Makalah Dermatitis
Makalah Dermatitis
PASIEN DERMATITIS
Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah
Disusun Oleh :
1. Ika Purnamasari J210191094
2. Aprilia Rizky Arifiani J210191111
3. Febrianto Kurniawan J210191154
4. Pipit Widowati J210191162
5. Chyntia Marantika Bahri J210191176
6. Susvita Kamalia J210191180
7. Sindu Pramesthi J210191206
8. Muhammad Ilham Hidayatullah J210191213
9. Dina Fakhrana J210191217
10. Dhenel Gusfirnandou J210191221
11. Nurin Latifiani J210191227
12. Alfisa Her Bening J210191231
13. Mareta Kumala Sari J210191237
Alhamdulillah, segala puji kita panjatkan hanya kepada Allah SWT. Dzat yang hanya
kepadanya kita meminta tolong dan meminta ampunan. Kita berlindung hanya kepada-Nya dari
buruknya jiwa dan kejelekan amal perbuatan kita. Siapa saja orang yang telah diberi petunjuk
oleh Allah, tidak ada satu pun yang dapat menyesatkannya. Sebaliknya, siapa saja yang telah
disesatkan oleh Allah, tidak ada satu pun yang dapat memberinya petunjuk.
Shalawat serta salam selayaknya kita curahkan kepada baginda rasul, Muhammad SAW
yang telah memberikan kita teladan menuju jalan kebenaran, jalan kasih sayang, jalan
kedamaian, jalan kebahagian dunia akhirat, dan jalan menuju kepada-Nya, yaitu islam. Shalawat
dan salam semoga tercurah pula kepada keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang
meniti jalannya dengan sungguh-sungguh hingga akhir zaman.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karenanya
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
perbaikan makalah ini. Atas bantuan, arahan, dan motivasi yang senantiasa diberikan selama ini,
dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan segenap ucapan terima kasih.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak lepas dari kekurangan, oleh karena
itu dengan terbuka penulis mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun. Harapan
penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
JUDUL .......................................................................................................................................i
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
iii
LAPORAN PENDAHULUAN DERMATITIS
A. KONSEP TEORI
a. DEFINISI
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai
respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema,
papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung
residif dan cenderung kronis. (Djuanda, 2010).
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit
yang mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam
berbagai jenis, terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan,
memerah, dan gatal pada kulit (Widoyono, 2011).
b. ETIOLOGI
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia
(contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar, suhu), mikro-
organisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya
dermatitis atopik.
Klasifikasi dermatitis (Djuanda Adhi, 2010), yaitu :
a. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang
menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).
1) Dermatitis Kontak Iritan
DKI ialah erupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-bahan yang
bersifat iritan primer melalui jalur kerusakan yang non-imunologis.
Bahan iritan antara lain deterjen, bahan pembersih peralatan rumah
tangga, dan sebagainya
2) Dermatitis Kontak Alergik
DKA ialah respons alergik yang didapat bila berkontak dengan bahan-
bahan yang bersifat sensitiser/alergen. Contoh bahan yang dapat
4
memicu DKA antara lain adalah beberapa jenis pewangi, pewarna,
nikel, obat obatan, dan sebagainya.
b. Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik (DA) adalah kelainan kulit kronis yang sangat gatal,
umum dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan eksudasi,
yang kambuh-kambuhan. Dermatitis atopik disebabkan oleh rinitis
alergik, asma bronkial, reaksi abnormal terhadap perubahan suhu (hawa
udara panas, dingin) dan ketegangan (stress), resistensi menurun terhadap
infeksi virus dan bakteri, lebih sensitif terhadap serum dan obat.
c. Neurodermatitis Sirkumskripta = Lichen Simplex Chronicus (LSC)
Istilah LSC diambil dari kata likenifikasi yang berarti penebalan kulit
disertai gambaran relief kulit yang semakin nyata. Penyebabnya belum
diketahui secara pasti, tetapi kelainan sering diawali oleh cetusan gatal
yang hebat, misalnya pada inse,,Mct bite.
d. Dermatitis Numularis
Dermatitis Numularis terlihat sebesar uang logam, terdiri atas eritema,
edema, kadang-kadang ada vesikel, krusta atau papul. Tempat predileksi
ialah ekstensor ekstremitas (terutama tungkai bawah), bahu dan bokong.
Penyakit mempunyai kecenderungan residif.
e. Dermatitis Statis
Dermatitis statis atau dermatitis hipostatis merupakan salah satu jenis
dermatitis sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis merupakan dermatitis
varikosum, sebab kausa utamanya ialah insufisiensi vena. Di sebabkan
oleh semua keadaan yang menyebabkan statis peredaran darah di tungkai
bawah.
f. Dermatitis Autosensitisasi
Merupakan dermatitis akut yang timbul pada tempat jauh dari fokus
inflamasi lokal, sedangkan penyebabnya tidak berhubungan langsung
dengan penyebab fokus inflamasi tersebut. Manifestasi klinisnya
umumnya dalam bentuk erupsi vesikular akut dan luas, sering
5
berhubungan dengan ekzem kronis ditungkai bawah(dermatitis statis)
dengan atau tanpa ulkus.
c. PATOFISIOLOGI
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis
ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat
iritan. Zat tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan
hipersensitifitas pada kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah
terjadi sensitisasi permulaan terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari,
sedangkan masa reaksi setelah terkena yang berikutnya adalah 12-48 jam.
Bahan iritan ataupun allergen yang masuk ke dalam kulit merusak lapisan
tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan
mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel dermis maupun
sel epidermis sehingga menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.
6
d. PATHWAY
Resiko infeksi
7
e. MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Djuanda Adhi, 2010)
a. Dermatitis kontak
2. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak
3. Untuk dermaititis kontak alergi, gejala tidak muncul sebulum 24-48
jam bahkan sampai 72 jam
4. Utuk dematitis kontak iritan, gejala terbagi menjadi 2 : Akut dan
Kronis. saat akut dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi
kemerahan, terasa perih bahkan lecet. saat kronis gejala di mulai
dengan kulit yang mengering dan sedikit meradang yang akhirnya
menebal.
5. Pada kasuus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan
tersebut.
6. Kulit tersa gatal bahkan terasa terbakar
7. Dermatitits kontak iriatan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa di
bandingan dengan tipe alergi
b. Dermatitis Autopik
3 fase klinis Autopik yaitu
1. DA infantil (2 bulan – 2 tahun)
DA paling sering muncul tahun pertama kehidupan yaitu pad bulan
kedua. Lesi mulamula tampak di daerah muka (Dahi sampai pipi).
Berupa eritema, Papul-Vesikel pecah karena garukan sehingga lesi
menjadi Eksudatif dan akhirnya terbentuk krusta, Lesi bisa meluas ke
kepala, leher, Pergelangan tangan dan tungkai. bila anak mulai
merangkak, Lesi bisa ditemukan di daerah ekstensor ekstremitas.
seahunbagian besar penderita sembuh setelah 2 tahun dan sebagian
lagi berlanjut ke fase anak.
2. DA Anak (2- 10 tahun)
Dapat merupakan lanjuttan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri
(Denovo). Lokasi lesi dilipatan siku/lutut, bagian fleksor pergelangan
8
tangan, kelopak mata dan leher. ruam berupa papul likenifikasi, sedikit
skuama, erosi, hiperkeratosis dan mungkin infeksi skunder. DA berat
yang lebih 50% permukaan tubuh dapat mengganggu pertumbuhan.
9
membentuk 1 lesi karakteristik seperti uang logam (koin)
Eritematosa. sedikit edimatosa, dan berbatas tegas
3) Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering
menjadi krusta kekuningan
4) Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah berukuran 5 cm atau lebih,
jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar,
bilateral/simetris dengan ukuran berfariasi dar milliar sampai
numular, bahkan plakat
5) Tempat predileksi biasnya terdapat di tungakai bawah, badan
lengantermasuk punggung tangan
e. Dermatitis Statis
1) Bercak-bercak berwarna merah dan bersisisik
2) bintik-bintitk berwarna merah dan bersisik
3) borok atau bisul pada kulit
4) kulit yang tipis pada tangan dan kaki
5) luka (lesi kulit)
6) pembengkakakn pada tungkai kaki
7) rasa gatal di sekitar dareah yang terkena
8) rasa kesemutan pada daerah yang terkena
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada penderita dermatitis, ada beberapa tes diagnostic yang dilakukan.
Untuk mengetahui seseorang apakah menderita penyakit dermatitis akibat
alergi dapat kita periksa kadar IgE dalam darah, maka nilainya lebih besar dari
nilai normal (0,1-0,4 ug/ml dalam serum) atau ambang batas tinggi. Lalu
pasien tersebut harus melakukan tes alergi untuk mengetahui bahan/zat apa
yang menyebabkan penyakit alergi (alergen). Ada beberapa macam tes alergi,
yaitu :
10
a. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).
Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan,
misalnya debu, tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan
lain-lain. Tes ini dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergen
yang diuji ditusukkan pada kulit dengan menggunakan jarum khusus
(panjang mata jarum 2 mm), jadi tidak menimbulkan luka, berdarah di
kulit. Hasilnya dapat segera diketahui dalam waktu 30 menit Bila positif
alergi terhadap alergen tertentu akan timbul bentol merah gatal. Syarat tes
ini :
1.) Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung
antihistamin (obat anti alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis
obatnya.
2.) Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun.
11
c. RAST (Radio Allergo Sorbent Test).
Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Tes
ini memerlukan sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah
tersebut diproses dengan mesin komputerisasi khusus, hasilnya dapat
diketahui setelah 4 jam. Kelebihan tes ini : dapat dilakukan pada usia
berapapun, tidak dipengaruhi oleh obat-obatan.
d. Skin Test (Tes kulit).
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang
disuntikkan. Dilakukan di kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan
obat yang akan di tes di lapisan bawah kulit. Hasil tes baru dapat dibaca
setelah 15 menit. Bila positif akan timbul bentol, merah, gatal.
e. Tes Provokasi.
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum,
makanan, dapat juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi
untuk alergen hirup dinamakan tes provokasi bronkial. Tes ini digunakan
untuk penyakit asma dan pilek alergi. Tes provokasi bronkial dan
makanan sudah jarang dipakai, karena tidak nyaman untuk pasien dan
berisiko tinggi terjadinya serangan asma dan syok. tes provokasi bronkial
dan tes provokasi makanan sudah digantikan oleh Skin Prick Test dan IgE
spesifik metode RAST.
7. PENATALAKSANAAN TERAPI
a. Sistemik
Pada kasus dermatitis ringan diberi antihistamin, atau kombinasi
antihistamin-antiserotonin, antibradikinin, anti-SRS-A, dan sebagainya.
Pada kasus berat dapat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
b. Topikal
Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini :
1) Dermatitis basah (madidans) harus diobati dengan kompres terbuka.
Dermatitis kering (sika) diobati dengan krim atau salep.
12
2) Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase obat
spesifik.
3) Bila dermatitis akut, diberi kompres. Bila subakut, diberi losio (bedak
kocok), pasta, krim, atau linimentum (pasta pendingin). Bila kronik,
diberi salep.
4) Pada dermatitis sika, bila superfisial, diberikan bedak, losio, krim,
atau pasta; bila kronik diberikan salep. Krim diberikan pada daerah
berambut, sedangkan pasta pada daerah yang tidak berambut.
Penetrasi salep lebih besar dari pada krim.
Penatalaksanaan
1) Dermatitis Kontak
c. Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab dermatitis
kontak.
d. Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir
sesegera mungkin.
e. Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.
f. Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang
dirasakan.
g. Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena
sesuai dengan tingkat keparahnnya.
2) Dermatitis Atopik
a. Menghindari dari agen pencetus seperti makanan, udara panas/dingin,
bahan – bahan berbulu.
b. Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab anatara lain krim
hidrofilik urea 10% atau pelembab yang mengandung asam laktat
dengan konsentrasi kurang dari 5%
c. Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah
intertriginosa dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah
dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila aktifitas penyakit telah
13
terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan intermiten, umumnya dua kali
seminggu. Kortikosteroid oral hanya dipakai untuk mengendalikan DA
eksaserbasi akut. Digunakan dalam waktu singkat, dosis rendah, diberi
selang – seling. Dosis diturunkan secara tapering. Pemakaian jangka
panjang akan menimbulkan efek samping dan bila tiba – tiba
dihentikan akan timbul rebound phenomen.
d. Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat
menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5%
dalam jangka pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal tanpa
sensitifitas, tapi pemakaian pada area luas akan menimbulkan efek
samping sedatif.
e. Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan
koloni S. Aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromisin,
asitromisin atau kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi
asiklovir 3 x 400 mg/hri selama 10 hari atau 4 x 200mg/hari untuk 10
hari.
3) Neurodermatitis Sirkumskripta
a. Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk
mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal. Pemberian
steroid topical juga membantu mengurangi hyperkeratosis. Pemberian
steroid mid-potent diberikan pada reaksi radang yang akut, tidak
direkomendasikan untuk daerah kulit yang tipis (vulva, scrotum, axilla
dan wajah). Pada pengobatan jangka panjang digunakan steroid yang
low-proten, pemakaina high-potent steroid hanya dipakai kurang dari 3
minggu pada kulit yang tebal.
b. Anti-depresan atau anti anxiety sangat membantu pada sebagian orang
dan perlu pertimbangan untuk pemberiannya.
c. Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal
ataupun oral.
14
d. Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan perilaku yang dapat
mencegah gatal dan garukan
4) Dermatitis Numularis
a. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien
b. Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya
preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.
c. Bila lesi masih eksudatif sebaiknya dikompes dahulu misalnya
dengan larutan permanganas kalikus 1 : 10.000.
d. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara
sistemik.
e. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan
refrakter, dalam jangka pendek.
f. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, Misalnya
hidroksisilin HCL
5) Dermatitis statis
a. Cahaya berdenyut intens
b. Diuretik
c. Imunosupresan
d. Istirahat
e. Kortikosteroid
f. Ligasi Vaskuler
g. Pelembab
h. Terapi Kompresi
15
KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
A. Identitas:
Umur (biasanya mengenai anak yang berumur diatas 2 tahun), jenis
kelamin, ras/ suku, pekerjaan.
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama: klien mengeluh nyeri, gatal- gatal, eritema, edema,
kenaikan suhu tubuh.
2. Riwayat Penyakit Sekarang: pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh,
kemerahan, edema misalnya pada muka (terutama palpebra dan bibir),
gangguan fungsi kulit, eritema, papula (lesi teraba kecil), vesikel
(lepuhan kecil berisi cairan) , skuama (kulit yang bersisik), dan
likenifikasi (penebalan kulit).
3. Riwayat Kesehatan masa lalu:
a. Penyakit yang pernah di derita:
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada
pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien
untuk menanggulanginya.
b. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
c. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini
atau penyakit kulit lainnya.
d. Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah
sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
16
e. Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai
pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap
sesuatu obat.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Head to toe
1) Kepala
Inspeksi: Bentuk kepala simetris
Palpasi: Tidak ada lesi, tidak ada benjolan
2) Rambut
Inspeksi: Kondisi rambut bersih, tidak ada ketombe, warna
rambut hitam, rambut lurus tidak rontok.
3) Mata
Inspeksi: Warna sklera putih, tidak konjungtivis, pupil:
Normal isokor,kedua bentuk pupilnya simetris, tidak ada
sekret pada mata, kelopak mata normal warna merah muda,
pergerakan mata klien normal, serta lapang pandang normal.
Palpasi: Tidak adanya edema dan tidak ada benjolan disekitar
mata.
4) Hidung
Inspeksi: Tidak ada deformitas pada hidung, tidak ada cuping
hidung, tidak ada sekret, tidak ada polip atau benjolan
didalam hidung, fungsi penciuman baik, kedua lubang hidung
simetris dan tidak terjadi pendarahan pada lubang hidung
(epistaksis).
5) Mulut
Inspeksi: Tidak ada perdarahan rahang gigi, warna mukosa
mulut pucat, membran mukosa kering, tidak ada lesi, tidak
terdapat benjolan pada lidah, tidak ada karies pada gigi.
17
6) Telinga
Inpeksi: Kedua telinga simetris, tidak ada lesi pada telinga,
tidak ada serumen berlebih, tidak adanya edema, ketika
diperiksa dengan otoskop tidak adanya peradangan, dan tidak
terdapat cairan pada membran timpani.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada aurikula dan membran
timpani normal.
Auskultasi: Tes rinne (+), tes wibber (+).
7) Leher
Inspeksi: Bentuk simetris, warna kulit rata sama dengan
tubuh, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Palpasi: Tidak ada deformitas pada trakea, tidak ada benjolan
pada leher, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada peradangan.
8) Dada
- Paru
Inspeksi: Bentuk dada bidang, simetris antara kiri dan
kanan, pola napas pendek pada istirahat dan aktivitas,
frekuensi napas pasien reguler, pergerakan otot bantu
pernafasan normal.
- Jantung
TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
Inspeksi: denyutan jantung normal
Palpasi: Ictus cordis normal di IC ke 5
Auskultasi: Bunyi jantung normal, tidak ada pembesaran
jantung atau tidak ada kardiomegali.
Perkusi: pekak
9) Abdomen
Inspeksi: warna kulit abdomen normal seperti warna kulit
disekitarnya, tidak ada distensi, tidak adanya bekas operasi,
tidak terdapat kolostomi.
18
Auskultasi: peristaltik usus normal 5-30 x/ menit
Perkusi: timpani
Palpasi: adanya nyeri tekan, tidak ada hematomegali, tidak
ada pembesaran lien (ginjal)
10) Otot
Inspeksi: Kelemahan otot dan penurunan kekuatan
11) Integumen
Inspeksi: Terdapat kemerahan, edema misalnya pada muka
( terutama palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit,
eritema, papula (lesi teraba kecil), vesikel (lepuhan kecil
berisi cairan), skuama (kulit yang bersisik), dan likenifikasi
(penebalan kulit).
b. Persyarafan
1) Tingkat kesadaran: composmentis
2) GCS:
Eye: Membuka secara spontan 4
Verbal: Orientasi baik, nilai 5
Motorik: Mengikuti perintah, nilai 6
Total GCS: Nilai 15
3) Reflek: Normal
4) Tidak ada riwayat kejang
5) Koordinasi gerak normal
c. ADL (Activitas Daily Living)
1) Pola Persepsi Kesehatan
- Adanya riwayat infeksi sebelumya
- Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
- Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu,
misalnya,vitamin; jamu, antibiotik.
- Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
- Hygiene personal yang kurang.
19
- Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan
2) Pola Nutrisi Metabolik
- Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan,
berapa kali sehari makan.
- Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak,
pedas.
- Jenis makanan yang disukai.
- Nafsu makan menurun.
- Muntah-muntah.
- Penurunan berat badan.
- Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
- Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal,
rasa terbakar atau perih.
3) Pola Eliminasi
- Sering berkeringat.
- Tanyakan pola berkemih dan bowel.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
- Pemenuhan sehari-hari terganggu.
- Kelemahan umum, malaise.
- Toleransi terhadap aktivitas rendah.
- Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan
- Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
5) Pola Tidur dan Istirahat
- Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
6) Pola Persepsi Kognitif
- Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
- Pengetahuan akan penyakitnya.
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
- Perasaan tidak percaya diri atau minder.
- Perasaan terisolasi.
20
8) Pola Hubungan dengan Sesama
- Hidup sendiri atau berkeluarga
- Frekuensi interaksi berkurang
- Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
9) Pola Reproduksi Seksualitas
- Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan
pasangan.
- Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
10) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
- Emosi tidak stabil
- Ansietas, takut akan penyakitnya
- Disorientasi, gelisah
11) Pola Sistem Kepercayaan
- Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
- Agama yang dianut
II. Diagnosa keperawata dan intervensi
No. Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
keperawatan
1. Nyeri akut b.d Tujuan : - kaji jenis dan - Dapat
adanya lesi kulit Setelah dilakukan tindakan tingkat nyeri mengetahui
keperawatan selama 2x60 pasien. tentukan kriteria nyeri
menit, diharapkan nyeri apakah nyerinya pasien
berkurang atau teradaptasi kronis atau akut.
Kriteria hasil : Selain itu, kaji
- Pasien melaporkan factor yang
nyeri berkurang dapat
- Nyeri dapat mengurangi atau
diadaptasi memperberat;
- Dapat lokasi, durasi,
21
mengidentifikasi intensitas dan
aktifitas yang karakteristik
meningkatkan atau nyeri; dan
menurunkan nyeri tanda-tanda dan
- Pasien tidak gelisah gejala
dan skala nyeri 0-1 psikologis.
atau teradaptasi - Pengkajian - Untuk
berkelanjutan memfasilitas
membantu i pengkajian
meyakinkan yang akurat
bahwa tentang
penanganan tingkat nyeri
dapat memenuhi pasien
kebutuhan
pasien dalam
mengurangi
nyeri.
- Berikan obat - Untuk
yang dianjurkan menentukan
untuk keefektifan
mengurangi obat
nyeri,
bergantung pada
gambaran nyeri
pasien. pantau
adanya reaksi
yang tidak
diinginkan
terhadap obat.
Sekitar 30
22
sampai 40 menit
setelah
pemberian obat,
minta pasien
untuk menilai
kembali b.
nyerinya dengan
c.
skala 1 sampai
d.
10 e.
- Atur periode - Tindakan ini
istirahat tanpa meningkatka
terganggu n kesehatan,
kesejahteraa
n, dan
peningkatan
tingkat
energy, yang
penting
untuk
pengurangan
nyeri
- Bantu pasien - Untuk
untuk mendapat menurunkan
posisi yang ketegangan
nyaman, dan atau spasme
gunakan bantal otot dan
untuk membebat untuk
atau menyokong mendistribus
daerah yang ikan kembali
sakit bila perlu. tekanan pada
23
bagian tubuh
Kolaborasi: Kolaborasi:
- Gunakan terapi - Tindakan ini
topical seperti membantu
yang meredakan
dipreskripsikan. gejala.
- Anjurkan pasien - Masalah
untuk pasien dapat
menghindari disebabkan
pemakaian salep oleh iritasi
atau lotion yang atau
dibeli tanpa sensitisasi
resep dokter karena
pengobatan
sendiri.
- Jaga agar kuku - Pemotongan
selalu kuku akan
terpangkas. mengurangi
kerusakan
kulit karena
garukan.
2. Kerusakan Tujuan : - Inspeksi kulit - Untuk
integritas kulit Setelah dilakukan tindakan pasien setiap menentukan
b.d inflamasi keperawatan selama 2x60 pergantian tugas keefektifan
dermatitis, menit diharapkan jaga, jelaskan regimen
respon kerusakan integritas kulit dan perawatan
menggaruk dapat membaik dokumentasikan kulit
Kriteria hasil : kondisi kulit dan
- Pasien menunjukkan laporkan
tidak adanya perubahan
24
kerusakan kulit - Bantu pasien - Untuk
- Pasien menunjukkan dalam meningkatka
turgor kulit yang melakukan n
normal tindakan hygiene kenyamanan
dan kenyamanan dan
kesejahteraan
- Berikan obat - Pengurangan
nyeri sesuai nyeri
program dan diperlukan
pantau untuk
keefektifannya mempertahan
kan
kesehatan
- Pertahankan - Untuk
lingkungan yang meningkatka
nyaman n rasa
sejahtera
pasien
- Peringatkan agar - Untuk
tidak menyentuh mencegah
luka atau balutan kerusakan
kulit dan
mencegah
kemungkinan
infeksi
25
tekanan pada meningkatka
penonjolan n sirkulasi
tulang. Ubah dan
posisi pasien mencegah
minimal setiap 2 kerusakan
jam. Pantau kulit
frekuensi
pengubahan
posisi pasien dan
kondisi kulitnya
- Berikan - Tindakan ini
kesempatan membantu
pasien untuk mengurangi
mengungkapkan ansietas dan
perasaan tentang meningkatka
masalah kulitnya n ketrampilan
koping
- Berikan - Untuk
pengarahan pada mendorong
pasien dan kepatuhan
anggota keluarga
atau pasangan
dalam program
perawatan kulit
3. Gangguan citra Tujuan : - Terima persepsi - Untuk
tubuh b.d Dalam waktu 1x60 menit diri pasien dan memvalidasi
penampakan pasien menerima berikan jaminan perasaannya
kulit yang tidak perubahan citra tubuh bahwa ia dapat
baik Kriteria hasil : mengatasi krisis
- Pasien ini
26
berpartisipasi - Ketika - Untuk
dalam berbagai membantu mendapat
aspek perawatan pasien yang nilai dasar
dan dalam sedang pada
pemgambilan melakukan pengukuran
keputusan perawatan diri, kemajuan
tentang kaji pola koping psikologisny
perawatan dan tingkat a
- Pasien harga dirinya
menyatakan - Dorong pasien - Untuk
perasaan positif melakukan meningkatka
terhadap dirinya perawatan diri n rasa
sendiri kemandirian
- Pasien nya
berpartisipasi
dalam program - Berikan - Agar pasien
untuk kan
menyatakan keluhannya
penampilannya yang
27
dalam n
menyesuaikan
diri dengan
perubahan citra
tubuhnya
28
dapat
merupakan
tanda awitan
komplikasi
pulmonal,
infeksi luka
atau
dehisens,
infeksi
saluran
kemih atau
tromboflebiti
s
- Mencuci
- Bantu pasien
tangan
mencuci tangan
mencegah
sebelum dan
penyebaran
sesudah makan dan
pathogen
setelah dari kamar
terhadap
mandi
objek dan
makanan lain
- Tindakan
- Beri pendidikan tersebut
kepada pasien memungkink
mengenai : an pasien
-Teknik mencuci untuk
tangan yang baik berpartisipasi
-Factor-faktor dalam
yang perawatan
meningkatkan dan
29
resiko infeksi, membantu
tanda-tanda dan pasien
gejala infeksi memodifikas
i gaya hidup
untuk
mempertaha
nkan tingkat
kesehatan
yang
optimum
30
ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS KONTAK ALERGEN
Kasus:
I. PENGKAJIAN
A. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.R
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : Laki- laki
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Alamat : Sukoharjo
Nomer RM : 35699
Diagnosa medis : Dermatitis kontak
31
Masuk RS tanggal : 24 Oktober 2019
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. A
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Sukoharjo
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan gatal pada kedua punggung tangan dan pergelangan
tangan.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan gatal pada kedua punggung
tangan dan pergelangan tangan yang dialami kurang lebih sejak 1 bulan
yang lalu. Awalnya gatal dan kemerahan pada telapak tangan dan
kemudian menjalar ke bagian punggung tangan dan pergelangan tangan.
Gatal dirasakan semakin hebat pada malam hari. Sebelumnya pasien sudah
memberikan macam macam obat yaitu kalpanak cair selama 3 hari
kemudian menggantinya dengan kalpanak cream dan minyak tawon tapi
semakin memburuk. pasien juga semat mengonsumsi asam mefenamat.
Dalam melakukan pekerjaan pasien sering jarang menggunakan sarung
tangan dan biasanya terpapar dengan pestisida dan pupuk organik.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
4. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
menular atau yang lainnya yang serupa dengan penyakit pasien.
32
5. Riwayat alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki allergi terhadap makanan ataupun yang
lainnya.
33
5. Pola aktivitas dan latihan
DS : Pasien mengatakan sebelum dan setelah sakit dapat melakukan
aktivitas harian secara mandiri.
DO:
ADL 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Berpakaian √
Toileting √
Mobilisasi √
ROM √
Keterangan :
1 : mandiri
2 : dibantu alat
3 : dibantu orang lain
4 : dibantu orang lain dan alat
5 : tergantung total
6. Pola konsep diri
DS : Pasien mengatakan penyakit yang diderita pasien merupakan cobaan
dari Allah SWT dan menerima kondisi yang dialami oleh pasien saat ini,
serta yakin akan kesembuhannya.
DO : Pasien tampak tabah dan sabar serta selalu mengikuti anjuran dari
perawat dan dokter yang merawat pasien
7. Pola persepsi dan kognitif
DS : Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit alat indera pasien
dapat berfungsi dengan baik. Selama sakit alat indera pasien masih dapat
berfungsi dengan baik
DO : Pasien dapat membuka matanya, dapat merespon suara, dapat
berkomunikasi dengan jelas.
34
DO: Pasien adalah seorang Laki-laki dan ditunggui oleh istri dan anaknya.
9. Pola peran dan hubungan
DS : Pasien mengatakan hubungan dengan istri dan anak-anaknya baik-
baik saja, tidak ada masalah.
DO : Pasien ditunggui oleh istri dan anaknya.
10. Pola koping dan toleransi stress
DS : Pasien mengatakan jika ada masalah dikeluarga selalu diceritakan dan
diselesaikan dengan cara bermusyawarah.
DO : Pasien tampak berhubungan baik dengan keluarganya.
11. Pola nilai dan keyakinan
DS : Pasien mengatakan beragama islam.
DO: Pasien tampak selalu berdoa untuk kesembuhannya.
D. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. GCS : E4M6V5
4. Tanda tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,5 oC
R: 20x/menit
5. Pemeriksaan head to toe
- Kepala : Bentuk kepala mesochepal, tidak ada luka atau jejas,
rambut putih beruban, tidak ada oedema.
- Wajah : Simetris tidak ada oedema.
- Mata : Mata simetris , konjungtiva anemis.
- Telinga: Kedua telinga simetris, tidak ada luka, bersih tidak
ada serumen.
- Hidung: Tidak ada polip, pernafasan normal.
- Mulut : Bibir kering, gigi bersih.
35
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
- Kulit : kemerahan pada kedua telapak tangan hingga punggung
tangan dan pergelangan tangan, hiperpigmentasi, erosi.pruritus.
- Thorax :
Jantung :
Inspeksi : Ictus Cordis tak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tak teraba
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal tidak ada bunyi tambahan.
Paru-paru :
Inspeksi : Paru kiri dan kanan simetris, tidak ada oedema.
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Tidak ada oedema pulmonal.
Auskultasi : Vesikuler.
- Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi maupun oedema.
Auskultasi : Bising usus normal 8x/menit.
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak terdapat nyeri tekan.
Perkusi : Tidak ada asites.
- Ekstermitas : kemerahan pada kedua telapak tangan hingga ke
punggung tangan dan pergelangan tangan, hiperpigmentasi, erosi,
pruritus.
5 5
5 5
36
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 25 Oktober 2019. Hasil pemeriksaan
patch test, didapatkan bercak kemerahan dan melenting pada kulit.
F. Terapi
37
G. Analisa Data
38
R: 20x/menit
3. Ds : Pasien mengatakan gatal Resiko infeksi
pada punggung tangan dan (00004)
pergelangan tangan. Pasien
juga mengatakan dalam
melakukan pekerjaan pasien
sering jarang menggunakan
sarung tangan dan biasanya
terpapar dengan pestisida dan
pupuk organik.
Do : tampak kemerahan pada
telapak tangan hingga
punggung tangan dan
pergelangan tangan,
hiperpigmentasi pada telapak
tangan ,punggung tangan dan
pergelagan tangan, pruritus,
erosi.
Pasien tampak menggaruk
garuk tangannya.
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,5 oC
R: 20x/menit
39
3. Resiko infeksi (00004)
40
nadi, suhu dan
status
pernapasan
dengan cepat
41
pada zat iritan.
42
vital (6680)
- Monitor
tekanan darah,
nadi, suhu dan
status
pernapasan
dengan cepat
IV. IMPLEMENTASI
Hari, Diagnosa Implementasi Respon paraf
tanggal, keperawata
jam n
Jumat ,
24 I,II,III - Mengkaji keadaan Kedaan umum
Oktober umum cukup
2019 I,II,III - Memonitor tanda- TD : 110/70
10.00 tanda vital pasien mmHg
wib N : 80x/menit Cintya
S : 36,5 oC
10.15 R: 20x/menit
wib I,II,III - Memeriksa adanya DS: pasien
kemerahan, ruam, mengatakan
dan lecet pada tangannya terasa
13.00 tangan pasien gatal
wib DO: terdapat Cintya
kemerahan dan
ruam pada telapak
tangan hingga ke
punggung tangan
dan pergelangan
43
tangan pasien.
DS: pasien
15.00 III - Memeriksa adanya mengatakan gatal
wib tanda dan gejala pada punggung
infeksi pada pasien. dan prgelangan Cintya
tangan.
DO: tangan
pasien tampak
hiperpigmentasi,
erosi serta
kemerahan
DS : pasien
16.00 I,II - Menganjurkan mengatakan akan
wib pasien untuk menjaga
menjaga kebersihan. keersihan Cintya
DO: pasien
kooperatif.
DS: -
18.00 I - Memberikan obat DO: pasien
wib sesuai dengan kooperatif
instruksi dokter. Cintya
44
10.00 I,II,III - Memonitor tanda- TD: 110/80
wib tanda vital. mmHg
12.00 N : 81x/menit
wib S : 36,8 oC Cintya
R : 23x/menit
14.00 I,II - Memeriksa adanya DS: pasien
wib kemerahan, ruam, mengatakan
dan lecet pada gatalnya sudah
tangan pasien sedikit berkurang
DO: terdapat Cintya
kemerahan dan
sedikit lecet pada
tangan pasien
15.00 III - Memonitor adanya DS:-
wib tanda dan gejala DO: masih
infeksi pada tangan terdapat Cintya
pasien kemerahan dan
hiperpigmentasi
dan erosi di
tangan pasien
16.00 I,II,III - Menanjurkan pasien DS:-
wib untuk selalu menjaga DO: pasien
kebersihan terutama kooperatif Cintya
pada bagian yang
gatal.
45
Minggu I,II,III - Memonitor keadaan Keadaan umum
26 umum pasien cukup
Oktober
2019 I,II,III - Memonitor tanda- TD: 120/80
10.00 tanda vital mmHg Cintya
wib N : 83x/menit
S : 36,9 oC
R : 21x/menit
12.00 I,III - Memeriksa adanya DS: pasien
wib kemerahan, ruam, mengatakan
dan lecet pada masih sedikit
tangan pasien gatal Cintya
DO: kemerahan
sedikit berkurang
dan lecet sudah
kering pada
tangan pasien Cintya
- Memonitor adanya
13.00 III DS:-
tanda dan gejala
wib DO: masih
infeksi pada tangan
hiperpigmentasi
pasien
dan erosi di Cintya
tangan pasien
14.00 I,II,III - Menganjurkan DS: pasien
wib pasien untuk selalu mengatakan akan
menjaga kebersihan menjaga
dan menggunakan kebersihan dan
46
sarung tangan saat ketika nanti Cintya
bekerja bekerja kembaLi
akan selalu
menggunakan
sarung tangan.
DO: pasien
kooperatif
- Menganjurkan
15.00 III DS:pasien
pasien untuk selalu
wib mengatakan akan
rajin mencuci tangan
rajin mencuci
bila sudah selesai
tangan setelah Cintya
bekerja
bekerja
DO : pasien
kooperatif
- Menganjurkan
16.00 III DS:pasien
kepada pasien untuk
wib mengatakan jika
tidak menggaruk
gatal pasien tidak
bagian yang gatal
akan menggaruk
agar tidak lecet dan
tangannya
dapat menimbulkan
DO: pasien Cintya
infeksi
kooperatif
- Memberikan obat
17.00 I DS: -
sesuai dengan
wib DO:pasien
instruksi dokter
kooperatif
V. EVALUASI
47
Tanggal , Diagnosa Evaluasi keperawatan Paraf
jam keperawata
n
48
24 Oktober I S :pasien mengatakan dengan keluhan gatal pada
2019 punggung tangan dan pergelangan tangan,
19.00 wib awalnya gatal dan kemerahan pada telapak
tangan dan kemudian menjalar ke bagian Cintya
punggung tangan dan pergelangan tangan.
O :tampak kemerahan pada telapak tangan
hingga punggung tangan dan pergelangan
tangan, hiperpigmentasi, erosi pada punggung
tangan dan pergelagan tangan, pruritus.
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,5 oC
R: 20x/menit
A : masalah belum teratasi dengan indikator
sebagai berikut
Integritas jaringan : kulit dan membran
mukosa (1101)
Indikator Awal Target Akhir
Integritas kulit 2 4 2
Pigmentasi 2 4 2
abnormal
Eritema 2 4 2
Keterangan :
1: sangat terganggu
2: banyak terganggu
3: cukup terganggu
4: sedikit terganggu
5: tidak terganggu
P : lanjutkan intervensi
- Pengecekan kulit
49
- Perawatan luka
- Monitor tanda-tanda vital
Keterangan : Cintya
1: sangat terganggu
2: banyak terganggu
3: cukup terganggu
4: sedikit terganggu
5: tidak terganggu
P: lanjutkan intervensi
- Manajemen lingkungan : kenyamanan
- Monitor tanda-tanda vital
50
,punggung tangan dan pergelagan tangan,
pruritus, erosi.
III Pasien tampak menggaruk garuk tangannya.
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,5 oC
R: 20x/menit
A : masalah belum teratasi dengan indikator
Keparahan infeksi (0703)
Indikator awal target Akhir
Kemerahan 2 4 2
Keterangan :
1: berat
Cintya
2: cukup berat
3: sedang
4: ringan
5: tidak ada
P : lanjutkan intervensi
- Perlindungan infeksi
- Monitor tanda-tanda vital
51
tangan dan pergelagan tangan, pruritus.
TD: 110/80 mmHg
N : 81x/menit Cintya
S : 36,8 oC
R : 23x/menit
A : masalah belum teratasi dengan indikator
Integritas jaringan : kulit dan membran
mukosa (1101)
Indikator Awal Target Akhir
Integritas kulit 2 4 2
Pigmentasi 2 4 2
abnormal
Eritema 2 4 2
Keterangan :
1: sangat terganggu
2: banyak terganggu
3: cukup terganggu
4: sedikit terganggu
5: tidak terganggu
P : lanjutkan intervensi
- Pengecekan kulit
- Perawatan luka
- Monitor tanda-tanda vital
52
R : 23x/menit
A : masalah belum teratasi dengan indikator
Status kenyamanan fisik (2010) Cintya
Indikator awal target Akhir
Gatal- gatal 2 4 3
Keterangan :
1: sangat terganggu
2: banyak terganggu
3: cukup terganggu
4: sedikit terganggu
5: tidak terganggu
P: lanjutkan intervensi
- Manajemen lingkungan : kenyamanan
- Monitor tanda-tanda vital
53
Keterangan :
1: berat
2: cukup berat
3: sedang
4: ringan
5: tidak ada
P : lanjutkan intervensi
- Perlindungan infeksi
- Monitor tanda-tanda vital
54
Integritas jaringan : kulit dan membran
mukosa (1101)
Indikator Awal Target Akhir
Integritas kulit 2 4 3
Pigmentasi 2 4 3
abnormal
Eritema 2 4 3
Keterangan :
1: sangat terganggu
2: banyak terganggu
3: cukup terganggu
4: sedikit terganggu
5: tidak terganggu
P : lanjutkan intervensi
- Pengecekan kulit
- Perawatan luka
- Monitor tanda-tanda vital
55
Indikator awal target Akhir
Gatal- gatal 2 4 3
Keterangan :
1: sangat terganggu
2: banyak terganggu
3: cukup terganggu
4: sedikit terganggu
5: tidak terganggu
P: lanjutkan intervensi
- Manajemen lingkungan : kenyamanan
- Monitor tanda-tanda vital
56
Indikator awal target Akhir
Kemerahan 2 4 3
Keterangan :
1: berat
2: cukup berat
3: sedang
4: ringan
5: tidak ada
P : lanjutkan intervensi
- Perlindungan infeksi
- Monitor tanda-tanda vital
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Fakultas
Aesculapius.
57
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. NANDA (North American
Action.
58