Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Taufik Hidayat
2011712006

Administrasi Teknik pengendalian Mutu Pekerjaan Balok Kolom

Kolom
Kolom merupakan struktur utama dari bangunan portal yang berfungsi
untuk memikul beban vertikal, beban horisontal, maupun beban momen, baik
yang berasal dari beban tetap maupun beban sementara. Dimensi kolom yang
dirancang bervariasi menurut beban yang diterima. Semakin besar bebannya,
maka bisa semakin besar dimensi kolom yang digunakan. Beban tersebut antara
lain beban mati berupa beban berat sendiri, beban akibat balok dan plat lantai
serta beban hidup. Kolom–kolom struktur pada bangunan ini dirancang bentuk
persegi.

“PROYEK PEMBANGUNAN ARMADA TOWN SQUARE MAGELANG”


ARY WIBOWO – L2A308004 1
Tabel 3.1 Tipe dan Ukuran Kolom

No. Tipe Kolom Ukuran (mm)


1 K1 700 x 700
2 K2 700 x 700
3 K3 700 x 700
4 K4 700 x 700
5 K5 700 x 700
6 K6 600 x 600
7 K7 600 x 600
8 K8 600 x 600
9 K9 800 x 800
10 K10 800 x 800
11 K11 800 x 800
12 K12 900 x 900
13 K13 900 x 900
14 K14 900 x 900
15 K15 900 x 900
16 K16 300 x 300

Konstruksi kolom pada proyek ini terbuat dari beton bertulang.


Perencanaan kolom menggunakan tulangan D10, D13, D22, dan D25 mm. Beton
yang digunakan untuk kolom menggunakan mutu beton K350, dengan slump
rencana 10 ± 2 cm.

Untuk dimensi kolom, semakin ke atas dimensinya akan diperkecil. Akan


tetapi tidak berarti bahwa pada setiap perubahan lantai akan terjadi perubahan
dimensi. Hal ini dapat dilihat pada pemasangan tulangan kolom untuk tiap lantai
berikutnya. Maksud dari pengecilan dimensi kolom ini yaitu untuk mengurangi
beban sendiri dari struktur, yang dimana pengurangan dari dimensi kolom tidak
akan mempengaruhi kekuatan dan kekokohan struktur.
Balok Induk (beam)
Balok adalah bagian dari konstruksi yang berfungsi memikul beban lantai
dan beban lain yang bekerja di atasnya dan kemudian menyalurkan beban tersebut
ke kolom-kolom. Balok juga berfungsi membagi-bagi plat menjadi segmen-
segmen dan sebagai pengikat kolom yang satu dengan yang lainnya sehingga
diperoleh struktur yang kaku dan kokoh.

Tabel 3.2 Tipe dan Ukuran Balok

No. Tipe Balok Ukuran (mm)


1 B.1 350 x 700
2 B.2 350 x 700
3 B.3 300 x 600
4 B.4 450 x 900
5 B.5 400 x 800
6 B.6 300 x 700
7 B.7 200 x 400
8 CB.1 350 x 900 ~ 400
9 CB.2 350 x 700 ~ 400

Konstruksi balok induk ini terbuat dari beton bertulang dengan


menggunakan tulangan D10, D13, D19, D22, dan D25 mm. Beton yang
digunakan untuk balok induk menggunakan mutu beton K350, dengan nilai slump
rencana 10 ± 2 cm. Dimensi balok dan jumlah tulangannya menyesuaikan dari
kondisi pembebanan dan perhitungan perencanaan.

Balok Anak
Balok anak berfungsi untuk mengurangi lendutan pada plat dan
meneruskan beban dari plat ke balok induk. Balok anak digunakan untuk
mereduksi luas penampang plat yang terikat pada balok. Perbedaan antara balok
anak dengan balok induk terletak pada tumpuan. Kalau balok induk menumpu
pada kolom, sedangkan balok anak menumpu pada balok induk.
LAPORAN KERJA PRAKTEK

Dimensi balok anak pada bangunan ini sangat bervariasi tergantung besar
kecilnya beban dan luas plat yang dipikul oleh balok induk dan disesuaikan
dengan perencanaan arsitekturnya. Konstruksi balok anak ini terbuat dari beton
bertulang dengan tulangan D10, D13, D19, D22, D25 mm. Beton yang digunakan
untuk balok anak menggunakan mutu beton K350, dengan nilai slump rencana 10
± 2 cm.

“PROYEK PEMBANGUNAN ARMADA TOWN SQUARE MAGELANG”


ARY WIBOWO – L2A308004 33
Bahan-Bahan Konstruksi

1.Baja
Baja pada proyek Armada Town Square terdiri dari dua jenis, yaitu baja
yang digunakan untuk rangka atap baja dan penulangan beton bertulang. Baja
yang digunakan untuk rangka baja terdiri dari bermacam-macam profil.

Penyimpanan baja tulangan diletakan di atas bantalan balok kayu yang


terletak di atas tanah untuk menghindari korosi pada tulangan akibat reaksi
dengan air tanah.

Berdasarkan bentuknya, baja tulangan dibagi menjadi dua jenis :


1. Baja tulangan polos
Permukaan baja polos, tidak bersirip. Biasa disingkat dengan BJTP.
2. Baja tulangan sirip (deform)
Permukaan baja memiliki sirip melintang untuk meningkatkan daya lekat tulangan
baja dengan beton. Biasa disingkat dengan BJTD.

Baja tulangan yang digunakan pada proyek ini yaitu :


a. Untuk baja tulangan D < 10 mm digunakan BJTP 24 dengan fy = 240 MPa.
b. Untuk baja tulangan D  10 mm digunakan BJTD 40 dengan fy = 400 MPa.
c. Baja yang digunakan dalam proyek ini adalah dari Krakatau Steel.

Gambar 4.1 Besi tulangan


semen jenis tertentu juga bisa dipakai untuk bahan finishing. Hal–hal yang perlu diperhatikan
dalam penyimpanan persediaan semen :
1) Sebelum diangkut ke lapangan untuk digunakan, semen harus dijaga agar
tidak lembab.
2) Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan dan zak (kantong) asli
dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat.
3) Tinggi tumpukan maksimum tidak lebih dari 2 m atau maksimal 10 zak. Hal
ini untuk menghindari rusaknya semen yang berada pada tumpukan yang
paling bawah, akibat beban yang berat dalam waktu yang cukup lama sebelum
digunakan sebagai bahan bangunan.
4) Karena penimbunan semen dalam waktu yang lama juga akan mempengaruhi
mutu semen, maka diperlukan adanya pengaturan penggunaan semen secara
teliti. Sehingga dalam hal ini semen lama harus dipergunakan terlebih dahulu.
5) Zak-zak semen disimpan di gudang yang cukup ventilasinya.

Adapun jenis semen yang digunakan dalam proyek ini antara lain :
a) Semen portland Gresik jenis IP-U yang telah ber-SNI 15-0302-2004,
merupakan semen untuk campuran mortar dan acian plesteran dinding
batu bata.
b) Semen putih ASTM C 150-00 merk Tiga Roda, merupakan semen
untuk finishing.

Gambar 4.2 Semen putih dan semen portland

2. Beton Ready Mix


Seluruh pekerjaan struktural dalam Proyek Pembangunan Armada Town
Square ini menggunakan beton ready mix produksi dari PT. Armada Hada Graha
sendiri. Adapun keuntungan penggunaan beton ready mix ini adalah:
1. Jaminan keseragaman mutu beton.
2. Efektifitas dan efisiensi kerja dalam pelaksanaan.

Gambar 4.3 Beton ready mix

ii. Plywood
Plywood digunakan sebagai bahan bekisting karena akan menghasilkan
permukaan beton yang halus. Plywood yang digunakan adalah kayu lapis dengan
permukaan yang dilapisi laminated plastic dengan ketebalan 16-22 mm. Supplier
untuk material ini adalah PT. Beton Konstruksi Wijaksana (BKW) yang sekaligus
merangkap sebagai subkontraktor untuk pekerjaan bekisting.

Gambar 4.4 Plywood

iii. Kawat Bendrat


Kawat bendrat berfungsi sebagai pengikat antar baja tulangan agar dapat
membentuk struktur seperti yang dikehendaki. Kawat bendrat yang digunakan
berdiameter 1 mm dan dalam pemakaiannya digunakan tiga lapis kawat agar lebih
kuat dalam mengikat baja tulangan. Agar baja tulangan saling terikat dengan kuat
maka kawat yang digunakan harus mempunyai kualitas yang baik dan tidak
mudah putus.
Gambar 4.5 Kawat bendrat

iv. Air Kerja


Air kerja yang digunakan dalam proyek harus sesuai dengan SNI 03-2847-
2002 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.
Persyaratan mengenai air kerja tercantum di halaman 15, yaitu:
1) Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-
bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik,
atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan;
2) Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang
di dalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung
dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang
membahayakan;
3) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
ketentuan berikut terpenuhi:
a) Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada
campuran beton yang menggunakan air dari sumber yang sama,
b) Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang
dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai
kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji
yang dibuat dengan adukan air yang dapat diminum. Perbandingan uji
kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air
pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai dengan “Metode uji tekan untuk
mortar semen hidrolis (Menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi
50 mm)”.
v. Pasir
Proyek Armada Town Square menggunakan pasir Merapi. Selain karena
dikenal pasir dengan kualitas terbaik, lokasi dari quarry juga tidak terlalu jauh.
Pasir digunakan sebagai campuran beton ready mix, campuran mortar, campuran
lantai kerja, dan campuran untuk memadatkan tanah.

Gambar 4.6 Pasir

vi. Batu Kali


Batu kali digunakan sebagai bahan pembuatan saluran air di area belakang
gedung. Pasangan batu kali ini di pasang di atas U-ditch sebagai dinding saluran
pada bagian atas.

Gambar 4.7 Batu kali

vii. Calbond
Calbond merupakan bahan pengikat beton lama dengan beton baru.
Calbond merupakan cairan perekat antara beton yang telah dicor (yang telah
mengeras) dengan adukan beton yang akan dicor kemudian. Cairan perekat yang
berwarna putih ini disebut juga dengan lem beton seperti terlihat pada gambar di
bawah. Calbond di proyek ini banyak digunakan pada sambungan pengecoran
beton.
Gambar 4.8 Cairan calbond

viii. Bantak
Material bantak merupakan campuran batu kecil dan agak besar dengan
ukuran diameter sekitar 5 – 20 cm. Bantak biasanya dicampur dengan pasir untuk
pemadatan tanah di bawah lower ground untuk mendapatkan kepadatan yang
optimal.

Gambar 4.9 Bantak


ix. Batako
Batako dalam proyek Armada Town Square digunakan sebagai bekisting
bawah Ground Water Tank. Selain memperkuat bagian bawah, juga lebih mudah
dalam pelaksanaan karena tidak perlu di lepas lagi.

Gambar 4.10 Batako


x. Batu Bata
Batu bata merah digunakan untuk dinding area mall Proyek Armada Town
Square. Batu bata merah didatangkan dari pembuat batu bata merah di wilayah
Kabupaten Magelang.

Gambar 4.11 Batu bata

xi. Bahan Additive (Tambahan)


Bahan tambahan yang digunakan pada campuran beton untuk proyek
pembangunan Armada Town Square berupa accelerating admixture. Bahan ini
berfungsi untuk memendekkan setting-time beton. Ketika dituangkan admixture
ini bersuhu udara dingin karena adanya bahan kimia yang terkandung yaitu
Calcium Cloride (Kalsium Klorida).
Penggunaan bahan di atas membuat campuran beton cepat mengeras,
meningkatkan dalam mengeringkan penyusutan (drying shrinkage), dan
menghindari korosi pada tulangan (reinforcement). Jumlah pemakaian yang
berlebihan, kalsium klorida bisa untuk menurunkan titik beku beton, yang dapat
mengakibatkan beton menjadi rusak atau hancur. Oleh karena itu, harus ada
perawatan (treatment) khusus berupa pengawasan dalam volume penggunaan
admixture baik dalam hal penyimpanan ataupun ketika sedang dilakukan
pencampuran dengan beton. Volume penggunaan yaitu lebih dari 5% dari berat
semen (Cement Weight). Penggunaan bahan tersebut dari segi bisnis dan
ekonomis dikarenakan dalam pembangunan proyek ini bersifat komersial dan
dituntut untuk cepat selesai. Selain itu, dari segi teknis pengadaan bekisting yang
terbatas juga mempengaruhi. Dengan adanya admixture tersebut, maka bekisting
terutama bekisting samping cukup terpasang selama ±12 jam setelah pengecoran
untuk bisa dilepas dan digunakan kembali.
b. Alat-alat Konstruksi
i. Tower Crane (TC)
Tower crane diperlukan terutama sebagai pengangkut bahan dan peralatan
untuk pekerjaan struktur, seperti besi beton, bekisting, beton cor dan material
lainnya. Penempatan tower crane harus direncanakan bisa menjangkau seluruh
areal proyek konstruksi bangunan yang akan dikerjakan dengan manuver yang
aman tanpa terhalang.
Penggunaan tower crane tersebut juga harus memperhitungkan beban
maksimal yang mampu diangkatnya. Operator tower crane harus siap untuk
mengakomodasi perintah pengangkutan didaerah jangkauannya. Dalam proyek ini
tower crane menggunakan satu buah. Akan tetapi, pada dua hari terakhir sebelum
penulis meninggalkan proyek, ada rencana penambahan satu tower crane lagi. Hal
itu dilakukan untuk mempercepat pelaksanaan karena telah terjadi keterlambatan
pelaksanaan proyek di lapangan.

Gambar 4.12 Tower crane


ii. Back hoe
Back hoe adalah alat yang digunakan dalam pekerjaan galian tanah.
Keuntungan dari penggunaan back hoe adalah dapat melakukan pekerjaan
penggalian dengan lebih cepat dan lebih efisien. Selain itu back hoe juga dapat
digunakan sebagai alat pemuat yang jauh lebih efisien dibandingkan jika
menggunakan tenaga manusia. Dalam proyek ini keberadaan back hoe sangat
diperlukan mengingat banyaknya volume galian yang harus dikerjakan terutama
pada pekerjaan galian ground water tank, sewage treatment plant, pile cap, dan
lain-lain.. Adapun spesifikasi alat adalah sebagai berikut :
 Merk : Hyunday
Buatan : Korea
Kapasaitas bucket : 0.3 m3
Jumlah : 1 buah
 Merk : Hitachi
Buatan : Jepang
Kapasaitas bucket : 0.3 m3
Jumlah : 2 buah

Gambar 4.13 Back hoe

4.4.3 Dump truck


Dump truk merupakan alat yang digunakan untuk mengangkut material
galian tanah dan material konstruksi lainnya seperti beton hasil pemotongan
kepala tiang pancang (pile) dari lokasi proyek menuju tempat pembuangan
(dispostal area). Ada pun spesifikasi dump truk yang digunakan dalam proyek ini
adalah:
Merk : Mitsubushi Fuso
Kapasitas Bucket : 5 m3

Gambar 4.14 Dump truck


4.3.4 Mobile Concrete Pump
Mobile Concrete Pump merupakan alat untuk memompa beton ready mix
dari mixer truck ke lokasi pengecoran. Penggunaan concrete pump ini untuk
meningkatkan kecepatan dan efisiensi pengecoran. Alat ini sangat berguna untuk
lokasi yang sulit dijangkau seperti bangunan gedung bertingkat yang luas
sehingga dapat dengan mudah dijangkau. Alat ini terdiri atas beberapa bagian,
yaitu alat utama berupa mesin pompa yang dilengkapi dengan tenaga penggerak
berupa mesin diesel, pipa-pipa besi berdiameter 15 cm serta beberapa alat
tambahan berupa klem penyambung pipa-pipa tersebut. Adapun spesifikasi
mobile concrete pump dalam proyek ini dalah sebagai berikut:
Merk dan type : Isuzu IPG
115B.8E26/4 Buatan : Jepang
Kapasitas : 10-90 m3/jam, (diameter selinder 95 mm)

4.3.5 Mixer Truck


Mixer truck merupakan truk khusus yang dilengkapi dengan concrete
mixer dengan kapasitas bervariasi, yaitu kapasitas 5; 5,5; 6; dan 6 m3. Truk ini
mengangkut beton siap pakai (ready mix) dari tempat pencampuran beton
(batching plan) sampai ke lokasi pengecoran. Selama pengangkutan, truk ini terus
berputar searah jarum jam dengan kecepatan 8-12 putaran per menit agar adukan
beton tersebut terus homogen dan tidak mengeras.
Dalam pengangkutan perlu diperhatikan interval waktu, karena bila terlalu
lama beton akan mengeras dalam mixer, sehingga akan menimbulkan kesulitan
dan menghambat kelancaran pelaksanaan pengecoran. Spesifikasi Mixer truck
yang digunakan pada proyek ini adalah sebagai berikut:
Merk : Hino
Buatan : Jepang
Kapasitas : 6,5 m3
Gambar 4.15. Concrete Pump dan Mixer Truck saat loading concrete

4.3.6 Pemotong Tulangan (Bar Cutter)


Baja tulangan dipesan dengan ukuran-ukuran panjang standar (12 m).
Untuk keperluan tulangan yang pendek, maka perlu dilakukan pemotongan
terhadap tulangan yang ada. Untuk itu diperlukan suatu alat pemotong tulangan,
yaitu pemotong tulangan (bar cutter) yang dioperasikan dengan menggunakan
tenaga listrik. Jumlah tulangan yang mampu dipotong dalam sekali tahap
umumnya bervariasi antara 5 sampai 10 tulangan, tergantung dari besarnya
diameter tulangan yang akan dipotong. Proyek ini menggunakan Barcutter listrik
dengan sepesifikasi sebagai berikut:
Merk dan Type : Meiho dan Toyo, MTK-42
Buatan : Jepang
Jumlah : 3 unit
Kapasitas potong : 5-10 tulangan, tergantung diameter tulangan yang
dipotong.

Gambar 4.16. Bar cutter

4.3.7 Pembengkok Tulangan (Bar Bender)


Merupakan alat yang digunakan untuk membengkokkan tulangan seperti
pembengkokan tulangan sengkang, pembengkokan untuk sambungan tulangan
kolom, juga pembengkokan tulangan balok dan plat. Sudut yang dapat dibentuk
oleh pembengkok tulangan dapat diatur besarnya, yaitu 450, 900,1350 dan1800.
Kapasitas alat antara 5 sampai 8 tulangan tergantung dari besarnya diameter
tulangan yang akan ditekuk oleh bar bender. Adapun spepesifikasi bar bender
yang digunakan dalam proyek ini adalah sebagai berikut:
Merk dan Type : Toyo
Buatan : Jepang
Jumlah : 3 unit
Kapasitas : 4-5 tulangan. Tergantung diameter tulangan yang
dibengkokkan.

Gambar 4.17. Bar bender

4.3.8 Teodolith
Teodolith merupakan alat bantu dalam proyek untuk menentukan as
bangunan dan titik-titik as kolom pada tiap-tiap lantai, agar bangunan yang dibuat
tidak miring. Teodolith juga digunakan sebagai alat untuk menjaga
kevertikalitasan bangunan gedung tinggi.

Gambar 4.18. Teodolith


Merk dan Type : Theodolite Topcon TL-6G
Buatan : Jepang
Jumlah : 2 unit

4.3.9 Waterpass
Fungsi utama dari alat ini adalah untuk menentukan ketinggian elevasi
rencana pada suatu bangunan . Alat ini biasanya digunakan untuk mengetahui
elevasi lantai ketika lantai akan dicor, sehingga apabila terjadi perbedaan antara
elevasi rencana dengan elevasi dilapangan dapat dikoreksi dan dilakukan
perbaikan dengan segera. Alat ini dipergunakan juga untuk menentukan elevasi
tanah dan elevasi tanah galian timbunan.

Gambar 4.19. Proses levelling

Merk dan Type : Topcon Automatic Level Topcon ATG-6


Buatan : Jepang
Jumlah : 2 unit

4.3.10 Concrete Vibrator


Adanya rongga udara dalam suatu adukan beton, secara tidak langsung
akan mengurangi mutu dan kekuatan beton tersebut. Untuk menghindari hal ini,
maka dalam suatu pengecoran harus diusahakan adanya rongga udara yang
seminimal mungkin.
Vibrator merupakan suatu alat penggetar mekanik yang digunakan untuk
menggetarkan adukan beton yang belum mengeras, dengan harapan dapat
menghilangkan rongga-rongga udara yang ada sehingga dapat dihasilkan beton
yang padat dan bermutu tinggi. Cara operasionalnya adalah dengan memasukkan
selang penggetar ke dalam adukan beton yang telah dituang ke dalam bekisting,
sehingga beton cair dapat memadat dan meminimalkan terjadinya rongga pada
beton yang dapat mengurangi kekuatan.

Gambar 4.20. Concrete vibrator

Merk dan Type : Mikasa


Spesifikasi : Selang / Shaft : 38mm - 6m
Jumlah : 2 unit

4.3.11 Scaffolding
Scaffolding berfungsi sebagai perancah dalam pembuatan bekisting balok dan
plat dan sebagai perancah dalam pengecoran kolom. Scaffolding terdiri dari
beberapa bagian antara lain :
 jack base, bagian yang terdapat di bagian paling bawah, dilengkapi
dengan ulir untuk mengatur ketinggian.
 main frame, portal besi yang dirangkai di atas jack base.
 cross brace, penghubung dua main frame dipasang arah melintang.
 ladder, tambahan di atas main frame jika ketinggian mengalami
kekurangan.
 joint pin, penghubung main frame dan ladder.
 U-head jack, bagian atas main frame dan ladder yang berfungsi untuk
penyangga kayu kaso pada bagian bekisting.
Gambar 4.21 Sketsa scaffolding

Cara operasionalnnya adalah dengan menggabungkan tiap bagian di atas,


sehingga menjadi suatu konstruksi penyangga sementara.

Gambar 4.22 Scaffolding

4.3.12 Alat Cetak Benda Uji Beton (Silinder)


Alat cetak benda uji beton berfungsi sebagai cetakan dalam pembuatan
benda uji beton. Setiap proses produksi beton, diambil sample untuk benda uji
beton. Setelah itu tiap masing-masing benda uji diberi nama sesuai dengan lokasi
pengecoran dan tipe beton / mutu betonnya. Uji beton dilakukan di laboratorium
PT. Armada Ready Mix di area batching plant.
Alat cetak benda uji beton ini mempunyai diameter 15 cm dengan tinggi
30 cm. Tiap alat cetak mempunyai volume kurang lebih 0,0053 m3.
Gambar 4.23 Alat cetak benda uji

4.3.13 Bucket
Kegunaan bucket adalah tempat adonan semen yang berasal dari concrete
mixer. Bucket yang mempunyai kapasitas 0,8 m3 ini diisi adonan semen kemudian
dengan bantuan dari tower crane, bucket diangkat ke atas menuju ke tempat yang
akan dicor. Apabila akan mengecor kolom maka pada ujung bucket dipasang
selang untuk mempermudah pelaksanaan dan mengatur tinggi jatuh pengecoran.
Berat bucket adalah 300 kg.
Pada pelaksanaan pengecoran di lokasi yang sulit bucket dilengkapi
dengan pipa tremie sehingga beton yang keluar dari bucket tidak langsung jatuh
dan dapat diarahkan sehingga pelaksanaan pengecoran dapat menjangkau lokasi-
lokasi yang sulit.

Gambar 4.24 Bucket

4.3.14 Air Compressor


Air compressor adalah alat penghasil udara bertekanan tinggi yang
digunakan untuk membersihkan kotoran-kotoran yang dapat mengurangi mutu
dan daya lekatan tulangan pada beton seperti: debu-debu, potongan-potongan
kawat bendrat, dan serbuk-serbuk kayu. Kegiatan pembersihan ini dilakukan
sesaat sebelum dilakukan pengecoran pada bagian bangunan tertentu.
Gambar 4.25 Air compressor

4.3.15 Alat-alat Pengelasan


Alat-alat pengelasan dalam proyek ini berguna untuk pengerjaan rangka
atap baja, proses pengerjaan bekisting untuk ground water tank, dan pemotongan
berbagai tulangan baja.

4.3.16 Cutter Beton


Sesuai dengan namanya, cutter beton berfungsi untuk memotong beton.
Dalam proyek Armada Town Square alat ini berfungsi memotong plat lantai
lower ground yang disebabkan perubahan desain oleh owner.

Gambar 4.27 Cutter beton

4.3.17 Pompa Air


Pompa air dalam pelaksanaan proyek Armada Town Square berfungsi
memindahkan air yang menggenang di area yang akan dilakukan pekerjaan
konstruksi. Pada beberapa kasus seperti air hujan yang menggenang di galian
untuk pile cap dan ground water tank.

4.3.18 Bulldozer
Buldozer yang digunakan dalam proyek Armada Town Square berfungsi
untuk meratakan atau menghamparkan tanah, pasir, atau pun bantak sehingga bisa
optimal dalam pekerjaan selanjutnya seperti lantai kerja untuk plat. Berikut
mengenai spesifikasinya.
 Merk : Caterpillar D3C LGP
 Lebar blade : 3,1 m
 Tinggi blade : 0,73 m

Gambar 4.28 Bulldozer

4.3.19 Mobile Crane


Mobile crane yang digunakan dalam proyek ini berjumlah dua buah.
Dalam pelaksanaannya, hampir setiap hari alat ini selalu dipakai. Hal ini
disebabkan oleh luasnya area proyek dan juga jangkauan dari tower crane yang
tidak mampu menjangkau secara keseluruhan. Mobile crane berfungsi dalam
pengecoran dengan bucket, pemasangan Half Slab bergelombang, pemasangan
rangka atap baja, serta membantu dalam pekerjaan bekisting kolom lantai lower
ground.

Gambar 4.29 Mobile crane


LAPORAN KERJA PRAKTEK

PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1 Tinjauan Umum

Perencanaan yang telah disusun oleh konsultan perencana diwujudkan


melalui pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Pelaksanaan pekerjaan merupakan
tahap yang sangat penting dan membutuhkan pengaturan serta pengawasan
pekerjaan yang baik, sehingga dapat diperoleh hasil yang baik, tepat waktu dan
sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya.

Tahap pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang menentukan berhasil


tidaknya suatu proyek, oleh karena itu perlu dipersiapkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan teknis pekerjaan, rencana kerja, serta tenaga pelaksana
khususnya tenaga ahli yang profesional yang dapat mengatur pekerjaan dengan
baik, serta dapat mengambil keputusan-keputusan mengenai masalah-masalah
yang ditemui di lapangan.

Dalam pelaksanaan fisik suatu proyek bisa saja timbul masalah-masalah


yang tidak terduga dan tidak dapat diatasi oleh satu pihak saja, untuk itulah
diperlukan adanya rapat koordinasi untuk memecahkan dan menyelesaikan
masalah bersama-sama. Dalam rapat koordinasi dihadiri oleh :
1) Wakil dari pemilik proyek.
2) Konsultan perencana
3) Koordinator dan para pelaksana proyek
4) Hal-hal yang dibahas dan diselesaikan dalam rapat koordinasi meliputi :
1) Kemajuan pekerjaan dilapangan
2) Masalah-masalah dan solusinya menyangkut pelaksanaan di lapangan
3) Realisasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan time schedule
4) Masalah administrasi dan kelengkapan dokumen
5) Sasaran yang harus dicapai dalam jangka waktu yang ditentukan.

Sebagai langkah awal dalam pelaksanaan, kontraktor harus memiliki


dokumen awal pelaksanaan, seperti berita acara, gambar-gambar detail, RKS dan

“PROYEK PEMBANGUNAN ARMADA TOWN SQUARE MAGELANG”


ARY WIBOWO – L2A308004 52
dokumen lainnya. Selanjutnya kontraktor membuat shop drawing sebagai gambar
detail pelaksanaan yang dibuat berdasarkan gambar perencanaan dari konsultan
perencana dan as built drawing sebagai laporan akhir gambar-gambar yang sesuai
dengan pelaksanaan, setelah adanya pekerjaan tambah maupun kurang.

Bab ini akan menguraikan keseluruhan pelaksanaan pekerjaan yang diamati


selama melaksanakan kerja praktek. Pekerjaan yang diamati ini meliputi
pekerjaan pekerjaan struktur atas (upper structure) yang meliputi kolom, balok
dan plat. Selain pekerjaan struktur, ada juga pembahasan tentang pembuatan
saluran air atau selokan menggunakan U-Ditch yang sempat diamati di proyek.

5.2 Pekerjaan Struktur Atas


5.2.1 Pekerjaan Kolom

Penentuan As Kolom

Pembuatan Tulangan Kolom

Pemasangan Tulangan Kolom

Pembuatan Bekisting Kolom

Pemasangan Bekisting Kolom

Pengecoran

Pembongkaran Bekisting Kolom


Pekerjaan kolom melibatkan beberapa kegiatan antara lain adalah penentuan
as kolom, penulangan kolom, pembuatan bekisting kolom, pemasangan bekisting
kolom, pengecoran kolom, dan pembongkaran bekisting kolom.

Gambar 5.1 Diagram alir pekerjaan kolom


1. Penentuan As Kolom
Titik–titik as kolom diperoleh dari hasil pekerjaan pengukuran dan
pematokan, yaitu marking berupa titik-titik atau garis yang digunakan sebagai
dasar penentuan letak kolom. Cara penentuan as-as kolom pada lantai
Ground adalah dengan menggunakan alat teodolith, yaitu dengan menentukan
letak as awal dan kemudian dibuat as-as yang lain dengan mengikuti jarak
yang telah disyaratkan dalam perencanaan awal. Letak as-as ini harus selalu
dikontrol karena ada kemungkinan satu dan lain hal, as-as tersebut berubah
dari yang telah dibuat. Garis bantu berupa marking lurus pada plat lantai
membantu dalam penentuan as kolom ini. Marking ini menggunakan benang
yang bertinta hitam sehingga saat disentuhkan ke plat akan membentuk garis
hitam.

Garis Marking As
Bangunan
A A
Lubang Tempat
Teodolith diletakkan
untuk menembak as
Garis Marking
kolom
Titik As

Gambar 5.3 Denah marking


Gambar 5.4 Potongan A-A

Gambar 5.5 Marking As kolom

2. Pembuatan Tulangan Kolom


Langkah pekerjaan pembuatan tulangan kolom adalah sebagai berikut:
1) Tulangan dengan ukuran sesuai gambar kerja (shop drawing)
didatangkan oleh pihak logistik ke lokasi proyek sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaan di lapangan. Panjang tulangan dari
supplier adalah 12 m.
2) Pemotongan tulangan dilakukan dengan bar cutter dan
pembengkokan tulangan dilakukan dengan mengunakan bar
bender.
3) Pembengkokan tulangan dilakukan sesuai dengan ketentuan
pendetailan tulangan. Untuk sengkang dengan pembengkokan
pengait dengan sudut 135ο, panjang tulangan yang diperlukan
adalah sepanjang keliling tulangan ditambah dengan panjang
pengait sebesar 6 kali diameter tulangan. Sementara untuk
pengait di ujung tulangan yang dibengkokan dengan sudut 90 ο
panjang pengait yang dibutuhkan adalah 12 kali diameter
tulangan.

12D 6D

12D

Gambar 5.6 Panjang Pembekokan Ujung Sengkang yang Dibutuhkan

4) Pemotongan tulangan utama dilakukan sepanjang tinggi kolom


perlantai bangunan ditambah dengan panjang penyaluran
tulangan untuk keperluan penyambungan tulangan. Panjang
penyaluran kolom minimal sebesar 50 kali diameter tulangan
terbesar yang disambung. Penyempitan bagian bawah tulangan
sepanjang panjang penyaluran dilakukan untuk memudahkan
penyambungan tulangan kolom tiap lantai.
Gambar 5.7 Penyaluran tulangan utama kolom

5) Pengikatan tulangan sengkang dengan tulangan utama kolom


dilakukan dengan menggunakan kawat bendrat.
3. Pemasangan Tulangan Kolom
Tulangan utama kolom yang dipergunakan pada proyek ini bervariasi, sesuai
dengan gambar rencana dari konsultan perencana. Diantaranya
Tahapan pekerjaan pembesian kolom antara lain :
1) Pemasangan tulangan diawali dengan mendirikan susunan scaffolding
mengelilingi kolom rencana. Susunan scaffolding ini untuk tempat
para pekerja merakit tulangan.

Gambar 5.8 Pemasangan tulangan kolom

2) Setelah susunan scaffolding berdiri, dilanjutkan dengan memasang


tulangan utama dengan menyambungkan terhadap tulangan utama di
bawahnya. Kemudian masukkan tulangan sengkang dari bagian atas
tulangan utama yang telah tersusun sebelumnya. Kaitkan antara
tulangan sengkang dengan tulangan utama menggunakan kawat
bendrat. Apabila diperlukan dibuat penguat sementara untuk
menjaga verticality kolom,
3) Pada bagian luar penulangan kolom diberi beton decking untuk selimut
beton.

4. Pembuatan Bekisting Kolom


Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk membuat bekisting kolom
adalah:
1) Plywood : Merupakan lapis pemukaan dalam bekisting yang langsung
bersentuhan dengan beton. Kondisi permukaan plywood akan
berpengaruh langsung terhadap kualitas permukaan beton setelah
pengecoran. Plywood yang digunakan yang tebal atau dinamakan
finolite.
2) Balok LVL : Merupakan balok kayu dan posisinya berada tepat
dibelakang plywood berfungsi untuk menerima beban akibat
pengecoran dari plywood.

Plywood

Balok LVL

Gambar 5.9 Plywood dan balok LVL

3) Steel waller : merupakan sabuk yang diletakkan pada sisi luar balok
LVL yang bergungsi untuk menerima beban dari balok LVL. Waller
yang digunakan pada bekisting kolom pada proyek ini adalah profil
baja U 120 x 50 x 6 x 8. Steel waller akan menyatukan panel-panel
bekisting kolom dan juga sebagai penahan gaya horisontal yang timbul
akibat tekanan beton yang masih basah.
4) Bracket + Push Pull Props : adalah pipa penyangga bekisting yang
berfungsi untuk mempertahankan posisi bekisting kolom sehingga
tidak dapat bergerak karena sesuatu hal yang tidak diinginkan.
5) Washer + M 16 Bolt : merupakan baut yang berfungsi untuk
mengikat/menempelkan balok LVL dengan waller beam.
6) Corner Tie Holder : merupakan penyambung antara panel bekisting
kolom yang ditempatkan pada ujung waller beam atau pada sudut-
sudut bekisting kolom (pertemuaan antar panel bekisting).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan bekisting kolom adalah
sebagai berikut:
1) Menjaga kerapatan antar panel sehingga tidak terjadi kebocoran pada
pertemuan antar panel.
2) Menjaga kebersihan permukaan plywood. Permukaan plywood
sebelum digunakan harus dibersihkan terlebih dahulu dan diolesi
dengan minyak pelumas agar dihasilkan permukaan kolom yang halus
dan tidak berlubang-lubang dan juga akan mempermudah dalam
pembongkaran bekisting.

5. Pemasangan Bekisting Kolom


Setelah tulangan kolom dipasang dan bekisting telah selesai dikerjakan di los
kerja, maka langkah selanjutnya yaitu pemasangan bekisting. Satu set
bekisting untuk kolom pada umumnya mempunyai tinggi 4 m.
Bekisting diangkat dengan tower crane dari los kerja menuju lokasi
pemasangan. Urutan pemasangan bekisting kolom adalah sebagai berikut :
1) Pembersihan plywood dan mengolesinya dengan minyak pelumas.
2) Pemindahan bekisting ke lokasi yang telah disiapkan dengan
menggunakan tower crane atau mobile crane.
3) Tempatkan bekisting kolom pada posisi kolom yang akan dicor dengan
tepat.
4) Apabila setiap panel telah berada posisi yang benar, maka dilakukan
pengencangan tie nut yang berada pada corner tie holder.
5) Setelah bekisting kolom berada pada posisi yang benar, dilakukan
pemasangan adjustable push pull props pada base plate di kedua sisi
kolom.

Gambar 5.10 Metode pemasangan bekisting kolom


Steel Waller
Balok LVL

Push Pull Props

Corner Tie Holder

Gambar 5.11 Bekisting kolom

6) Check posisi vertikal bekisting terhadap as kolom sehingga tidak


terjadi kemiringan bekiting kolom. Pemasangan unting-unting pada
kedua sisi bekisting berfungsi untuk mengecek posisi vertikal
bekisting.

Gambar 5.12 Pengecekan bekisting kolom

6. Pengecoran Kolom
Pengecoran kolom dilakukan dengan mengunakan bucket dengan bantuan
alat tower crane atau mobile crane.
Urutan pengecoran kolom adalah sebagai berikut :
1) Concrete bucket dan pipa tremi disiapkan dengan terlebih dahulu
membersihkannya agar mempermudah pelaksanaan pengecoran.
2) Beton dituang ke dalam bucket dimana tutup bucket harus dalam
keadaan tertutup agar beton tidak tumpah selama proses pengakutan
beton dari tempat penuangan beton ke lokasi pengecoran.
3) Pemindahan bucket yang berisi beton dari lokasi penuangan beton ke
lokasi pengecoran dengan menggunakan tower crane atau mobile
crane.
4) Pada lokasi pengecoran, tutup bucket dibuka dan beton dituang ke
dalam bekisting dengan menggunakan pipa tremi.
5) Penuangan beton harus dilakukan dengan ketentuan berikut ini:
Beton harus dituang sedekat-dekatnya dengan tujuan akhir untuk
mencegah terjadinya pemisahan bahan-bahan akibat pemindahan
adukan di dalam cetakan (RSNI Tata Cara Perancangan Struktur Beton
untuk Bangunan Gedung).
6) Pemadatan tiap layer dengan menggunakan concreate vibrator.
Pemadatan dilakukan untuk mengeluarkan gelembung-gelembung
udara yang terjebak didalam adukan semen yang timbul pada saat
penuangan beton. Penggetaran beton harus dilakukan dengan baik agar
mengasilkan mutu beton yang sesuai dengan yang diinginkan.
Kesalahan dalam penggetaran beton akan mengakibatkan penururan
mutu beton. Penggeteran beton perlu dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a) Alat penggetar sedapat mungkin dimasukkan ke dalam adukan
beton dengan posisi vertikal, tetapi dalam keadaaan khusus boleh
miring sampai dengan 45ο. Penggetaran dengan sudut yang lebih
besar akan menyebabkan pemisahan agregat.
b) Harus dijaga agar alat penggetar tidak mengenai bekisting atau
bagian beton yang mulai mengeras, maka posisi vibrator dibatasi
maksimum 5 cm dari bekisting.
c) Sedapat mungkin vibrator tidak mengenai tulangan kolom.
d) Penggetaran dihentikan apabila adukan beton mulai kelihatan
mengkilap di sekitar alat penggetar dan pada umumnya dicapai
setelah maksimum 30 detik.
7) Pengawasan kontinyu terhadap pelaksanaan pengecoran.

Concrete Bucket

Gambar 5.13 Pengecoran kolom

7. Pembongkaran Bekisting Kolom


Proses pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah beton dianggap
mulai mengeras. Pada proyek Armada Town Square bekisting kolom dilepas
sekitar 12 jam setelah proses pengecoran. Proses pembongkaran bekisting
kolom adalah sebagai berikut:
1) Pembongkaran bekisting kolom dilakukan dengan menggunakan alat
tower crane atau mobile crane.
2) Pembongkaran dilakukan dengan terlebih dahulu melepas push pull
props dari base plate.
3) Pengendoran baut/wing nut yang terdapat pada corner tie holder. Setelah
itu bekisting pada keempat sisi kolom di geser ke arah luar kolom.
4) Kemudian bekisting kolom tersebut diangkat dan dipindahkan dengan
bantuan alat tower crane atau mobile crane. Proses pengangkatan ini
haruslah dilakukan dengan sangat hati-hati untuk mencegah cacatnya
hasil pengecoran.
8. Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Kolom
1) Tinjauan 1 buah Kolom K1
a) Dimensi : 70 x 70 cm
b) Tinggi kolom : 5,6 m
c) Mutu beton : K 300 (nilai slump 12±2)
2) Tulangan yang dipakai :
a) Tulangan pokok : 24 D 22
b) Tulangan sengkang : Ø 10 – 100 (tumpuan) dan Ø 10 – 150 (lapangan)

DAFTAR ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN KOLOM K1 (70X70)

KEGIATAN : PEMBANGUNAN ARMADA TOWN SQUARE


MAGELANG LOKASI : JL. BAMBANG SUGENG NO. 1 MAGELANG
TAHUN 2010

Gambar 5.14 Detail kolom K1 (70x70)


Gambar 5.15 Perhitungan volume besi dan begisting kolom type K1 (70x70)
1 1 kg Pembesian Dengan Besi Polos
Bahan
1.050 kg Besi beton polos Rp. 9,447.75 = Rp. 9,920.14
0.015 kg Kawat beton Rp. 13,121.88 = Rp. 196.83
= Rp. 10,116.97
Upah

0.007 OH Pekerja Rp. 35,000.00 = Rp. 245.00

0.007 OH Tukang besi Rp. 40,000.00 = Rp. 280.00

0.001 OH Kepala tukang Rp. 45,000.00 = Rp. 31.50

0.000 OH Mandor Rp. 47,000.00 = Rp. 18.80


= Rp. 575.30
# Total bahan dan Upah # = Rp. 10,692.27

2 1 kg Pembesian Dengan Besi Ulir


Bahan
1.050 kg Besi beton ulir Rp. 10,497.50 = Rp. 11,022.38
0.015 kg Kawat beton Rp. 13,121.88 = Rp. 196.83
= Rp. 11,219.20
Upah

0.007 OH Pekerja Rp. 35,000.00 = Rp. 245.00

0.007 OH Tukang besi Rp. 40,000.00 = Rp. 280.00

0.001 OH Kepala tukang Rp. 45,000.00 = Rp. 31.50

0.000 OH Mandor Rp. 47,000.00 = Rp. 18.80


= Rp. 575.30
# Total bahan dan Upah# = Rp. 11,794.50

3 1 m² Begesting Kolom
Bahan
0.040 m3 Kayu kelas III (terentang) Rp. 558,250.00 = Rp. 22,330.00
0.400 kg Paku biasa 2" - 5" Rp. 13,646.75 = Rp. 5,458.70
0.200 Ltr Minyak bekisting Rp. 12,597.00 = Rp. 2,519.40
0.015 m3 Balok kayu Rp. 3,451,000.00 = Rp. 51,765.00

0.350 Lbr plywood tebal 9 mm Rp. 110,223.75 = Rp. 38,578.31

2.000 Btg Dolken kayu galam dia 8 - Rp. 15,225.00 = Rp. 30,450.00
10 / 4 m
= Rp. 151,101.41
Upah

0.660 OH Pekerja Rp. 35,000.00 = Rp. 23,100.00


0.330 OH Tukang kayu Rp. 40,000.00 = Rp. 13,200.00

0.033 OH Kepala tukang Rp. 45,000.00 = Rp. 1,485.00

0.033 OH Mandor Rp. 47,000.00 = Rp. 1,551.00


= Rp. 39,336.00
# Total bahan dan Upah # = Rp. 190,437.41

4 1 m³ Membuat Beton Mutu K 300 Slump 12 ± 2 cm


Bahan
413.000 kg Portland Semen Rp. 1,070.68 = Rp. 442,190.84
0.494 m3 Pasir Beton Rp. 167,227.50 = Rp. 82,610.39
0.770 m3 Split batu pecah 2/3 Rp. 195,700.00 = Rp. 150,689.00
215.000 ltr Air Rp. 8.92 = Rp. 1,918.42
= Rp. 677,408.64

Upah

1.650 OH Pekerja Rp. 35,000.00 = Rp. 57,750.00

0.275 OH Tukang batu Rp. 40,000.00 = Rp. 11,000.00

0.028 OH Kepala tukang Rp. 45,000.00 = Rp. 1,260.00

0.083 OH Mandor Rp. 47,000.00 = Rp. 3,901.00


= Rp. 73,911.00
# Total bahan dan Upah # = Rp. 751,319.64

5 1 m³ Membuat Beton Kolom Mutu K 300 Slump 12 ± 2 cm Type K 1

223.490 kg Besi D 22 Rp. 11,769.56 = Rp. 2,630,377.04

30.406 kg Besi Ø 10 Rp. 10,667.32 = Rp. 324,346.38

1.000 m3 Beton mutu K 300 Rp. 744,316.64 = Rp. 744,316.64

5.714 m2 Begesting kolom Rp. 190,437.41 = Rp. 1,088,213.79


= Rp. 4,787,253.85
# Total Membuat Beton Kolom Type K 1 # = Rp. 4,787,253.85
Total
Jumlah
Harga Satuan Jumlah
No Uraian Pekerjaan Volume Satuan Harga
(Rp) Harga
Satuan (Rp)
Satuan (Rp)

Pekerjaan Kolom Type K1 (70x70)


1 Beton kolom type K 1 mutu K. 300 2.74 m³ 4,326,586.92 13,136,224.56
Jumlah Total Pekerjaan Kolom Type K1 (70x70) 11,024,143.48

5.2.2 Pekerjaan Balok dan Plat Lantai

Penentuan Elevasi Balok dan Plat Lantai

Pembuatan Bekisting Balok

Penulangan Balok

Pembuatan Bekisting Plat Lantai

Penulangan Plat Lantai

Pengecoran Balok dan Plat Lantai

Pelepasan Bekisting
Pekerjaan balok dan plat lantai dilaksanakan setelah pekerjaan kolom
selesai. Pekerjaan balok dan plat lantai meliputi beberapa kegiatan antara lain
penentuan as balok dan plat lantai, fabrikasi bekisting balok dan plat lantai,
pemasangan bekisting balok dan plat lantai, pembesian balok, pembesian plat
lantai, pengecoran balok dan plat lantai, serta pembongkaran bekisting balok dan
plat lantai.

Gambar 5.16 Diagram alir pekerjaan balok dan plat lantai


1. Penentuan Elevasi Balok dan Plat Lantai
Penentuan elevasi balok dan plat lantai harus dilakukan secara cermat dan
teliti, agar menghasilkan elevasi yang sama dalam pembuatan balok dan plat
lantai. Penentuan ini dilakukan dengan mengukur dari kolom atau dinding
yang telah dilabeling.
Ada beberapa langkah untuk menentukan elevasi balok dan plat lantai :
1) Mengukur setinggi 1,00 m dari dasar kolom dan diberi kode pada
kolom tersebut.
2) Kemudian dengan menggunakan waterpass, kolom yang lain juga diberi
kode elevasi 1,00 m dari dasar kolom.
3) Dari kode tersebut, diukur sesuai tinggi yang diinginkan sebagai elevasi
dasar bekisting balok.
4) Kemudian dari dasar bekisting balok tersebut diukur setinggi ketinggian
balok sebagai elevasi dasar bekisting plat lantai.

% kemiringan plat = A-B / jarak X 100%

Gambar 5.18 Kontrol Kemiringan Pelat Lantai

2. Pembuatan Bekisting Balok


Pelaksanaan pekerjaan bekisting balok dan pelat lantai, adalah sebagai
berikut :
1) Memasang Jack Base (JB).

Gambar 5.19 Pemasangan Jack Base

2) Memasang Main Frame (MF).


3) Memasang Cross Brace (CB).

Gambar 5.20 Pemasangan Cross Brace


4) Memasang U Head

Gambar 5.21 Pemasangan U-Head


5) Memasang Girder GT24 arah memanjang.
6) Memasang balok engkel 6/12-2m (balok suri-suri).

Gambar 5.22 Pemasangan Balok suri-suri


7) Memasang Bottom Form.

Gambar 5.23 Pemasangan Bottom Form


8) Memasang Side Form

Gambar 5.24 Pemasangan Side Form

9) Memasang Beam Clamp.


10) Memasang Stronger Beam.

Gambar 5.25 Pemasangan Stronger Beam


11) Memasang Girder GT24 arah memanjang.
12) Memasang Girder GT24 posisi melintang diatas
Girder GT24 arah memanjang.
13) Memasang
Plywood.

Gambar 5.26 Pemasangan Plywood

A B

Gambar 5.27 Potongan Melintang Bekisting Balok dan Plat


3. Penulangan Balok Beton Bertulang
Pada Proyek ini, dimensi dan penulangan balok sangat bervariasi dan dapat
dilihat dalam gambar kerja. Pelaksanaan penulangan balok dilakukan sebagai
berikut:
1) Pemasangan tulangan balok pada elevasi yang telah ditentukan dari kode
elevasi pada kolom. Tidak lupa pula dengan memperhitungkan tebal
selimut beton.
2) Tulangan atas dipasang dengan menjangkarkan ujungnya pada tulangan
kolom. Sedangkan sengkang dimasukkan ke dalam tulangan balok satu
per satu dan diukur jarak tiap sengkang.

Gambar 5.28 Penjangkaran tulangan balok pada tulangan kolom


3) Pemasangan tulangan sengkang yang diatur jaraknya dimana jarak pada
tumpuan lebih rapat dibandingkan jarak pada lapangan. Sengkang diikat
dengan kawat bendrat. Pasang beton decking pada bagian bawah serta
samping untuk selimut beton.

Gambar 5.29 Pemasangan tulangan sengkang


1. Pembuatan Bekisting Plat Lantai
Tahapan pembuatan bekisting plat lantai adalah sebagai berikut:
1) Penyusunan scaffolding sebagai penyangga terhadap lantai di bawahnya.
Sebelum scaffolding didirikan, buatlah dasaran (base) yang cukup rata
dan kokoh. Misal dengan menggunakan papan dan kayu untuk tanah yang
kurang rata di bawahnya.
2) Setelah sejumlah scaffolding berdiri, dilanjutkan dengan kaso untuk
penyangga plywoodnya.

Gambar 5.30 Susunan scaffolding untuk plat lantai


3) Setelah semua penyangga terpasang dengan baik, dilanjutkan dengan
pemasangan plywood sebagai tahapan akhir bekisting.

5. Pembesian Plat Lantai


Tahapan pekerjaan pembesian plat lantai antara lain :
1) Menyiapkan tulangan sesuai shop drawing, bawa ke lokasi plat lantai
rencana. Tulangan dapat dibawa dengan tenaga manusia, di angkut
dengan perantara dumptruk, mobile crane, atau tower crane. Hal itu
tergantung lokasi keberadaan plat lantai rencana. Untuk plat lantai ground
bisa menggunakan tenaga manusia dengan menaikkan ujung tulangan dan
selanjutnya akan ditarik oleh satu orang yang berada di atas. Fungsi
dumptruk di sini untuk membawa tulangan ke lokasi yang cukup jauh dari
gudang besi. Untuk proyek Armada Town Square misalnya plat lantai
dengan as L – M yang merupakan as terjauh dari gudang besi. Untuk plat
lantai upper ground ke atas menggunakan bantuan mobile crane atau
tower crane untuk menaikkan tulangan tersebut.
2) Untuk menjaga jarak antar tulangan atas dengan tulangan bawah maka
diberi tulangan cakar ayam diletakkan antara tulangan atas dan tulangan
bawah.
3) Untuk menjaga agar besi tidak menempel dengan bekisting maka diberi
beton decking.

Tulangan
Beton Cakar
Decking Ayam

Gambar 5.31 Tulangan Cakar ayam dan beton decking


6. Pengecoran Balok dan Plat Lantai
Sebelum proses pengecoran dilaksanakan, maka perlu dilakukan hal-hal
seperti di bawah ini :
1) Pemeriksaan Bekisting
Posisi dan kondisi bekisting harus dicek lagi apakah sudah sesuai dengan
yang direncanakan. Bekisting harus lurus sesuai dengan as-nya, tegak dan
tidak bocor. Bekisting juga harus kuat, terpasang dengan kokoh agar tidak
bergeser karena getaran dan tekanan adukan beton selama proses
pengecoran.
Mengingat pentingnya pemeriksaan ini, maka tidak boleh ditunda sampai
mendekati waktu pengecoran. Pemeriksaan ini meliputi :
a. Ukuran bekisting (lebar dan tinggi)
b. Kemungkinan elevasi tidak tepat, pengecekan menggunakan
waterpass
c. Kemungkinan tidak tegak lurus terhadap bidang horizontal maupun
vertikal
d. Kebersihan lokasi pengecoran, sehingga pembersihan permukaan
bekisting serta tulangan harus benar-benar dijaga. Untuk
membersihkan kotoran yang ringan menggunakan kompressor.
Sedangkan untuk kotoran yang bersifat berat seperti potongan kawat
bendrat atau logam lainnya menggunakan potongan magnet yang
didekatkan sehingga menempel dan diambil.
e. Pemeriksaan sambungan bekisting
f. Pemeriksaan perkuatan bekisting
g. Jarak beton decking

Gambar 5.32 Pembersihan Akhir sebelum pengecoran plat lantai

2) Pemeriksaan Penulangan
Pekerjaan penulangan harus sudah selesai dan diperiksa sebelum
pelaksanaan pengecoran. Pemeriksaan pemasangan tulangan dimaksudkan
untuk mengetahui ukuran, ketepatan letak dan jumlah tulangan, serta
pengaitan antar tulangan sehingga akan terbentuk konstruksi beton yang
sesuai dengan spesifikasi.
Pemeriksaan ini berkaitan dengan :
a. Pemeriksaan jumlah dan ukuran tulangan utama
b. Pemeriksaan jumlah, jarak, dan posisi sengkang
c. Pemeriksaan penyambungan tulangan
d. Pemeriksaan kekuatan bendrat
e. Tulangan harus bebas dari kotoran dan karat serta bahan-bahan lain
yang dapat mengurang daya rekatan.

Pelaksanaan pengecoran balok dan plat lantai adalah sebagai berikut :


1) Sebelum dicor antara beton baru dan beton lama diberi calbond (lem
beton) terlebih dahulu agar pengecoran dapat lebih lengket.
Callbond

Gambar 5.33 Callbond di Permukaan Beton Lama

2) Untuk pelaksanaan pengecoran balok, plat lantai digunakan concrete


pump yang menyalurkan beton ready mix dari truck mixer ke lokasi
pengecoran, dengan menggunakan pipa pengecoran yang disambung-
sambung menggunakan klem.
3) Pengecoran dilakukan selapis demi selapis sampai memenuhi tebal plat
yang direncanakan. Apabila sudah sampai elevasi yang tinggi, yang
tidak mungkin lagi pengecoran langsung menggunakan concrete pump,
maka pengecoran dilakukan dengan bucket cor dilengkapi dengan
selang trimie yang diangkat dengan tower crane.
4) Beton dipadatkan dengan concrete vibrator dengan maksud agar
terbentuk beton yang benar-benar padat, proses penggetaran tidak boleh
terlalu lama, bila adukan beton sudah terlihat agak mengeluarkan air
(air semen sudah memisah dengan agregat) maka vibrator dipindahkan
ke titik yang lain.
5) Adukan kemudian diratakan dengan menggunakan penggaruk dan
cangkul.

Gambar 5.34 Pengecoran Plat Lantai Konvensional


6) Setelah itu adukan diratakan dengan jidar ( kayu perata ) sesuai
dengan tinggi peil yang sudah ditentukan. Tinggi peil dicek dengan
waterpass atau jika sudah menggunakan bantuan relat peil maka
permukaan lantai sudah dianggap rata.

Gambar 5.35 Levelling dengan waterpass

Pengecoran plat lantai, balok dan kolom harus monolit. Dengan Cara :
Stop cor pada kolom yaitu tepat di elevasi dasar bekisting balok dan plat,
dilanjutkan dengan pengecoran pada balok dan plat lantai, dengan
penjangkaran antara tulangan balok dan tulangan kolom ikut tercor sehingga
terjadi hubungan yang monolit antara plat lantai, balok dan kolom.
7. Pelepasan Bekisting
Pelepasan bekisting balok dan plat lantai dapat dilakukan setelah ±7 hari jika
di atasnya tidak terdapat pekerjaan yang menumpu pada struktur balok atau
plat tersebut. Pelepasan dimulai dengan mengendurkan jack base atau U-head
jack pada susunan scaffolding penyangga bekisting balok dan kolom.
Kemudian dilanjutkan dengan pelepasan balok kaso dan diakhiri dengan
pelepasan plywood yang menempel pada beton. Pelepasan tersebut biasanya
menggunakan alat linggis untuk mempermudah pengerjaannya.
5.2.3 Pekerjaan Balok dan Plat Lantai dengan sistem Half Slab
Plat lantai dalam proyek Armada Town Square ada dua macam, yaitu
dengan plat konvensional, seperti telah dijelaskan di atas proses pengerjaannya,
dan yang satu lagi adalah plat lantai dengan Half Slab. Disebut Half Slab karena
setengah tebalnya menggunakan plat lantai beton pra cetak yang bergelombang.
Plat lantai beton gelombang pracetak dipesan dari PT. Beton Elemenindo Perkasa.
Penggunaan sistem Half Slab ini sangat menguntungkan dari segi pengerjaan
karena dapat mempercepat proses pengerjaan. Berikut proses pembuatan balok
dan plat lantai dengan sistem Half Slab.

Penentuan Elevasi Balok

Pembuatan Bekisting Balok

Penulangan Balok

Penulangan Balok

Pengecoran Balok

Pelepasan Bekisting Samping Balok

Pemasangan Half Slab Pracetak

Pemasangan Wire Mesh

Pengecoran
Gambar 5.36 Diagram Alir Pekerjaan Balok dan Plat Lantai Sistem
Half Slab

1. Pembuatan Balok
Proses pembuatan balok penumpu plat dengan sistem half slab pada dasarnya
sama dengan sistem plat konvensional. Yang membedakan di antara
keduanya adalah sebagai berikut.
1) Beton pada plat dan balok penumpunya tidak dicor secara monolit.
Artinya beton cor pada plat tidak dicor bersamaan dengan baloknya.
2) Selama proses pengecoran berlangsung, ada salah satu pekerja yang
memasangkan begel besi berbentuk ‘n’ ke balok untuk pengait Wire Mesh.
Sehingga walaupun betonnya tidak bersifat monolit, komponen struktur
plat tetap harus menumpu pada balok dengan kuat dan kaku. Begel
dipasangkan saat permukaan balok telah rata dengan jarak sesuai gambar
rencana, dan beton cor belum mengeras.

Half Slab

Balok

Begel

Gambar 5.37 Begel pada Balok

2. Pemasangan Half Slab


Half Slab merupakan plat lantai beton gelombang dengan adanya penulangan
satu arah di dalamnya. Half slab diangkat dengan mobile crane, dan dengan
hati-hati sejumlah pekerja menempatkan posisi Half Slab agar berada pada
posisi yang tepat. Kedua ujung Half Slab menumpu pada balok yang telah
mengeras betonnya.

Gambar 5.38 Pemasangan Half Slab


3. Pemasangan Wire Mesh
Wire mesh merupakan tulangan yang telah dirakit di pabrik dengan mesin.
Penggunaan Wire mesh ini tentu sangat membatu dalam mempercepat
pelaksanaan pembuatan plat lantai. Wire mesh tidak hanya digunakan untuk
plat lantai Ground atau di atasnya, akan tetapi plat lantai Lower Ground juga.
Hanya saja diameter di antara keduanya berbeda, karena lantai Lower Ground
tidak menggunakan Half Slab. Tulangan wire mesh yang digunakan pada
sistem plat ini adalah Ø6 mm. Wire mesh diangkat ke atas dan dihamparkan
di atas Half Slab. Wire mesh diikatkan dengan angkur atau begel yang
tertanam di balok tempat tumpuan Half Slab. Pasang beton decking diantara
wire mesh dan beton pracetak Half Slab.

Wire
Beton Mesh
Decking

Gambar 5.39 Wire Mesh di atas Half Slab

3. Pengecoran
Tahap terakhir adalah penghamparan beton ready mix ke atas Wire Mesh dan
Half Slab yang telah terpasang dengan baik. Pada dasarnya penghamparan
beton ready mix pada sistem plat seperti ini sama dengan pada plat lantai
konvensional. Namun, hal penting yang perlu di perhatikan adalah :
1) Beton yang digunakan lebih halus dari pada beton untuk plat jenis
konvensional, artinya agregat kasar yang digunakan ukurannya lebih kecil,
dengan diameter kurang dari 6 cm. Hal itu untuk menghasilkan permukaan
beton plat lantai yang lebih baik (rata) jika dibandingkan dengan agregat
yang sama besar dengan beton plat konvensional.
2) Pemadatan tidak perlu menggunakan concrete vibrator, karena
penghamparan beton yang relatif tipis, sehingga dengan terinjak-injak oleh
pekerja saja sudah cukup.

Gambar 5.40 Pengecoran plat lantai Half Slab


5.3 Perhitungan Produktifitas Kerja Harian
1. Tinjauan : Cor Pelat Lantai Upper ground Floor (level 2), mutu beton
K 350,
nilai slump 12±2. (Lihat Lampiran 8.3)

Gambar 5.41 Timesheet Concrete Pump untuk cor plat lantai


2. Jumlah Tenaga, Alat dan Bahan yang diperlukan untuk 114 m3 beton.
a. Tenaga yang diperlukan
Jumlah tenaga
No Tenaga
yang diperlukan
1 Pekerja 25
2 Tukang batu 5
3 Kepala Tukang 2
4 Mandor 2
5 Operator 6

b. Bahan yang diperlukan


Jumlah bahan per Jumlah total bahan
No Bahan
m3 beton untuk 114 m3 beton
1 Portland Semen 10 zak (40 kg) 1140 zak
2 Pasir beton 0.55 m3 62,7 m3
Kerikil (maksimum 30
3 0.8 m3 91.2 m3
mm)
4 Air 215 lt 24510 lt
c. Peralatan yang diperlukan

No Peralatan Jumlah Peralatan


23 kali pengiriman
1 Ready mix
(kapasitas 5 m3)
2 Concrete pump 1 unit
3 Vibrator 3 unit
4 Genset 1 unit
5 Lampu Penerangan sesuai kebutuhan
6 Pompa air 1 unit
Peralatan tukang batu dan
7 Sesuai kebutuhan
alat bantu lain
PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN

Permasalahan
Dalam setiap pekerjaan pasti kita menemukan berbagai permasalahan.
Namun permasalahan itu bukan untuk dihindari, tapi harus dicari jalan keluarnya.
Segala sesuatu memang tidak sempurna, kita akan selalu dihadapkan pada suatu
bentuk permasalahan, hambatan, dan persoalan, hal ini juga terjadi pada proses
pelaksanaan pada proyek ini.
Selama pelaksanaan pekerjaan, timbul beberapa masalah yang
menyebabkan terhambatnya kemajuan proyek tersebut. Masalah-masalah yang
timbul dibagi dalam beberapa kategori, yaitu :
1. Faktor Cuaca
Faktor alam yang menyebabkan terhambatnya kemajuan proyek adalah hujan.
Dalam pelaksanaan pekerjaan, sebagian besar proyek ini melalui musim
penghujan. Air hujan dapat mengakibatkan terjadinya genangan pada galian
dan memperlambat pekerjaan lainnya, misalnya pengecoran, sedangkan pada
musim kemarau/panas akan mempercepat proses kehilangan air semen pada
konstruksi yang baru dicor sehingga dibutuhkan suatu perawatan beton
berupa penyiraman hasil pengecoran dengan air untuk memperlambat
penguapan dan proses kehilangan air semen yang cepat. Selain itu, faktor
cuaca seperti hujan juga dapat menyebabkan berhentinya suatu pekerjaan
dengan alasan keamanan.

Gambar 6.1 Genangan air hujan di STP


Selain hujan, faktor penghambat lainnya adalah bencana erupsi Gunung
Merapi yang mengakibatkan hujan abu cukup tebal di lokasi proyek. Hal itu
cukup menghambat pekerjaan di lapangan.
2. Faktor Keselamatan Kerja
Seperti pada umumnya proyek-proyek di Indonesia, keselamatan kerja para
pekerja kurang diperhatikan yang dapat dilihat dari perlengkapan
perlindungan keselamatan kerja yang tidak dipakai oleh hampir semua
pekerja, baik itu sepatu maupun helm proyek. Kurangnya kesadaran dari para
pekerja sendiri menyebabkan beberapa kecelakaan di proyek ini. Selama
penulis berada di proyek, ada dua kali kecelakaan kerja yang terjadi, yang
pertama pekerja jatuh dari Ground Floor ke Lower Ground saat pengecoran
balok. Kemudian yang kedua pekerja yang terkena setrum listrik saat
menginjak air dimana terdapat kabel yang diduga lecet dan terdapat arus
listrik.

Gambar 6.2 Pekerja yang tidak memakai peralatan K3 (helm dan sepatu)
3. Faktor Peralatan
Faktor peralatan yang menyebabkan terhambatnya kemajuan proyek adalah
mixer truck dan concrete pump mobile dari pabrik ready mix concrete sering
datang terlambat.

4. Keterlambatan Pengiriman Gambar dari Konsultan Perencana


Masalah lain yang sangat krusial dalam proyek Armada Town Square ini
adalah keterlambatan pengiriman gambar rencana oleh konsultan, baik
konsultan struktur ataupun arsitek. Masalah ini tentu akan berdampak negatif
bagi kontraktor pelaksana di lapangan karena akan terjadi keterlambatan dari
segi pengerjaannya. Akibat nyata lainnya adalah saat galian Sewage
Treatment Plant (STP) telah selesai dikerjakan, gambar dari konsultan belum
juga datang. Dengan kondisi menunggu seperti itu ditambah dengan kondisi
cuaca yang sering hujan, maka samping galian tadi mengalami longsor. Hal
itu tentu saja akan menambah volume pekerjaan lagi.

Gambar 6.3 Longsoran di STP


5. Efisiensi Penggunaan Bahan
Pada proyek Armada Town Square, banyak ditemukan material atau bahan
yang terbuang sia-sia, hal ini terbukti dari sisa campuran untuk mortar yang
telah mengeras, kemudian sisa semen di dalam sak yang terbengkalai terkena
hujan tanpa ada yang mengurus. Beberapa besi tulangan yang tidak terpakai
di lapangan juga tidak dikembalikan ke tempat fabrikasi, akan tetapi
dibiarkan begitu saja oleh pekerja.

Gambar 6.4 Semen sisa di lapangan


6. Faktor Pelaksanaan
Permasalahan pada waktu pelaksanaan pekerjaan disebabkan empat hal
pokok, yaitu keterbatasan pengawasan, kelalaian pekerja, urutan pekerjaan
yang kurang tepat, dan adanya kesulitan dalam mengaplikasikan gambar
rencana. Permasalahan pelaksanaan pekerjaan yang muncul di lapangan
antara lain:
a. Dalam pemasangan bekisting kolom yang kadang dilakukan secara lembur
dikhawatirkan terjadi kelalaian dalam pelaksanaan pekerjaan seperti
pemasangan beton tahu atau kolom tidak lurus. Hal ini dapat terjadi karena
keterbatasan pengawasan yang tidak dilakukan secara terus-menerus
ketika dilaksanakan kerja lembur.
b. Pemasangan tulangan kolom yang kurang sempurna terjadi pada salah
satu kolom lantai lower ground. Hal teknis yang menyebabkan hal itu
adalah kurang kuatnya pengikatan antara tulangan utama dengan
sengkang.

Gambar 6.5 Hasil Penulangan Kolom

6.1 Pemecahan Permasalahan proyek


Adanya permasalahan di proyek, selalu diusahakan untuk mencari jalan
keluar yang terbaik. Dalam hal ini ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan
oleh pihak kontraktor, antara lain sebagai berikut :
1. Faktor Cuaca
Untuk mengatasi jam kerja yang berkurang jika hujan turun, maka jam kerja
yang terpotong dialihkan hingga sore hari (pemberlakuan jam lembur), atau
hari minggu, namun perlu diperhatikan, pemberlakuan jam lembur tidak
boleh terlalu sering dilakukan karena dikhawatirkan akan mengurangi
kualitas dari hasil pekerjaan akibat keterbatasan pengawasan maupun
kemampuan tenaga kerja.
Untuk masalah hujan abu karena erupsi Gunung Merapi, hal itu tidak sampai
mengganggu secara signifikan karena tidak berlangsung tiap hari atau dalam
waktu yang lama, sehingga volume pekerjaan yang tertunda saat terjadi hujan
abu, dapat dikejar pada lain hari, atau pada jam lembur, seperti hari Minggu
atau libur.
2. Faktor Keselamatan Kerja
Perlunya penumbuhan kesadaran pada pekerja maupun kontraktor akan
pentingnya perlengkapan keselamatan kerja dalam setiap pelaksanaan
pekerjaan konstruksi. Hal ini dapat disosialisasikan dan diawasi oleh
pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
(Depnakertrans).

3. Faktor Peralatan

Keterlambatan dari mixer truck dan concrete pump lebih ke operatornya


(human error) yang tidak bisa tertib. Sebenarnya jalan dari lokasi batching
plan sampai ke lokasi proyek cukup lancar. Pemecahan masalah ini dengan
cara lebih awal dalam pemesanan beton ready mix dari batching plan.

4. Keterlambatan Pengiriman Gambar dari Konsultan Perencana


Perlu adanya tindakan tegas terhadap pihak-pihak terkait yang tidak sungguh-
sungguh terhadap tanggung jawabnya masing-masing dalam proses
pelaksanaan pembangunan Armada Town Square ini. Termasuk apabila
konsultan terlambat dalam pengiriman gambar rencana seperti ini.

5. Efisiensi Penggunaan Bahan

Pengawasan penggunaan bahan di lapangan harus lebih ketat untuk


menangani masalah efisiensi bahan ini. Sebenarnya jika semua komponen
pelaksana yang terlibat dapat bekerja sama dengan baik, hal ini tentu dapat
diminimalkan. Akan tetapi, para pekerja sering mengambil bahan bangunan
yang sebenarnya di lapangan masih ada, untuk menangani ini, pihak logistik
harus senantiasa mengawasi dan mencatat setiap bahan yang dipakai oleh
pekerja di lapangan.

6. Faktor Pelaksanaan
a. Pelaksanaan pekerjaan secara lembur harus dikurangi dan dilakukan pada
pekerjaan yang mendesak dan tidak bisa dihentikan sebelum pekerjaan
selesai dilaksanakan.
b. Untuk pelaksanaan pekerjaan bekisting dan pengecoran kolom serta tie
beam harus diperketat pengawasannya di lapangan.
PENUTUP

Tinjauan Umum

Setelah melaksanakan kerja praktik yang berlangsung selama dua bulan,


banyak sekali manfaat dan pelajaran yang dapat diperoleh dalam bidang teknik
sipil, baik yang menyangkut teknis di lapangan maupun manajemen proyek.
Pengalaman pengalaman ini dapat melengkapi pengetahuan yang didapatkan di
bangku perkuliahan.

Dari kerja praktik ini dapat memberikan pelajaran bahwa terdapat


perbedaan yang cukup signifikan antara teori yang didapatkan dari perkuliahan
dengan pelaksanaan dan keadaan sesungguhnya di lapangan, dengan mengikuti
kerja praktik diharapkan wawasan yang berhubungan dengan teknik sipil dapat
berkembang lebih luas lagi.

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang diperoleh selama
pelaksanaan kerja praktek, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan :
1. Struktur yang diamati adalah struktur atas, meliputi : kolom, balok,
dan plat pada upper ground floor (FFL + 5,800 M). Adapun dimensi
dari struktur tersebut adalah sebagai berikut :
a) Kolom

Tabel 6.1 Tipe dan Ukuran Kolom

No. Tipe Kolom Ukuran (mm)


1 K1 700 x 700
2 K2 700 x 700
3 K3 700 x 700
4 K4 700 x 700
5 K5 700 x 700
6 K6 600 x 600
7 K7 600 x 600
8 K8 600 x 600
9 K9 700 x 700
10 K10 800 x 800
11 K11 800 x 800
12 K12 900 x 900
13 K13 900 x 900
14 K14 900 x 900
15 K15 900 x 900
16 K16 300 x 300

Konstruksi kolom pada proyek ini terbuat dari beton bertulang.


Perencanaan kolom menggunakan tulangan D10, D13, D22,
dan D25 mm. Beton yang digunakan untuk kolom
menggunakan mutu beton K350, dengan slump rencana 10 ± 2
cm.
Gambar 7.1 Pengaturan stek kolom

b) Balok

Tabel 6.2 Tipe dan ukuran balok

No. Tipe Balok Ukuran (mm)


1 B.1 350 x 700
2 B.2 350 x 700
3 B.3 300 x 600
4 B.4 450 x 900
5 B.5 400 x 800
6 B.6 300 x 700
7 B.7 200 x 400
8 CB.1 350 x 900 ~ 400
9 CB.2 350 x 700 ~ 400
Konstruksi balok induk ini terbuat dari beton bertulang dengan
menggunakan tulangan D10, D13, D19, D22, dan D25 mm.
Beton yang digunakan untuk balok induk menggunakan mutu
beton K350, dengan nilai slump rencana 10 ± 2 cm.

Gambar 7.2 Denah balok

Gambar 7.3 Detail penulangan balok


LAPORAN KERJA PRAKTEK

Anda mungkin juga menyukai