 1.787
8 Kacang Hijau 579
Jumlah/Total 20.186
Sumber : Data BPS Provinsi Riau Tahun 2013
Laporan Akhir | V - 25
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Dari data BPS Provinsi Riau Tahun 2013, dimana dapat dilihat bahwa jenis
tanaman pangan yang cukup banyak di Kabupaten Rokan Hulu adalah jenis
tanaman pangan padi ladang yang mencapai 10.506 ha. Sedangkan luas lahan
tanaman pangan yang paling sedikit yang di dapat di Kabupaten Rokan Hulu
adalah ubi kayu yaitu hanya sekitar 320 ha.
Dari data BPS Provinsi Riau Tahun 2013, dapat dilihat bahwa jenis tanaman
sayur-sayuran yang cukup banyak di lahan Kabupaten Rokan Hulu adalah bayam
yaitu sekitar 327 ha.Sedangkan untuk lahan yang sedikit yaitu sawi yang hanya
ada sekitar 12 ha.
D. Perkebunan
Pada Tahun 2007, Provinsi Riau terdapat lahan
perkebunan sawit mencapai luasan 2,157,091
ha. Seperempat lahan kelapa sawit indonesia
berada di Provinsi riau dari 2,158,091 ha luas
sawit riau 39% Sawit berada di lahan gambut
dan 55% berada di lahan gambut dalam.
Laporan Akhir | V - 26
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Tabel 5.11 Luas Areal Perkebunan Menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Rokan
Hulu Tahun 2012
Luas Areal Perkebunan di
No Jenis Perkebunan
Kabupaten Rokan Hulu (Ha)
1 Karet 56.649
2 Kelapa 1.178
3 Kelapa Sawit 422.743
4 Kopi 172
5 Pinang 157
6 Enau Arenga 13
7 Gambir 109
8 Kakao 193
Jumlah/Total 481.214
Sumber : Data BPS Provinsi Riau Tahun 2013
Berdasarkan data BPS Provinsi Riau Tahun 2013, dapat dilihat bahwa luas areal
perkebunan khususnya kelapa sawit cukup mendominasi di Kabupaten Rokan
Hulu. Luas aeral kelapa sawit tahun 2013 yaitu sekitar 422.743 ha. Sedangkan
luas areal pekebunan yang paling kecil yang terdapat di Kabupaten Rokan Hulu
adalah enau arenga yaitu hanya sekitar 13 ha. Besarnya luas lahan kelapa sawit
tersebut satu sisi dapat meningkatkan produksi ekonomi wilayah Kabupaten
Rokan Hulu, namun untuk kawasan lindung yang ada saat ini di Kabupaten
Rokan Hulu ternyata cukup banyak sudah beralih fungsing menjadi lahan kelapa
sawit. Kawasan lindung yang di terapkan dalam KSN Mahato cukup riskan
hubungnnya dengan luas lahan yang telah di alih fungsikan menjadi lahan kelapa
sawit tersebut. Berdasrkan data dari Balai SDA, dimana perkebunan kelapa sawit
cukup banyak menguras air bawah tanah yang diserap oleh tanaman kelapa sawit
tersebut, sehingga dampak akan kekeringan dan kekurang air bersih pada
wilayah sekitarnya di Kabupaten Rokan Hulu semakin menjadi masalah pada
tiap tahunnya.
Laporan Akhir | V - 27
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Tabel 5.12 Sebaran Luas Lahan Badan Usaha Perkebunan Yang Tidak aktif
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa luasa lahan untuk kelapa sawit di
Kabupaten Rokan Hulu cukup besar dan cukup mendominasi lahan perkebunan
lainnya di Kabupaten Rokan Hulu. Berikut ini adalah tabel luas areal lahan
perkebunan yang ada di Kabupaten Rokan Hulu yaitu sebagai berikut.
Tabel 5.13 Data Luas, Produksi dan Produktivitas Kelapa Sawit Per Kabupaten di
Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2010
Luas Areal Rerata
Produksi Petani
No KAB/KOTA Prod
TBM TM TTR Total (Ton) (KK)
(Ton/Ha)
1 Rokan Hulu 79.169 122.328 6.307 207.804 441.298 3,61 70.064
Sumber :Dinas Perkebunan, Tahun 2011
E. Perternakan
Kabupaten Rokan Hulu memiliki jenis ternak dan unggas yang di produksi pada
tiap tahunnya yang cukup beragam, yaitu mulai dari sapi, kerbau, kambing,
domba, babi, berbagai jenis ayam dan itik. Sektor peternakan jauh lebih stabil
peningkatannya dibandingkan sektor lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 5.14 Ternak dan Unggas di Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2012
No Jenis Ternak dan Unggas Jumlah Ternak di Kabupaten Rokan Hulu (ekor)
1 Sapi 26.057
2 Kerbau 2.498
Laporan Akhir | V - 28
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
No Jenis Ternak dan Unggas Jumlah Ternak di Kabupaten Rokan Hulu (ekor)
3 Kambing 37.051
4 Domba 1.005
5 Babi 2.492
6 Ayam Ras Petelur 200
7 Ayam Ras Pedagang 2.067.313
8 Ayam Kampung 231.500
9 Itik 28.926
Jumlah/Total 2.397.042
Sumber : Data BPS Provinsi Riau Tahun 2013
Berdasarkan data BPS Provinsi Riau Tahun 2013 tersebut, dapat dilihat bahwa
jumlah ternak yang cukup dominan di Kabupaten Rokan Hulu adalah kambing
yaitu sekitar 37.051 ekor dan unggas yang paling banyak yaitu ayam ras
pedangan yang mencapai 2.067.313 ekor pada tahun 2013.
F. Perikanan
Pada Kabupaten Rokan Hulu ditemukan bahwa, produksi perikanan yang banyak
ditemukan yaitu perikanan perairan laut dan kolam keramba. Jumlah produksi
perikanan yang di kembangkan di Kabupaten Rokan Hulu adalah sebagai
berikut.
Laporan Akhir | V - 29
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | IV - 30
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | V - 31
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Gambar 5.8 Peta Land Cover Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2012
Laporan Akhir | V - 32
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Berdasarkan data PDRB atas dasar harga berlaku tanpa migas, maka telah terjadi
kenaikan dari 10,000,061.79 juta rupiah pada tahun 2009 meningkat menjadi
11,359,412.98 juta rupiah pada tahun 2010. Sumber utama dari PDRB Kabupaten
Rokan Hulu adalah dari sektor pertanian, yaitu mencapai 52,50 %. Begitu pentingnya
sektor pertanian tersebut, maka harus ada perhatian lebih, sehingga mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Berdasarkan perhitungan PDRB
Kabupaten Rokan Hulu atas harga berlaku tanpa migas, sector pertanian memiliki
persentase distribusi terbesar yaitu 65,33 % pada tahun 2010. Kemudian pada tahun
2011 diproyeksikan turun menjadi 63,90%. Penurunan ini mungkin saja terjadi akibat
dari fluktuasi harga komoditas pertanian, terutama komoditas perkebunan, sehingga
menimbulkan dampak pada penurunan laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Rokan Hulu.
Potensi Kabupaten Rokan Hulu cukup kuat untuk mendukung upaya diversifikasi
perekonomiannya. Hal ini cukup beralasan terutama di lihat dari status Rokan Hulu,
kekayaan danragam sumber daya alam yang berada pada hinterland Rokan Hulu,
serta yang tak kalah pentingadalah ketersediaan infrastruktur (prasarana ekonomi)
yang dapat menjamin kelangsungan prosesproduksi. Oleh sebab itu, sudah saatnya
Kabupaten Rokan Hulu mempromosikan diri dan mengambillangkah untuk menarik
Laporan Akhir | V - 33
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa wilayah dengan perkebunan kelapa sawit
(PKS) di Provinsi Riau merupakan wilayah yang cukup mendominasi, sehingga dapat
dikatakan selain migas, perkebunan sawit merupakan sektor perekonomian terbesar di
Provinsi Riau. Untuk Kabupaten Rokan Hulu yang memiliki 22 lokasi kawasan
perkebunan kelapa sawit (PKS) juga merupakan salah satu sektor ekonomi terbesar di
Kabupaten Rokan Hulu sat ini. Namun untuk pengembangan KSN Mahato, dimana
yang akan mengatur terhadap kawasan hutan lindung di kawasan Kabupaten Rokan
Hulu, maka untuk luas wilayah yang sebagian besar di dominasi oleh kebun kelapa
sawit akan ada beberapa lokasi yang harus di reboisasi menjadi lahan lindung agar
Laporan Akhir | V - 34
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Dengan muncuinya konsep pengembangan regional Master Plan Riau 2020 (termasuk
IMSGT) membuat Kabupaten Rokan Hulu semakin kuat untuk dikembangkan
sebagai kota industri,perdagangan dan pariwisata. Perekonomian Kabupaten Rokan
Hulu saat ini belum memiliki industriunggulan atau sejumlah sektor ekonomi secara
gabungan, karena struktur perekonomian RokanHulu selama ini terbelenggu kepada
kegiatan pertanian/perkebunan dan perdagangan dalam bentukhasil bahan mentah.
Kabupaten Rokan Hulu memiliki jumlah penduduk Tahun 2013 sekitar yaitu
517.576 Jiwa dan luas wilayah 7.449.85 Km2. Kabupaten Rokan Hulu memiliki
berbagai macam suku dan ragam budaya, sebagian besar merupakan keturunan
suku Melayu Rokan dan Mandailing. Selain itu terdapat pula suku Jawa, Minang
Kabau, Sunda, batak dan masih terdapat adanya masyarakat terasing yaitu: Suku
Bonai dan Suku Sakai, dua suku pertama dan suku terakhir merupakan suku asli
Rokan Hulu.
Laporan Akhir | V - 35
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Berdasarkan data BPS Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2013, dimana jumlah
penduduk di Kabupaten Rokan Hulu adalah sekitar 517.576 jiwa, dengan jumlah
penduduk laki-laki sekitar 267.725 jiwa dan perempuan sekitar 249.851 jiwa.
Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah kecamatan Ujung Batu 512
jiwa/km2 diikuti oleh Pagaran Tapah Darussalam 134 jiwa/km2. Kecamatan yang
kepadatan penduduknya rendah yaitu berada pada Kecamatan Bonai Darussalam
yaitu hanya 27 jiwa/km2. Masyarakat Rokan Hulu masih sangat kuat memegang
teguh budaya dan tradisi kesehariannya. Hukum dan Adat masih berpengaruh
Laporan Akhir | V - 36
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Tabel 5.18 Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Tambusai Tahun 2013
Luas Jumlah Kepadatan
No Kelurahan/Desa Wilayah Penduduk Penduduk
(Km2) (jiwa) (jiwa/Km2)
1 Tambusai Barat 159,00 4.741 30
2 Sungai Kumango 167,00 5.434 33
3 Batas 51,00 2.727 53
4 Tali Kumain 48,00 1.988 41
5 Tambusai Tengah 46,00 6.999 152
6 Rantau Panjang 48,00 2.145 45
7 Sialang Rindang 269,50 2.813 10
8 Tambusai Timur 284,00 3.759 13
9 Suka Maju 13,00 4.633 356
10 Batang Kumu 42,00 11.549 275
11 Tingkok - 2.433 -
12 Lubuk soting - 859 -
Jumlah/Total 1.127,50 50.080 44
Sumber : BPS Kecamatan Tambusai Tahun 2013
Keterangan : Untuk Desa Tingkok dan Desa Lubuk Soting, Luas wilayah
terhitung di Desa Tambusai Timur.
Laporan Akhir | V - 37
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
penduduk yang sedikit terdapat di Desa Lubuk Soting yaitu hanya sekitar 859
jiwa. Untuk kepadatan penduduk yang paling dominan dan padat yaitu terdapat di
Desa Suka Maju yaitu sekita 356 jiwa/km2. Sedangkan untuk kepadatan
penduduk yang paling sedikit yaitu terdapat di Sialang Rindang yang hanya
sekitar 10 jiwa/km2.
Laporan Akhir | V - 38
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Berdasarakan wilayah yang termasuk dalam kajian KSN Mahato, dimana untuk
sarana yang terdapat di kawasan Kabupaten Rokan Hulu adalah seperti sarana
pendidikan, kesehatan, peribadatan, dan lainnya.Untuk prasarana yang ada di
kawasan KSN Mahato khususnya Kabupaten Rokan Hulu adalah seperti prasarana air
bersih, listrik, telekomunikasi, dan lainnya.
A. Sarana Pendidikan
Semakin maju pendidikan berarti akan membawa berbagai pengaruh positif bagi
masa depan berbagai bidang kehidupan. Demikian pentingnya peranan
pendidikan, tidaklah mengherankan kalau pendidikan senantiasa banyak
mendapat perhatian dari pemerintah maupun masyarakat. Pada tahun 2010/2011,
terdapat 25 sekolah untuk jenjang SMA & MA, 8.880 murid dan 635 guru,
dengan rasio murid terhadap guru yaitu 13,98. Sedangkan pada tahun 2009/2010
rasio murid terhadap guru hanya 11,77. Sehingga terjadi peningkatan sebanyak
2,21. Dan peningkatan ini juga terjadi pada jenjang pendidikan lainnya. Tetapi
peningkatan ini belum menandai adanya peningkatan mutu pendidikan, karena
banyak faktor yang akan mempengaruhinya.
Laporan Akhir | V - 39
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Berikut ini adalah data jumlah sarana pendidikan yang terdapat di Kabupaten
Rokan Hulu Tahun 2012 berdasarkan data BPS Provinsi Riau Tahun 2013.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Berdasarkan data tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa jumlah sarana pendidikan
yang cukup banyak di Kabupaten Rokan Hulu adalah sarana pendidikan SD yaitu
ada sekitar 335 unit, dan sarana pendidikan PT (perguruan tinggi) hanya 2 unit.
Namun untuk angka putus sekolah (APK) di Kabupaten Rokan Hulu ternya masih
cukup tinggi. Rendahnya APK pada SMP dan SMA akibat dari distribusi sekolah
yang berada di wilayah kecamatan sehingga sulit dijangkau oleh tamatan SD dari
daerah terpencil, Kemudiain infrastruktur seperti jalan dan transportasi yang tidak
memadai untuk menjangkau sekolah tersebut. Di sisi lain kekurang mampuan
orang tua untuk membiayai transportasi juga menjadi kendala.
B. Sarana Peribadatan
Laporan Akhir | V - 40
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
dengan baik. Sebagaimana diketahui bahwa Kabupaten Rohul juga banyak dihuni
oleh penduduk yang beragama non muslim yang merupakan penduduk urban
yang berasal dari Provinsi Sumatera Utara. Mayoritas penduduk urban tersebut
beragama kristen. Namun terlepas dari hal tersebut hubungan antara masing-
masing individu berjalan dengan baik, tanpa ada diskriminasi dari pihak-pihak
tertentu.Apalagi yang berkaitan dengan tekanan-tekanan dari partai politik untuk
memperoleh suara pada pemilu, baik legislatif maupun eksekutif.
Masyarakat kota adalah masyarakat yang majemuk dan pada umumnya sangat
heterogenitas termasuk di dalam pengamalan terhadap sang penciptanya. Agama
yang resmi dianut oleh masyarakat Pasir Pengaraian adalah Islam, Kristen
Katolik, Kristen Protestan dan Budha.
Berikut ini adalah data jumlah sarana peribadatan yang terdapat di Kabupaten
Rokan Hulu Tahun 2012 berdasarkan data BPS Provinsi Riau Tahun 2013.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Berdasarkan data tabel diatas maka dapat dilihat bahwa Jumlah sarana
peribadatan yang cukup banyak terdapat di Kabupaten Rokan Hulu adalah
Musholla/Langgar yaitu ada sekitar 763 unit dan tersebar di setiap kecamatan di
Kabupaten Rokan Hulu tersebut. Sedangkan jumlah sarana peribadatan yang
sedikit yaitu vihara yang hanya ada 3 unit.
Laporan Akhir | V - 41
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
C. Sarana Kesehatan
Berikut ini adalah data jumlah sarana kesehatan yang terdapat di Kabupaten
Rokan Hulu Tahun 2012 berdasarkan data BPS Provinsi Riau Tahun 2013.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.22 Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2012
Jumlah Sarana Kesehatan di
No Sarana Kesehatan
Kabupaten Rokan Hulu (unit)
1 Rumah Sakit Umum 1
2 Rumah Sakit Swasta 2
3 Klinik Bersalin 11
4 Apotek 25
5 Klinik Dokter Pembantu 22
6 Puskesmas 21
7 Puskesmas Pembantu 100
8 Polindes 11
9 Posyandu 544
Jumlah/Total 737
Sumber : Data BPS Provinsi Riau Tahun 2013
Berdasarkan data tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah sarana kesehatan di
Kabupaten Rokan Hulu didominasi oleh sarana kesehatan posyandu yaitu sekitar
544 unit yang tersebar di setiap desa di Kabupaten Rokan Hulu, sedangkan yang
sedikit yaitu sarana kesehatan rumah sakit umum yang hanya 1 unit.
Berikut ini adalah data jumlah prasaran air bersih yang terdapat di Kabupaten
Rokan Hulu Tahun 2012 berdasarkan data BPS Provinsi Riau Tahun 2013. Dari
hasil persentase jumlah pemakai air bersih di Kabupaten Rokan Hulu dimana
dapat dilihat bahwa pemakaian air bersih banyak masih menggunakan sumur.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Laporan Akhir | V - 42
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Tabel 5.23 Prasarana Air Bersih di Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2012
Jumlah Prasarana Air Bersih di
No Jenis Sumber Air
Kabupaten Rokan Hulu (%)
1 Ledeng 7,63
2 Pompa Iar 2,09
3 Sumur 53,34
4 Sumur Tak Terlindung 28,20
5 Mata Air 0,60
6 Lainnya 8,13
Jumlah/Total 100,00
Sumber : Data BPS Provinsi Riau Tahun 2013
Berdasarkan data tabel tersebut, dapat dilihat bahwa jumlah prasarana air bersih
yang cukup banyak dipergunakan di Kabupaten Rokan Hulu adalah sumur yaitu
sekitar 53,34% dan yang paling sedikit dipergunakan oleh masyarakat Kabupaten
Rokan Hulu adalah prasarana air bersih berupa mata air yang hanya 0,60%.
Berdasarkan data yang ada kondisi jaringan jalan di Kabupaten Rokan Hulu
masih relatif kurang baik dan masih banyak lokasi-lokasi yang jaringan jalannya
masih rusak dan berupa tanah, sehingga untuk akses cepat ke lokasi mengalami
sedikit hambatan dan kendaraan yang melintasi juga di dominasi oleh kendaraan
besar dan membuat kondisi jalan semakin lama semakin rusak akibat beban
kendaraan yang melintasinya cukup berat. Berikut ini adalah kondisi jaringan
jalan yang terdapat di Kabupaten Rokan Hulu adalah sebagai berikut.
Laporan Akhir | V - 43
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Tabel 5.24 Kondisi Jaringan Jalan di Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2012
Panjang Jalan di Kabupaten Rokan
No Kondisi Jaringan Jalan
Hulu (Km)
1 Baik 438,92
2 Sedang 557,98
3 Rusak 636,52
Jumlah/Total 1633,42
Sumber : Data BPS Provinsi Riau Tahun 2013
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa kondisi jaringan jalan yang rusak di
Kabupaten Rokan Hulu lebih besar dari pada kondisi jaringan jalan yang baik
yaitu ada sekitar 636,52 km. Sedangkan untuk kondisi jaringan jalan yang baik
hanya sekitar 438,92 km.
Laporan Akhir | V - 44
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Berikut ini adalah kondisi jaringan jalan yang terdapat di kawasan hutan lindung
mahato yang bahwasannya merupakan akses jalan mesuk menuju kawasan
perkebunan PT. Turganda. Akses jaringan jalan menuju kawasan hutan mahato
dibuka oleh PT. Turganda tersebut, sehingga semakin lama semakin tumbuh
permukiman dan sarana penunjang lain di dalam kawasan yang seharusnya masuk
kedalam kawasan hutan lindung;
Gambar 5.10 visualisasi akses jaringan jalan yang terdapat pada kawasan hutan
lindung mahato yang telah berubah lahannya menjadi perkebunan sawit
Laporan Akhir | V - 45
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | V - 46
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
F. Karakteristik Pariwisata
Laporan Akhir | V - 47
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | V - 48
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
6. Taman Nasional Bukit Suligi memiliki jenis flora dan fauna yang dilindungi
oleh pemerintah, ada danau yang indah didalam taman ini yang dijadikan
sebagai tempat rekreasi bagi masyarakat yang berkunjung. Selain berekreasi
tempat ini dijadikan tempat penelitian biologi yang membuat tempat ini
menarik. Terdapat sumber air panas yang tidak terlalu besar serta goa-goa dan
seramnya hutan yang lebat. Bagi para wisatawan yang ingin bermalam
ditempat ini disediakan camping ground.
Laporan Akhir | V - 49
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
8. Wisata Air Sungai Rokan Kiri yang mengalir melintasi kota ujungbatu salah
satu potensi untuk wisata air deras, atau wisata petualangan dengan
menggunakan boat ke hulu sungai yang deras dengan tebing-tebing sungai
yang cadas sekaligus dapat menyaksikan hutan sekunder disepanjang sungai,
sambil melihat kehidupan tepi sungai sekitar 1 jam perjalanan kita akan
jumpai air terjun hujan lobek di tebing sungai, dihulu sungai ada dua air terjun
yang cukup tinggi yaitu air terjun sungai murai dan air terjun sungai tolang.
10. Air Panas Hapanasan, Tempat wisata ini berjarak jarak 6 Km. dari ibukota
Kabupaten Rokan Hulu, Pasir Pengaraian, fasilitas yang dimiliki diantaranya
Musholla, lahan parker, toilet, arena permainan anak-anak, kolam renang dan
panggung terbuka. Pada tahun 2009 di objek wisata air panas hapanasan ini
akan di bangun waterboom, outbond, pusat informasi kupu-kupu dan
kelengkapan lainnya.
11. Goa Huta Sikafir berada sekitar 1 km dari sumber air pawan, kita akan
menjumpai hutan dengan kayu-kayu besar, yang dililiti oleh urat-urat kayu
hawa (Sulur). Didalam kawasan hutan 6 hektar inilah terdapat 41 goa-goa
Laporan Akhir | V - 50
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
besar dan kecil yang setiap goa memiliki nama yang sesuai dengan kondisi
goa, seperti contoh goa landak, goa ini seperti lobang sarang landak, goa tupai
seperti parit yang panjang tidak terlalu sempit. Dari sekian banyak goa yang
terkenal keindahannya ialah Goa Mata Dewa dan Goa Lepong, serta Goa
Kulam. Goa-goa ini cukup membuat anda lelah berpetualang didalamnya
bersama pemandu yang telah siap melayani jasa pramuwisata di Huta Sikafir.
12. Air Terjun Aek Martua terletak di kecamatan Bangun Purba merupakan air
terjun bertingkat-tingkat, sehingga sering pula disebut air terjun tangga seribu,
dapat ditempuh melalui jalan darat, sungguh mengagumkan untuk dinikmati.
13. Sungai Bungo adalah sebuah kampung dikaki bukit Hadiantua dengan
penduduk sekitar 30 KK dengan pencaharian penduduk berkebun, berladang,
serta meramu hutan. Daerah yang asli perkampungan tanpa pengaruh
modernisasi dan terisolir sekitar 1 jam perjalanan dari bendungan Cipogas.
Tempat ini cocok dijadikan Ecotourism, dimana segala kegiatan yang
memiliki sifat menjauhkan diri dari keramaian dan tidak menuntut fasilitas
yang baik, sifat berpetualang dan berkemah dipinggir kampung, serta melihat
rutinitas masyarakat.
Laporan Akhir | V - 51
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | V - 52
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | V - 53
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa Kecamatan yang memiliki luas
wilayah yang relatif lebih besar di Kabupaten Padang Lawas yaitu di Kecamatan Aek
Nabara Barumun sekitar 487,75 Km2. Sedangkan kecamatan yang memiliki luas
wilayah yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan kecamatan lainnya di
Kabupaten Padang Lawas yaitu Kecamatan Baruman yang hanya sekitar 119,50 Km2.
Laporan Akhir | V - 54
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | V - 55
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
A. Topografi
Padang Lawas merupakan salah satu daerah yang terletak pada dataran rendah
kaki pegunungan Bukit Barisan dengan ketinggian sekitar 50-300 mdpl. Dataran
rendah tersebut dikelilingi rangkaian perbukitan. Dengan demikian daerah
tersebut, seolah-olah merupakan danau kering yang tepiannya berupa rangkaian
perbukitan. Secara umum bentang alam (morfologi) di kawasan Padang Lawas
dan sekitarnya memperlihatkan kondisi dataran rendah, dan dataran
bergelombang. Kondisi bentang alam seperti itu, apabila diklasifikasikan dengan
mempergunakan Sistem Desaunettes, 1977, yang berdasarkan atas besarnya
prosentase kemiringan lereng dan beda tinggi relief suatu tempat, maka daerah
penelitian terbagi atas dua satuan morfologi, yaitu: Satuan Morfologi Dataran dan
Satuan Morfologi Bergelombang Lemah. Satuan Morfologi Dataran, mempunyai
kemiringan lereng antara 0% - 2%. Satuan Morfologi Dataran dimanfaatkan oleh
penduduk sebagai lahan pertanian, perkebunan dan perkampungan serta situs-
situs arkeologi.
Bentang alam Situs Padang Lawas dipengaruhi oleh empat faktor yang dominan,
yaitu Lithologi, Struktur geologi, Stadia daerah dan Tingkat erosi. Berdasarkan
hal tersebut, maka penentuan satuan morfologi daerah penelitian dilakukan
dengan metode pendekatan Desaunettes, yang didasarkan pada besarnya
kemiringan lereng dan beda tinggi relief suatu tempat. Berdasarkan ketentuan
tersebut, maka daerah penelitian dibagi dalam dua satuan morfologi, yaitu:
Laporan Akhir | V - 56
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Sungai induk yang mengalir di dataran rendah Padang Lawas adalah Sungai
Barumun. Sungai tersebut mengalir dari arah barat daya ke arah timur laut, dari
Kampung Unterudang ke arah barat laut, Sungai tersebut bercabang menjadi
Batang Pane dan Batang Sirumambe. Batang Pane mempunyai arah aliran dari
barat laut ke tenggara dan di Kampung Habaruan Batang Pane berbelok ke arah
utara, sedangkan Batang Sirumambe berarah aliran dari barat ke timur. Bentuk
dan keadaan pola aliran sungai induk, sungai sub-induk dan anak-anak sungai di
daerah penelitian dan sekitarnya dapat digolongkan ke dalam pola aliran sungai
dendritik, trellis, dan rectangular.
- Pola dendritik berbentuk seperti pohon dan khas pada daerah dataran dengan
batuan yang homogeny;
- Pola trellis berbentuk seperti jari-jari dan khas pada daerah perlipatan yang
telah mengalami erosi cukup lanjut; dan
Situs-situs yang terdapat di Padang Lawas secara umum terdapat pada daerah-
daerah yang memiliki ketinggian antara 50-300 meter dpl. Secara kenampakan
luar interaksi antara tumbuhan dan binatang yang hidup di daerah Padang Lawas
termasuk dalam bentuk vegetasi pamah darat (lowland vegetation). Berikut ini
Laporan Akhir | V - 57
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
adalah batas ketinggian wilayah tiap kecamatan yang ada di Kabupaten Padang
Lawas berdasarkan data BPS Tahun 2013 yaitu sebagai berikut ini.
Ketinggian mdpl
No Kecamatan
(Meter)
1 Sosopan 774,00
2 UluBarumun 210,00
3 Barumun 154,00
4 Barumun Selatan 226,00
5 LubukBarumun 142,00
6 Sosa 100,00
7 BatangLubu Sutam 128,00
8 HutarajaTinggi 150,00
9 Huristak 63,00
10 Barumun Tengah 133,00
11 Aek Nabara Barumun 88,00
12 Sihapas Barumun 89,00
Sumber : Data BPS Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa ketinggian wilayah yang terdapat
di Kabupaten Padang Lawas yaitu terdapat di Kecamatan Sosopan yang mencapai
774,00 mdpl. Sedangkan Kecamatan yang ketinggian wilayahnya relatif lebih
rendah yaitu terdapat di Kecamatan Huristak yaitu hanya sekitar 63,00 mdpl.
B. Iklim/Curah Hujan
Berdasarkan data BPS Kabupaten Padang Lawas dalam angka Tahun 2012, curah
hujan bervariasi antar kecamatan, curah hujan tertinggi rata-rata mencapai 598
mm yang terjadi pada bulan Desember, sementara curah hujan terendah rata-rata
mencapai 86 mm yang terjadi pada bulan Juni. Musim kemarau biasanya terjadi
sekitar bulan Mei hingga September dan musim hujan terjadi pada bulan Oktober
hingga bulan April.
Laporan Akhir | V - 58
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Tabel 5.27 Jumlah Hari Hujan di Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013
1 Januari 183 14
2 Februari 117 7
3 Maret 208 18
4 April 232 22
5 Mei 166 13
6 Juni 86 14
7 Juli 97 8
8 Agustus 323 16
9 September 281 16
10 Oktober 383 21
11 November 565 21
12 Desember 598 17
Sumber : Data BPS Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013
Kondisi hidrologi di Kabupaten Padang Lawas terdiri dari air permukaan yaitu
sungai, danau dan air bawah tanah. Sungai yang ada dimanfaatkan untuk
kebutuhan sehari-hari, sumber air minum dan untuk irigasi, sebagian wilayah di
Kabupaten Padang Lawas yang dilalui Satuan Wilayah Sungai lintas Provinsi dan
Laporan Akhir | V - 59
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
lintas Kab/Kota, yaitu desa Sipiongot di Kecamatan Dolok yang dilalui oleh WS
Barumun-Kualuh lintas Kab/Kota dan Satuan Wilayah Sungai Rokan lintas
Provinsi. Secara kewilayahan, Kabupaten Padang Lawas berada dalam wilayah
Daerah Aliran Sungai Asahan Barumun.
Laporan Akhir | V - 60
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | V - 61
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
C. Struktur Geologi
Secara geologis, wilayah Kabupaten Padang Lawas memiliki struktur tanah dan
batuan yang kompleks dicirikan oleh bentuk bentang alam perbukitan. Tetapi
sebagian wilayah potensial menimbulkan tanah longsor terhadap 40-50% dari
luas daerah Kabupaten Padang Lawas yang mencakup 5 wilayah kecamatan yang
merupakan kawasan yang rentan gerakan tanah longsor.
Laporan Akhir | V - 62
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | V - 63
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
D. Kebencanaan
Banjir
Laporan Akhir | V - 64
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Dari tabel dapat tersebut diketahui bahwa di Provinsi Sumatera Utara dalam
kurun waktu 2000-2014 terdapat 28 (dua delapan) Kabupaten/Kota yang
pernah mengalami banjir. Kabupaten Asahan terjadi banjir sebanyak 30 (tiga
puluh) kali, Kabupaten Batu Bara terjadi banjir sebanyak 8 (delapan) kali,
Kabupaten Dairi terjadi banjir sebanyak 3 (tiga) kali, Kabupaten Deli Serdang
terjadi banjir sebanyak 33 (tiga puluh tiga) kali, Kabupaten Humbang
Hasundutan terjadi banjir sebanyak 2 (dua) kali, Kabupaten Karo terjadi
banjir sebanyak 5 (lima) kali, Kota Binjai terjadi banjir sebanyak 5 (lima) kali,
Kota Medan terjadi banjir sebanyak 30 (tiga puluh) kali, Kota
Padangsidimpuan terjadi banjir sebanyak 7 (tujuh) kali, Kota Sibolga terjadi
banjir sebanyak 5 (lima) kali, Kota Tanjung Balai terjadi banjir sebanyak 12
(dua belas) kali, Kabupaten Labuhan Batu terjadi banjir sebanyak 19
(sembilan belas) kali, Kabupaten Labuhan Batu Selatan terjadi banjir
sebanyak 3 (tiga) kali, Kabupaten Labuhan Batu Utara terjadi banjir sebanyak
2 (dua) kali, Kabupaten Langkat terjadi banjir sebanyak 28 (dua puluh
delapan) kali, Kabupaten Mandailing Natal terjadi banjir sebanyak 21 (dua
puluh satu) kali, Kabupaten Nias terjadi banjir sebanyak 4 (empat) kali,
Kabupaten Nias Barat terjadi banjir sebanyak 1 (satu) kali, Kabupaten Nias
Selatan terjadi banjir sebanyak 3 (tiga) kali.
Laporan Akhir | V - 65
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Berikut ini adalah data kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Provinsi
Sumatera Utara dalam kurun waktu 10 tahun terakhir yaitu mulai dari Tahun
2000-2014. Dimana Kabupaten Padang Lawas terjadi 1 (satu) kali dalam
kurun waktu 10 tahun terakhir. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 5.29 Data Kejadian Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2000-2014
1 KOTA SIBOLGA 1
2 LABUHAN BATU 1
3 MANDAILING NATAL 1
4 PADANG LAWAS 1
Total 4
Sumber: BNPB Tahun 2014
Dari tabel tersebut diketahui bahwa di Provinsi Bali dalam kurun waktu 2000-
2014 terdapat 4 (empat) Kabupaten/Kota yang pernah mengalami kebakaran
lahan. Kota Sibolga terjadi kebakaran lahan sebanyak 1 (satu) kali, Kabupaten
Labuhan Batu terjadi kebakaran lahan sebanyak 1 (satu) kali, Kabupaten
Mandailing Natal terjadi kebakaran lahan sebanyak 1 (satu) kali, dan
Kabupaten Padang Lawas terjadi kebakaran lahan sebanyak 1 (satu) kali.
Laporan Akhir | V - 66
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Dari data tabel tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan lahan di Kabupaten Padang
Lawas didominasi oleh lahan lahan sawah sekitar 15.972 Km2, lahan ladang/huma
yaitu ada sekitar 12.807,50 Km2, dan lahan kosong yang mencapat 12.137 Km2.
A. Hutan
Laporan Akhir | V - 67
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Kehidupan binatang liar tampak lebih menonjol di kawasan yang berupa dataran
berbukit yaitu babi hutan (Sus scrofa) yang dalam pandangan penduduk adalah
hama tanaman, kancil (Tragulus javanicus), musang (Paradoxurus
hermaphroditus), musang kesturi (Viverra zibetha), rusa (Cervus equimus),
monyet, lutung (Pythecus pyrrahus), kalong (Pterocarpus edulis), beruang, dan
berjenis biawak (Varanus). Secara umum dapat dikatakan bahwa populasi hewan-
hewan liar itu cenderung menurun akibat aktivitas manusia, terutama berkenaan
dengan ekslpoitasi lahan yang sebelumnya merupakan habitat fauna tersebut.
B. Perkebunan
Laporan Akhir | V - 68
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
terhadap polusi udara dan polusi air. Hal ini merupakan ancaman bagi kelestarian
cagar budaya kawasan tersebut. Ancaman lain bagi tinggalan budaya adalah
pemanfaatan bagi kepariwisataan. Pemanfaatan bagi kepariwisataan kadang
dianggap mampu memberikan dampak positif, antara lain sebagai penghasil
kesejahteraan, membuka lapangan kerja, dan pertumbuhan ekonomi. Ada pula
yang memberikan dampak negatif, baik terhadap nilai-nilai sosial budaya maupun
pencemaran terhadap lingkungan fisik dan biotis.
Pada dataran rendah persawahan juga cukup luas, mengingat adanya sungai-
sungai yang menjadi sumber air yang diperlukan. Tebing sungaisungai itu
dipenuhi berbagai jenis pohon bambu/ibus, pohon aren/bargot (Arenga pinnata)
dan pohon pinang (Arecca catechu). Juga pohon mangga kwini (Mangifera
adorata) dan banyak jenis pohon pisang (Musa paradica). Kemudian pada bagian
dataran berbukit yang berketinggian antara 160-240 meter d.p.l., terdapat situs
Makam Jiret Mertuah (Pageran Bira) yang floranya cukup beragam.
- Kelapa,
Pada Kabupaten Padang Lawas juga dijumpai jenis-jenis pohon liar yang berupa
perdu maupun pohon keras lainnya yaitu:
Laporan Akhir | V - 69
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
C. Pertanian
Dari hasil peningkatan jumlah produksi padi, perlu juga di lakukan peninjauan
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya, karena terdapat banyak variabel
yang berpengaruh terhadap produksi padi tersebut. Untuk itu variabel tersebut
perlu di reduksi untuk memperoleh beberapa faktor-faktor yang dominan yang
dapat mempengaruhi Produksi padi di Kabupaten Padang Lawas. Untuk
mereduksi/meringkas dari variabel banyak diubah menjadi sedikit variabel maka
digunakan analisis faktor.
D. Peternakan
Pada Kabupaten Padang Lawas terdapat banyak hewan ternak berupa sapid an
kerbau, karena daerah padang lawas banyak dijumpai sawah dan hutan, sehingga
hewan tersebut banyak dijadikan hewan ternak bagi masyarakat sekitarnya.
Berikut ini adalah beberapa jumlah hewan ternak yang ada di Kabupaten Padang
Lawas yaitu sebagai berikut.
Laporan Akhir | V - 70
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Berdasarkan data tabel tersebut maka dapat diketahui bahwa jumlah hewan ternak
yang cukup banyak di jumpai di Kabupaten Padang Lawas yaitu sapi yang
mencapai 13.048 ekor dan kerbau sekitar 25.314 ekor.
E. Industri
Berdasarkan data BPS Tahun 2013 dimana pada Kabupaten Padang Lawas
terdapat 10 jenis industri yang dikembangkan di kawasan tersebut. Sebagian besar
industri yang dikembangkan di Kabupaten Padang Lawas adalah industri
rumahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Laporan Akhir | V - 71
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Berdasarkan data tabel tersebut maka dapat dilihat bahwa jumlah industri
rumahan yang cukup banyak dikembangkan di Kabupaten Padang Lawas yaitu
industri rumah tangga yaitu terdapat 92 unit, dan tukang jahit yang ada sekitar 88
unit. Sedangkan yang paling sedikit dijumpai di Kabupaten Padang lawas yaitu
industri tenun yang hanya 1 unit saja di Kabupaten Padang Lawas.
F. Pertambangan
Sumur minyak “Blok Tonga” yang berada di Kabupaten Padang Lawas, Provinsi
Sumatera Utara, direncanakan akan beroperasi Maret 2012 dengan produksi awal
1.000 barel per hari.
Laporan Akhir | V - 72
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | V - 73
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Gambar 5.20 Peta Land Cover Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012
Laporan Akhir | V - 74
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Berdasarkan hasil analisis, secara rataan sektor perikanan budidaya air tawar
dapat dikembangkan dengan baik di Kabupaten Padang Lawas.
Pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2012 yang diukur berdasarkan kenaikan
laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan
2000 mengalami peningkatan sebesar 6,31 persen dibanding tahun 2011.
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pertambangan dan penggalian sebesar
11,63 persen. Disusul sektor bangunan 10,39 persen; sektor listrik, gas dan air bersih
9,69 persen; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 8,81 persen; dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran 7,44 persen. Sedangkan 4 (empat) sektor ekonomi
lainnya memiliki laju pertumbuhan di bawah 7 persen. PDRB Padang Lawas pada
tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai Rp.2.067,67 miliar, sedangkan atas
dasar harga konstan 2000 sebesar Rp.848,65 miliar.
Laporan Akhir | V - 75
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Struktur perekonomian Padang Lawas yang dihitung dengan PRDB atas dasar harga
berlaku didominasi sektor pertanian sebesar 65,85 persen; disusul sektor jasa sebesar
9,53 persen; sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 9,04 persen, dan sisanya
disumbangkan sektor lainnya. PDRB per kapita Padang Lawas atas dasar harga
berlaku pada tahun 2012 mencapai Rp.8,91 juta, atau meningkat 9,45 persen
dibanding tahun 2011.
Tabel 5.33 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha di Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013
Berdasarkan data PDRB Tahun 2013 tersebut dapat diketahui bahwa nilai ekonomi
yang cukup besar disumbangkan untuk pemasukan wilayah Kabupaten Padang Lawas
yaitu pertanian yang mencapai 497.634,32 juta dan yang paling sedikit yaitu pada
lapangan usaha listrik, gas, dan air bersih yang hanya 1.055,47 juta. Untuk PDRB
atas dasar harga konstan yaitu dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.34 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013
Laporan Akhir | V - 76
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa lapangan usaha yang cukup besar
pemasukan nilai ekonominya untuk daerah yaitu pertambangan dan penggalian yang
mencapai 11,63%. Sedangkan yang paling kecil yaitu jasa-jasa yaitu hanya 3,71%.
Pada Kabupaten Padang Lawas pada tahun 2013 terdapat jumlah keseluruhan pasar
yang tersebar di 12 kecamatan yaitu sekitar 29 unit. Untuk lebih jelas dapat diliha
pada tabel berikut ini.
Berdasarkan data tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah pasar yang cukup banyak
dijumpai di Kabupaten Padang Lawas yaitu pasar kategori kelas III, dan paling
Laporan Akhir | V - 77
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
banyak terdapat di Kecamatan Hutaraja Tinggi yaitu ada sekitar 6 unit pasar.
Sedangkan untuk kategori kelas pasar II hanya terdapat di Kecamatan Barumun yaitu
1 unit.
Tabel 5.36 Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Padang Lawas Tahun
2013
Laporan Akhir | V - 78
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Kabupaten Padang
Lawas yaitu yang cukup banyak terdapat di Kecamatan Barumun yaitu sekitar 44.905
jiwa dengan kepadatan cukup tinggi yaitu sekitar 376 jiwa/Km2. Sedangkan untuk
kecamatan dengan penduduk paling sedikit di Kabupaten Padang Lawas yaitu
terdapat di Kecamatan Sihapas Barumun yaitu sekitar 4.659 jiwa dan kepadatan
penduduk paling rendah terdapat di Kecamatan Batang Lubu Sutan yang hanya 21
jiwa/Km2. Untuk distribusi penduduk di Kabupaten Padang Lawas dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Berdasarkan data tabel tersebut dapat dilihat bahwa distribusi penduduk paling tinggi
terdapat di Kecamatan Barumun yaitu sekitar 19,34%, sedangkan untuk distribus
penduduk paling sedikit yaitu berada pada Kecamatan Sihapas Barumun yaitu sekitar
2,01%.
Laporan Akhir | V - 79
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | V - 80
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
A. Sarana Pendidikan
Berdasarkan data tabel BPS Tahun 2013, dapat dilihat bahwa jumlah saran
pendidikan di Kabupaten Pdang Lawas masih tergolong kurang tersebar dan
memadai pada tiap kecamatan yang ada. Untuk lebih jelasnya persebaran dan
jumlah sarana pendidik yang terdapat di Kabupaten Padang Lawas yaitu sebagai
berikut.
Tabel 5.38 Jumlah Sarana Pendidikan di Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013
1 Sosopan 12 2 1
2 UluBarumun 14 1 1
3 Barumun 29 4 1
4 Barumun Selatan 6 1 1
5 LubukBarumun 14 3 -
6 Sosa 23 6 1
7 BatangLubuSutam 9 2 -
8 HutarajaTinggi 25 4 1
9 Huristak 13 3 -
10 Barumun Tengah 18 2 1
11 Aek Nabara Barumun 10 2 -
12 Sihapas Barumun 5 1 1
Total 178 31 8
Sumber : Data BPS Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013
Berdasarkan data tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah sarana pendidikan
yang banyak dijumpai di Kabupaten Padang Lawas yaitu SD yang mencapai 178
unit dan tersebar di setiap kecamatan. Sarana pendidik SD yang cukup banyak
terdapat di Kecamatan Barumun yaitu sekitar 29 unit dan untuk SMP paling
Laporan Akhir | V - 81
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Tabel 5.39 Kondisi Jaringan Jalan di Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013
Jenis Jalan
Total
No Kondisi Permukaan Jalan Jalan Jalan
Jalan Negara (Km)
Provinsi Kabupaten
(Km)
(Km) (Km)
1 Baik - 61,06 203,13 264,19
2 Sedang - 47,38 196,47 243,85
3 Rusak - 23,03 177,01 200,04
4 Rusak Berat - 45,63 142,68 188,31
5 Tidak dirinci - - - -
Total - 177,10 719,30 896,40
Sumber : Data BPS Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013
Berdasarkan data tabel tersebut dapat dilihat bahwa kondisi jaringan jalan yang baik
terdapat sekitar 264,19 Km, dan untuk kondisi jaringan jalan yang rusak berat
terdapat sekitar 188,31 Km. Untuk kontruksi jaringan jalan yang ada di Kabupaten
Padang Lawas bermacam-macam yaitu mulai dari kerikil, beraspal, tanah dan
lainnya. untuk lebih jelasnya dapat dilihat padat tabel berikut ini.
Laporan Akhir | V - 82
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Tabel 5.40 Kontruksi Jaringan Jalan di Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013
Jenis Jalan
Jalan Jalan Total
No Konstruksi Permukaan Jalan Jalan Negara
Provinsi Kabupaten (Km)
(Km)
(Km) (Km)
1 Beraspal - 177,10 226,1 403,20
2 Kerikil - - 259,54 259,54
3 Tanah - - 229,67 229,67
4 Tidak dirinci - - 3,98 3,98
Total - 177,10 719,305 896,405
Sumber : Data BPS Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013
Berdasarkan data tabel tersebut dapat dilihat bahwa panjang jaringan jalan yang di
bangun dengan menggunakan aspal adalah sekitar 403,20 Km, dan kerikil sekitar
259,54 Km.
Pemandian Sijorni;
Sejumlah Pantai hasil olahan Masyarakat yang diolah dari keindahan Sungai
Barumun Yang ada Di padang lawas Seperti Pantai Joker.
Selain objek wisata alam Kabupaten Padang Lawas juga mempunyai objek wisata
sejarah seperti :
Laporan Akhir | V - 83
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Menuju lokasi candi, jalan aspal hanya sampai di Desa Binanga dan melewati jalan
desa sepanjang tiga km. Kemudian meniti jembatan gantung yang berada di atas
sungai Barumun. Komplek candi berjarak 250 meter dari pinggir aliran Sungai
Barumun.
Sejumlah pendapat mengatakan, lokasi tersebut merupakan titik awal dari asal-usul
manusia jaman dahulu memasuki wilayah Padanglawas dan sekitarnya, karena pada
saat itu perjalanan hanya dapat dilalui melalui jalur laut dan sungai.
Laporan Akhir | V - 84
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Melihat keadaan lokasi dari luar komplek candi, kemungkinan kawasan yang jadi
perkampungan Desa Siparau dan didiami 160 KK tersebut, adalah bekas sebuah
benteng yang juga tempat pemujaan, karena masih terdapat bekas dinding dari bahan
tanah dan paret pembatas mengelilingi komplek candi diperkirakan seluas 100
hektar.
Hal ini sesuai dengan pendapat warga asli yang telah bertempat tinggal didaerah itu
sejak dari moyang mereka yang umumnya bermarga Harahap, Siregar, Hasibuan dan
Daulay. Beberapa kalangan menyebut Candi Sipamutung merupakan satu-satunya
candi yang didirikan Ummat Budha dan paling megah di antara candi yang terdapat
di Kabupaten Padang Lawas dan Padang Lawas Utara yang umumnya didirikan umat
Hindu.
Bentuk dan ukurannya terdiri dari sebuah biara induk menghadap ke timur dengan
denah bujur sangkar berukuran 11 X 11 meter, tinggi 13 meter. terdiri dari bagian
kaki, badan, dan atap. Sedangkan di kedua sisinya terdapat 6 biaro yang lebih kecil,
pada bagian bawahnya tersusun 16 buah stupa yang lebih kecil. Lima buah Biaro dari
bata dan sebuah dari batu andesit.
Biaro-biaro yang terbuat dari bata adalah Biaro perwara di sebelah timur candi induk
berbentuk mandapa berdenah segi empat berukuran 10,25 X 9,9 meter, tinggi 1,15
meter. Kompleks candi ini dikelilingi tembok berukuran 74 x 74 meter dengan pintu
masuk sejenis gapura.
- Candi Manggis ;
Laporan Akhir | V - 85
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
- Candi Stopayan;
- Candi Paya;
- Candi Pulo;
Namun popularitas candi Sipamutung yang menjadi pelengkap cagar budaya dan
keindahan alam Bumi Padang lawas itu tertinggal dari candi yang lainnya. Hal ini
disebapkan sarana perhubuhungan menuju situs budaya tersebut belum tersentuh
pembangunan dan hal ini menjadi salah satu pemicu pesona wisata candi sipamutung
kian terlupakan.
Selain itu, kesadaran warga setempat untuk ikut memelihara situs kuno tersebut
masih kurang. Lingkungan candi yang dipagar dengan kawat berduri telah rusak,
sehingga kerbau piaraan wargapun masuk dan merumput di lokasi candi.
Di Kabupaten Padang Lawas banyak terdapat potensi wisata khususnya wisata wisata
alam dan wisata budaya. Potensi-potensi ini belum sempat dikelola oleh pemerintah
secara maksimal. Beberapa tempat Wisata di Kabupaten Padang Lawas antara lain
sebagai berikut:
Laporan Akhir | V - 86
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya
buatan. Pengelolaan kawasan lindung secara baik dan benar, dapat mengurangi
tingkat bahaya bencana alam yang ditimbulkan seperti banjir, longsor, pendangkalan
waduk, kekeringan, dan sebagainya. Selain bencana alam kerusakan kawasan lindung
juga menimbulkan bencana sosial akibat hilangnya aset hidup yang seharusnya
diperoleh masyarakat.
Berdasarkan acuan penetapan kawasan hutan lindung dalam RTRW Nasional dan
RTRW Provinsi Riau, juga memperhatikan hasil analisis kesesuaian lahan
(berdasarkan Keppres No 32 Tahun 1990) di wilayah Kabupaten Rokan Hulu, maka
sebaran kawasan hutan lindung di Kabupaten Rokan Hulu meliputi :
Kawasan Hutan Lindung Sungai Mahato dengan luas kurang lebih 28.800
(dua puluh delapan ribu delapan ratus) hektar terletak di Kecamatan Tambusai
Utara dan Kecamatan Tambusai
Kawasan Hutan Lindung Bukit Suligi dengan luas kurang lebih 23.731 (dua
puluh tiga ribu tujuh ratus tiga puluh satu) hektar terletak di:
c. Kecamatan Tandun
d. Kecamatan Kabun
Laporan Akhir | V - 87
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Kawasan Hutan Lindung Sungai Rokan dengan luas kurang lebih 16.254
(enam belas ribu dua ratus lima puluh empat) hektar meliputi:
Kawasan hutan lindung mahato ternyata berdasarkan data tahun 2012, yang dulunya
hutan sudah beralih fungsi menjadi kawasan perkebunan sawit yang dikuasai oleh PT
Turganda; Habitat langka dan termasuk dilindungi yang dulunya banyak terdapat di
kawasan hutan lindung seperti gajah, ikan arwana, badak, dan lainnya sekarang telah
tidak ditemukan lagi jejaknya dalam kawasan mahato tersebut; Ikan arwana yang
dulu banyak terdapat di sungai mahato, saat ini sudah mulai berkurang akibat dari
perubahan guna lahan yang semakin lama semakin berkembang menjadi perkebunan;
2. Perubahan kawasan hutan mahato yang dirinci mulai tahun 1990-2012 telah
berubah cukup signifikan menjadi lahan perkebunan, semak belukar, tanah
terbuka, pertanian lahan kering yang bercampur dengan semak belukar;
(sumber : berdasarkan data perubahan guna lahan di kawasan hutan mahato
yang dikeluarkan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Riau);
3. Akses menuju kawasan Hutan Mahato cukup sulit dijangkau, selain karena
jaringan jalan yang berupa tanah kuning, namun juga banyak terdapat pintu-
pintu masuk yang dikelola oleh perusahan perkebunan sawit (PT.Turganda);
Laporan Akhir | V - 88
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Gambar 5.22 Visualisasi beberapa pintu palang dari PT. Turganda yang merupakan
akses menuju kawasan hutan mahato
7. Pada kawasan sekitar hutan mahato saat ini juga sudah banyak terbangun
kawasan permukiman dan pendidikan;
8. Habitat langka seperti ikan arwana yang sering ditemukan di sungai mahato,
saat ini sudah mulai berkurang jumlah dan sebarannya. Namun telah banyak
berkembang dan terdapat penangkarannya pada kawasan di luar hutan mahato
yaitu berada pada “Danau Seribu”;
Laporan Akhir | V - 89
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
9. Habitat seperti gajah yang bahwasannya dulu pernah ada di kawasan hutan
mahato, saat ini semakin kritis dan keberadaannya semakin tidak terlihat
jejaknya;
Gambar 5.23 Visualisasi beberapa sarana yang telah tumbuh disekitar kawasan hutan
mahato yaitu seperti sarana peribadatan dan sarana pendidikan
10. Kawasan hutan mahato yang ditetapkan sebagai KSN oleh pemerintah pusat
dari tahun 1983 (SK Menhut 673), namun pada saat sekarang ini yang telah
banyak mengalami perubahan penggunaan lahannya tetap saja tidak
memberikan pemasukan yang signifikan terhadap PAD di Kabupaten Rokan
Hulu, padahal perubahan guna lahan di kawasan hutan mahato tersebut
sebagian besar bersifat illegal dan dikembangkan serta dikuasai besar-besaran
oleh PT. Turganda saat ini.
Gambar 5.24 Visualisasi kawasan hutan mahato yang telah berubah fungsi menjadi
kawasan perkebunan dan semak belukar
Laporan Akhir | V - 90
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Tabel 5.41 Perubahan Penutupan Lahan (Land Cover) Di Hutan Lindung Sungai Mahato Kabupaten Rokan Hulu-
Provinsi Riau Tahun 1990 – 2012
TAHUN
NAMA
LUAS
KAWASAN
1990 2000 2003 2006 2009 2011 2012
Tanah Terbuka Tanah Terbuka Tanah Terbuka Tanah Terbuka Tanah Terbuka 34,05
Hutan Tanaman Hutan Tanaman Hutan Tanaman Hutan Tanaman Perkebunan Perkebunan 0,22
Tanah Terbuka Tanah Terbuka Tanah Terbuka Tanah Terbuka Tanah Terbuka Tanah Terbuka Tanah Terbuka 146,55
Laporan Akhir | V - 91
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
TAHUN
NAMA
LUAS
KAWASAN
1990 2000 2003 2006 2009 2011 2012
Hutan Rawa
Perkebunan Perkebunan Perkebunan Perkebunan Perkebunan Perkebunan 3.753,76
Sekunder
Hutan Rawa Hutan Rawa
Tanah Terbuka Tanah Terbuka Tanah Terbuka Tanah Terbuka 462,59
Sekunder Sekunder
Semak/Belukar Semak/Belukar Semak/Belukar
Semak/Belukar Rawa 26,60
Rawa Rawa Rawa
Pertanian Lahan Pertanian Lahan Pertanian Lahan
Pertanian Lahan Pertanian Lahan Pertanian Lahan
Kering Kering Kering
Kering bercampur Kering bercampur Kering bercampur 6.091,07
bercampur bercampur bercampur
dengan Semak dengan Semak dengan Semak
dengan Semak dengan Semak dengan Semak
Pertanian Pertanian Lahan Pertanian Lahan Pertanian Lahan Pertanian Lahan Pertanian Lahan Pertanian Lahan
94,16
Lahan Kering Kering Kering Kering Kering Kering Kering
Pertanian
Lahan Kering
Perkebunan Perkebunan Perkebunan Perkebunan Perkebunan Perkebunan 678,86
bercampur
dengan Semak
Sumber : DinasKehutan Provinsi Riau Tahun 2013
Laporan Akhir | V - 92
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Gambar 5.25 Peta Citra Landsat di Kawasan Lindung Mahato Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau
Laporan Akhir | V - 93
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Gambar 5.26 Peta Kawasan Inti Hutan Lindung Mahato Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau
Laporan Akhir | V - 94
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Berdasarkan kajian terhadap KSN Mahato yang disusun saat ini, maka perlu adanya
tinjaun terhadap kebijakan spasial yang terdiri dari RTRW Nasioanl, Provinsi, dan
juga Kabupaten/Kota. Dan kebijakan sektoral yanterdiri dari industri, ESDM, dan
lainnya. untuk lebih jelas dapat dilihat pada rincian yang disusun berikut ini.
Dalam rangka perwujudan pengembangan KSN secara efisien dan efektif yang
penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR)-nya diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (PP 26/2008),
perlu suatu proses perencanaan untuk masing-masing KSN secara baik dan benar
serta implementasi RTR KSN yang disepakati oleh semua pemangku kepentingan
baik di pusat maupun daerah. Oleh karena itu, diperlukan acuan dalam penyusunan
RTR KSN dengan memperhatikan berbagai peraturan perundang-undangan terkait.
Dengan adanya pedoman penyusunan RTR KSN, diharapkan dapat mengakomodasi
kebutuhan peraturan pelaksanaan dalam rangka implementasi UU 26/2007.
Laporan Akhir | V - 95
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Kawasan Perkotaan/Metropolitan
Kawasan Industri
2. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup;
Kawasan Perbatasan
Dasar Pemikiran Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional yaitu
sebagai berikut ini :
Laporan Akhir | V - 96
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Rencana umum tata ruang belum dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang; dan/atau
Rencana umum tata ruang mencakup wilayah perencanaan yang luas dan
skala peta dalam encana umum tata ruang tersebut memerlukan perincian
sebelum dioperasionalkan.
Luas fisik kawasan strategis tersebut relatif kecil dan membentuk suatu
enclave, dan dalam kawasan strategis tersebut tidak terdapat penduduk
atau jumlah penduduknya sangat sedikit sekali, sehingga “turut
campurnya” pemerintahan yang lebih tinggi tidak akan mengganggu
jalannya pemerintahan daerah terkait.
Laporan Akhir | V - 97
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Rencana kawasan lindung terkait Pulau Sumatera berdasarkan RTRWN dapat dilihat
pada tabel berikut:
Laporan Akhir | V - 98
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera berkedudukan sebagai rencana rinci RTRWN
dan acuan bagi penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi dan Rencana Tata
Laporan Akhir | V - 99
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Ruang terbuka hijau kota ditetapkan 30% dari luas wilayah dengan
dominasi komunitas tumbuhan yang dapat berbentuk satu hamparan,
berbentuk jalur dan atau kombinasi keduanya.
a. Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus)
meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau
b. Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya
curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan
kondisi fisik pantai.
puluh) meter sampai dengan 100 (seratus) meter dari titik pasang air danau
atau waduk tertinggi; atau sepanjang tepian danau atau waduk yang
lebarnya proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik danau atau
waduk.
Ruang terbuka hijau kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2)
huruf d ditetapkan dengan kriteria:
a. Lahan dengan luas paling sedikit 2.500 (dua ribu lima ratus) meter
persegi;
a. Cagar biosfer;
b. Ramsar;
g. Kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi
Masukan kebijakan yang terdapat pada RTRW Provinsi Riau yaitu berupa strategi-
strategi pengembangan wilayahnya dengan ditunjang oleh sasaran kewilayahanan
yaitu sebagai berikut ini;
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya
buatan. Pengelolaan kawasan lindung secara baik dan benar, dapat mengurangi
tingkat bahaya bencana alam yang ditimbulkan seperti banjir, longsor, pendangkalan
waduk, kekeringan, dan sebagainya. Selain bencana alam kerusakan kawasan lindung
juga menimbulkan bencana sosial akibat hilangnya aset hidup yang seharusnya
diperoleh masyarakat. Pada bagian berikut ini akan diidentifikasi penetapan kawasan
lindung di wilayah Kabupaten Rokan Hulu hingga tahun 2032.
Penilaian ulang terhadap hutan lindung didasarkan pada kriteria penilaian sebagai
berikut :
1. Kawasan hutan yang memiliki faktor kelerengan, jenis tanah, dan intensitas
hujan dengan jumlah hasil perkalian bobotnya ≥ 175;
3. Kawasan hutan yang berada pada ketinggian ≥ 2.000 meter di atas permukaan
laut.
Berdasarkan acuan penetapan kawasan hutan lindung dalam RTRW Nasional dan
RTRW Provinsi Riau, juga memperhatikan hasil analisis kesesuaian lahan
(berdasarkan Keppres No 32 Tahun 1990) di wilayah Kabupaten Rokan Hulu,
maka sebaran kawasan hutan lindung di Kabupaten Rokan Hulu meliputi :
Kawasan Hutan Lindung Sungai Mahato dengan luas kurang lebih 28.800
(dua puluh delapan ribu delapan ratus) hektar terletak di Kecamatan Tambusai
Utara dan Kecamatan Tambusai
Kawasan Hutan Lindung Bukit Suligi dengan luas kurang lebih 23.731 (dua
puluh tiga ribu tujuh ratus tiga puluh satu) hektar terletak di:
c. Kecamatan Tandun
d. Kecamatan Kabun
Kawasan Hutan Lindung Sungai Rokan dengan luas kurang lebih 16.254
(enam belas ribu dua ratus lima puluh empat) hektar meliputi:
Kawasan ini difungsikan untuk meresapkan dan menyimpan air hujan pada
waktu musim hujan yang menjadi cadangan pada musim kemarau. Penetapan
kawasan resapan air juga ditujukan sebagai upaya konservasi sumberdaya air
untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup.
Kriteria kawasan resapan air adalah curah hujan yang tinggi, struktur tanah
yang mudah meresapkan air dan bentuk geomorfologi yang mampu
meresapkan air hujan secara besar-besaran. Perlindungan terhadap kawasan
resapan air dilakukan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air
hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan, kebutuhan air tanah
dan penanggulangan banjir baik untuk kawasan bawahannya maupun kawasan
yang bersangkutan.
Dari pengamatan lapangan kawasan resapan air tanah umumnya berada pada
daerah hutan lindung, hal ini sangat baik karena alih fungsi lahan di wilayah
tersebut akan sangat sulit sehingga kelestariannya akan mudah terjaga.
Litologi atau batuan penyusun kawasan ini dominannya berupa batuan
gunung api tua dan muda, sedimen dan metamorfik, retakan, tanah pelapukan
dari kelompok batuan tersebut akan mampu menjadi resapan air tanah dan
mata air yang berada di bawahnya.
Berdasarkan kondisi ini maka kawasan resapan air tanah meliputi Kecamatan
Bonai Darussalam, Kecamatan Kabun, Kecamatan Pendalian IV Koto,
Berdasarkan data hasil Pola Ruang dari RTRW Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2012-
2032, dimana Kawasan Hutan Lindung Mahato di arahkan sebagai :
Sempadan Sungai;
Hutan lindung adalah kawasan yang memiliki sifat khas yang mampu
memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahnya sebagai
pengatur tata air, pencegahan banjir, erosi dan memelihara kesuburan tanah.
Kawasan hutan lindung di Kabupaten Padang Lawas adalah seluas 43.531 Hektar.
Kawasan hutan lindung ini terdapat di:
- Kec. Batang Lubu Sutam dengan luas lebih kurang 17.047 ha.
Kabupaten Padang Lawas terdapat sungai utama yaitu Sungai Barumun. Sungai
ini memberi kemakmuran bagi masyarakat di sekitarnya untuk bercocok tanam
dan sebagai sumber air minum atau air baku. Oleh karena itu, kawasan sempadan
sungai sejauh 100 meter dari tepi sungai harus dilestarikan. Luas kawasan
sempadan sungai sekitar 8.755 (delapan ribu tujuh ratus lima puluh lima) ha
yang tersebar di sepanjang sungai-sungai yang ada di Kabupaten Padang Lawas
yang dimulai dari daerah hulu sungai hingga ke muara. Kawasan ini perlu
menjadi perhatian agar tidak terjadi pemukiman liar di sepanjang sungai yang
dapat mengotori sungai dan menghambat aliran air. Pengelolaan kawasan ini
perlu diarahkan untuk menjaga optimalisasi aliran sungai, kesinambungan
debit air, dan sanitasi air sungai.
Dalam hal ini di Kabupaten Padang Lawas terdapat kawasan suaka alam.
Kawasan Suaka alam adalah kawasan yang memiliki ekosistem khas yang
merupakan habitat alami yang memberikan perlindungan bagi perkembangan
flora fauna yang khas dan beraneka ragam. Kawasan suaka alam terdiri dari
cagar alam, suaka margasatwa, hutan wisata, daerah perlindungan satwa dan
daerah pengungsian satwa. Sesuai dengan tujuan perlindungan hutan suaka
alam yaitu “melindungi keanekaragaman biota tipe ekosistem gejala dan
keunikan alam bagi kepentingan plasma nuthfah pada khususnya, ilmu
pengetahuan dan pembangunan pada umumnya”. Kawasan Suaka Alam di
wilayah Kabupaten Padang Lawas mempunyai luas sebesar lebih kurang
27.317 ha. Kawasan Suaka Alam ini terdapat di :
- Kec. Barumun
- Kec. Sosa
- Revitalisasi sungai
Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya
manusia, dan sumberdaya buatan. Kawasan budidaya merupakan kawasan di luar
kawasan lindung. Penetapan kawasan budidaya dititikberatkan pada usaha
untuk memberikan arahan pengembangan berbagai kegiatan budidaya sesuai
Nilai strategis di kawasan inti sangat berkaitan dengan peranan KSN Mahato yang
telah dijelaskan sebelumnya. Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 26
tahun 2008 pasal 80, Hutan Lindung Mahato merupakan aset nasional berupa:
Berikut ini adalah beberapa fakta dan analisa yang terjadi dan didapat pada KSN
Mahato, yaitu:
Pada DAS mahato yang aliran air sungainya melewati kawasan lindung,
dimana telah banyak berubah fungsi kawasan menjadi perkebunan sawit;
Potensi bibit ikan arwana yang dahulu banyak dijumpai dan ditemukan di
sungai mahato, saat ini telah berkurang, karena adanya perubahan lahan
dan pengambilan bibit ikan arwana yang tidak menjaga kelestariannya;
di Mahato (10 ekor), Koto Tengah (6), Baleraja (45-50), Giam Siak Kecil
(20), Petapahan (20), Tesonilo Utara dan Tesonilo Selatan (200), Serangge
(45-50), dan Pemayungan (50); dan
Terancamnya habitat gajah dan ancaman lain yang tidak kalah serius
adalah konflik berkepanjangan dengan pembangunan serta perburuan
ilegal gading gajah.
Arwana Golden Red Mahato sudah sangat dikenal di kalangan hobi ikan
hias dan perdagangan arwana baik lokal, nasional maupun internasional;
Habitat berupa DAS Mahato (sungai Mahato dan rawa Seribu). Tipe
habitat perairan berupa hutan rawa dan DAS Mahato yang bervegetasi
berupa pandan (Pandanus sp.), rerumputan (Graminae), bakung (Liliacea),
dan tanaman lainnya yang terendam air. Keasaman air : 5-5,5 dimusim
hujan. Kondisi air yang semula relatif bening (sekarang keruh karena
pengaruh erosi dan pencemaran limbah pabrik pengolahan kelapa sawit),
sehingga menurunkan jumlah habitat ikan arwana golden red tersebut; dan
Akibat pencemaran air sungai mahato, maka induk ikan arwana di lokasi
ini terinformasikan banyak mati karena dampak dari pencemaran pabrik
kelapa sawit Selain itu masih adanya aktivitas memancing ikan yang
dilakukan pendatang (bukan penduduk setempat) mengambil induk ikan
arwana terkadang untuk dikonsumsi karena ketidak tahuan.
Jika kawasan penyangga ditata, maka fungsi kawasan lindung akan terjaga. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa nilai strategis dari kawasan penyangga KSN
Mahato yaitu:
Isu strategis nasional dapat berasal dari cara pandang Pemerintah terhadap potensi
maupun permasalahan di daerah yang dianggap memiliki nilai strategis nasional
(pendekatan top down), dan/atau berdasarkan permasalahan yang diusulkan oleh
daerah yang menjadi kewenangan Pemerintah untuk diangkat menjadi isu strategis
nasional (pendekatan bottom up). Dalam materi teknis ini, isu strategis berasal dari
studi literatur dan pemahaman terhadap wilayah studi. Isu strategis yang dimaksud
adalah permasalahan yang ditimbulkan dari kegiatan dari luar kawasan hutan lindung
yang bisa mengganggu fungsi hutan lindung tersebut. Beberapa isu permasalahan
strategis tersebut diantaranya:
b. Ada ruang jelajah gajah yang berada pada kawasan penyangga yang sudah
berkembang menjadi kawasan permukiman (www.wwf.or.id, 2006)
Isu strategis tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga isu besar, yaitu isu
lingkungan, ekonomi (berkaitan dengan mata pencaharian masyarakat) dan isu spasial
(berkaitan dengan permukiman penduduk yang mengganggu kawasan lindung). Isu
A. Kawasan Inti
Potensi Kawasan Inti
1. Merupakan Salah Satu Dari 3 Hutan Yang Terdapat Di Kab Rokan Hulu
Yaitu Hl Mahato Seluas 28.321,16 Ha, Hl Rokan Seluas 19.809.55 Ha
Dan Hl Suligi Seluas Seluas 25.145.31 Ha;
a. Aspek Spasial
Masih ada sekitar 4.800 Ha lahan hutan lindung yang masih bisa
dilindungi.
b. Aspek A Spasial
b. Aspek A Spasial
B. Kawasan Penyangga
Potensi Kawasan Penyangga
Delineasi KSN Mahato merupakan batas yang ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu
yang digunakan sebagai batas wilayah perencanaan KSN. Delineasi KSN Mahato
mencakup kawasan yang mempunyai kawasan inti dan kawasan penyangga.
Dalam delineasi KSN Mahato ini dibatasi pada delineasi Kawasan Penyangga. Oleh
karena itu, kriteria yang ditetapkan pada kajian ini hanya kriteria delineasi kawasan
penyangga. Sedangkan delineasi zona inti mengacu pada SK Kementrian Kehutanan
Nomor SK.878/Menhut-II/2014.
a. Kawasan inti pada kawasan hutan lindung yaitu kawasan dengan batas
tertentu sebagai kawasan hutan lindung-taman nasional sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan;
a. Keadaan fisik satuan lahan memungkinkan untuk dilakukan budi daya secara
ekonomis.
KSN Mahato merupakan salah satu kawasan hutan lindung di Provinsi Riau.
Kawasan hutan lindung ini ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia Nomor : SK.878/Menhut-II/2014 Tentang Kawasan Hutan
Provinsi Riau Menteri Kehutanan Republik Indonesia, yang kemudian dalam kajian
ini disebut dengan KSN Mahato. Dalam SK tersebut ditetapkan batas delineasi zona
inti KSN Mahato.
Kawasan fungsi penyangga adalah suatu wilayah yang dapat berfungsi lindung dan
berfungsi budi daya, letaknya di antara kawasan fungsi lindung dan kawasan fungsi
budi daya seperti hutan produksi terbatas, perkebunan (tanaman keras), kebun
campur, dan lain-lainnya yang sejenis. Seperti yang disebutkan sebelumnya, delineasi
dilakukan dengan menggunakan pendekatan batas administrasi kecamatan agar batas
delineasi kawasan penyangga jelas. Berdasarkan analisis yang dilakukan, delineasi
kawasan penyangga alternatif ke dua ini meliputi batas administrasi Kecamatan
Tambusai Utara dan Rokan Hulu, Provinsi Riau, dan Kecamatan Barumun Tengah
dan Sosa Provinsi Sumatera Utara.
dua ini meliputi batas administrasi Kecamatan Tambusai Utara daokan Hulu, Provinsi
Riau), dan Kecamatan Barumun Tengah dan Sosa (Provinsi Sumatera Utara).
Sistem wilayah sungai berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Rokan. Penetapan
proporsi luas kawasan hutan terhadap luas daerah aliran sungai (DAS)
dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan tata air. Selain ketentuan tersebut,
penetapan kawasan ruang terbuka hijau juga didasarkan pada pertimbangan
bahwa sebagian besar wilayah daratan Kabupaten Rokan Hulu mempunyai
konfigurasi daratan yang berbukit dan bergunung serta memiliki intensitas curah
hujan cukup tinggi yang peka terhadap gangguan keseimbangan tata air seperti
banjir, erosi, sedimentasi dan rawan kekurangan air.
Distribusi luas kawasan hutan disesuaikan dengan kondisi daerah aliran sungai
antara lain, morfologi, jenis batuan, serta bentuk pengaliran sungai dan anak-
anak sungai. Dengan demikian kawasan hutan tidak harus terdistribusi secara
merata pada setiap wilayah administrasi yang ada di daerah aliran sungai.
Kawasan hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau kelompok masyarakat
tertentu untuk dilindungi, agar fungsi-fungsi ekologisnya --terutama menyangkut
tata air dan kesuburan tanah tetap dapat berjalan dan dinikmati manfaatnya oleh
masyarakat di sekitarnya.
Pada kawasan hutan lindung mahato perlu adanya perlindungan terhadap tata air
sebagai salah satu cara dalam menjaga dan memelihara kualiatas air bagi
kebutuhan wilayah bawahannya. Hal yang perlu dijaga dalam melindungi
kawasan tata air di KSN Mahato adalah:
Hal utama yang perlu dilakukan segera untuk melindungi dan menyelamatkan
serta melindungi habitat gajah di Indonesia (termasuk untuk habitat gajah
kawasan hutan mahato) adalah:
Mensinergikan habitat dan koridor gajah dalam program tata ruang dan
pembangunan nasional, provinsi serta kabupaten/kota di Indonesia (termasuk
untuk habitat gajah kawasan hutan mahato).
Akibat pencemaran air sungai mahato, maka induk ikan arwana di lokasi ini
terinformasikan banyak mati karena dampak dari pencemaran pabrik kelapa
sawit. Selain itu masih adanya aktivitas memancing ikan yang
dilakukan pendatang (bukan penduduk setempat) mengambil induk ikan arwana
terkadang untuk dikonsumsi karena ketidak tahuan. Upaya yang harus segera
dilakukan dan ditanggapi untuk melindungi habitat dari ikan arwana golden-red
mahato yaitu :
Gambar 5.30 Upaya Penangkaran Ikan Arwana Golden-Red Mahato yang dapat oleh
Masyarakat sekitar
Dari 3 (tiga) hal Penetapan Delineasi Kawasan Penyangga yang telah dijelaskan
tersebut, maka dapat dilihat rincian setiap penetapan deliniasi kawasan
penyangga tersebut pada gambar-gambar peta berikut ini.
B. Pendekatan Ecoregion
b. Sumber daya alam terutama udara, air dan tanah memiliki ambang batas di
mana penggunaannya cenderung menurunkan kualitas dan kuantitasnya;
1) pertumbuhan ekonomi,
a. Penataan ruang yang berdaya guna dan berhasil guna, artinya penataan
ruang yang mewujudkan kualitas ruang yang sesuai dengan potensi dan
fungsi ruang;
b. Penataan ruang yang terpadu, artinya penataan ruang yang dianalisis dan
dirumuskan menjadi satu kesatuan dari berbagai kegiatan pemanfaatan ruang
yang dilaksanakan oleh Pemerintah maupun masyarakat;
infrastruktur, dan aspek zona pemanfaatan. Untuk lebih jelasnya tujuan masing-
masing konsep pengembangan kawasan penyangga dapat dilihat pada tabel berikut.
Kawasan Inti
Wil.Pelayanan
Wil.Pelayanan
Wil.Pelayanan
Pengelolaan kawasan penyangga KSN Mahato dibagi menjadi 3 zona yang saling
berhubungan seperti terlihat pada Gambar dibawah yaitu zona inti (core area),
Kawasan Penyangga (buffer area), dan zona transisi (transition area).
Kawasan inti (Core Area) adalah kawasan konservasi atau kawasan lindung
dengan luas yang memadai, mempunyai perlindungan hukum jangka panjang,
untuk melestarikan keanekaragaman hayati beserta ekosistemnya.
Kawasan penyangga (Buffer Zone) adalah wilayah yang mengelilingi atau
berdampingan dengan area inti dan teridentifikasi, untuk melindungi area
intidari dampak negatif kegiatan manusia. Dimana hanya kegiatan-kegiatan
yang sesuai dengan tujuan konservasi yang dapat dilakukan. Beberapa
kegiatan yang berada di Kawasan Penyangga meliputi:
a. Zona Perlindungan Setempat;
b. Pusat Penelitian;
d. Permukiman; dan
Dalam pengembangan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Mahato, maka perlu dilihat
berdasarkan tujuan, kebijakan, serta strategi arahan pengembangan yang akan
ditetapkan pada KSN Mahato tersebut.
5.6.1. Tujuan
Faktor-faktor yang melandasi tujuan pengembangan kawasan penyengga KSN
Mahato adalah:
a. Peningkatan SDM
Sumber daya manusia sangatlah penting dalam mengoptimalkan pengelolaan dan
pengendalian pengembangan kawasan sekitar Hutan Lindung Mahato yang
menjadi Kawasan Strategis Nasional.
b. Partisipasi Masyarakat terhadap Lingkungan
Partisipasi dan kepedulian masyarakat terhadap Kawasan Strategis Nasional
Hutan Mahato dalam perencanaan dan pengembangannya lebih mengutamakan
kebutuhan dan perlindungan terhadap SDA yang terkandung didalamnya.
c. Perlindungan tata air
Air adalah kebutuhan dasar bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Sebagai
sumber kehidupan, keberadaan dan ketersediaan air dalam jumlah dan kualitas
yang cukup adalah mutlak adanya. KSN Mahato adalah kawasan hutan yang
5.6.2. Kebijakan
Kebijakan yang dilakukan dalam pengembangan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Mahato yaitu sebagai berikut:
c. Tidak memberi izin pemanfaatan ruang seperti industri skala besar, industri
pertambangan, dan kagiatan lainnya yang dapat merusak lingkungan serta
kawasan inti.
5. Untuk mengembangkan infrastruktur yang tidak mengganggu kawasan inti,
dimana dengan cara ;
a. Membangun jaringan jalan yang tidak masuk kedalam kawasan inti yaitu
kawasan lindung agar ekosistem dan kondisi alam yang ada tidak berubah
nantinya;
b. Tidak membuka jaringan jalan baru pada kawasan inti, namun hanya
memperbaiki jaringan jalan yang telah ada;
c. Tidak mengijinkan pembangunan infrastruktur yang pada jangka panjang
dapat berdampak terhadap penurunan kualitas lingkungan di kawasan inti,
seperti industri, TPA, dan lain sebagainya;
d. Memberikan batasan dan juga sempadan deliniasi wilayah yang bisa
dikembangkan pada sekitar kawasan inti.
7. Adanya aturan tegas yang memberikan kekuatan kuat untuk menjaga dan
melestarikan Kawasan Strategis Nasional Mahato, yaitu dengan cara ;
a. Menyusun dan membuat aturan-aturan tegas terhadap pelestarian Kawasan
Strategis Nasional Mahato berdasarkan masukan aturan yang ditetapkan oleh
pemerintah pusat maupun daerah;
b. Menyusun tim khusus yang menangani pelestarian Kawasan Strategis
Nasional Mahato agar tidak rusak akibat kurangnya pengawasan dari pihak
yang berwenang.
Berdasarkan permasalahan utama Kawasan Penyangga KSN Mahato yaitu
merambahnya kegiatan di Kawasan Penyangga ke Kawasan Inti, sehingga
mengganggu fungsi kawasan inti sebagai kawasan lindung. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut dan mencapai tujuan pengembangan Kawasan Penyangga
KSN Mahato, maka dirumuskan strategi pengembangan Kawasan Penyangga KSN
Mahato. Strategi yang dirumuskan lebih cenderung pada optimalisa lahan. Adapun
strategi pengembangan tersebut adalah sebagai berikut:
2. Zona Tertatanya zona Menata Lahan Untuk Konservasi Penataan kawasan penyangga Pengembangan pertanian organik,
Pemanfaatan pemanfaatan di dan Ekonomi, utama sebagai jalur hijau untuk pemilihan jenis tanaman yang tidak
kawasan Menata permukiman di Kawasan mendukung perlindungan kawasan mengundang keluarnya satwa liar
penyangga Penyangga. inti. dari dalam kawasan
sehingga tidak Menata lahan produktif Penataan Kawasan Penyangga Mengoptimalkan produksi gabungan
mengganggu masyarakat, seperti hutan rakyat, transisi sebagai jalur tanaman kehutanan dan pertanian
kawasan inti kebun, sawah. keseimbangan antara kepentingan untuk memperbaiki kondisi hara,
dan jalur jelajah Mengembangkan pola lahan konservasi dan pengembangan mencegah erosi dan memperbaiki
gajah (home agroforestry, tidak monokultur. ekonomi masyarakat. kondisi lahan olahan serta
range) mengendalikan dan mengatur Sebagai fungsi penyangga sosial, menghasilkan pendapatan harian,
terhadap pertumbuhan kawasan maka Tipe Pemukiman dapat bulanan, dan tahunan.
budidaya pada zona-zona dikelola untuk pengembangan Pembangunan buffer di sepanjang
tertendu di kawasan penyangga pemukiman termasuksarana dan perbatasan kawasan lindung dengan
yang tidak mengganggu kawasan pra sarana yang dibutuhkan. pemukiman.
inti yaitu kawasan lindung; Penataan Kawasan Penyangga Mengarahkan pemanfaatan lahan di
sebagai penyangga sosial sekaligus desa-desa perbatasan bagi kegiatan
penyangga fisik atau ekologi. budidaya yang mendukung kegiatan
Dengan kedua fungsi penyangga konservasi
tersebut, maka tindakan
pengelolaan yang bisa dilakukan
antara lain pendampingan
pengembangan.
3. Infrastruktur Terciptanya Mengembangkan infrastruktur Peningkatan prasarana, sarana dan Pengendalian pengawasan, dan
infrastruktur kawasan yang ramah lingkungan. utilitas permukiman di desa-desa pembinaan kegiatan usaha dalam
yang ramah Artinya, infrastruktur yang Perbatasan; kawasan konservasi.
lingkungan dikembangkan tidak difungsikan Perbaikan jaringan jalan yang ada Mengembangkan industri kerajinan
untuk mengembangkan wilayah, pada kawasan inti dengan tidak yang ramah lingkungan pada sekitar
tetapi sebatas melayani membuka jaringan jalan baru pada kawasan lindung.
kebutuhan masyarakat setempat. kawasan inti tersebut; Mengatur jaringan jalan yang ada
Mengembangkan jaringan Perbaikan dan peningkatan akses disekitar kawasan lindung agar tidak
infrastruktur berwawasan jaringan jalan pada kawasan terjadi pembangunan jaringan jalan
lingkungan yang mendukung penyangga untuk peningkatan didalam kawasan lindung, sehingga
kegiatan di Kawasan penyangga pertumbuhan ekonomi masyarakat dapat mencegah pertumbuhan
A. Pusat-Pusat Pelayanan
Dalam penentuan pusat pelayanan di KSN Mahato ditetapkan seperti dibawah ini:
Primer
Pusat pelayanan primer di KSN Mahato ditetapkan dalam rangka mendukung
sistem perlindungan tata air, perlindungan habitat ikan arwana dan gajah
sumatera. Dengan kriteria kawasan yang merupakan zona resapan tinggi.
Pusat Pelayanan Primer di KSN Mahato meliputi :
1. Pusat Pelayanan Tambusai Utara, di Kabupaten Roka Hulu; dan
2. Pusat Pelayanan Barumun Tengah di Kabupaten Padang Lawas
Pusat pelayanan primer berfungsi sebagai :
a. Pusat pengamanan Hutan Lindung Mahato;
b. Pusat Konservasi keanekaragaman hayati;
c. Lembaga penyuluhan perkebunan
d. Lembaga pelatihan ekonomi kreatif yang tidak merusak kawasan inti
e. Pusat Pembudidayaan Ikan Arwana Golden Red Mahato
f. Pusat Penelitian Keanekaragaman Hayati
g. Pusat Pelatihan dan Penangkaran Gajah Sumatera
Sekunder
Pusat pelayanan sekunder di KSN Mahato ditetapkan untuk mendukung Pusat
Pelayanan Primer dengan kriteria kawasan yang meberikan pelayanan utama
terhadap kawasan peruntukan utama, perdagangan dan/atau jasa di kawasan
Mahato dan merupakan kawasan resapan sedang. Adapun pusat pelayanan
sekunder meliputi :
1. Pusat Pelayanan Tambusai di Kabupaten Rokan Hulu
2. Pusat Pelayanan Sosa di Kabupaten Padang Lawas
Pusat pelayanan sekunder berfungsi sebagai :
a. Pusat perdaganagan dan jasa;
Rencana struktur ruang pada kawasan penyangga, terdiri atas rencana sistem
jaringan transportasi sebagai prasarana utama, dan rencana pengembangan
prasarana lainnya, meliputi rencana pengembangan sistem jaringan
energi/kelistrikan, rencana sistem jaringan telekomunikasi, rencana sistem
jaringan sumber daya air, dan rencana sistem Jaringan prasarana wilayah lainnya
mencakup prasarana lingkungan, seperti air bersih, drainase, pengelolaan
persampahan, air limbah, listrik, dan telepon.
Jaringan Transportasi
Jaringan Listrik
Jaringan Telekomunikasi
Jaringan Persampahan
d. Adanya pengelolaan terhadap TPA yang dibangun dan yang telah ada,
agar lebih terjaga dan efisien penggunaan dan pengoperasiannya lebih
teratur, sehingga tidak membuat kawasan sekitarnya menjadi tercemar;
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya
buatan. Pengelolaan kawasan lindung secara baik dan benar, dapat mengurangi
tingkat bahaya bencana alam yang ditimbulkan seperti banjir, longsor, pendangkalan
waduk, kekeringan, dan sebagainya.
1. Kawasan hutan yang memiliki faktor kelerengan, jenis tanah, dan intensitas
hujan dengan jumlah hasil perkalian bobotnya ≥ 175;
3. Kawasan hutan yang berada pada ketinggian ≥ 2.000 meter di atas permukaan
laut.
Berdasarkan acuan penetapan kawasan hutan lindung dalam RTRW Nasional dan
RTRW Provinsi Riau, juga memperhatikan hasil analisis kesesuaian lahan
(berdasarkan Keppres No 32 Tahun 1990) di wilayah Kabupaten Rokan Hulu,
maka sebaran kawasan hutan lindung di Kabupaten Rokan Hulu meliputi :
Kawasan Hutan Lindung Sungai Mahato dengan luas kurang lebih 28.800
(dua puluh delapan ribu delapan ratus) hektar terletak di Kecamatan Tambusai
Utara dan Kecamatan Tambusai
pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai. Kecamatan Tambusai
Utara berupa Sungai Mahato yang merupakan anak sungai Rokan Kanan.
Dari data rencana zona pemanfaatan ruang kawasan penyangga di KSN Mahato
tersebut, maka dapat dilihat bahwa peruntukan lahan pada kawasan penyangga berupa
kawasan lindung dan budidaya dengan sub zona yang berbeda dan disesuaikan
dengan kondis lahan di KSN Mahato tersebut. Rencana pengembangan kawasan
penyangga KSN Mahato juga perlu adanya pengembangan rencana infrastruktur yang
sesuai dengan kebutuhan KSN Mahato, yaitu dengan cara pengaturan terhadap zona
infrastruktur yang telah ada dan dikembangkan rencana infrastruktur yang baru
seperti :
Untuk lebih jelasnya terkait dengan rencana zona pengembangan kawasan penyangga
di KSN Mahato tersebut yaitu dapat dilihat pada gambar-gambar peta berikut ini.
Gambar 5.39 Peta Rencana Infrastruktur Pengembangan Kawasan Penyangga KSN Mahato
Gambar 5.40 Peta Rencana Zona Pemanfaatan Ruang Kawasan Penyangga KSN Mahato
Dalam panduan muatan rencana tata ruang kawasan strategis nasional (RTR KSN)
diberikan arahan umum mengenai insentif-disinsentif untuk setiap tipologi KSN.
Arahan insentif-disinsentif ini terdapat dalam arahan mengenai pengendalian
pemanfaatan ruang untuk setiap tipologi KSN. Dengan demikian, untuk setiap
tipologi kawasan strategis nasional dibutuhkan arahan insentif-disinsentif yang
berbeda-beda tergantung tujuannya. Upaya mendorong pengembangan KSN ini
merupakan tanggung jawab Pemerintah, sementara untuk mendorong pengembangan
kawasan strategis provinsi/kabupaten/kota merupakan tanggung jawab masing-
masing pemerintah provinsi/Kabupaten/kota tersebut. Selain itu, perangkat insentif-
disinsentif ini juga dapat diterapkan untuk mendorong/mengendalikan
pengembangan-pengembangan kawasan lainnya di luar kawasan strategis tersebut.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam penerapan perangkat insentif-disinsentif
ini adalah keterpaduandari berbagai jenis insentif-disinsentif ini, baik yang diberikan
oleh Pemerintah Pusat (termasuk K/L Sektor), provinsi, kabupaten, kota dan
dampaknya terhadap pengembangan wilayah secara keseluruhan. Jangan sampai
penerapan insentif dalam suatu sektor tertentu malah memberikan dampak negatif
bagi pengembangan wilayah.
Adanya pemberian insentif dan disinsentif dalam pengendalian ruang untuk KSN
Mahato, dimana perlu melihat beberapa arahan yang bisa dijadikan acuan dalam
penyusunan dan pemanfaatan ruang KSN Mahato tersebut.
Pemberian insentif adalah dukungan dari pemerintah daerah kepada penanam modal
dalam rangka mendorong peningkatan penanaman modal di daerah kawasan
penyangga. Pemberian insentif ini dapat berbentuk :
m. Bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah, atau koperasi; atau industri
yang menggunakan barang modal, mesin, atau peralatan yang diproduksi di
dalam negeri.
Daerah yang akan memberikan insentif maupun kemudahan penanaman modal harus
membuat pengaturan mengenai kedua hal tersebut yang diatur dengan Perda (PP
45/2008 pasal 7) dan paling tidak memuat:
a. Tata cara,
b. Kriteria,
c. Dasar penilaian,
Untuk menjaga Kawasan Strategis Nasional (KSN) Mahato dimasa yang akan datang,
maka perlu adanya pengelolaan yang lebih lanjut serta berkelanjutan dengan adanyan
dukukungan dari berbagai pihak baik dari pemerintah pusat, daerah, serta masyarakat
sekitarnya. Berikut ini adalah beberapa arahan pengelolaan yang dapat diterapkan
dalam menjaga KSN Mahato dan sekitarnya yaitu sebagai berikut ini.
Penataan lahan produktif masyarakat, seperti hutan rakyat, kebun, sawah, yaitu
dengan cara pendampingan pengembangan pertanian organik, pemilihan jenis
tanaman yang tidak mengundang keluarnya satwa – satwa liar dan dilindungi dari
dalam kawasan mahato.
Adanya penanaman pohon kayu, bambu, rotan dan beberapa tumbuhan lain di
sekitar perairan, sehingga dengan begitu secara tidak langsung daun-daun yang
jatuh akan dijadikan makan oleh ikan arwana golden-red mahato tersebut. Pohon-
pohon yang ditanam, terangnya dapat menjadi penyangga (buffer) terjadinya
abrasi dipinggiran perairan sungai tempat habitat ikan Arwana Golden Fish dan
jenis arwana lainnya. Melakukan penangkaran terhadap ikan arwana golden-red
mahato tersebut, baik oleh pemerintah daerah maupun oleh masyarakat sekitar.
Berdasarkan hasil rencana yang dikeluarkan berdasarkan hasil yang telah dikaji baik
data sekunder maupun data primer, maka pada kawasan penyangga terdapat kawasan
budidaya dengan peruntukan yang telah tumbuh dan akan berkembang. Kawasan inti
adalah sebagai kawasan yang di jaga peruntukan ruangnya, sedangkan kawasan
penyangga adalah kawasan yang dikendalikan peruntukan ruangnya.
Berikut ini adalah gambar yang menjelaskan rencana zona pemanfaatan ruang pada
kawasan penyangga KSN Mahato yang dikeluarkan berdasarkan rencana pola ruang
yang telah disusun.
Indikasi program utama yang akan diterapkan pada KSN Mahato meliputi:
Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan . Kawasan lindung di KSN Mahato, meliputi:
Kawasan Budi Daya wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan
Tabel 5.48 Indikasi Program Kawasan Lindung dan Budi Daya KSN Mahato
Periode
Lokasi/
No Kawasan Indikasi Program 2015- 2020- 2025- 2030-
Kecamatan 2014
2019 2024 2029 2034
1 Kawasan Lindung
a. Kawasan yang Disepanjang a. Relokasi kawasan budidaya di
mempengaruhi sungai kecil dan sekitar sungai besar dan kecil;
daerah setempat sungai besar di b. Penetapan status pada kawasan
(jalur hijau sungai) KSN Mahato sempadan sungai; dan
c. Penetapan dan pelestarian budidaya
ikan arwana mahato yang ada di
sungai kecil dan besar mahato;
b. Kawasan lindung Pada Kawasan a. Relokasi Permukiman penduduk di
yang Inti Mahato kawasan lindung;
mempengaruhi b. Delineasi batas area perlindungan
bawahannya setempat pada Rencana Tata Ruang
(hutan); yang lebih rinci;
c. Pengendalian aktivitas budidaya
pada hutan berfungsi lindung yang
tersisa;
d. Rehabilitasi lahan kritis; dan
e. Reboisasi
c. Penataan Kawasan Pada Kawasan a. Penataan Kembali Fungsi Kawasan
Hutan Lindung Inti Mahato Hutan Lindung
b. Program Rehabilitasi dan
Pemantapan Fungsi Kawasan Hutan
lindung
d. Perwujudan Pada Kawasan a. Rehabilitasi dan Pemantapan
Kawasan Suaka Inti Mahato Kawasan Suaka Alam
Alam b. Revitalisasi Taman Kawasan Sungai
Lindung Mahato
c. Penataan Kembali Kawasan Wisata
Alam Hutan Lindung Mahato
d. Rencana Pengembangan Kawasan
Sempadan Sungai Berhutan Bakau
(HB)
e. Perwujudan Pada Kawasan a. Studi Penangaan Bencana di
Kawasan Rawan Inti dan Kwasan Kabupaten dan/atau Kota;
Bencana Alam Penyangga b. Sosialisasi Penanganan Bencana
Banjir;
c. Sosialisasi Penanganan Bencana
Gempa;
d. Sosialisasi Penanganan Bencana
Longsor;
e. Penataan Kembali Kawasan-
Periode
Lokasi/
No Kawasan Indikasi Program 2015- 2020- 2025- 2030-
Kecamatan 2014
2019 2024 2029 2034
kawasan disekitar kawasan Rawan
Bencana
f. Perwujudan Pada Kawasan a. Penataan Kawasan Cagar Alam
Kawasan Lindung Inti dan Kwasan Geologi dan Kawasan Rawn
Geologi Penyangga Bencana alam Geologi di Kawasan
Inti dan Kawasan Penyangga
Mahato;
b. Rencana Pengembangan
Pengelolaan Kawasan Lindung
Geologi;
2 Kawasan Budidaya
a. Kawasan Pada Kwasan a. Rencana Pengembangan Kawasan
Peruntukan Penyangga Peruntukan Hutan Produksi;
Hutan Produksi b. Penebangan hutan dengan sistem
tebang pilih
c. Penanaman hutan secara bertahap;
d. Perbaikan manajemen kehutanan;
dan
e. Reboisasi
b. Kawasan Pada Kwasan Rencana Pengembangan Kawasan
Peruntukan Penyangga Hutan Rakyat
Hutan Rakyat
c. Kawasan Pada Kwasan a. Review Penyusunan Master Plan
Peruntukan Penyangga Kawasan Agropolitan di Kabupaten
Pertanian dan/atau Kota;
b. Penyusunan RPJM Kawasan
Agropolitan di Kabupaten dan/atau
Kota;
c. Penyusunan DED Kawasan
Agropolitan di Kabupaten dan/atau
Kota;
d. Rencana Pengembangan Kawasan
Peruntukan Pertanian di Kabupaten
dan/atau Kota;
e. Rencana Pengembangan Kawasan
Lahan Pertanian Pangan yang
berkelanjutan (LP2B);
f. Perbaikan dan pengembangan
prasarana irigasi;
g. Peningkatan kualitas dan
produktivitas lahan;
h. Rehabilitasi prasarana pertanian;
dan
i. Ekstensifikasi lahan sesuai dengan
arahan lokasi sawah dan kesesuaian
lahan
d. Kawasan Pada Kwasan a. Rencana Pengembangan Kawasan
Peruntukan Penyangga Perkebunan Komoditi Unggulan;
Perkebunan b. Mempertahankan luas lahan yang
tersedia;
c. Peningkatan kualitas dan
produktivitas;
d. Pengembangan teknologi
penanganan pasca panen;
e. Pengembangan pola perkebunan
rakyat melalui usaha tani terpadu;
Periode
Lokasi/
No Kawasan Indikasi Program 2015- 2020- 2025- 2030-
Kecamatan 2014
2019 2024 2029 2034
f. Pengembangan agrobisnis yang
terkait dengan perkebunan rakyat;
g. Pengembangan pola pemasaran dan
distribusi hasil pertanian rakyat
h. Pengembangan feeder road;
i. Ekstensifikasi lahan sesuai dengan
arahan lokasi perkebunan dan
kesesuaian lahan;
j. Peningkatan sarana dan prasarana
kawasan perkebunan
e. Kawasan Pada Kwasan a. Pengembangan dan Peningkatan
Peruntukan Penyangga Mutu Perikanan Tanggap dan
Perikanan Budidaya;
b. Pengembangan Kawasan
Peruntukan perikanan budidaya
perikanan;
c. Pengembangan panti benih
(budidaya ikan arwana); dan
d. Pengembangan sarana dan
prasarana pendukung;
f. Kawasan Pada Kawasan a. Rehabilitasi Kawasan Andalan
Peruntukan Penyangga untuk Industri Pengolahan kelapa
Industri sawit;
b. Pengembangan Kawasan Andalan
untuk Industri Pengolahan kelapa
sawit;
c. Pembangunan Kawasan Pendukung
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK);
dan
d. Rehabilitasi Pembangunan Kawasan
peruntukan industri kecil dan
menengah (IKM).
g. Kawasan Pada Kwasan a. Penyediaan Sarana dan Prasarana
Peruntukan Penyangga Pendukung Pariwisata di Kabupaten
Pariwisata dan/atau Kota;
b. Pengembangan kawasan-Kawasan
Wisata di Kabupaten dan/atau Kota;
c. Pengembangan Kawasan Pariwisata
Budaya;
d. Pengembangan Kawasan Pariwisata
Alam dan Pariwisata Buatan di
Kabupaten dan/atau Kota;
e. Pengembangan Pariwisata yang
bernilai Strategis Nasional;
f. Pengembangan Ekowisata
(akomodasi, atraksi, alam SDM);
dan
g. Pengembangan Wisata bahari, alam,
dan agrowisata.
h. Kawasan Pada Kwasan Rencana Pengembangan Permukiman
Peruntukan Penyangga Perkotaan dan Perdesaan di Kawasan
Permukiman Penyangga KSN Mahato
i. Kawasan Pada Kwasan a. Peningkatan status jalan dari jalan
Jaringan Penyangga lokal menjadi jalan kolektor;
Transportasi b. Peningkatan fungsi jaringan jalan
kolektor primer yang
Periode
Lokasi/
No Kawasan Indikasi Program 2015- 2020- 2025- 2030-
Kecamatan 2014
2019 2024 2029 2034
menghubungkan pusat sekunder
dengan pusat tersier;
c. Pembebasan lahan yang terkena
pembangunan jalan;
d. Perbaikan jaringan jalan yang telah
ada.
j. Kawasan Pada Kwasan a. Penetapan Kawasan Perbatasan;
Perbatasan Penyangga b. Penyetara penyebaran penduduk
dengan kawasan perbatasan
(hinterlandnya);
c. Pengembangan sektor-sektor
ekonomi;
d. Penataan Permukiman Penduduk;
dan
e. Penetapan bata-batas wilayah antar
Kecamatan, Kabupaten dan
Provinsi.
k. Kawasan Pada Kwasan Pembangunan Sarana dan Prasarana
Peruntukan Penyangga Kawasan Pertahanan dan Keamanan
Lainnya
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2014