Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PEMERIKSAAN KESEHATAN BENIH DENGAN METODE INKUBASI


BLOTTER TEST MENGGUNAKAN MEDIA AGAR

Kelompok: 1

(J3G117002)
Robby Aldrian (J3G217134)
Desmalta Astri N (J3G117053)
Hayatun Tarbiyah (J3G117009)
Alfiyyah Nur Amany (J3G117089)
Febrina Gina (J3G217133)
Puja Dwi Ostari (J3G217140)

Dosen:

Asisten:
Hagia Sophia Khairani, SP, M.Si
Derma Erni Harefa

PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Metode inkubasi benih didasarkan pada perkembangan patogen. Meski metode inkubasi
akan memakan waktu yang lebih lama, namun hasilnya jauh lebih baik daripada pemeriksaan
tanpa inkubasi. Peneliti melakukan pengujian kesehatan benih dengan teknik inkubasi (blotter
test) untuk memastikan ada tidaknya mikroorganisme patogenik yang terbawa oleh benih dan
mengetahui tingkat kesehatan suatu benih. Terdapat metode pengujian kesehatan benih
dengan teknik inkubasi menggunakan media agar. Pengujian kesehatan benih dengan media
agar digunakan untuk mengetahui adanya cendawan atau koloni bakteri pada benih.
Penggunaan media agar diharapkan dapat membantu perkembangan cendawan dan bakteri
agar penggujian kesehatan benih dapat dilakukan dengan cepat.
Perbedaan dari metode blotter test kertas saring dan media agar terletak pada media dan
bahan kimia yang digunakan. Pada metode blotter test kertas saring hanya menggunakan
kertas saring yang dilembabkan. Nutrisi untuk perkembangan cendawan dalam pengujian
kesehatan benih hanya terletak pada kertas saring yang dilembabkan secara terus menerus.
Sedangkan pada media agar ditambahkan berbagai zat untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan cendawan seperti PDA dan NA. Penggunaan media agar juga tidak
membutuhkan pemberian kelembapan secara terus menerus seperti blotterst test menggunakan
kertas saring. Nutrisi pertumbuhan untuk cendawan dan bakteri sudah terdapat pada media
agar.( Gunawan, Livy Winata. 1988.)

Terdapat beberapa media tambahan pada pengujian kesehatan benih yaitu media potato
dextrose agar (PDA) dan Nutrient agar (NA). Potato dextrose agar (PDA) merupakan salah
satu media yang baik digunakan untuk membiakkan suatu mikroorganisme, baik itu berupa
cendawan/fungsi, bakteri, maupun sel mahluk hidup. Media PDA merupakan jenis media
biakan dan memiliki bentuk/ konsistensi padat (solid). Komposisi media PDA yaitu Potato
extract, dextose, dan agar. Nutrient agar berfungsi sebagai medium kultivasi dan enumerasi
bakteri. Namun, dengan tambahan beberapa bahan seperti amilum (pati), serum, dan darah,
medium nutrient agar juga dapat digunakan sebagai medium pengayaan dan selektif bagi
mikroorganisme tertentu serta bermanfaat dalam uji serologi dan biokimia untuk
mengidentifikasi bakteri.Komposisi dalam media Na yaitu peptic digest of animal tissue,
NaCl, beef extract, yeast extract, dan bacto agar. Perbedaan media PDA dan NA yaitu medi
PDA digunakan untuk melakukan pengujian kesehatan benih untuk mendeteksi patogen
berupa cendawan. Sedangkan media NA digunakan untuk pengujian kesehatan benih untuk
mendeteksi patogen berupa bakteri. (Himedia,2003)
Rumusan Masalah
1. Cara penyebaran patogen
2. Cendawan apa yang mendominasi pada media PDA?
2. Mengapa benih kacang hijau di media NA tidak berhasil diisolasi bakteri patogen benih?
3. Cendawan yang terdapat dalam kedelai, kacang hijau, cabai, timun?

Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mendeteksi patogen terbawa benih.
Media NA (Nutrient Agar) berdasarkan bahan yang digunakan termasuk dalam kelompok
media semi alami, media semi alami merupakan media yang terdiri dari bahan alami yang
ditambahkan dengan senyawa kimia. Berdasarkan kegunaanya media NA (Nutrient Agar)
termasuk kedalam jenis media umum, karena media ini merupakan media yang peling umum
digunakan untuk pertumbuhan sebagian besar bakteri. Bedasarkan bentuknya media ini
berbentuk padat, karena mengandung agar sebagai bahan pemadatnya. Media padat biasanya
digunakan untuk mengamati penampilan atau morfologi koloni bakteri (Munandar, 2016:84).
Komposisi PDA salah satunya adalah ekstrak kentang yang merupakan sumber
karbohidrat, sehingga dilakukan alternatif yang komposisinya hampir sama dengan kentang,
yakni dengan menggunakan singkong (Manihot esculenta Crantz). Umbi singkong merupakan
sumber energi yang kaya karbohidrat
Komposisi PDA salah satunya adalah ekstrak kentang yang merupakan sumber
karbohidrat, sehingga dilakukan alternatif yang komposisinya hampir sama d. Selain umbi
akar singkong banyak mengandung glukosa dan dapat dimakan mentah. Rasanya sedikit
manis, ada pula yang pahit tergantung pada kandungan racun glukosida yang dapat
membentuk asam sianida (Sadjad, 2000).
PDA (Potato Dextrose Agar) adalah media yang umum untuk pertumbuhan jamur di
laboratorium karena memilki pH yang rendah (pH 4,5 sampai 5,6) sehingga menghambat
pertumbuhan bakteri yang membutuhkan lingkungan yang netral dengan pH 7,0 dan suhu
optimum untuk pertumbuhan antara 25-30° C (Cappucino, 2014). dengan kentang, yakni
dengan menggunakan singkong (Manihot esculenta Crantz). Umbi singkong merupakan
sumber energi yang kaya karbohidrat. Selain umbi akar singkong banyak mengandung
glukosa dan dapat dimakan mentah. Rasanya sedikit manis, ada pula yang pahit tergantung
pada kandungan racun glukosida yang dapat membentuk asam sianida (Sadjad, 1994).

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan pada Rabu, 19 dan 25 September 2018 pukul 08.00-12.00 di
CA BIO 1 Kampus Sekolah Vokasi IPB

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikroskop, kaca objek dan penutup,
isolasi, gelas plastic, dan pinset. Sedangkan bahan yang digunakan adalah blotter test
hasil praktikum Rabu, 12 September 2018, media agar PDA dan NA, benih Kacang
hijau, benih Kedelai, benih Mentimun, benih Cabai, kloroks, tisu, dan plastic wrap.
Metode
Praktikum kali ini adalah Deteksi Patogen Terbawa Benih dengan Metode
Blotter Test pada Media Agar. Pembuatan media agar PDA (Potato Dextrose Agar)
dilakukan dengan cara ekstrak kentang sebanyak 500 ml disiapkan, kemudian dextrose
20 gram ditambahkan kedalam larutan ekstrak kentang, agar-agar seberat 20 gram
dimasukkan ke dalam larutan ekstrak kentang, dan ditambahkan air aquades sampai
dengan larutan menjadi 1 liter. Pembuatan media NA (Nutrient Agar) dilakukan
dengan cara pepton seberat 5 gram, NaCl 5 gram, beef ekstrak seberat 15 gram, yeast
ekstrak 15 gram, agar 15 gram disiapkan dan dimasukkan ke dalam gelas ukur,
ditambahkan air aquades sampai dengan laruran mencapai 1 liter, kemudian larutan
dihomogenkan.
Penanaman dengan cara Blotter test. Disiapkan media PDA dan NA masing-
masing sebanyak 2 media. Larutan kloroks disiapkan dan dituangkan ke dalam gelas
plastic. Sterilasi benih dilakukan dengan cara merendam benih dalam larutan kloroks
selama 10 menit. Benih dimasukkan ke dalam kloroks perkomoditas benih. Aquades
dituangkan ke dalam cawan pertidish dan juga tisu disiapkan. Setelah 10 menit benih
diangkat menggunakan pinset kemudian benih dibilas menggunakan aquades yang
telah disiapkan, lalu benih dikeringkan menggunakan tisu. Benih Kacang hijau
sebanyak 10 butir dan benih Cabai sebanyak 10 butir ditanam pada media PDA
perkomoditas. Untuk benih Kedelai sebanyak 10 butir dan benih mentimun sebanyak
10 butir ditanam pada media NA perkomoditas menggunakan pinset.
Identifikasi cendawan menggunakan mikroskop. Isolasi dipotong kecil
kemudian ditempelkan pada benih hasil blotter test sebelumnya kemudian, tutup
menggunakan penutup. Gelas objek diamati di bawah mikroskop cahaya. Cendawan
diidentifikasikan sampai ditemukan.

HASIL

Tabel 1 Daya berkecambah dan persentase infeksi cendawan benih


Komoditas Ulangan Daya berkecambah (%) Persentase infeksi (%)
1 100 100
2 50 80
Kedelai 3 80 40
4 70 60
5 100 100
Rata-rata 80 76
1 100 70
2 100 40
Kacang hijau 3 50 30
4 100 70
5 90 90
Rata-rata 90 60
1 70 0
2 100 60
Cabai 3 0 90
4 80 40
5 20 30
Rata-rata 54 44
1 100 100
2 100 30
Timun 3 90 20
4 100 50
5 30 90
Rata-rata 84 58

Tabel 2 Cendawan yang ditemukan pada media potato dextrose agar


Komoditas Nama cendawan (genus/spesies) Jumlah koloni bakteri
Kedelai Fusarium sp, Pythium sp 7
Kacang Hijau Peronospora sp, Hifa steril 2
Cabai Rhizopus sp, Aspergillus sp 1
Timun Aspergillus sp 0

Tabel 3 Bakteri yang ditemukan pada media nutrient agar


Komoditas Deskripsi koloni bakteri Jumlah koloni cendawan
(bentuk, warna, tepian, elevasi)
Kedelai Putih, bentuk tidak beraturan, tepi 5
bergeri, rata
Kacang Hijau 6
Cabai Putih, bulat, tepian tidak 10
rata/bergerigi, elovasi rata
Timun Putih keabu-abuan, tidak beraturan, 8
berserabut, rata
PEMBAHASAN
Menurut Villarroel (2004) mengatakan bahwa pada kedelai, cendawan terbawa benih
yang penting diantaranya adalah Alternaria spp., Cercospora kikuchii, Cladosporium spp.,
Fusarium spp., dan Verticillum spp.

Cendawan yang mendominasi pada media PDA adalah Aspergillus spp. Aspergillus spp
adalah jenis jamur udara yang berserabut. Spesies Aspergillus sangat aerobik dan ditemukan
pada hampir semua lingkungan yang kaya oksigen, dimana mereka umumnya tumbuh sebagai
jamur pada permukaan substrat, sebagai akibat dari ketegangan oksigen tinggi. Aspergillus
spp ini hidup sebagai saproba pada bermacam-macam bahan organik, seperti pada roti, daging
yang sudah diolah, butiran padi, kacang-kacangan dan lain-lain.

PDA atau Potato Dextrose Agar adalah media pertumbuhan yang umum digunakan
dalam membuat biakan murni jamur adalah. Media ini terbuat dari sari kentang, dekstrosa dan
agar. Dalam pelaksanaannya sering terjadi kontaminasi pada media pertumbuhan seperti pada
media PDA yang disebabkan oleh bakteri. Untuk mengatasi hal ini dilakukan sebuah
penelitian untuk mencegah pertumbuhan bakteri kontaminan yaitu dengan menggunakan
beberapa jenis antibiotik yang dijual di pasaran seperti Kanamycin, Cefadroxil, Streptomycin,
dan Amoksisilin. Namun, pada proses pemurnian jamur, sering tumbuh bakteri kontamin pada
media yang diakibatkan oleh kondisi alat yang tidak steril, udara dan kebersihan laboratorium
yang kurang terjaga proses terjadinya infeksi tersebut dikarenakan tidaknya aseptis dalam
melakukan perlakuan percobaan.

Patogen bakteri pada benih kacang hijau di media NA tidak berhasil diisolasi dikarenakan
oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang menyebabkan bakteri pada media NA tidak berhasil
diisolasi seperti suhu, kelembapan relatif, cahaya, radiasi, dan ph. Suatu mikroorganisme tidak
akan mampu bertahan pada suhu yang tinggi, karena pada suhu yang terlalu tinggi protein
dalam selnya akan mudah untuk terdenaturasi. Dalam suatu kondisi lembap, terdapat
mikroorganisme yang akan mudah hidup. Akan tetapi, kelembapan harus disesuaikan dengan
karakteristik mikroorganisme yang akan ditumbuhkan. Dalam suatu intensitas cahaya tertentu
mikroorganisme tidak dapat tumbuh karena, Pada intensitas cahaya yang lebih tinggi,
mikroorganisme tidak akan mampu mempertahankan diri dari sinar ultra violet. Seperti yang
kita ketahui, jika makhluk hidup terkena radiasi, maka radiasi tersebut akan berdampak pada
struktur sel suatu makhluk hidup sehingga akan mengalami kelainan. Hal tersebut juga
berdampak pada bakteri atau mikroorganisme lainnya. Setiap mikroorganisme mempunyai pH
yang spesifik, sehingga dalam pertumbuhannya harus disesuaikan dengan pH yang
dibutuhkannya.
Media dapat mempengaruhi pertumbuhan secara tidak langsung, yaitu melalui efek
terhadap tersedianya nutrisi atau secara langsung melalui aktivitas pada permukaan sel.
Perkembangan cendawan yang terjadi pada media NA dikarenakan media tersebut
mempunyai pH yang baik sehingga memiliki efek terhadap metabolik, sehingga jamur
mampu menggunakan zat tertentu untuk mendapatkan kebutuhan nutrisinya. Terdapatnya
cendawan pada media NA juga dikarenakan penisolasian yang dilakukan tidak steril sehingga
menyebabkan adanya tingkat kontaminasi oleh cendawan.
Pada tanaman kedelai, kacang hijau, cabai, dan timun terdapat berbagai macam
cendawan dan bakteri patogen. Cendawan pada benih Kedelai yaitu Cercospora
kikuchii, Marcophomia phaseolina, dan Verticillium sp. Pada benih Cabai
Colletotrichum spp, Aspergillus sp, dan Phytophthora capsici. Benih Kacang tanah
Aspergillus niger, Penicillium spp, dan Rhizopus sp. Cendawan pada benih Mentimun
Chaetomium globosum, Trichoderma sp, dan Phytium sp. Sedangkan bakteri pada benih
Kedelai yaitu Xanthomonas axonopodis pv. glycines, Alterbaria colocasiae, dan Cercospora
bataticula. Pada benih Cabai Erwina chrysanthemi, Bacterium solanacearum, Phytomonas
solanacearum. Pada benih Kacang tanah Pseudomonas solanacearum, Rhizobium
leguminosarium, dan Cercospora arachidicola. Dan pada benih Mentimun Pseudomonas
solanacearum, Erwinia tracheiphila, dan Pseudomonas lachrymans.

SIMPULAN
Deteksi patogen terbawa benih pada media agar dilakukan dengan penambahan media PDA
dan NA. Pada media PDA yang spesifik untuk perkembangan cendawan berhasil ditemukan
cendawan pada media , meski terdapat juga bakteri patogen pada media PDA. Pada media NA
yang spesifik untuk perkembangan bakteri patogen berhasil ditemukan bakteri patogen pada
beberapa benih, meskipun pada benih kacang hijau bakteri patogen tidak dapat diisolasi.
Seperti halnya pada media PDA, pada media NA juga terdapat cendawan dipermukaan media.
Penemuan bakteri patogen pada media PDA dan cendawan pada media NA dikarenakan
adanya kontaminasi akibat kurang sterilnya peralatan yang digunakan. Kegagalan isolasi
bakteri patogen pada kacang hijau disebabkan oleh banyak faktor yaitu suhu, kelembapan
relatif, cahaya, radiasi, dan ph.

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta. 


Dhingra OD, James B Sinclair. 2000.Basic Plant Pathology Methods.Florida: CRC Press,
Inc.
Suharti, Tati, dan Megawati. “ Identifikasi Cendawan untuk Menguji Kesehatan
Benih”. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan: Bogor.
Mardinus. “Patologi Benih Hortikultura”. Padang: Andalas University
Khaeruni, A dan V. N. Satrah. 2014. “Penuntun Praktikum Mikrobiologi Dasar”.
Fakultas Pertanian UHO. Kendari.

Cappuccino, J G, Sherman, N 2014.


Manual Laboratorium Mikrobiologi.
Jakarta: EGC.

Munandar,K. 2016. Pengenalan Laboratorium IPA-BIOLOGI Sekolah. Bandung:


Refika Aditama.
Sadjad, S. 1994. Metode Uji Langsung Viabilitas Benih. Bogor. IPB

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai