Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami kirimkan
shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta
keluargaNya, para sahabatNya, dan seluruh ummatNya yang senantiasa
istiqomahhingga akhir zaman. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Komunikasi Antar Pribadi yang berjudul “Faktor faktor yang
mempengaruhi komunikasi dan hambatan komunikasi”. Kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini, khususnya kepada bapak Drs. Martunis, M.Si selaku Dosen mata
kuliah Komunikasi Antar Pribadi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami memperoleh banyak manfaat setelah menyusun makalah ini.
Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang kami miliki.  Karena itu kami mengharapkan saran dan kritik konstruktif
demi perbaikan makalah di masa mendatang. Harapan kami semoga makalah ini
bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak.

Demikian makalah ini kami susun, semoga bisa memberikan manfaat kepada
pembaca.

Banda Aceh, Oktober 2018

Penulis

1
Kata Pengantar.................................................................................... 1

Daftar Isi............................................................................................... 2

BAB 1

Pendahuluan

1.1   Latar Belakang........................................................................ 3

1.2   Rumusan Masalah................................................................... 4

1.3   Tujuan Penulisan..................................................................... 4

BAB 2

Pembahasan

2.1   Gangguam Semantik................................................................... 5

2.2   Prasangka................................. 8

BAB 3

Penutup

3.1   Kesimpulan........................................................................... 10

3.2   Saran..................................................................................... 10

Daftar Pustaka................................................................................... 11

2
BAB I
PENDAHULUAN
 
1.1 LATAR BELAKANG

Komunikasi adalah instrumen dasar dari interaksi manusia yang


memungkinkan seseorang untuk melakukan kontak dengan orang lain karena
komunikasi dilakukan oleh seseorang setiap hari baik disadari maupun tidak. Di
dunia kesehatan, terutama pada saat menghadapi klien, seorang perawat juga harus
mengadakan suatu komunikasi agar informasi yang ada dapat tersampaikan dengan
baik. Terutama informasi yang berkenaan dengan kebutuhan klien akan asuhan
keperawatan yang akan diberikan. Oleh karena itu, komunikasi adalah faktor yang
paling penting , yang digunakan untuk menetapkan hubungan antara perawat
dengan klien.

Namun, seringkali informasi yang seharusnya sampai kepada orang yang


membutuhkan, ternyata terputus di tengah jalan akibat tidak efektifnya suatu
komunikasi yang dilakukan. Pada komunikasi terapeutik antara perawat dengan
klien, hal tersebut dapat mungkin terjadi karena disebabkan oleh berbagai hal. Hal
–hal tersebut tidak hanya berasal dari klien saja, tetapi juga dapat disebabkan oleh
pola komunikasi yang salah yang dilakukan oleh perawat. Komunikasi yang tidak
efektif juga dapat disebabkan kegagalan pada proses komunikasi itu sendiri.
Kegagalan itu dapat terjadi pada saat pengiriman pesan, penerimaan pesan, serta
pada kejelasan pesan itu sendiri (Edelman, 2002).

3
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Menjelasakan faktor-faktor yang menghambat komunikasi dari segi


Gangguan Simantik
2. Menjelasakan faktor-faktor yang menghambat komunikasi dari segi
Prasangka

1.3 .TUJUAN PENULISAN

Dari latar belakang seperti itu penulis berinisiatif untuk menjelaskan faktor-
faktor yang menghambat dalam komunikasi dari segi Gangguan Simantik dan
Prasangka agar semua kalangan dapat mengetahui apa saja faktor-faktor yang
menghambat komunikasi.

4
BAB II
PEMBAHASAN
 

2.1 Gangguan Semantik (Semantic Noise)

Gangguan semantik adalah gangguan komunikasi yang disebabkan karena


kesalahan pada bahasa yang digunakan.

Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator


sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan. Demi
kelancaran komunikasi seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan
gangguan sematis ini, sebab kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan
dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau penafsiran
(misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi
(miscommunication). Gangguan semantik ini bersangkutan dengan pesan
komunikasi yang pengertianya menjadi rusak. Gangguan semantik tersaring
kedalam pasan melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan mengenai
pengertian suatu istilah atau konsep yang terdapat pada komunikator, akan lebih
bnayak gangguan semantik dalam pesannya. Gangguan semantik terjadi dalam
salah pengertian.Semantik adalah pengetahuan mengenai pengertian kata-kata.
Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh :
pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan lain-lain.
Gangguan semantik sering terjadi karena:

* Kata-kata yang digunakan telalu banyak memakai jargon bahasa asing sehingga
sulit dimengerti oleh khalayak tertentu.

* Bahasa yang digunakan pembicara berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh
penerima.

* Struktur bahasa yang digunakan tidak sebagaimana mestinya, sehingga


membingungakan penerima.

* Latar belakang budaya yang menyebabkan salah persepsi terhadap simbol-


simbol bahasa yang digunakan.

5
Seperti halnya dengan gangguan teknis, maka gangguan semantik
merupakan suatu hal yang sangat peka dalam komunikasi. Banyak kecelakaan
transportasi udara terjadi karena kesalahan semantik. Misalnya dalam bulan
Januari 1990 pesawat Aviance dengan nomor penerbangan 52, telah mengalami
kecelakaan pendaratan di Kennedy International Airport New York (AS).

Kecelakaan ini terjadi karena kesalahan pengertian bahasa. Pilot yang


mengawaki pesawat Aviance menyampaikan kepada pengatur lalu lintas udara di
bandara 45 menit sebelum pesawat mendarat bahwa , “We need a priority, we are
low on fuel” (kami memerlukan prioritas dalam keadaan bahan bakar terbatas).
Karena kata priority ditafsirkan lain oleh petugas bandara bukan emergency (dalam
keadaan darurat), dan masih tersedia bahan bakar yang cukup meski dalam
keadaan terbatas, maka pesawat tidak diberi kesempatan mendarat lebih awal.
Akibatnya pesawat meledak di udara dan 73 orang tewas dalam kejadian tragis ini.

Disini kita melihat bahwa gangguan semantik telah menimbulkan persepsi


yang keliru sehingga menimbulkan tanggapan yang salah. Persepsi adalah proses
internal dalam diri seseorang yang menerima informasi untuk membuat praduga
sementara (kesimpulan sementara) terhadap stimuli yang diterima oleh salah satu
pancaindra, sebelum dinyatakan dalam bentuk pendapat atau tanggapan.

Berikut ini adalah ulasan mengenai macam dari gangguan semantik tersebut.
Pada dasarnya, gangguan ini bisa menjadi hambatan-hambatan komunikasi yang
memang perlu dihindari :

1. Allnes
Allnes merupakan istilah yang merajuk pada gangguan semantik dalam
komunikasi yang menggambarkan bagaimana seseorang merasa sudah
memahami semua informasi yang telah diberikan kepadanya oleh orang lain.
Kemudian ia menumbuhkan kepercayaan dari abstraksi yang sudah ia
proyeksi sebagai pembenaran dari informasi yang telah ia dapatkan. Allnes
ini biasanya cenderung menjadi sebuah kebiasaan sehingga seseorang
mungkin akan sering menganggap paham, padahal belum tentu pesan yang
disampaikan sesuai dengan yang dipahami.

6
2. Evaluation
Kecenderungan untuk mengevaluasi dari proses komunikasi adalah bentuk
gangguan semantik yang juga sering terjadi. Seseorang mungkin akan
terfokus untuk menolak pendapat orang lain dan lebih cenderung
memberikan evaluasi ketimbang menerima masukan atau informasi baru. Ini
adalah bentuk gangguan semantik yang berasal dari kebiasaan.
3. Bypassing
Bypassing atau biasa disingkat sebagai BP adalah gangguan semantik yang
cenderung menyalahkan orang lain. Tindakan menyalahkan orang lain ini
terjadi terutama dalam rangka menyalahkan pengguna kata yang menurutnya
tidak pantas atau tidak tepat digunakan untuk mempresentasikan sesuatu,
padahal sebenarnya itu adalah variasi bahasa yang ada.
4. Kesalahan Pengguna Bahasa
Kesalahan pengguna bahasa merupakan gangguan semantik yang paling
umum terjadi. Hambatan ini terjadi terutama ketika seseorang salah dalam
menggunakan istilah tertentu. Terlalu banyak dalam menggunakan istilah-
istilah asing mungkin kurang baik dan bisa menimbulkan hambatan
komunikasi semacam ini.
5. Penilaian Spontanitas
Penilaian spontanitas mengandung makna bahwa seseorang akan
memberikan pendapatnya begitu menerima informasi baru tanpa mencerna
lebih baik terlebih dahulu. Sebuah makna kiasan akan dianggap sebagai
makna yang lugas. Ini akan memicu terjadinya hambatan dalam komunikasi
dan bahkan bisa menimbulkan perpecahan.
6. Kebingungan Fakta
Banyaknya informasi yang diterima akan menyebabkan kebingungan fakta.
Informasi yang tidak konsisten terutama akan memberikan kesalahan-
kesalahan dalam penerimaan komunikasi yang ada. Seseorang akan
mengalami kebingungan mana yang fakta dan mana yang sebenarnya
sesuatu yang kurang penting.
7. Pembuatan Kesimpulan Mentah
Mirip-mirip dengan penilaian spontanitas, informasi yang diterima sering
kali tidak dicerna baik-baik sehingga akan timbul pembuatan kesimpulan
yang mentah. Hasil kesimpulan mentah ini bila kemudian dipercaya banyak

7
orang akan menjadi gangguan semantik dalam komunikasi. Komunikasi
tidak berjalan dengan semestinya dan tidak sesuai dengan tujuan awal.
8. Kesalahan Persepsi
Kesalahan persepsi bisa terjadi akibat akumulasi dari gangguan semantik
lainnya. Kesalahan persepsi akan memicu terjadinya konflik pada pihal yang
terlibat didalam komunikasi. Oleh karenanya, penting bagi kita untuk
menghindari gangguan semantik dalam komunikasi agar tidak terjadi konflik
atau pun perselisihan.

2.2. Prasangaka

Prasangka berarti membuat keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan


mengenai objek tersebut. John E. Farley mengklarfikasikan prasangka ke dalam
tiga kategori :
a. Prasangka kognitif, yaitu prasangka yang merujuk pada apa yang dianggap
benar.
b. Prasangka afektif, yaitu prasangka yang merujuk pada apa yang disukai dan
tidak disukai.
c. Prasangka konatif, yaitu prasangka yang merujuk pada bagaimana
kecenderungan seseorang dalam bertindak.
Prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang seseorang atau kelompok lain,
dan sikap serta perilakunya terhadap mereka. Persepsi adalah pengalaman tentang
objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 2003, hal. 51).
Terdapat faktor fungsional dan faktor struktural yang merupakan penentu
dari persepsi. Pada umumnya, prasangka dilakukan oleh suatu kelompok
masyarakat tertentu terhadap kelompok masyarakat lainnya karena perbedaan suku
ras dan agama (Ardianto, 2014, hal. 92). Prasangka merupakan salah satu rintangan
atau hambatan bagi tercapainya suatu tujuan dalam komunikasi. Menurut (Effendy,
2002, hal. 44) prasangka melibatkan emosi yang memaksa kita untuk menarik
kesimpulan atas dasar prasangka tanpa menggunakan pikiran yang rasional. Emosi
seringkali membutakan pikiran dan pandangan kita terhadap fakta yang nyata.
Prasangka atau prejudice merupakan salah satu hambatan bagi suatu kegiatan
komunikasi. Orang yang mempunyai prasangka bersikap curiga dan menentang
komunikator yang hendak melancarkan komunikasi sehingga sulit bagi
komunikator untuk mempengaruhi komunikan.

8
Prasangka mengakibatkan komunikan menjadi berfikir tidak rasional dan
berpandangan negatif terhadap komunikasi yang sedang terjadi.(Effendy).
Prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu kegiatan
komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah
bersikap curiga dan menentang komunikator yang
hendak melancarkan komunikasi. Contohnya, seorang politikus yang di suatu
tempat mengemukakan suatu analisis yang ternyata meleset, akan ditanggapi
dengan penuh prasangka apabila ia kembali berpidato di tempat tersebut.Untuk
mengatasi hambatan prasangka, komunikator dalam komunikasi massa diharapkan
berada di posisi yang netral. Juga harus memiliki reputasi yang baik, artinya dia
tidak pernah terlibat dalam suatu perkara yang telah menyakiti sekelompok
komunikaan tertentu. Kesimpulannya, komunikator dalam komunikasi massa harus
bersipat acceptable.

Berikut ini penyebab terjadinya prasangka, antara lain :


a. Orang berprasangka dalam rangka mencari kambing hitam. Dalam berusaha,
seseorang mengalami kegagalan atau kelemahan. Sebab dari kegagalan itu
tidak dicari pada dirinya sendiri tetapi pada orang lain.
b. Prasangka timbul karena adanya perbedaan, dimana perbedaan ini
menimbulkan perasaan superior. Perbedaan ini bisa meliputi :
- Fisik/biologis
- Lingkungan/geografis
- Kekayaan
- Status sosial
- Majikan dan buruh
c. Prasangka timbul karena kesan yang menyakitkan atau pengalaman yang
tidak menyenangkan.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komunikasi adalah instrumen dasar dari interaksi manusia yang


memungkinkan seseorang untuk melakukan kontak dengan orang lain karena
komunikasi dilakukan oleh seseorang setiap hari baik disadari maupun tidak.

Namun, seringkali informasi yang seharusnya sampai kepada orang yang


membutuhkan, ternyata terputus di tengah jalan akibat tidak efektifnya suatu
komunikasi yang dilakukan. Pada komunikasi terapeutik antara perawat dengan
klien, hal tersebut dapat mungkin terjadi karena disebabkan oleh berbagai hal.
Hal –hal tersebut tidak hanya berasal dari klien saja, tetapi juga dapat disebabkan
oleh pola komunikasi yang salah yang dilakukan oleh perawat. Komunikasi yang
tidak efektif juga dapat disebabkan kegagalan pada proses komunikasi itu sendiri.
Kegagalan itu dapat terjadi pada saat pengiriman pesan, penerimaan pesan, serta
pada kejelasan pesan itu sendiri (Edelman, 2002).

Ada beberapa faktor-faktor yang menghambat dalam komunikasi. Baik dari


segi gangguan semantik ataupun prasangka.

3.2 Saran

Pemakalah berharap dengan adanya makalah ini dapat dijadikan panutan


kita semua untuk menyampaikan pesan. mudah-mudahan dengan adanya
pengetahuan dari makalah ini akan membantu kita untuk memebrikan informasi
secara jelas dan dapat diterima oleh komunikan khususnya. Pemakalah juga
mengucapkan rasa maaf sebesar-besarnya jika ada penulisan yang tidak tepat
serta penjelasan yang belum rinci. Tidak lupa pula pemakalah meminta kritikan
dan saran kepada kawan-kawan semua terhadap makalah ini untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

10
Daftar Pustaka

Kurniawati, Nia kania Rd. 2014. Komunikasi Antar Pribadi Konsep dan Teori
Dasar. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Cangara, Hafied. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada

11

Anda mungkin juga menyukai