Anda di halaman 1dari 14

“PENYULUHAN GIZI BALITA

STUNTING”

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Permasalahan gizi di Indonesia yang masih cukup serius dan perlu
mendapatkan perhatian khusus adalah stunting atau pendek pada balita.
Stunting adalah keadaan terganggunya pertumbuhan pada anak balita akibat
dari kekurangan gizi kronis dana tau penyakit infeksi kronis sehingga anak terlalu
pendek untuk usianya, ditunjukkan dengan nilai z-score tinggi badan menurut
(TB/U) < -2 SD berdasarkan standar WHO .
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas) pada tahun 2013,
prevelensi stunting anak balita di Indonesia mencapai angka nasional (37,2%,)
dimana mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan tahun
2007 (36,8%). Sedangkan prevelensi stunting di Provinsi Jawa Timur pada tahun
2013 mencapai angka (35,8%). Menurut WHO, apabila prevelensi stunting di
atas 20% maka merupakan masalah kesehatan yang akut serta kronis dan
dianggap berat bila prevelensi stunting sebesar 30-39%.
Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017, prevelensi
balita stunting di Indonesia adalah 49,7% dengan klasifikasi balita pendek
sebanyak 33% dan balita sangat pendek sebanyak 16,7%. Sedangkan untuk
prevelensi stunting di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2017 mencapai angka
26,7% dengan klasifikasi balita pendek sebanyak 7,9% dan balita pendek
sebanyak 18,8%. Selanjutnya untuk prevelensi stunting di Kabupaten Malang
mencapai 28,3%.

2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Dapat mengetahui langkah-langkah yang dilakukan dalam penyuluhan gizi
terkait masalah stunting
b. Tujuan Khusus :
 Dapat mengetahui besarnya masalah kejadian stunting di Desa
Purwosekar, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang, Kota Malang
 Dapat mengetahui satuan acara penyuluhan gizi terkait stunting
 Dapat mengetahui rencana anggaran yang disiapkan untuk
penyuluhan gizi terkait stunting
3. Sasaran
Sasaran dari kegiatan “Ibu Cerdas Balita Sehat” adalah ibu-ibu dan Balita (bayi
lima tahun)
4. Tempat
Desa Purwosekar, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang, Kota Malang
5. Susunan Panitia
Penasihat : Sutomo Rum Teguh K, SKM, MKes
Dosen Pembimbing : Tapriadi, SKM, MPD
Penanggung Jawab : Hasan Aroni, SKM, MPH (Dosen
Penanggung Jawab Mata Kuliah
Pendidikan dan Pelatihan Gizi)
Ketua Panitia : Alfa Laili Rohmatin (P17111171001)
Sekretaris : Yoan Anggraeni Saputri (P1711117102)
Bendahara : Santy Oktaviani (P1711117103)
Sie Acara
Koordinator Sie : Apriani Simbi Halimah (P1711117104)
Anggota : Nindya Tresna Wiwitan (P1711117105)
Risa Mafaza (P1711117106)
Sie Konsumsi
Koordinator Sie : Novanda Rizkiadefta D. (P1711117107)
Anggota : Ila Maghfira (P1711117108)
Linda Rahmaeka (P1711117109)
Sie Pubdekdok
Koordinator Sie : Nathasya Arleta D (P1711117110)
Anggota Ulul Azmi M. (P1711117111)
‘Alaa Qamara W (P1711117112)
Sie Dana Usaha
Koordinator Sie : Afdhalia Rahma S. (P171111713)
Anggota Karunia Damai D. (P1711117114)
Masithah Nuzul S. (P1711117115)
Sie Humas
Koordinator Sie : Naufalia Primandita (P1711117116)
Anggota : Fiqih Dzulfaqor (P1711117117)
M.Taufik Khur R. (P1711117118)
Sie Perlengkapan
Koordinator Sie : Nurul Kartika Sari (P1711117119)
Anggota : Novindasari Cholifah P (P1711117120)

6. Metode
Penyuluhan gizi, yaitu ceramah
7. Materi Penyuluhan
Stunting pada Balita
8. Alat dan Bahan
Poster, alat peraga, LCD projector, microphone, speaker, media gambar, dan
tempat untuk melakukan penyuluhan (Posyandu Teratai).
A. Rencana Anggaran Penyuluhan Persiapan
 Penjajagan Lokasi ke Desa : Rp. 300.000,-
 Pembuatan dan Penjilidan Proposal : Rp. 100.000,-
B. Pelaksanaan
 Penyuluhan :
- ATK: Rp. 100.000,-
- Poster: Rp. 50.000,-
- Leaflet: Rp. 50.000,-
- Foto copy: Rp. 150.000,-
- Transportasi ke lokasi : Rp. 300.000,-
- Konsumsi : Rp. 400.000,-
C. Pelaporan
 Penggandaan laporan : Rp. 200.000,-
 Penjilidan laporan : Rp. 100.000,-
Jumlah total : Rp. 1.750.000,-

9. SATPEL
Materi penyuluhan : Pencegahan stunting
Sasaran : Orang tua anak
Hari/ Tanggal : 28 April 2020
Waktu : 30 menit
Tempat : Posyandu Bunga Teratai, Tajinan

1. LATAR BELAKANG
Stunting adalah status gizi yang didasarkan pada indeks panjang badan menurut
umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah
stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Seorang anak yang mengalami
kekerdilan sering terlihat seperti anak dengan tinggi badan normal untuk anak
seusianya. Stunting sudah dimulai sejak sebelum kelahiran disebabkan karena gizi ibu
selama kehamilan buruk, pola makan yang buruk, kualitas makanan yang buruk, dan
intensitas frekuensi menderita penyakit sering (Supariasa, 2011).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1995/MENKES/SK/XI I/2010 tentang
Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pengertian pendek dan sangat pendek
adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U)
atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted
(pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Balita pendek (stunting) dapat diketahui
bila seorang balita sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan
dengan standar, dan hasilnya berada di bawah normal. Balita pendek adalah balita
dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umurnya bila
dibandingkan dengan standar baku WHOMGRS (Multicentre Growth Reference Study)
tahun 2005, nilai z-scorenya kurang 2 dari -2SD dan dikategorikan sangat pendek jika
nilai z-scorenya kurang dari -3SD (Kemenkes, 2016).
Stunting merupakan manifestasi sebagai akibat lebih lanjut dari tingginya angka Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR), pola makan yang tidak sehat, kurangnya pemberian ASI,
dan akibat penyakit infeksi pada masa balita serta tidak adanya pencapaian perbaikan
pertumbuhan yang sempurna pada masa berikutnya. Oleh sebab itu tidak heran apabila
banyak ditemukan anak yang stunting.
2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan orangtua anak dapat mengetahui
dan memahami bagaimana mencegah stunting.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan pasien dan keluarga
pasien dapat mengerti tentang:
1) Definisi Stunting
2) Penyebab stunting 
3) Dampak stuntig
4) Cara mencegah stunting 
5) Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari Stunting (Pendek)

3. RENCANA KEGIATAN
1. Metode : Ceramah, diskusi, dan Tanya jawab
2. Media dan Alat Bantu : Leaflet, Pertunjukan slides (melalui overhead
projector, slide projector, komputer dan LCD projector, atau lainnya), poster, video.
3. Tempat dan Waktu
a. Tempat Kegiatan : Posyandu Bunga Teratai, Tajinan
b. Hari/Tanggal : 28 April 2020
4. Materi dan Pemateri : Devita Ardiani
5. Peserta : Orang tua anak
6. Waktu : 30 menit

4. KEGIATAN PENYULUHAN
Tahap Kegiatan perawat Kegiatan klien Media
Kegiatan
Pembukaan 1. Salam pembuka 1. Menjawab 1. Ceramah
(5menit) 2. Memperkenalkan diri salam 2. Tanya jawab
3. Menjelaskan maksud dan 2. Mendengarkan
08.00-08.05
tujuan penyuluhan keterangan
4. Menggali pengetahuan peserta penyaji
tentang materi yang akan 3. Menyampaikan
disampaikan pengetahuan
tentang materi
yang
disampaikan

Penyajian dan 1. Definisi Stunting - Memperhatikan 1. Ceramah


diskusi 2. Penyebab stunting  - Mendengarkan 2. Tanya
(35 menit) 3. Dampak stuntig keterangan jawab
08.05-08.40 4. Cara mencegah stunting  penyaji 3. Leaflet
5. Zat Gizi Mikro yang Berperan
untuk Menghindari Stunting
(Pendek)

Penutup 1. Mengevaluasi atau Peserta menjawab Tanya jawab


(20 menit) menanyakan kembali materi pertanyaan,
08.40-09.00 yang telah disampaikan pada memperhatikan
peserta dan menjawab
2. Menyimpulkan kembali materi salam
yang telah disampaikan
3. Memberi salam penutup

5. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi terstruktur
a) Adanya koordinasi antara pemateri, peserta penyuluhan dan panitia
penyelenggara selama acara penyuluhan berlangsung.
b) Persiapan acara penyuluhan dapat dilakukan dengan baik, misalnya dalam
penyiapan kursi, absensi dan leaflet.
c) Sebelum penyuluhan telah dilakukan perjanjian penyuluhan dengan pihak
Posyandu Bunga Teratai, Tajinan
2. Evaluasi proses
a) Peserta aktif mendengarkan dan menyimak acara penyuluhan
b) Peserta aktif bertanya topik yang dibahas pada sesi tanya jawab.
c) Peserta mampu merespon pertanyaan yang diberikan pemateri..
3. Evaluasi hasil
Peserta mampu menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan dengan benar
melalui pertanyaan lisan meliputi pengertian stunting, cara mencegahnya, dan zat
gizi yang berperan menghindari stunting (75%).

6. MATERI PENYULUHAN
7. PRE-TEST DAN POST-TEST

MATERI PENYULUHAN

A. Definisi Stunting
Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah,
atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak
lain seusianya (MCN, 2009). Stunted ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan
anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan
sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan
pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi
kurang pada anak.
Stunting didefinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama dengan atau
kurang dari minus dua standar deviasi (-2 SD) dibawah rata-rata standar atau
keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain
seusianya (MCN, 2009) (WHO, 2006). Ini adalah indikator kesehatan anak yang
kekurangan gizi kronis yang memberikan gambaran gizi pada masa lalu dan yang
dipengaruhi lingkungan dan keadaan sosial ekonomi.
B. Penyebab Stunting
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu
proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang
siklus kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak
dan peluang peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak
langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine
growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan
mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan
kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan
meningkatnya kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga
meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk
mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunted
(Allen and Gillespie, 2001).
Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja
seperti yang telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana
faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor
utama penyebab stunting yaitu sebagai berikut :
 Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam
makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air).
 Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR),
 Riwayat penyakit.
Lancet “Maternal and Child Nutrition” Series tahun 2004 memuat satu
konsep model faktor-faktor yang menyebabkan kekurangan gizi, kecacatan atau
disability dan kematian.
• Dalam diagram tersebut terlihat bahwa kekurangan gizi kronis atau pendek lebih
dipengaruhi oleh faktor gangguan pertumbuhan pada masa janin, kekurangan
asupan zat gizi mikro dan kekurangan asupan energy dan protein.
• Sementara itu gizi kurang akut yang sering disebut gizi kurang atau kurus lebih
banyak dipengaruhi oleh faktor tidak cukupnya asupan gizi terutama kalori dan
protein dan infeksi penyakit.
• Tidak optimalnya pemberian Air Susu Ibu merupakan salah satu penyebabnya
tingginya infeksi pada bayi yang mengakibatkan kekurangan gizi akut dan kematian.
• Kekurangan gizi mikro disamping menyebabkan kekurangan gizi kronis juga
menyebabkan disability, yang meningkatkan risiko kematian
• Faktor-faktor kemiskinan, sosial budaya dan politik, meningkatnya infeksi penyakit,
ketahanan pangan dan tidak optimalnya cakupan dan kualitas pelayanan merupakan
merupakan faktor yang secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri
berpengaruh pada keadaan gizi ibu hamil, kekurangan gizi mikro, asupan energy
yang rendah dan tidak optimalnya pemberian Air Susu Ibu.

C. Dampak Stunting
Menurut laporan UNICEF (1998) beberapa fakta terkait stunted dan
pengaruhnya adalah sebagai berikut:
a) Anak-anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan, akan
mengalami stunted lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunted yang parah pada
anak-anak akan terjadi deficit jangka panjang dalam perkembangan fisik dan mental
sehingga tidak mampu untuk belajar secara optimal di sekolah, dibandingkan anak-
anak dengan tinggi badan normal. Anak-anak dengan stunted cenderung lebih lama
masuk sekolah dan lebih sering absen dari sekolah dibandingkan anak-anak dengan
status gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan anak dalam
kehidupannya dimasa yang akan datang.
b) Stunted akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembanangan anak. Faktor
dasar yang menyebabkan stunted dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan intelektual. Penyebab dari stunted adalah bayi berat lahir rendah, ASI
yang tidak memadai, makanan tambahan yang tidak sesuai, diare berulang, dan
infeksi pernapasan. Berdasarkan penelitian sebagian besar anak-anak dengan
stunted mengkonsumsi makanan yang berada di bawah ketentuan rekomendasi
kadar gizi, berasal dari keluarga miskin dengan jumlah keluarga banyak, bertempat
tinggal di wilayah pinggiran kota dan komunitas pedesaan.
c) Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang. Anak stunted pada usia lima
tahun cenderung menetapsepanjang hidup, kegagalan pertumbuhan anak usia dini
berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang
stunted dan mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan produktivitas,
sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak dengan BBLR. Stunted terutama
berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung menghambat dalam proses
pertumbuhan dan berisiko lebih besar meninggal saat melahirkan.

D. Cara Mencegah Stunting


1. Mencegah Stunting pada Balita
Berbagai upaya telah kita lakukan dalam mencegah dan menangani masalah
gizi di masyarakat. Memang ada hasilnya, tetapi kita masih harus bekerja keras
untuk menurunkan prevalensi balita pendek sebesar 2,9% agar target MD’s tahun
2014 tercapai yang berdampak pada turunnya prevalensi gizi kurang pada balita kita.
Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan
bertambahnya umur, namun pertambahan tinggi badan relatif kurang sensitif
terhadap kurang gizi dalam waktu singkat. Jika terjadi gangguan pertumbuhan tinggi
badan pada balita, maka untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan optimalnya
masih bisa diupayakan, sedangkan anak usia sekolah sampai remaja relatif kecil
kemungkinannya.  Maka peluang besar untuk mencegah stunting dilakukan sedini
mungkin. dengan mencegah faktor resiko gizi kurang baik pada remaja putri, wanita
usia subur (WUS), ibu hamil maupun pada balita. Selain itu, menangani balita yang
dengan tinggi dan berat badan rendah yang beresiko terjadi stunting, serta terhadap
balita yang telah stunting agar tidak semakin berat.
Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam
kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil,
artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan
suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain itu setiap bayi
baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah
umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan
kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup gizi, juga diberi suplementasi
zat gizi berupa kapsul vitamin A. Kejadian stunting pada balita yang bersifat kronis
seharusnya dapat dipantau dan dicegah apabila pemantauan pertumbuhan balita
dilaksanakan secara rutin dan benar. Memantau pertumbuhan balita di posyandu
merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan
pertumbuhan, sehingga dapat dilakukan pencegahan terjadinya balita stunting.
Bersama dengan sektor lain meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan, lalu
peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada pengetahuan dan
kemampuan dalam penerapan kesehatan dan gizi keluarganya, sehingga anak
berada dalam keadaan status gizi yang baik. Mempermudah akses keluarga
terhadap informasi dan penyediaan informasi tentang kesehatan dan gizi anak yang
mudah dimengerti dan dilaksanakan oleh setiap keluarga juga merupakan cara yang
efektif dalam mencegah terjadinya balita stunting.
2. Penanggulangan dan pencegahan Stunting pada Bayi
Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu hari
pertama kehidupan, yaitu:
Pada ibu hamil
Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam
mengatasi stunting. Ibu  hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga apabila
ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami KurangEnergiKronis
(KEK), maka perlu diberikan  makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut. Setiap
ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan.
Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit.
Pada saat bayi lahir
Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir
melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air
Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif).
Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun
Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. Bayi
dan anak memperoleh kapsul vitamin A, taburia, imunisasi dasar lengkap.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah
tangga.
3. Pencegahan stunting pada pertumbuhan bayi
Kebutuhan gizi masa hamil
Pada Seorang wanita dewasa yang sedang hamil, kebutuhan gizinya
dipergunakan untuk kegiatan rutin dalam proses metabolisme tubuh, aktivitas fisik,
serta menjaga  keseimbangan segala proses dalam tubuh. Di samping proses yang
rutin juga diperlukan energi dan gizi tambahan untuk pembentukan jaringan baru,
yaitu janin, plasenta, uterus serta kelenjar mamae. Ibu hamil dianjurkan makan
secukupnya saja,  bervariasi sehingga kebutuhan akan aneka macam zat gizi bisa
terpenuhi. Makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah makanan yang
mengandung zat pertumbuhan atau pembangun yaitu protein, selama itu juga perlu
tambahan vitamin dan mineral untuk membantu proses pertumbuhan itu.
Kebutuhan Gizi Ibu  saat Menyusui
Jumlah makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih besar dibanding
dengan ibu hamil, akan tetapi kualitasnya tetap sama. Pada ibu menyusui
diharapkan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berenergi tinggi, seperti
diisarankan untuk minum susu sapi, yang bermanfaat untuk mencegah kerusakan
gigi serta tulang. Susu untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan flour dalam ASI. Jika
kekurangan unsur ini maka terjadi pembongkaran dari jaringan (deposit) dalam tubuh
tadi, akibatnya ibu akan mengalami kerusakan gigi. Kadar air dalam ASI sekitr 88 gr
%. Maka ibu yang sedang menyusui dianjurkan untuk minum sebanyak 2–2,5 liter (8-
10 gelas) air sehari, di samping bisa juga ditambah dengan minum air buah.

Kebutuhan Gizi Bayi 0 – 12 bulan


Pada usia 0 – 6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu (ASI). ASI
adalah makanan terbaik bagi bayi mulai dari lahir sampai kurang lebih umur 6 bulan.
Menyusui sebaiknya dilakukan sesegara mungkin setelah melahirkan. Pada usia ini
sebaiknya bayi disusui selama minimal 20 menit pada masing-masing payudara
hingga payudara benar-benar kosong. Apabila hal ini dilakukan tanpa membatasi
waktu dan frekuensi menyusui,maka payudara akan memproduksi ASI sebanyak 800
ml bahkan hingga 1,5 – 2 liter perhari.
Kebutuhan Gizi Anak 1 – 2 tahun
  Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai melambat tetapi
perkembangan motorik meningkat, anak mulai mengeksplorasi lingkungan sekitar
dengan cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan sebagainya. Namun pada usia
ini anak juga mulai sering mengalami gangguan kesehatan dan rentan terhadap
penyakit infeks seperti ISPA dan diare sehingga anak butuh zat gizi tinggi dan gizi
seimbang agar tumbuh kembangnya optimal. Pada usia ini  ASI tetap diberikan.
Pada masa ini berikan juga makanan keluarga secara bertahap sesuai kemampuan
anak. Variasi makanan harus diperhatikan. Makanan yang diberikan tidak
menggunakan penyedap, bumbu yang tajam, zat pengawet dan pewarna. dari asi
karena saat ini hanya asi yang terbaik untuk buah hati anda tanpa efek samping

E. Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari Stunting (Pendek)


1. Kalsium
Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan darah dan
kontraksi otot. Bahan makanan sumber kalsium antara lain : ikan teri kering, belut,
susu, keju, kacang-kacangan.
2. Yodium
Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid mengatur
metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Yodium juga penting untuk
mencegah gondok dan kekerdilan. Bahan makanan sumber yodium : ikan laut,
udang, dan kerang.
3. Zink
Zink berfungsi dalam metabolisme tulang, penyembuhan luka, fungsi kekebalan dan
pengembangan fungsi reproduksi laki-laki. Bahan makanan sumber zink : hati,
kerang, telur dan kacang-kacangan.
4. Zat Besi
Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan
metabolisme energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur, ikan, kacang-kacangan,
sayuran hijau dan buah-buahan.
5. Asam Folat
Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan pertumbuhan sel,
memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Sumber asam folat antara
lain : bayam, lobak, kacang-kacangan, serealia dan sayur-sayuran.

D. INDIKATOR KEBERHASILAN
1. Indikator masukan (input):
a. Ada/tidaknya komitmen kepala posyandu yg tercermin dalam rencana umum
pengembangan penyuluhan gizi di posyandu
b. Ada/tidaknya komitmen seluruh jajaran yg tercermin dalam rencana operasional
pencegahan terjadinya stunting di wilayah Desa Purwosekar, Tajinan
c. Ada/tidaknya tenaga posyandu sesuai standar
d. Ada/tidaknya tenaga ahli gizi dan nakes lainnya di posyandu yang sudah dilatih
e. Ada/tidaknya sarana dan pelayanan gizi sesuai standar
f. Ada/tidaknya dana di posyandu yang mencukupi untuk penyelenggaraan
pelayanan gizi mengenai stunting posyandu
2. Indikator Proses (Process):
a. Sudah/belumnya kegiatan pencegahan stunting di dalam gedung (setiap nakes
melakukan promkes atau diselenggarakan klinik khusus, pemasangan poster dll)
dan atau frekwensinya
b. Kondisi media komunikasi yg digunakan (poster, leaflet, spanduk dll) yaitu masih
bagus atau sudah rusak.
c. Sudah/belum dilaksanakannya kegiatan pencegahan stunting di masyarakat
(konseling dan penyuluhan)
3. Indikator Keluaran (Out Put): 
a. Berapa banyak pasien/klien yang terlayani
d. Berapa banyak keluarga yg telah mendapat konseling dan penyuluhan oleh
posyandu
b. Berapa banyak kelompok masyarakat yang sudah dilakukan pengorganisasian
masyarakat
c. Posyandu sbg institusi yang ber-phbs yaitu dengan:
- Bebas rokok,
- Lingkungan bersih,       
- Bebas jentik dan
- Jamban sehat.
4. Indikator Dampak (Impact):
a. Persalinan dengan tenaga kesehatan
b. Asi ekslusif
c. Makanan bergizi
d. Pengukuran antropometri balita secara teratur
e. Menggunakan air bersih
f. Menggunakan jamban sehat
PENYULUHAN GIZI ANAK SEKOLAH

KESEHATAN REPRODUKSI

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

2. Tujuan
3. Sasaran
4. Tempat
5. Susunan Panitia
6. Metode
7. Materi Penyuluhan
8. Alat dan Bahan
9. Rencana Anggaran Penyuluhan
10. Satpel

Anda mungkin juga menyukai