Anda di halaman 1dari 16

HAK PATEN

SEJARAH PATEN

Paten atau oktroi telah ada sejak abad XIV dan XV, contohnya di negara Italia dan Inggris.
Tetapi sifat pemberian hak ini pada waktu itu bukan ditunjukkan atas suatu temuan atau invensi
namun diutamakan untuk menarik para dari luar negeri. Maksudnya agar para ahli itu menetap di
negara-negara yang mengundangnya agar mereka ini dapat mengembangkan ke ahlinya masing-
masing di negara si pengundang dan bertujuan untuk memajukan warga/penduduk dan negara
yang bersangkutan jadi paten atau oktroi itu bersifat sebagai semacam “izin menetap”. Namun
demikian memanglah kehadiran sang inventor tadi di negara yang baru itu di dasarkan atas
keahliannya dalam bidang tertetu, karena itu ia boleh tinggal menetap. Jadi ada juga
kesamaannya dengan penggunaan istilah paten dewasa ini. Royalitynya ketika itu ia boleh
tinggal di negara itu dengan itu dengan perlakuan khusus, karena ia dapat memberikan kontribusi
positiif bagi kemajuan rakyat di negara tersebut.

Mengenai pengertian paten menurut Octroiwet 1910 adalah:

“Paten ialah hak khusu yang di berikan kepada seseorang atas permohonannya kepada orang itu
yang menciptakan sebuah produk baru, cara kerja baru atau perbaikan baru dari produk atau dari
cara kerja”.1

Sementara penegrtian paten menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia yang ditulis oleh
W.J.S Poerwardarminta menyebutkan:

“Kata paten berasal dari bahasa Eropa (paten/Ocktroi) yang mempunyai arti suatusurat
perniagaan atau izin dari pemerintan yang menyatakan bahwa orang atau perusahaan boleh
membuat barang pendapatannya sendiri (orang lain tidak boleh membuatnya)”.2

PENGERTIAN HAK PATEN

Ketentuan mengenai Hak Paten diatur dalam undang-undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang
Paten. Dalam Pasal 1 Undang-undang Paten antara lain ditentukan,bahwa yang dimaksud dengan
:

1. Art.1. Octroiwet1910, Nederland, S. 1910-313


2. W.J.S Poewwardaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta, 1976, hlm . 1012.
1. Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada investor atas hasil
invensinya dibidang teknologi,yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakannya.
2. Investor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara bersama-
sama melaksanakan ide yang dituangkan kedalam kegiatan yang menghasilkan invensi
3. Sedangkan invensi adalah yaitu suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik
dibidang teknologi dapat berupa produk atau proses,atau penyempurnaan dan
pengembangan produk atau proses.
Dengan demikian ,Paten adalah hak khusus yang diberikan berdasarkan undang-undang
kepada seseorang penemu atau beberapa orang(investor)yang harus dimohonkan
negara,khususnya penemuan atau ide dibidang teknologi,temuan yang sifat menyempurnakan
temuan yang sudah ada atau perbaikan baru atau cara kerja,untuk selama jangka waktu tertentu.
DASAR HUKUM

Keberadaan Paten sebagai HKI semula diatur dalam Octrooiwet, Stb. 1910. No.313.
mengingat perkembangan teknologi begitu cepat dan disadari oleh keingingan untuk memiliki
Undang-Undang Nasional tentang paten, maka pada tahun 1989 pemerintah menerbitkan
Undang-Undang No 6 Tahun 1989 tentang Paten. Kemudian Undang-Undang ini pun diubah
dengan Undang-Undang No 13 Tahun 1997, dan terakhir diganti dengan Undang-Undang No 14
Tahun 2001 yang diundangkan pada tanggal 1 Agustus 2001, untuk selanjutnya disebut UUP.

OBJEK PATEN

Apabila berbicara tentang objek sesuatu, maka itu tidak dapat terlepas dari pembicaraan
tentang benda. Jika hal ini kita kaitkna dengan paten, maka objek tersebut adalah suatu benda tak
terwujud, oleh karena paten itu adalah benda tak terwujud yang merupakan bagian dari hak atas
kekayaan perindustrian. Paten mempunyai objek terhadap temuan atau invensi (uitvinding) atau
juga disebut dengan invention dalam bidang teknologi yang secara praktis dapat dipergunakan
dalam bidang perindustrian.pengertian industri disini bukan saja terhadap industri tertentu akan
tetapi dalam arti seluas-luasnya termasuk didalamnya hasil perkembangan teknologi dalam
industri bidang pertnian, industri bidang teknologi pertenakan, dan bahkan industri bidang
pertanian, industri bidang teknologi peternakan, dan bahkan industri dalam bidang teknologi
pendidikan.

SUBJEK PATEN

Mengenai subjek paten pasal 10 Undang-Undang Paten No. 14 Tahun 2001 menyebutkan:

1. Yang berhak memperoleh paten adalah inventor atau yang menerima lebih lanjut hak
inventor yang bersangkutan.
2. Jika suatu invensi dihasilkan oleh beberapa orang secara bersama-sama, hak atas invensi
tersebut dimiliki secara bersama-sama oleh para inventor yang bersangkutan.

Dalam pasal 11 Undang-Undang No. 14 Tahun 2001 disebutkan: “kecuali terbukti lain, yang
dianggap sebagai inventor adalah seseorang atau beberapa orang yang untuk pertama kali
dinyatakan sebagai invebtor dalam permohonan.

Selanjutnya dalam pasal 12 Undang-Undang Paten No. 14 Tahun 2001 disebutkan:

1. Pihak yang berhak memperoleh paten atas suatu invensi yang dihasilkan dalam suatu
hubungan kerja adalah pihak yang memberikan pekerjaan tersebut, kecuali diperjanjikan
lain.
2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) juga berlaku terhadap invensi yang
dihasilkan baik oleh karyawan maupun pekerja yang menggunakan dana dan/atau sarana
yang tersedia dalam pekerjaannya sekalipun perjanjian tersebut tidak menghasilkan
investasi.
3. Inventor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berhak mendapatkan imbalan
yang layak dengan memperhatikan manfaat ekonomi yang diperoleh dari invensi tersebut
4. Imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dibayarkan:
a. Dalam jumlah tertentu dan sekaligus
b. Persentase
c. Gabungan antara jumlah tertentu dan sekaligus dengan hadiah atau bonus
d. Gabungan antara persentase dan hadiah atau bonus, atau
e. Bentuk lain yang disepakati para pihak.

Yang besarnya ditetapkan oleh pihak-pihak yang bersangkutan.


5. Dalam hal tidak terdapat kesesuaian mengenai cara perhitungan dan penetapan besarnya
imbalan, keputusan untuk itu diberikan oleh Pengadilan Niaga.
6. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) saa sekali tidak
menghapuskan hak inventor untuk tetap dicantumkan namanya dalam Sertifikat Paten.

Dari ketentuan diatas dapat dijelaskan bahwa ketentuan ini memberi penegasan bahwa hanya
inventor, atau yang menerima lebih lanjut hak inventor yang bersangkutan, yang berhak
memperoleh paten atas invensi yang bersangkutan.

Disamping itu, pemegang paten (penemu/inventor) memilliki hak eksklusif untuk


melaksanakan paten yang dimilikinya dan melarang pihak lain tanpa persetujusnnya:

a. Dalam hal paten-produk: membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan,


menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk
yang diberi paten,
b. Dalam hal patem-proses: menggunakan proses produksi yang diberi paten untuk
membuat barang dan tindakan lainnya.

PENEMUAN YANG DAPAT DIBERIKAN PATEN

Tidak setiap penemuan dapat diberikan paten. Menurut Pasal 2 dan 3 UU No 14 Tahun 2001,
penemuan yang bisa diberikan paten harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:

a. Penemuan baru hanya untuk satu penemuan saja, kriteria sifat barunya suatu penemuan
dianggap baru, jikalau disaat pengajuan permintaan paten penemuan tersebut tidak
merupakan penemuan terdahulu.
b. Mengandung langkah inventif, dalam hal ini penemuan tersebut tidak dapat diduga
sebelumnya.
c. Dapat diterapkan dalam bidang industri.

PENEMUAN YANG TIDAK DAPAT DIBERIKAN PATEN

Menurut ketentuan Pasal 7 UU No. 14 Tahun 2001, penemuan yang tidak diberi paten, antara
lain:

a. Proses/hasil produksi yang bertentangan dengan undang-undang ketertiban umum,


agama, dan kesusilaan.
b. Metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan, dan pembedahan.
c. Teori metode bidang ilmu pengetahuan dan matematika, atau semua makhluk hidup
kecuali jasad renik.
d. Proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan, kecuali proses
nonbiologis atau proses mikrobiologis.

JANGKA WAKTU PATEN

Menurut ketentuan UU No.14 Tahun 2001, jangka waktu berlakunya suatu paten adalah:

a. Paten diberikan untuk jangka waktu 20 tahun sejak tanggal penerimaan dan tidak dapat
diperpanjang lagi (Pasal 8)
b. Untuk paten sederhada jangka waktunya adalah 10 tahun sejak tanggal penerimaan dan
tidak dapat diperpanjang lagi (Pasal 9)

PERMOHONAN PATEN

Paten diberikan atas dasar permohonan. Permohonan hanya dapat diajukan untuk satu
penemuan atau beberapa penemuan yang merupakan satu kesatuan. Permohonan diajukan secara
tertulis dengan membayar biaya kepada Direktorat Jenderal yang bertanggung jawab dibidang
Hak Kekayaan Intelektual.

Adapun syarat-syarat administratif yang harus dipenuhi unuk mengajukan permintaan paten
dapat dilihat dalam pasal 24 UU No. 14 Tahun 2001 yaitu:

1. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat Jenderal
2. Permohonan harus memuat:
a. tanggal, bulan, dan tahun permohonan;
b. alamat lengkap dan alamat jelas pemohonan;
c. nama lengkap dan kewarganegaraan inventor
d. nama dan alamat lengkap kuasa apabila permohonan diajukan melalui kuasa;
e. surat kuasa khusus, dalam hal permohonan diajukan oleh kuasa;
f. pernyataan permohonan untuk dapat diberi paten;
g. judul invensi;
h. klaim yang terkandung dalam invensi;
i. deskripsi tentang invensi, yang secara lengkap memuat keterangan tentang cara
melaksanakan invensi;
j. gambar yang disebutkan dalam deskripsi yang diperlukan untuk memperjelas invensi;
dan
k. abstrak invensi.
3. Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pengajuan permohonan diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

Dalam permohonan hak paten ada juga yang disebut permohonan dengan Hak Prioritas.
Yang dimaksud dengan Hak Prioritas adalah hak permohonan untuk mengajukan permohonan
yang berasal dari negara yang tergabung dalam Paris Convention for the protection of Industrial
Property atau Agreement Establishing the Word Trade Organization untuk memperoleh
pengakuan bahwa tanggal penerimaan di negara asal merupakan tanggal prioritas di negara
tujuan yang juga anggota salah satu dari kedua perjanjian itu selama pengajuan tersebut
dilakukan dalam kurun waktu yang telah ditentukan berdasarkan Paris Convention tersebut.

Permohonan dengan Hak Prioritas harus diajukan paling lama dua belas bulan terhitung sejak
tanggal penerimaan permohonan paten yang pertama kali diterima di negara mana pun yang juga
ikut serta dalam konvensi tersebut atau yang menjadi anggota Agreement Establishing the World
Trade Organization, dan wajib dilengkapi dokumen prioritas yang disahkan oleh pejabat yang
berwenang di negara yang bersangkutan paling lama enam belas bulan terhitung sejak tanggal
prioritas.

Direktorat Jenderal dapat meminta agar permohonan yang diajukan dengan menggunakan
Hak Prioritas tersebut dilengkapi:

a. salinan sah surat-surat yang berkaitan dengan hasil pemeriksaan substantif yang
dilakukan terhadap permohonan paten yang pertama kali di luar negeri; salinan sah
dokumen paten yang telah diberikan sehubungan dengan permohonan paten yang
pertama kali di luar negeri;
b. salinan sah keputusan mengenai penolakan atas permohonan paten yang pertama kali di
luar negeri bilamana permohonan paten tersebut ditolak;
c. salinan sah keputusan pembatalan paten yang bersangkuta yang pernah dikeluarkan di
luar negeri bilamana paten tersebut pernah dibatalkan;
d. dokumen lain yang diperlukan untuk mempermudah penilaian bahwa invensi yang
dimintakan paten memang merupakan invensi baru dan benar-benar mengandung
langkah inventif serta dapat diterapkan dalam industri.

Direktorat Jenderal mengumumkan permohonan yang telah memenuhi syarat dan ketentuan
sebagaimana yang telah ditentukan. Pengumuman dilakukan dengan cara:

a. Menempatkannya dalam Berita Resmi Paten yang diterbitkan secara berkala oleh
Direktorat Jenderal yang bertanggung jawab di bidang Hak Kekayaan Intelektual.
b. Menempatkannya pada sarana khusus yang disediakan oleh Direktorat Jenderal yang
bertanggung jawab di bidang Hak Kekayaan Intelektual yang dengan jelas dan mudah
dapat dilihat oleh masyarakat banyak.

Pengumuman dilaksanakan selama enam bulan sejak tanggal permohonan paten, dan tiga bulan
sejak tanggal permohonan paten Sederhana, Pengumuman dilakukan dengan mencantumkan:

a. nama dan kewarganegaraan inventor;


b. nama dan alamat lengkap permohonan dan kuasa apabila permohonan diajukan dengan
kuasa;
c. judul invensi;
d. tanggal penerimaan, dalam hal permohonan diajukan dengan Hak Prioritas, tanggal
prioritas, nomor dan negara tempat permohonan yang pertama kali diajukan;
e. abstrak;
f. klasifikasi invensi;
g. gambar (jika ada);
h. nomor pengumuman; dan
i. nomor permohonan.

Apabila Direktorat Jenderal dengan persetujuan menteri dapat menetapkan untuk tidak
mengumumkan permohonan apabila menurut pertimbangannya, pengumuman invensi tersebut
diperkirakan akan dapat mengganggu atau bertentangan dengan kepentingan pertahanan
keamanan negara. Ketetapan untuk tidak mengumumkan permohonan diberitahukan secara
tertulis oleh Direktorat Jenderal kepada Pemohon atau Kuasanya.
Atas permohonan Paten, Direktorat Jenderal berkewajiban untuk menyetujui atau menolak
permohonan. Persetujuan atau penolakan harus dilakukan paling lama 36 bulan terhitung sejak
tanggal diterimanya surat permohonan, dan paling lama dua puluh empat bulan untuk Paten
Sederhana sejak tanggal penerimaan permohonan.

Permohonan banding dapat diajukan terhadap penolakan permohonan yang berkaitan dengan
alasan dan dasar pertimbangan mengenai hal-hal yang bersifat substantif. Permohonan banding
diajukan secara tertulis oleh pemohon atau kuasanya kepada Komisi Banding Paten dengan
tembusan yang disampaikan kepada Direktorat Jenderal yang bertanggungjawab di bidang Hak
Kekayaan Intelektual. Permohonan banding diajukan dengan menguraikan secara lengkap
keberatan serta alasannya terhadap penolakan permohonan sebaga hasil pmeriksaan substantif.

Permohonan banding diajukan paling lama tiga bulan terhitung sejak tanggal pengiriman
surat pemberitahuan penolakan permohonan. Apabila jangka waktu ini telah lewat tanpa adanya
permohonan banding, penolakan permohonan dianggap diterima oleh pemohon.

Banding mulai diperiksa oleh Komisi Banding paling lama satu bulan sejak tanggal
penerimaan permohonan banding. Dalam hal Komisi Banding menerima dan menyetujui
permohonan banding, Direktorat Jenderal wajib melaksanakan keputusan Komisi Banding,
sebaliknya apabila Komisi Banding menolak permohonan banding, Permohonan atau Kuasanya
dapat mengajukan gugatan atas keputusan tersebut ke pengadilan Niaga dalam waktu paling
lama tiga bulan terhitung sejak tanggal diterimanya keputusan penolakan tersebut.

Terhadap putusan Pengadilan hanya dapat diajukan kasasi.

Komisi Banding Paten adalah badan khusus yang independen dan berada di lingkungan
departemen yang membidangi Hak Kekayaan Intelektual.

Komisi Banding Paten terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seseorang wakil ketua
merangkap anggota, dan anggota yang terdiri atas beberapa ahli di bidang yang diperlukan serta
pemeriksa senior.

Anggota Komisi Banding Paten diangkat dan diberhentikan oleh menteri untuk masa jabatan
3 (tiga) tahun, sedangkan ketua dan wakil ketua dipilih dari dan oleh para anggota Komisi
Banding Paten.
Untuk memeriksa permohonan banding, Komisi Banding Paten membentuk majelis yag
berjumlah ganjil sekurang-kurangnya tiga orang, satu diantaranya adalah seseorang Pemeriksa
senior yang tidak melakukan pemeriksaan substantif terhadap Permohonan.

PENGALIHAN DAN LISENSI PATEN

Hak atas paten dapat beralih atau dialihkan seluruhnya ataupun sebagian dengan:

a. Pewarisan
b. Hibah;
c. Wasiat;
d. Perjanjian tertulis; atau
e. Cara lain yang diperbolehkan oleh ketentuan perundang-undangan.

Pengalihan paten dengan cara sebagaimana tersebut dalam huruf (a) sampai dengan (c) harus
disertai dengan dokumen paten dan hak lain yang berkaitan dengan paten tersebut.

Segala bentuk pengalihan paten harus dilaporkan, dicatat dan diumumkan pada direktorat
jenderal yang bertanggungjawab dibidang paten. Jika hal ini tidak dialihkan maka pengalihan
menjadi tidak sah dan batal demi hukum..

Pengalihan hak tidak menghapus hak intventor untuk tetap dicantumkan nama dan
identitasnya dalam paten yang bersangkutan.

Selain pengalihan paten sebagaimana diuraikan diatas, pemegang paten juga dapat
memberikan lisensi kepada pihak lain berdasarkan perjanjian lisensi. Yang dimaksud dengan
lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang paten kepada pihak lain berdasarkan perjanjian
pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu paten yang diberi perlindungan
dalam jangka waktu dan syarat tertentu.

Perjanjian lisensi tidak boleh memuat ketentuan, baik langsung maupun tidak langsung, yang
dapat merugikan perekonomian Indonesia atau memuat pembatasan yang menghambat
kemampuan bangsa Indonesia dalam menguasai dan mengembangkan teknologi pada umumnya
dan yang berkaitan dengan invensi yang diberi paten tersebut pada khususnya. Jika ketentuan ini
dilakukan maka pencatatan perjanjian lisensi tersebut harus ditolak oleh direktur jenderal yang
bertanggungjawab dibidang hak kekayaan intelektual.
Dengan demikian, setiap pihak dapat mengajukan permohonan lisensi wajib kepada
direktorat jenderal untuk melaksanakan paten yang bersangkutan setelah lewat jangka waktu 36 (
tiga puluh enam ) bulan terhitung sejak tanggal pemberian paten dengan membayar biaya.

Permohonan lisensi wajib dapat pula diajukan setiap saat setelah paten diberikan atas alasan
bahwa paten telah dilaksanakan oleh pemegang paten atau penerima lisensi dalam bentuk dan
dengan cara yang merugikan kepentingan masyarakat.

Dengan demikian, lisensi wajib hanya dapat terlaksana bila memenuhi kondisi dan syarat-
syarat tertentu, yaitu setelah lewat jangka waktu tiga tahun terhitung sejak tanggal pemberian
paten ternyata paten tersebut tidak dilaksanakan oleh pemegang paten di Indonesia, padahal
kesempatan untuk melaksanakan sendiri secara komersial sepatuhnya sudah dapat dilaksanakan.
Selain itu, lisensi wajib hanya dapat diberikan apabila;

a. Pihak yang mengajukan permohonan lisensi wajib tersebut dapat menunjukkan bukti
yang meyakinkan, bahwa ia :
1. Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan sendiri paten yang bersangkutan
secara penuh;
2. Mempunyai fasilitas sendiri untuk melaksanakan paten tersebut secepatnya;
3. Telah berusaha mengambil langkah-langkah dalam jangka waktu yang cukup untuk
mendapatkan lisensi dari pemegang paten atas dasar persyaratan dan kondisi yang
wajar tapi tidak memperoleh hasil.
b. Direktur jenderal berpendapat bahwa paten tersebut dapat diloaksanakan di Indonesia
dalam skala ekonomi yang layak dan dapat memberikan kemanfaatan kepada sebagian
besar masyarakat.

Pelaksanaan lisensi wajib harus disertai pembayaran royalty kepada pemegang hak paten
yang besarnya ditetapkan oleh direktur jenderal dengan memberikan tata cara yang lazim
digunakan dalam perjanjian lisensi paten atau perjanjian lain yang sejenisnya.

Keputusan direktur jenderal direktoratnya mengenai pemberian lisensi wajib, memuat hal-hal
sebagai berikut:

a. Lisensi wajib bersifat noneksekutif;


b. Alasan pemeberian lisensi wajib;
c. Bukti, termasuk keterangan atau penjelasan yang diyakini untuk dijadikan dasar
pemberian lisensi wajib;
d. Jangka waktu lisensi wajib;
e. Besarnya royalty yang harus dibayarkan oleh penerima lisensi wajib kepada pemegang
paten dan cara pembeyarannya;
f. Syarat berakhirnya lisensi wajib dan hal yang dapat membatalkannya;
g. Lisensi wajib terutama digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar didalam negeri; dan
h. Lain-lain yang diperlukan untuk menjaga kepentingan para pihak yang bersangkutan
secara adil

PEMBATALAN PATEN

Secara yuridis di kenal ada beberapa hal atau beberapa cara yang dapat menimbulkan
paten.

1. Batal Demi Hukum

Paten dinyatakan batal demi hukum apabila Pemegang Paten tidak memenuhi kewajiban
membayar biaya tahunan dalam jangka waktu yang di tentukan dalam undang-undang
tentang paten.Paten yang batal demi hukum diberitahukan secara tertulis oleh Direktorat
Jendral kepada pemegang Paten serta penerima lisensi dan mulai berlaku sejak tanggal
pemberitahuan tersebut.

2. Batal atas Permohonan Pemegang Paten

Paten dapat di batalkan oleh Direktorat Jendral untuk seluruh atau sebagian atas permohonan
Pemegang Paten yang diajukan secara tertulis kepada Direktorat jendral. Pembatalan Paten
tidak dapat di lakukan jika penerima lisensi tidak memberikan persetujuan secara tertulis
yang dilampirkan pada permohonan pembatalan tersebut. Keputusan pembatalan paten
diberitahukan secara tertulis oleh Direktorat Jendral kepada penerima lisensi.

3. Batal Berdasarkan Gugatan

Gugatan pembatalan paten dapat di ajukan ke pengadilan Niaga oleh pihak ke


tiga,jaksa,pemegang lisensi dengan alasan-alasan sebagai berikut:

a. Paten tersebut harusnya tidak di berikan.


b. Paten tersebut sama dengan paten lain yang telah di berikan kepada pihak lain untuk
investasi yang sama.
c. Pemeberian lisensi wajib ternyata tidak mampu mencegah berlangsungnya pelaksanaan
paten dalam bentuk dan cara yang merugikan kepentingan masyarakat dalam jangka
waktu dua tahun sejak tanggal pemberian lisensi wajib yang bersangkutan atau sejak
tanggal pemeberian lisensi wajib pertama dalam hal diberikan beberapa lisensi wajib.

PENYELESAIAN SENGKETA TENTANG PATEN

Ketentuan mengenai penyelesaian sengketa yang bersangkutan dengan Paten di atur


mulai Pasal 117 sampai dengan Pasal 124 UU No.14 Tahun 2001 Tentang Paten. Penyelesaian
sengketa tentang paten secara umum berpijak pada penyelesaian melalui pengadilan Niaga
dengan tidak melepas kemungkinan untuk di selesaikan melalui arbitrase.

Menurut Muhammad Djumhana (2003:156),proses pemeriksaan sengketa paten


dilakukan dengan melihat (jenis) materi yang diajukan para pihak,yaitu:

a. Sengketa pemberian paten, yaitu pemberian paten oleh Direktorat Jendral ternyata di
berikan kepada pihan lain selain dari yang berhak,maka yang berhak dapat mengajukan
gugatan.
b. Sengketa atas hak eksekutif pemegang paten, yaitu menyangkut perbuatan pihak yang
tidak berhak atau tidak mendapat persetujuan dari pemegang paten,melakukan
perbuatan:membuat,menggunakan,menjual,menginfort,menyewakan,menyerahkan atau
menyediakan atau menyediakan untuk di jual atau di sewakan atau diserahkan produk
untuk di beri paten,atau menggunakan proses produksi yang di beri paten untuk membuat
barang.

Selanjutnya dikemukakan, bahwa acara pemeriksaan sengketa di atur secara singkat dalam
UU No. 14 Tahun 2001, yaitu menyangkut:

a. Lembaga yang memeriksanya adalah Pengadilan Niaga.


b. Tata cara dan lamanya proses pemeriksaan.
c. Adanya pembatasan pemerisaan sengketa, di mana pihak yang sengketa, di mana
pihak yang sengketa tidak dapat mengajukan banding tapi lansung kasasi ke
Mahkamah Agung
d. Juga adanya pembatasan jangka waktu pemeriksaan,yaitu 180 hari sejak tanggal
gugatan di daftarkan.

KASUS MENGENAI HAK PATEN

CONTOH PELANGGAR HAK PATEN SLIDE TO UNCLOCK (STUDI KASUS APPLE VS


SAMSUNG)

Slide to unclock pertama kali diperkenalkan Apple pada Januari 2007 saat peluncuran
handphone iPhone perdana, yang sengaja dibuat supaya saat iPhone dimasukkan ke dalam
kantong layar iPhone tidak terpencet secara tidak sengaja.

Pimpinan i OS, Scott Forstall diklaim sebagai orang yang menemukan slide to unclock,
dengan peran serta dari enginer lain seperti Imran Chaudhri, Bas Ording, Freddy Allen Anzures,
Marcel Van Os, Stephen O. Lenay and Greg Christie.

Apple telah resmi mendapatkan paten atas desain fitur Slide to unclock khas iPhone.

Paten tersebut diberikan U.S Patent and Trademark Office dan terdaftar dengan nomor
D675,639. Dalam deskripsinya, paten ini disebut sebagai ‘ornamental design for a display screen
or portion thereof with a graphical user interface’.

Apple menuntut Samsung dan akhirnya memenangi hak paten slide to unclock atas
Samsung setelalah menjalani prose pengadilan selama empat tahun. Dengan kemenangan
tersebut, perusahaan besutan Steve Jobs tersebut berhak mendaptkan royalty US$ 120 juta atau
sekitar Rp 1,6 triliun.

Mahkamah agung Amerika Serikat menyatakan tidak menerima pengajuan banding atas
kasus yang telah diperkarakan sejak 2014 tersebut. Kasus ini memperebutkan hak paten slide ot
unclock, Samsung dinyatakan telah melanggar hak paten tersebut.

Analisis

Saat ini, gerakan geser (sliding) untuk mengaktifkan ponsel ini banyak ditemukan di smartphone
dan tablet Android, meski dengan mekanisme geser yang berbeda-beda. Namun dengan adanya
paten ini, setiap perangkat yang menggunakan metode sliding untuk membuka perangkat pada
layar sentuhnya berarti melanggar hak paten yang dimiliki Apple.

Pelanggaran tentang hak paten merupakan pelanggaran yang cukup serius. Pelanggaran ini
biasaya terjadi antara dua perushaan besar, berdasarkan kasus diatas, perusahaan Samsung
melanggar peratruan mengenai hak paten terhadap perusahaan Apple. Perusahaan Samsung
diharuskan membayar royalti sebesar US$ 120 juta atau setara dengan Rp 1,6 triliun terkait
pelanggaran hak paten slide to unclock yang lebih dulu dipatenkan oleh Apple
DAFTAR PUSTAKA

Asyhadie, Zaeni.2014. Hukum Binis Prinsip dan Pelaksanaanya di Indonesia. Jakarta: Rajawali
Pers

Saliman, Abdul R. 2017. Hukum Bisnis untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus. Jakarta:
Fajar Interpratama Mandiri

Saidin, H. Ok, 2013. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intelectual Property Right).
Jakarta: Rajawali Pers

Kasus

https://osf.io/xcu6z/ diakses pada: 06 November 2019 18:50 WIB

https://tekno.kompas.com/read/2011/10/27/10104842/Apple.Klaim.Paten.Slide.to.Unlock
Diakses pada: 07 November 2019 14.00 WIB
HUKUM BISNIS

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL ( HAK PATEN)

Dosen Pengampu :
Rany Kartika Sari, S.H.,M.Kn

Disusun Oleh :
Afnita Oktavia (160462201028)

Ade Irma Suryani (170461201017)

Dwi Destika Amelia (170461201019)

Bintan Syahputra Anggit (170461201056)

Masdianti (180461201015)

Maria Paula (180461201088)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

2019

Anda mungkin juga menyukai