Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MAKALAH

PENGOLAHAN MAKANAN KUE DAERAH SULSEL

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

M. RAFLI PRATAMA 1828232001

RAHAYU RAMDHANI 1828232017

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


PRODI D3 TATA BOGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke-hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, saya yang masih dalam tahapan belajar ini dapat menyelesaikan makalah tentang
PENGOLAHAN MAKANAN KUE DAERAH SULSEL ini.
Dalam makalah ini saya menjelaskan mengenai penjelasan secara singkat tentang
PENGOLAHAN MAKANAN KUE DAERAH SULSEL. Adapun tujuan saya menulis makalah
ini yang utama untuk memenuhi tugas kuliah dari dosen pembimbing saya.
Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada yang telah meluruskan makalah ini. Saya
menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,diharapkan kritik dan
saran pembaca demi kesempurnaan makalah ini untuk ke depannya.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR………………………………….……………………………

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………. …………... …………………………………

B. Rumusan Masalah…………………………………………….…………………

C. Manfaat………….………………………………………………………………

D. Tujuan……………………….…………………………………………………..

BAB II ISI

A. Makanan Khas Bantaeng……………………………………………………

B. Makanan Khas Bulukumba...........................................................................

C. Makanan Khas Pinrang ……………………………………………………

D. Makanan Khas Sinjai ……………..……………………………..............


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kue Indonesia adalah salah satu tradisi kuliner yang paling kaya di dunia, dan penuh dengan cita
rasa yang kuat.[1] Kekayaan jenis masakannya merupakan cermin
keberagaman budaya dan tradisi Nusantara yang terdiri dari sekitar 6.000 pulau berpenghuni, dan
menempati peran penting dalam budaya nasional Indonesia secara umum. Hampir seluruh
masakan Indonesia kaya dengan bumbuberasal dari rempah-rempah seperti kemiri, cabai, temu
kunci, lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknik-
teknik memasak menurut bahan, dan tradisi-adat yang terdapat pula pengaruh melalui
perdagangan yang berasal seperti dari India, Tiongkok, Timur Tengah,
dan Eropa (terutama Belanda, Portugis, dan Spanyol).

Pada dasarnya tidak ada satu bentuk tunggal "Kue Indonesia", tetapi lebih kepada,
keanekaragaman kue daerah yang dipengaruhi secara lokal oleh kebudayaan Indonesia serta
pengaruh asing..

Sepanjang sejarahnya, Indonesia telah terlibat dalam perdagangan dunia berkat lokasi, dan
sumber daya alamnya.

Nah, kali ini kita akan membahas makanan daerah Jawa khususnya Jawa Barat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kue?

2. Apa SajaFaktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keanekaragaman Kue SULSEL ?

3. Apa saja nama dan resep kue khas SULSEL?

4. Apa saja nama dan resep lauk pauk masyarakat SULSEL?

5. Apa saja nama dan resep sayuran masyarakat SULSEL?

6. Apa saja nama dan resep sambal masyarakat SULSEL?

C. Manfaat

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pengolahan makanan kue SULSEL.

2. Mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keanekaragaman Makanan


SULSEL.
D. Tujuan

Untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dosen mata kuliah pengolahan makanan nusantara
Dra. Ratnawati T.,M.Hum.
BAB II

ISI

A.Bantaeng

1. Sejarah Bantaeng

Bantaeng awalnya bernama ” Bantayan ” yang kemudian di ganti dengan nama ” Bhontain ”
dan terakhir berganti nama menjadi “Bantaeng” berdasarkan Keputusan DPRD-GR Kabupaten
Bantaeng Nomor 1/Kpts/DPRD-GR/I/1962 tanggal 22 Januari 1962. Bantayang memiliki makna
yakni tempat pembataian hewan dan sapi/kerbau dimasa lalu untuk menyambut dan manjamu
utusan Kerajaan Singosari dan Kerajaan Majapahit ketika memperluas wilayahnya ke bagian
timut Nusantara sekitar abad ke XII dan XIII. Bantaeng juga dikenal dengan julukan “Butta Toa”
, oleh sebab itu Bantaeng memiliki latar belakang sejarah yang sudah diketahui dimana telah
terbentuk sejak tanggal 7 Desember 1254 sesuai dengan hasil keputusan Musyawarah Besar
Kerukunan Keluarga Bantaeng (KKB) yang diselenggarakan pada tanggal 24 Juli 1999, dimana
sesuai pertimbangan, saran dan alasan para nara sumber, pakar dan ahli sejarah serta tokoh
pemuka masyarakat yang berasal dari Bantaeng maupun tokoh yang masih mempunyai
keterkaitan moral dengan Bantaeng. Juga berdasarkan penelusuran sejarah dan budaya, baik pada
awal masa pemerintahan

Kerajaan masa pemerintahan Hindia Belanda, masa pemerintahan awal kemerdekaan hingga
terbentuknya Kabupaten Daerah Tingkat II Bantaeng berdasarkan Undang-Undang No. 29 tahun
1959 sampai sekarang.

2. Letak Geografis

Sebuah kabupaten di Sulawesi Selatan yang  memiliki  luas wilayah 395,83 km² dengan
jumlah penduduk  ± 178.699 jiwa.  Kabupaten ini terdiri dari 8 Kecamatan dengan 67 Kelurahan
dan desa. Secara geografis Kabupaten Bantaeng terletak pada koordinat antara 5o 21’ 13” sampai
5o 35’ 26” Lintang Selatan dan 119o 51’ 42” sampai 120o 05’ 27” Bujur Timur.

Batas Wilayahnya :

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Jeneponto


 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba
 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Bulukumba
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores

Kabupaten Bantaeng terletak di bagian selatan Sulawesi Selatan dengan jarak tempuh dari Kota
Makassar sekitar 123 km dengan waktu tempuh antara 2,5 jam.
3. Hasil Bumi

 PERTANIAN

Karena sebagian besar penduduknya petani, maka wajar bila Bantaeng sangat mengandalkan
sektor pertanian. Masuk dalam pengembangan Karaeng Lompo, sebab memang jenis tanaman
sayur-sayurannya sudah berkembang pesat selama ini. Kentang adalah salah satu tanaman
holtikultura yang paling menonjol. Data terakhir menunjukkan bahwa produksi kentang
mencapai 4.847 ton (2006). Selain kentang, holtikultura lainnya adalah kool 1.642 ton, wortel
325 ton dan buah-buahan seperti pisang dan mangga. Perkembangan produksi perkebunan,
khususnya komoditi utama mengalami peningkatan yang cukup berarti

4. Adat Istiadat

 Pesta adat Pa'jukukang dan Gantarang Keke

Pesta adat pa'jukukang dan Gantarang Keke mulai dilaksanakan oleh masyarakat Kab.Bantaeng
sejak abad ke 14 setiap tanggal 10 sya'ban pada tahun hijriah.Ritual adat ini dilakukan oleh
masyarakat Kab.Bantaeng di balla lompoa Gantarang Keke sebagai bentuk penghormatan
terhadap arwah para leluhur dan keyakinan turunnya tomanurung di Balla Lompoa.Ritual pesta
adat warga Kecamatan Gantarangkeke, yang diawali di Kecamatan Pa'jujukang dan berlanjut ke
Gantangkeke ini merupakan agenda tahunan setiap pertengahan Bulan Sya'ban, menyambut
bulan Suci Ramadan.

 Barakong

Barakong ialah lantunan syair-syair dalam bahasa Arab dan Makassar yang berpadu menjadi satu
dalam sebuah naskah yang oleh orang kebanyakan seringkali disejajarkan dengan barzanji.

Perlu diketahui bahwa Barakong adalah kebudayaan khas Bantaeng, Barakong kerap
disejajarkan dengan Barzanji namun keduanya tidak bisa ditautkan menjadi satu. Pada zaman
yang lalu Barakong hanya dikhususkan kepada kaum keturunan Bangsawan, sedang Barzanji
diperuntukkan pada kaum biasa atau masyarakat umum.
"Barakong tidak dilakukan kecuali acara seperti akkorongtigi atau aqiqah. Sekitar tahun 1800-an
Barakong menjadi pembeda acara pernikahan antara keturunan Karaeng dengan masyarakat
umum", jelas H Ibnu Mas'ud Sikki, Tokoh Masyarakat Bantaeng

5. Makanan Khas Kabupaten Bantaeng

 Makanan pokok
 Lauk Pauk
 Ikan Pallu Mara

Ikan Pallu Mara adalah olahan ikan yang dimasak dengan kuah kuning, memiliki cita
rasa asam manis yang khas. Disajikan dengan tiga sambal yakni sambel hitam, sambel
terasi dan sambel cobek dan bisa juga di tambahkan sambal mangga yang membuatnya
lebih mengesankan

 Resep Ikan Pallu Mara


Bahan :
 Ikan bandeng, bersihkan dan buang sisiknya - 1 ekor
 Air asam - 50 ml
 Bawang putih, iris tipis - 2 siung
 Bawang merah, iris tipis - 3 butir
 Serai, memarkan - 1 batang
 Cabai rawit - 6 butir
 Tomat, potong jadi 4 bagian - 1 buah
 Garam - 1 sdt
 Gula merah - 1 sdt
 Kaldu bubuk (opsional) - 1/2 sdt
 Kunyit bubuk - 1/2 sdt
 Air - 300 ml
 Minyak goreng - 2 sdm
 Cara Membuat
 Potong ikan bandeng jadi 3 atau 4 bagian. Sisihkan.
 Panaskan minyak. Tumis bawang putih dan merah hingga harum.
 Masukkan ikan bandeng, air asam, serai, dan kunyit. Tuangkan air lalu aduk
rata. Masak hingga mendidih.
 Masukkan cabai rawit dan tomat. Bumbui dengan garam, gula merah, dan kaldu
bubuk. Aduk rata dan koreksi rasanya. Lanjutkan masak selama 5 menit.
Angkat.
 Siap disajikan.

 Sayuran
 Sambal
 Kue
 Kue Lumet Singkong

Kue lemet singkong merupakan makanan tradisioanal khas bantaeng yg banyak di


gemari oleh masyarakat. Bahan dasar dari kue ini adalah singkong yang telah di parut
dan di campur bersama dengan gula merah dan kelapa yang telah di parut.kue ini dapat
dengan mudah di temukan di pasar tradisional atau tempat-tempat yang menjual jajan
basah di bantaeng. Untuk harga kue lemet singkong terbilang murah yaitu seharga Rp.
1.000,00 perbiji

 Resep Kue lumet Singkong


Bahan-bahan :
 1 Kg Singkong
 1/4 Kg Gula merah
 1/4 Kg kelapa parut
 Secukupnya Garam
 Secukupnya daun pisang untuk membungkus
Cara Membuat :
 Kupas singkong, cuci bersih kemudian parut.campur singkong dengan kelapa
parut, aduk2 sampai tercampur rata.
 Sisir gula merah, siapkan daun untuk membungkus
 Ambil beberapa sendok adonan singkong, ratakan kemudian isi dengan gula
merah, bungkus adonan lemet.
 Kukus kurang lebih 20 menit/ hingga matang.
 Angkat dan sajikan.
 Kaloli

Kabupaten Bantaeng memiliki kuliner khas yang terbuat dari beras dan dibungkus dengan
menggunakan daun aren.Masyarakat setempat menyebutnya Kaloli. Kaloli ini hanya bisa
ditemukan saat hari raya dan upacara adat Gantaran Keke .Kaloli ini adalah makanan khas
masyarakat Gantaran Keke, kalau ada makanan semacam ini ditemukan di daerah lain, hampir
bisa dipastikan bahwa yang membuatnya itu adalah orang Bantaeng yang tinggal di daerah itu.

Ternyata Kaloli mengandung nilai filosis, ujungnya yang berbentuk passapu atau penutup
kepala masyarakat Bugis-Makassar, di dalamnya tersirat makna ikatan kekerabatan antar
masyarakat di Gantarang Keke dan sekitarnya. Konon kuliner khas tersebut sudah ada sejak
masa kerajaan Gantaran Keke

B. Bulukumba

1. Sejarah Bulukumba

Bulukumba lahir dari suatu proses perjuangan panjang yang mengorbankan harta, darah, dan
nyawa. Perlawanan rakyat Bulukumba terhadap Kolonial Belanda dan Jepang menjelang
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 diawali dengan terbentuknya “Barisan
Merah Putih” dan “Laskar Brigade Pemberontakan Bulukumba Angkatan Rakyat”.

Organisasi yang terkenal dalam sejarah perjuangan ini, melahirkan pejuang yang berani mati
menerjang gelombang dan badai untuk merebut cita-cita kemerdekaan sebagai wujud tuntutan
hak asasi manusia dalam hidup berbangsa dan bernegara.

2. Letak Geografis

Secara wilayah, Kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat dimensi, yakni dataran
tinggi pada kaki Gunung Bawakaraeng – Lompobattang, dataran rendah, pantai dan laut lepas.
Kabupaten Bulukumba terletak di ujung bagian selatan ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan,
terkenal dengan industri perahu pinisi yang banyak memberikan nilai tambah ekonomi bagi
masyarakat dan Pemerintah Daerah. Luas wilayah Kabupaten Bulukumba 1.154,67 Km2 dengan
jarak tempuh dari Kota Makassar sekitar 153 Km.

3 . Hasil Bumi

Pertanian dan Perkebunan

Dari luas area yang tersedia untuk sektor pertanian tanaman pangan sebesar 108.160 Ha
hanya dikelola sebesar 93.008 Ha. Hal ini memberikan peluang untuk pengembangan sub sektor
tanaman padi, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kacang hijau serta sayuran
dan buah-buahan. Hasil produksi perkebunan rakyat belum nenunjukkan hasil yang ideal
sehingga masih memungkinkan dikembangkan khsususnya untuk komoditi jambu mete, kakao,
kapas, dan vanili.

Perikanan

Produksi sub sektor perikanan pada tahun 2004 sebanyak 27.233,6 ton yang ditampung pada
13 unit TPI dan 1 unit PPI. Investasi yang dibutuhkan terutama pada pengadaan alat produksi
perikanan dan budi daya ikan kerapu, udang windu, bandeng, rumput laut dan tripang, pabrik
pakan/tepung ikan, pabrik pengalengan ikan, cold stoeage dan pabrik es.

4. Adat Istiadat

 Ritual nganre sassang (makan dalam suasana gelap)

Digelar pada Jumat malam. Anggota keluarga yang menggelar ritual menyiapkan lilin merah
serta beberapa macam makanan yang terdiri dari pisang raja, nasi putih, nasi ketan tiga warna,
dan dua ekor ayam bagi yang sudah berumah tangga dan seekor ayam bagi yang belum berumah
tangga.

 UPACARA ADAT APPA SULAPA


Upacara adat ini terdiri dari prosesi pembacaan mantra dalam bahasa Bugis dan Konjo,
kemudian diiringi tarian dari para penari dan diakhiri dengan mekarung sesajen ke Sungai

 PAKAIAN HITAM ADAT KAJANG

Bagi mereka, warna hitam adalah adat yang kental akan kesakralan. jika kita memasuki daerah
Suku Kajang, maka kita harus berpakaian serba hitam. Bagi mereka warna hitam merupakan
bentuk persamaan dalam segala hal. Hitam adalah lambang kesederhanaan bagi mereka. tidak
ada warna hitam yang lebih baik dari hitam lainnya. Penutup kepala yang dipakai disebut
Passapu dan sarungnya disebut Tope Lelleng.

 PERMAINAN TRADISIONAL COKKI,

Bermakna 'mencongkel'. Cokki dimainkan mengenakan sarung tanpa mengenakan alas kaki.
Menggunakan kayu berukuran setengah meter untuk mencungkil kayu kecil berukuran 5
sentimeter yang disimpan di dalam lubang tanah, kemudian dilempar ke arah lawan yang terdiri
dari lima orang yang telah berdiri di depan pemain cokki.

5. Makanan Khas Bulukumba

 Makanan pokok
 Lauk pauk
 Sayuran
 Sayur daun kelor santan
 Bahan
1 ikat daun katu
1 buah tomat
1 buah santan kara
5 btg cabe merah
4 siung bawang merah
Bumbu Halus
1 cm jahe
1 cm lengkuas
2 cabe rawit
4 siung bawang putih
Langkah
1. Bersihkan dan cuci daun katu
2. Tumis bumbu halus lalu masukan bawang merah yg sudah diiris tipis dan cabe
3. Kemudian masukan santan sampai wangi masukan daun katu, tunggu hingga santan
mendidih masukan tomat
 

 Sambal

 Kue
1. Baulu Peca

Baulu peca / bolu peca ini memiliki ciri khas tersendiri, karena setelah bolu jadi, bolu
tersebut dimasukkan kedalam cairan gula merah dan ditiriskan.

Cara masaknya tidak terlalu sulit. Hampir mirip dengan membuat bolu. Pertama-
tama kita menyiapkan bahan”, untuk adonan bolu dibutuhkan
 3 butir telur
 4 sdm.
 tepung ketan putih sangrai,
 dan ½ sdt. soda kue,
 dan untuk adonan gula merah dibutuhkan ¾ kg. Gula merah,
 1 gelas air,
 dan ½ sdt. Vanili.
Cara Membuat :
 Setelah menyiapkan bahan-bahan, kita membuat kue bolu terlebih dahulu. Untuk
membuatnya, telur dikocok bersama soda kue hingga mengembang,

 kemudiantambahkan tepung ketan sangria dan sisihkan. Setelah itu tuang adonan
kedalam cetakan dan dikukus hingga matang.
 Setelah matang, kita menunggu kue itusampai dingin dan kemudian di potong-
potong sesuai keinginan.
 Ketika menunggu bolu tersebut hingga dingin, kita membuat adonan gula merah,
caranya masak air hingga mendidih, campur dengan gula merah dan vanilisampai
semua bahan menyatu dan mencair.
 Setelah itu, adonan tersebut disaring dan didihkan kembali.Setelah bolu tersebut
dipotong dan adonan gula merah sudah jadi, celupkan potongan bolu ke dalam air
gula saru persatu hingga bolu berubah wrna menjadiagak kecoklatan, tiriskan.
Baulu peca sudah bisa anda nikmati.

2. Bandang – bandang

Kue bandang ini merupakan sejenis kue basah dan memiliki dua jenis, bandang lojo (kue
bandang tanpa pembungkus yang ditaburi kelapa) dan bandang-bandang (dibungkus daun pisang
danberbahan dasar pisang juga). Kalau masyarakat pada umumnya, menyebut bandang-bandang
ini sebagai kue nagasari.Cara membuat kue basah ini juga tidak sulit. Hanya

membutuhkan
 4 liter tepung beras baru
 3 gelas gula pasir
 4sdm garam,
 12sdm tepung kanji
 3 liter santan, pisang secukupnya (Potong 1buah pisang menjadi 4 bagian), dan
daun pisang untuk membungkus adonan bandang-bandang.
Setelah semua bahan sudah siap,
1. ambil 1liter santan, campur dengan tepung beras hingga halus dan merata.
2. tambahkan tambahjan tepung kanji dan aduk hingga halus dan merata.
3. didihkan 2liter santan dan masukkan gula pasir serta adonan 1liter santan, tepung
beras, dan tepung beras tadi. Aduk sampai kental, dan angkat adonan itu dari atas
kompor.
4. ambil 1 sendok adonan, ratakan diatas daun pisang, isi dengan pisang, dan bungkus
adonan tersebut sampai tertutup rapat
5. adonan yang sudah dibungkus dengan daun pisang tersebut dikukus hingga matang6.
bandang-bandang sudah siap dinikmati

3. Kue Barongko

Bisa disebut Buronggo, disajikan sebagai makanan penutup..Kue Barongko sangat mudah
dijumpai di acara adat, acara jamuan di daerah Bugis seperti acara perkawinan, sunatan,
pengajiandsb.Buronggo adalah makanan yang berbahan dasar pisang kepok matang yang
dikukus beserta daun pisangnya.
Bahan
 Pisang kepok matang - 1 sisir (600 gram)
 Santan, dari 2 buah kelapa - 1,5 liter
 Telur - 8 butir
 Susu kental manis - 1/2 kaleng
 Gula pasir - 200 gram
 Garam - 1/4 sdt
 Pewarna kuning (opsional) - 2 tetes
 Daun pisang, potong ukuran 30x15 cm - 15 lembar
 Tusuk gigi atau lidi, untuk menyemat – secukupnya

Cara Membuat
 Kupas pisang lalu buang bagian tengah atau biji-biji hitamnya supaya barongko
nanti tidak berbintik hitam.
 Blender pisang bersama santan, telur, dan gula pasir secara bertahap hingga halus.
Pindahkan adonan ke dalam wadah.
 Ambil 2 lembar daun pisang lalu susun/tumpuk jadi satu. Tuangkan ½ cangkir
adonan pisang ke dalam daun pisang, lalu bungkus perlahan jadi bentuk tum.
Sematkan dengan tusuk gigi atau lidi. Ulangi langkah ini hingga semua adonan
habis terbungkus.
 Panaskan panci kukus/dandang hingga muncul uap. Kukus barongko selama 25
menit hingga matang dan daun terlihat layu berubah warna. Angkat
 Siap disajikan.

C. Pinrang

1. Sejarah Pinrang

Ada beberapa versi mengenai asal pemberian nama Pinrang yang berkembang di masyarakat
Pinrang sendiri. Versi pertama menyebut Pinrang berasal dari bahasa Bugis yaitu kata "benrang"
yang berarti "air genangan" bisa juga berarti "rawa-rawa". Hal ini disebabkan pada awal
pembukaan daerah Pinrang masih berupa daerah rendah yang sering tergenang dan berawa. Versi
kedua menyebutkan bahwa ketika Raja Sawitto bernama La Dorommeng La Paleteange, bebas
dari pengasingan dari kerajaan Gowa. Kedatangan disambut gembira namun mereka terheran
karena wajah raja berubah dan mereka berkata "Pinra bawangngi tappana puatta pole Gowa",
yang artinya berubah saja mukanya Tuan Kita dari Gowa. Setelah itu rakyat menyebut daerah
tersebut sebagai Pinra yang artinya berubah, kemudian lambat laun menjadi Pinrang.

Sumber lain mengatakan pemukiman Pinrang yang dahulu rawa selalu tergenang air membuat
masyarakat berpindah-pindah mencari pemukiman bebas genangan air, dalam bahasa Bugis
disebut "Pinra-Pinra Onroang". Setelah menemukan pemukiman yang baik, maka tempat
tersebut diberi nama: Pinra-pinra.

2. Letak Geografis

Kabupaten Pinrang dengan ibu kota Pinrang terletak disebelah 185 km utara ibu kota Provinsi
Sulawesi Selatan, berada pada posisi 3°19’13” sampai 4°10’30” lintang selatan dan 119°26’30”
sampai 119°47’20” bujur timur. Secara administratif, Kabupaten Pinrang terdiri atas 12
kecamatan, 39 kelurahan dan 65 desa. Batas wilayah kabupaten ini adalah sebelah Utara dengan
Kabupaten Tana Toraja, sebelah Timur dengan Kabupaten Sidenreng Rappang dan Enrekang,
sebelah Barat Kabupaten Polmas Provinsi Sulawesi Barat dan Selat Makassar, sebelah Selatan
dengan Kota Parepare. Luas wilayah Kabupaten mencapai 1.961,77 km².

3.Hasil Bumi

Perikanan

Potensi Pinrang Kabupaten Pinrang yang terletak 150 km dari Kota Makassar, merupakan
salah satu andalan Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) dalam bidang perikanan. Daerah
berpenduduk 322.429 jiwa yang memiliki panjang pantai 93 km itu, dikenal sebagai penghasil
rumput laut, udang windu, cakalang, ikan tuna, kerapu, kakap dan lainnya

4.Adat istiadat

 Mappalili

Kabupaten Pinrang sebagai salah satu daerah lumbung pangan di Sulsel memiliki budaya
yang masih terjaga kelestariannya. Satu diantaranya adalah Mappalili. Sebuah acara adat yang
dilakukan sebagai ritual sebelum para petani turun ke sawah menanam padi.

Seperti contohnya, warga bersama pemerintah desa melaksanakan Mappalili di Desa Kaliang
dan Desa Massewae, Kecamatan Duampanua, Kabupaten Pinrang.

5.Makanan Khas Pinrang

 Makanan Pokok
 Lauk pauk
 Nasu Palekko
Makan ini merupakan makanan khas pinrang yang bedah dari yang lain. Palekko
memiliki cita rasa yang pedas. Pelekko merupakan makan favorit masyarakat pinrang
apalagi pada saat lebaran tiba. Nasu palekko asli pinrang biasanya menggunakan
bebek atau itik. Tapi apabila tidak ada itik bisa menggunakan ayam. Bahan-bahan
membuat nasu palekko adalah itik atau ayan, bawang merah dan putih, cabe merah
kecil, dan asam.
 Sayuran
 Sambal
 Kue
 Karassa

Karasa adalah salah satu makanan khas pinrang. Panganan ini terbuat dari tepung beras dan
gula aren. Meski untuk membuat Karasa diperlukan keterampilan dan kesabaran khusus namun
masih banyak juga warga yang tetap memproduksinya. Panganan ini selalu ada di setiap acara-
acara khusus/acara adat di Kabupaten Pinrang seperti acara sesrahan. dan dijual 10.000
perbungkus.

Resep

 Bahan-bahan
 gula aren (gula merah),
 beras putih yang sudah ditumbuk,
 dan minyak goreng (minyak kelapa)

 Cara Membuat
 Pertama-tama, beras putih yang sudah ditumbuk menjadi halus kemudian dicampur
dengan air dan di aduk hingga merata.
 Setelah itu, adonan tersebut dimasukkan ke dalam alat khusus untuk pembuatannya. Di
mana dahulunya masih menggunakan alat tradisional yang terbuat dari batok kelapa yang
telah diberi beberapa lubang halus untuk pembentukan adonan.
 Selanjutnya, imbuh dia, adonan yang dimasukkan ke dalam batok kelapa yang telah
diberi beberapa lubang halus tempat adonan keluar tersebut, lalu dituangkan ke dalam
minyak kelapa yang sudah tampak panas di atas wajan.
 Saat proses penggorengan berlangsung, gula aren yang sudah dihaluskan lalu ditaburi di
atas adonan tersebut.
 Setelah adonan kue bannang-bannang atau nennuk-nennuk tampak berubah warna dan
matang, selanjutnya diangkat dari dalam wajan dan kue khas Bugis-Makassar itu lalu
dilipat menggulung dan siap untuk disajikan

 Beppa Cella atau Cucuru Te’ne

Kue tradisional yang satu ini dikenal dengan nama cucuru tekne yang bahan utamanya
terbuat dari tepung beras dan gula merah. Keu ini memilki khas rasa manis gula merah, renyah
dan enak. Bentuknya yang khas lonjong dan sedikit mengkerucut diujungnya menjadikanya lebih
unik.

Resep

 1/2 kg gula merah


 1 bks tepung beras rose brand
 1 sdt potas/baking powder
 secukupnya Air
 secukupnya wijen
 penggiling (botol syrup bekas)
 plastik untuk menggiling adonan

Cara membuat
Langkah
o Panaskan panci,masukkan gula merah beri sedikit air. Masak hingga larut. Setelah
itu,saring gula merahnya agar kotorannya hilang.
o Masak kembali gula merah yang telah disaring. Masukkan potas. Didihkan dan aduk
sampai rata. Kecilkan api.
o Setelah gula merah telah di didihkan,masukkan tepung beras rose brand sedikit demi
sedikit. Hinggaa akhirnya adonan mengeras di wajan. Masak hingga matang. Angkat
kemudian sisihkan.
o Sediakan papan penggiling beri plastik, ambil adonan secukupnya. Kemudian giling
hingga agak tipis. Taburi wijen di atasnya. Dan ptong adonan memanjang sesuai selera.
Goreng di atas api yang sedang. Masak hingga matang.

D. Sinjai

1. Sejarah Sinjai

KABUPATEN SINJAI dahulu terdiri dari beberapa kerajaan-kerajaan, SEJARAH


KABUPATEN SINJAI KABUPATEN SINJAI Riolo (dulu) terdiri dari beberapa kerajaan,
seperti kerajaan TELLU LIMPOE yang tergabung dalam PITU LIMPOE. TELLU LIMPOE
terdiri dari kerajaan-kerajaan yang berlokasi di dekat pesisir pantai Kerajaan Tondong, Bulo-bulo
dan Lamatti, sedangakan kerajaan PITU LIMPOE adalah kerajaan-kerajaan yang berlokasi di
dataran tinggi yaitu di Kerajaan Turungeng, Manimpahoi, Terasa,Pao, Manipi, Suka dan Bala
Suka.

Dalam buku lontara atau buku sejarah bugis sinjai susunan raja-raja yang berada di Sinjai pada
masa lampau (TEMPORIOLO), bahwa yang pertamakali menjadi Raja dan Arung ialah
Manurung Tanralili, yang dikenal dengan gelar TIMPAE TANA atau TO PASAJA. Keturunan
dari Puatta Timpae Tana atau To PASAJA merupakan pendiri Kerajaan Tondong, Bulo-bulo dan
Lamatti.

2.Letak Geografis

Secara geografis Kabupaten Sinjai terletak pada titik 5°2'56" - 5°21'16" Lintang Selatan dan
119°56'30" - 120°25'33" Bujur Timur. Kabupaten Sinjai terletak di bagian pantai timur Provinsi
Sulawesi Selatan yang berjarak sekitar 223 km dari kota Makassar. Luas wilayahnya berdasarkan
data yang ada sekitar 819,96 km2 (81.996 ha).

3.Hasil Bumi

 Pertanian

Pertanian yang menonjol dari kabupaten Sinjai adalah lada dan coklat. Lada tumbuh hampir di
semua kecamatan kecuali di kecamatan Pulau Sembilan. Luas areal tanamnya mencapai 3.249
hektare dengan jumlah produksi 2.380 per tahun. Sedangkan coklat atau kakao tumbuh hampir di
semua kecamatan dengan luas area tanam 4.178 hektare dan hasil panen per tahun mencapai
2.129 ton. Sinjai mengkespor coklat-coklat ini ke Eropa

4.Adat Istiadat
 Marimpa Salo

Tradisi yang di beri nama marimpa salo, dimana tradisi marimpa salo digelar untuk
merayakan panen hasil laut. Tradisi marimpa salo digelar masyarakat yang bermungkim di
daerah pesisir pantai sinjai utara, dan sinjai timur, dimana setiap tahunya mereka mengelar acara
tradisi menghalau ikan dari hulu hingga ke muara sungai. Saat perayaan marimpa solo digelar,
juga dibarengi dengan pementasan tari appadekko yang menggambarkan ritual masyarakat
nelayan, menikmati hasil tangkapan ikan, selain itu juga diselingi dengan ketangkasan adu silat,
sebagai ungkapan kegembiraan masyarakat pesisir, setelah mereka menikmati hasil tangkapan
selama setahun mereka berjuang mencari nafkah di lautan lepas.

5.Makanan Khas Sinjai

 Makanan pokok
 Lauk pauk
 Sayuran
 Sambal

 Kue
 Kue Laiya

Kue laiya adalah salah satu hidangan yang selalu dihidangkan saat ada kegiatan adat seperti
acara pengantin, syukuran sehabis panen atau saat ritual meminta perlindungan pada yang kuasa
dan pelepasan niat usai bernazar. Selain bentuknya menyerupai angka delapan atau dalam isitilah
lokal adalah Poto’ Nabi (Ikat Nabi), kue laiya juga merupakan identitas Bugis Makassar,
Sulawesi Selatan.

Bahan
 tepung beras
 tepung beras ketan putih,
 gula aren
 minyak goreng,
 air
 wijen secukupnya.

Cara Membuatnya
 Cukup campurkan tepung beras, tepung ketan dan gula aren.
 Campur rata dan tambahkan air hingga menjadi adonan.
 Kemudian bentuk adonan panjang-panjang bulat dan silangkan seperti angka delapan.
 Taburi wijen dan goreng hingga matang.
 Setelah matang, kue disajikan dalam wadah beralaskan daun pisang supaya kue menjadi
lebih empuk dan beraroma khas.
. BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka kami dapat menyimpulkan bahwa Pengolahan makanan
adalah kumpulan metode dan teknik yang digunakan untuk mengubah bahan mentah
menjadi makanan atau mengubah makanan menjadi bentuk lain
untuk konsumsi oleh manusia atau olehindustripengolahan makanan (Winarno,1993).

Faktor-faktor yang mempengaruhi keanekaragaman makanan sulsel, yaitu: Faktor geografis,


Sumber daya alam, Faktor ekonomi/jual beli, Faktor pendidikan, Pengaruh luar negeri, Faktor
komunikasi, Adat-istiadat , dan Kepercayaan.

B. Saran
Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan.  dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggungjawabkan dari banyaknya
sumber Penulis akan memperbaiki makalah tersebut . Oleh sebab itu penulis harapkan kritik serta
sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
https://sulsel.idntimes.com/food/dining-guide/ita-malau/7-jajanan-pasar-khas-sulawesi-selatan-
c1c2-regional-sulsel

https://gosulsel.com/2019/12/23/paranggi-kuliner-khas-bulukumba-yang-ciamik/

Anda mungkin juga menyukai