Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Menurut Syamsuni (2006),farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara
membuat, mencampur, meracik formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis
dan standarisasi/ pembakuan obat serta pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat
dan distribusinya serta penggunaannya yang aman pada obat. Dalam dunia
pengobatan kita mengenal beberapa bentuk sediaan obat. Diantara sediaan obat
tersebut ada yang berupa sediaan padat, semi padat maupun cair, sebagai seorang
farmasis kita harus mengetahui ukuran-ukuran partikel dari suatu obat.
Secara klinik ukuran-ukuran partikel dari suatu obat yang dapat
mempengaruhi pelepasannya di dalam tubuh. Dari bentuk-bentuk sediaan yang
diberikan secara oral, parental, rektal, dan topikal. Ukuran partikel suatu obat juga
sangat mempengaruhi efek farmakologisnya didalam tubuh. Hal ini berhubungan
dengan derajat kehalusannya, karena semakin cepat diabsorbsi maka semakin
cepat pula respon farmakologisnya.
Mengingat pentingnya mikromeritik dalam bidang farmasi, maka sudah
sewajarnya jika mahasiswa farmasi memahami mengenai mikromeritik ini,
rermasuk cara-cara dalam melakukan pengukuran ukuran partikel suatu zat.
Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting sebab merupakan
penentu bagi sifat fisika, kimia, dan farmakologi dari bahan obat tersebut. Banyak
metode yang digunakan dalam menentukan ukuran partikel suatu bahan yaiutu
metode mikroskopik, metode ayakan, dan sedimentasi. Dalam pembuatan tablet
dan kapsul, pengontrolan ukuran partikel penting dilakukan untuk mendapatkan
sifat alir yang tepat dari granulat dan serbuk. Formulasi yang berhasil dari sediaan
suspensi, emulsi, serta tablet, baik dipandang dari segi stabilitas fisika maupun
dari segi respon biologisnya juga tergantung dari ukuran partikel dan bahan
obatnya.
Dalam pembuatan tablet dan kapsul ukuran partikel sangat penting untuk
melihat dan mengetahui sifat aslinya, jadi dengan mengetahui ukuran partikel dari
suatu bentuk sediaan padat, kita dapat mengetahui sifat alirnya, efek
farmakologisnya, serta dapat menyusun suatu formula yang baik. Metode
mikromeritik ini dalam bidang farmasi sangat diperlukan karena berpengaruh
dalam pembuatan obat, metode ini juga merupakan metode yang paling
sederhana, mudah, serta tidak membutuhkan waktu yang lama. Metode ini
digunakan untuk pengukuran partikel bahan obat, jika partikel penyusun obat
kecil, maka semakin mudah diabsorbsi dalam tubuh.
1.1 Maksud dan Tujuan Percobaan
Mengetahui dan memahami cara menentukan ukuran partikel dengan
menggunakan metode pengayakan.
1.2 Manfaat Percobaan
Manfaat dari percobaan kali ini adalah :
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa yang dimaksud
dengan mikromeritik
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami metode-metode
pengukuran partikel
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara pengukuran partikel
menggunakan metode penyakan
1.3 Prinsip Percobaan
Pengukuran pertikel dari serbuk berdasarkan atas penimbangan residu yang
tertinggal pada tiap ayakan yaitu dengan melewatkan serbuk pada ayakan dari
nomor OPN tinggi ke nomor OPN rendah yang digerakkan oleh tangan atau
tenaga kita secara manual dengan waktu dan kecepatan tertentu yakni selama 10
menit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Menurut Dalla Valle, ilmu partikel dituangkan dalam mikromeritik yaitu
suatu ilmu dan teknologi yang mempelajari tentang partikel kecil terutama
mengenai ukuran partikel. Ukuran partikel dalam bidang farmasi sangat penting
karena berhubungan dengan kestabilan suatu sediaan. Ukuran partikel juga
menentukan sistem dispersi farmasetik. Mikromeritik biasanya diartikan sebagai
ilmu dan teknologi tentang partikel yang kecil. Ukuran partikel dapat dinyatakan
dengan berbagai cara. Ukuran diameter rata-rata, ukuran luas permukaan rata-rata,
volume rata-rata dan sebagainya. Pengertian ukuran partikel adalah ukuran
diameter rata-rata. Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromeritik
oleh Dalla Valle. Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk
dilihat dengan mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan suspensi farmasi serta
serbuk halus berada dalam jangkauan mikroskop optik. Partikel yang mempunyai
ukuran serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular berada dalam
kisaran ayakan (Martin, 2008).
Setiap kumpulan partikel biasanya disebut polidispersi. Karenanya perlu
untuk mengetahui tidak hanya ukuran dari suatu partikel tertentu, tapi juga berapa
banyak partikel-partikel dengan ukuran yang sama ada dalam sampel. Jadi kita
perlu sutau perkiraan kisaran ukuran tertentu yang ada dan banyaknya atau berat
fraksi dari tiap-tiap ukuran partikel, dari sini kita bisa menghitung ukuran partikel
rata-rata untuk sampel tersebut (Martin, 1990)
Untuk memulai setiap analisis ukuran partikel harus diambil dari umunya
jumlah bahan besar (ditandai dengan junlah dasar) suatu contoh yang
representatif. Karenanya suatu pemisahan bahan awal dihindari oleh karena dari
suatu pemisahan, contoh yang diambil berupa bahan halus atau bahan kasar.
Untuk pembagian contoh pada jumlah awal dari 10-1000 g digunakan apa yang
disebut Pembagi Contoh piring berputar. Pada jumlah dasar yang amat besar harus
ditarik beberapa contoh dimana tempat pengambilan contoh sebaiknya dipilih
menurut program acak (Voight, 1994)
Partikel dari serbuk obat mungkin berbentuk sangat kasar dengan ukuran
kurang lebih 10.000 mikron atau 10 milimikron atau mungkin juga sangat halus
mencapai ukuran koloidal, 1 mikron atau lebih kecil. Agar ukuran partikel serbuk
ini mempunyai standar, maka USP menggunakan suatu batasan dengan istilah
“very coarse, coarse, moderately coarse, fine and very fine”,yang dihubungkan
dengan bagian serbuk yang mempu melalui lubang-lubang ayakan yang telah
distandarisasi yang berbeda-beda ukurannya, pada suatu periode waktu tertentu
ketika diadakan pengadukan dan biasanya pada alat pengaduk ayakan secara
mekanis (Ansel, 1989).
Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam
farmasi, sebab ukuran partikel mempunyai peranan besar dalam pembuatan
sediaan obat dan juga terhadap efek fisiologisnya (Moechtar, 1990).
Pentingnya mempelajari mikromiretik, yaitu (Parrot, 1970):
1. Menghitung luas permukaan
2. Sifat kimia dan fisika dalam formulasi obat
3. Secara teknis mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara per oral,
suntikan dan topical
4. Pembuatan obat bentuk emulsi, suspensi dan suspensi
5. Stabilitas obat (tergantung dari ukuran partikel)
Metode paling sederhana dalam penentuan nilai ukuran partikel adalah
menggunakan pengayak standar. Pengayak terbuta dari kawat dengan ukuran
lubang tertentu. Istilah ini (mesh) digunakan untuk menyatakan jumlah lubang
tiap inchi linear (Parrot, 1970)
Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel (Martin,
2008) :
1. Mikroskopik optik
Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan atau
tidak diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada pentas
mekanik. Di bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana partikel terlihat,
diletakkan mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut.
Pemandangan dalam mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah layar di mana
partikel-partikel tersebut lebih mudah diukur, atau pemotretan bisa dilakukan dari
slide yang sudah disiapkan dan diproyeksikan ke layar untuk diukur.
Keuntungan metode mikroskopik yaitu adanya gumpalan dapat terdeteksi
metode langsung. Kerugian dari metode ini adalah bahwa garis tengah yang
diperoleh hanya dari dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan
lebar. Tidak ada perkiraan yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan dari
partikel dengan memakai metode ini. Tambahan lagi, jumlah partikel yang harus
dihitung (sekitar 300-500) agar mendapatkan suatu perkiraan yang baik dari
distribusi , menjadikan metode tersebut memakan waktu dan jelimet. Namun
demikian pengujian mikroskopis dari suatu sampel harus selalu dilaksanakan,
bahkan jika digunakan metode analisis ukuran partikel lainnya, karena adanya
gumpalan dan partikel-partikel lebih dari satu komponen seringkali bisa dideteksi
dengan metode ini
2. Metode pengayakan
Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari penentuan
ukuran partikel adalah metode analisis ayakan. Di sini penentunya adalah
pengukuran geometrik partikel. Sampel diayak melalui sebuah susunan menurut
meningginya lebarnya jala ayakan penguji yang disusun ke atas. Bahan yang akan
diayak dibawa pada ayakan teratas dengan lebar jala paling besar. Partikel, yang
ukurannya lebih kecil daripada lebar jala yang dijumpai, berjatuhan melewatinya.
Mereka membentuk bahan halus (lolos). Partikel yang tinggal kembali pada
ayakan, membentuk bahan kasar. Setelah suatu waktu ayakan tertentu (pada
penimbangan 40-150 g setelah kira-kira 9 menit) ditentukan melalui
penimbangan, persentase mana dari jumlah yang telah ditimbang ditahan kembali
pada setiap ayakan.
Keuntungan dari metode pengayakan antara lain sederhana, praktis, mudah,
dan cepat, tidak membutuhkan keahlian tertentu dalam melakukan metodenya,
dapat diketahui ukuran partikel dari kecil sampai besar, dan lebih mudah diamati.
Sedangkan kerugian dari metode pengayakan antara lain, tidak dapat mengetahui
bentuk partikel secara pasti seperti pada metode mikroskopi, ukuran partikel tidak
pasti karena ditentukan secara kelompok (berdasarkan keseragaman), tidak dapat
menentukan diameter partikel karena ukuran partikel diperoleh berdasarkan
nomor mesh ayakan, adanya agregasi karena adanya getaran sehingga
memengaruhi validasi data, tidak dapat melihat bentuk partikel dan dapat
menyebabkan erosi pada bahan-bahan granul.
Faktor-faktor yang memengaruhi proses pengayakan antara lain:
a. Waktu atau lama pengayakan.
Biasanya pengayakan dilakukan selama 5 menit. Pengayakan yang terlalu
lama dapat membuat sampel jadi pecah karena saling bertumbukan satu
dengan yang lain, sehingga bisa lolos melalui mesh selanjutnya. Jika kurang
dari lima menit, biasanya proses pengayakan akan kurang sempurna.
b. Massa sampel.
Jika sampel terlalu banyak maka sampel sulit terayak. Jika sampel sedikit
maka akan lebih mudah untuk turun dan terayak.
c. Intensitas getaran.
Semakin tinggi intensitas getaran maka akan semakin banyak terjadi
tumbukan antar partikel yang menyebabkan terkikisnya partikel. Dengan
demikian partikel tidak terayak dengan ukuran tertentu.
3. Meotode sedimentasi
Cara ini pada prinsipnya menggunakan rumus sedimentasi Stocks. Metode
yang digunakan dalam penentuan partikel cara sedimentasi ini adalah
metode pipet, metode hidrometer dan metode malance.

2.2 Uraian Bahan


2.2.1 Alkohol
Alkohol (Dirjen POM, 1979; Rowe et al, 2009)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol, Ethyl alcohol, Ethyl hydroxide.
Nama Kimia : Etanol
Rumus struktur :  

CH3 OH
Rumus Molekul : C2H5OH.
Berat Molekul : 46,07 g/mol.
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan 
mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P.
Khasiat : Sebagai antimikroba (membunuh mikrobakterium
desinfektan (membasmi kuman penyakit).
Kegunaan : Pensteril alat laboratorium, pelarut, dan penstabil.
Peyimpanan               : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
2.2.2 Laktosa (Dirjen POM, 1979; Rowe, 2009)
Nama Resmi : LAKTOSA ANHIDRAT
Nama kimia : Anhydrous Lactose
Rumus Molekul : C12H22O11
Berat Molekul : 342,30 gr/mol

Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk putih atau hampir putih.


Kelarutan : Mudah larut dalam air; praktis tidak larutdalam
etanol.
Khasiat : Zat pengisi.
Kegunaan : Sebagai sampel.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
2.2.3 Talkum (Dirjen POM, 1979; Rowe, 2009; Wallqvist, 2009 )
Nama resmi : TALCUM
Nama lain : talk
Nama kimia : talk
Rumus struktur :

Rumus molekul : Mg6(Si2O5)4(OH)4


Berat molekul : 379,205 g/mol
Pemerian : serbuk hablur, sangat halus, licin, mudah melekat
pada kulit, bebas dari butiran, warna putih atau
serbuk hablur.
Kelarutan : tidak larut dalamhampir semua pelarut
Khasiat : anticaking agent; glidant
Kegunaan : zat tambahan
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Dilaksanakannya praktikum mikromeritik farmasi fisika ini pada hari Rabu
tanggal 25 September 2019. Pukul 07.00 – 10.00 WITA yang bertempat di
Laboratorium Teknologi Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan
Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ayakan OPN,
neraca analitik (Kern : ABS 220-4 Analytical Balance), spatula, cawan
porselin, kain lap halus.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan yaitu laktosa 24 gram, talkum 25 gram, alkohol
70%, kertas perkamen, tisu dan plastik obat
3.3 Cara Kerja
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Dibersihkan alat yang akan digunakan dengan menggunakan alcohol
70%
c. Ditimbang talkum sebanyak 25 gram menggunakan neraca analitik
d. Ditimbang laktosa sebanyak 24 gram menggunakan neraca analitik
e. Disusun ayakan OPN dari nomor yang terbesar berada diatas 72, 30, 26
dan 15 (sebanyak dua ayakan)
f. Dimasukkan laktosa dan talcum pada masing-masing ayakan
g. Diayak laktosa dan talcum dengan kecepatan konstan selama 10 menit
secara manual (dengan tangan)
h. Diambil bobot tertinggal dari setiap nomor ayakan
i. Ditimbang bobot tertinggal dari setiap nomor ayakan pada neraca
analitik
j. Dicatat hasil yang telah diperoleh
k. Dibuat table perhitungan
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Sampel Nomor Bobot tertinggal Persen tertinggal Diameter rata-


  OPN (a) (g) (d) (%) rata(g/μm)
  Laktosa Residu 22,5096 93,79 21, 5305
  72 0,1568 0,6533 0,001
  30 0,2805 1, 1687 0,0033
  26 0,1636 0,6816 0,0011
  15 0,4227 1, 7612 0,0075
    ∑ 23,5332 98, 055 21, 5434
  Talkum Residu 0,8626 3, 4504 0,0311
  72 0,9941 3, 9764 0,0413
  30 0,4367 1, 7468 0,0079
  26 0,3525 1, 4687 0,0054
  15 21,2665 85, 066 18, 9127
    ∑ 23. 9132 95, 6528 18, 9984

Perhitungan
A. Laktosa
1. Persen Tertinggal (d)%
Diketahui : Bobot tertinggal Residu : 22,5096 g
Bobot tertinggal OPN 72 : 0,1568 g
Bobo tertinggal OPN 30 : 0,2805 g
Bobot tertinggal OPN 26 : 0,1636 g
Bobot tertinggal OPN 15 : 0,4227 g
Sampel laktosa : 24 g
Ditanya : a. %tertinggal residu ?
b. %tertinggal OPN 72 ?
c. %tertinggal OPN 30 ?
d. %tertinggal OPN 26 ?
e. %tertinggal OPN 15 ?

Penyelesaian :
Bobot Tertinggal (g)
a. Residu = ×100 %
Sampel (g)
22,5096 g
= ×100 %
24 g
= 93,79 %
Bobot Tertinggal (g)
b. OPN 72 = ×100 %
Sampel (g)
0,1568 g
= ×100 %
24 g
= 0,6533 %
Bobot Tertinggal (g)
c. OPN 30 = ×100 %
Sampel (g)
0,2805 g
= ×100 %
24 g
= 1,1687 %
Bobot Tertinggal (g)
d. OPN 26 = ×100 %
Sampel (g)
0,1636 g
= ×100 %
24 g
= 0,6816 %
Bobot Tertinggal (g)
e. OPN 15 = ×100 %
Sampel (g)
0,4227 g
= ×100 %
24 g
= 1,7612 %
2. Diameter Rata-Rata (g/µm)
Diketahui : Bobot tertinggal Residu (a) : 22,5096 g
Bobot tertinggal OPN 72 (a) : 0,1568 g
Bobot tertinggal OPN 30 (a) : 0,2805 g
Bobot tertinggal OPN 26 (a) : 0,1636 g
Bobot tertinggal OPN 15 (a) : 0,4227 g
%tertinggal residu (d) : 93,79 %
%tertinggal OPN 72 (d) : 0,6533 %
%tertinggal OPN 30 (d) : 1,1687 %
%tertinggal OPN 26 (d) : 0,6816 %
%tertinggal OPN 15 (d) : 1,7612 %
Ditanya : a. Diameter rata-rata OPN ?
b. Diameter rata-rata OPN 72 ?
c. Diameter rata-rata OPN 30 ?
d. Diameter rata-rata OPN 26 ?
e. Diameter rata-rata OPN 15 ?
Penyelesaian :
a.d
a. Residu =
∑d
(22,5096 × 93,76)
=
98,955
= 21, 5305 g/µm
a.d
b. OPN 72 =
∑d
(0,1568 × 0,6533)
=
98,955
= 0,001 g/µm
a.d
c. OPN 30 =
∑d
0,2805× 1,1687
=
98,955
= 0,0033 g/µm
a.d
d. OPN 26 =
∑d
0,1636 ×0,6816
=
98,955
= 0,0011 g/µm
a.d
e. OPN 15 =
∑d
0,4227 ×1,7612
=
98,955
= 0,0075 g/µm
3. Diameter (D)
Diketahui : ∑ a.d : 2112,0588 µm

∑d : 98,055 µm

Dlaktosa =
∑ a .d
∑d
(2111,1753+0,1024+ 0,3278+0,1115+0,7444)
=
98,055
2112,0588
=
98,055
= 21,5395 µm
B. Talkum
1. Persen Tertinggal (d)%
Diketahui : Bobot tertinggal Residu : 0,8626 g
Bobot tertinggal OPN 72 : 0,9941 g
Bobo tertinggal OPN 30 : 0,4367 g
Bobot tertinggal OPN 26 : 0,3525 g
Bobot tertinggal OPN 15 : 21,2665 g
Sampel laktosa : 25 g
Ditanya : a. %tertinggal residu ?
b. %tertinggal OPN 72 ?
c. %tertinggal OPN 30 ?
d. %tertinggal OPN 26 ?
e. %tertinggal OPN 15 ?
Penyelesaian :
Bobot Tertinggal (g)
a. Residu = ×100 %
Sampel (g)
0,8626 g
= ×100 %
25 g
= 3,4504 %
Bobot Tertinggal (g)
b. OPN 72 = ×100 %
Sampel (g)
0,9941
= ×100 %
25 g
= 3,9764 %
Bobot Tertinggal (g)
c. OPN 30 = ×100 %
Sampel (g)
0,4367 g
= ×100 %
25 g
= 2,7468 %
Bobot Tertinggal (g)
d. OPN 26 = ×100 %
Sampel (g)
0,3525 g
= ×100 %
25 g
= 1,4687%
Bobot Tertinggal (g)
e. OPN 15 = ×100 %
Sampel (g)
21,2665 g
= ×100 %
25 g
= 85,066%
2. Diameter Rata-Rata (g/µm)
Diketahui : Bobot tertinggal Residu (a) : 0,8626 g
Bobot tertinggal OPN 72 (a) : 0,9941 g
Bobo tertinggal OPN 30 (a) : 0,4367 g
Bobot tertinggal OPN 26 (a) : 0,3525 g
Bobot tertinggal OPN 15 (a) : 21,2665 g
%tertinggal residu (d) : 3,4505 %
%tertinggal OPN 72 (d) : 3,9764 %
%tertinggal OPN 30 (d) : 1,7468 %
%tertinggal OPN 26 (d) : 1,4687 %
%tertinggal OPN 15 (d) : 85,066 %
Ditanya : a. Diameter rata-rata OPN ?
b. Diameter rata-rata OPN 72 ?
c. Diameter rata-rata OPN 30 ?
d. Diameter rata-rata OPN 26 ?
e. Diameter rata-rata OPN 15 ?
Penyelesaian :
a.d
a. Residu =
∑d
(0,8626 ×3,4504 )
=
95,6525
= 0,0311 g/µm
a.d
b. 72 =
∑d
(0,9941 ×3,9764)
=
95,6525
= 0,0413 g/µm
a.d
c. 30 =
∑d
0,4367 ×1,7468
=
95,6525
= 0,0079g/µm
a.d
d. 26 =
∑d
0,3525× 1,4687
=
95,6525
= 0,0064 g/µm
a.d
e. 15 =
∑d
21,2665× 85,066
=
95,6525
= 18,9984 g/µm
3. Diameter (D)
Diketahui : ∑ a.d : 1809,056µm

∑d : 95,6528 µm

DTalkum =
∑ a .d
∑d
(2,9763+3,9529+0,7628+ 0,5177+18,9984)
=
95,6525
1817,2655
=
95,6525
= 18,9985 µm
4.2 Pembahasan
Pada praktikum farmasi fisika kali ini kami melakukan percobaan tentang
mikromeritik. Menurut Martin (1993), mikromeritik adalah ilmu dan teknologi
tentang partikel kecil. Satuan ukuran partikel yang sering dugunakan dalam
mikromeritik adalah mikrometer. Data tentang ukuran partikel diperoleh dalam
diameter partikel dan distribusi diameter (ukuran) partikel, sedangkan bentuk
partikel memberikan gambaran tentang luas permukaan spesifik partikel dan
teksturnya (kasar atau halus) permukaan partikel.
Tujuan dari praktikum yang kami lakukan yaitu untuk melakukan
pengukuran partikel dengan menggunakan metode pengayakan. Metode
pengayakan merupakan metode yang paling sederhana dalam penentuan nilai
ukuran partikel adalah menggunakan pengayak standar. Pengayak terbuat dari
kawat dengan ukuran lubang tertentu. Istilah ini digunakan untuk menyatakan
jumlah lubang tiap inchi linear. Menurut Voigt (1994) Pengayakan adalah sebuah
cara pengelompokkan butiran, yang akan dipisahkan menjadi satu atau beberapa
kelompok. Dengan demikian, dapat dipisahkan antara partikel lolos
ayakan(butiran halus) dan yang tertinggal diayakan(butiran kasar).
Pada praktikum farmasi fisika mengenai mikromeritik, kali ini kami akan
menentukan ukuran partikel dari laktosa dan talkum menggunakan metode
pengayakan. Hal pertama yang kami lakukan adalah membersihkan alat yang akan
kami gunakan menggunakan alkohol 70%. Menurut Pratiwi (2008), alkohol 70%
dapat bersifat sebagai antiseptik atau desinfektan yang dapat membunuh bakteri.
Sampel laktosa yang kami gunakan sebanyak 24 g dan talkum sebanyak 25 g.
Pengayak yang digunakan pada praktikum kali ini mempunyai nomor 72, 30,
26,dan 15. Pertama-tama kami menimbang sampel dari laktosa dan talkum
menggunakan neraca analitik. Menurut Lachman (1990) ketelitian neraca analitik
adalah 0,0001 g atau 0,1 mg. Pengayak OPN yang kami gunakan disusun dari
nomor yang terbesar kenomor yang terendah, karena semakin kecil nomor ayakan
semakin kecil pula lubang ayakannya. Sampel tersebut kami ayak dengan
kecepatan konstan dalam waktu 10 menit. Untuk mengayak sampel kita harus
benar-benar berhati-hati, karena jika kecepatan pengayakan yang kita berikan
terlalu kuat maka menyebabkan partikel-partikel sampel lebih mudah saling
bertabrakkan dan sampel yang seharusnya tidak lolos ke ayakan selanjutnya harus
lolos karena kecepatan pengayakan yang terlalu kuat. Menurut Parrot (1970),
waktu atau lama pengayakan (waktu optimum), jika pengayakan terlalu lama akan
menyebabkan hancurnya serbuk sehingga serbuk yang seharusnya tidak terayak
akan menjadi terayak. Jika waktunya terlalu lama maka tidak terayak sempurna.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengayakan salah satunya yaitu
waktu atau lamanya pengayakan, biasanya jika pengayakan dilakukan terlalu lama
dapat membuat sampel jadi pecah karena saling bertumbukan satu dengan lainnya,
sehingga bisa lolos ke ayakan yang selanjutnya. Menurut Susi (2007), massa
sampel juga mempengaruhi proses pengayakan, jika terlalu banyak maka sampel
sulit terayak. Jika sampel terlalu sedikit maka akan lebih mudah untuk turun dari
ayakan sebelumnya dan terayak.
Pada metode pengayakan ini terdapat adanya zat tertinggal pada masing-
masing nomor ayakan. Dari percobaan ini zat yang tertinggal pada setiap nomor
ayakan berbeda-beda. Untuk sampel laktosa di dapatkan ukuran diameter partikel
21, 5395 μm, sedangkan pada talkum di dapatkan ukuran diameter partikel 18,
9985 μm. Menurut Gilbert CR et al (2018), ukuran partikel dari talkum yaitu
sebesar 26,57 μm dan menurut Jones and R Price (2006), ukuran partikel dari
laktosa adalah 15 μm. Berdasarkan hasil percobaan yang kami lakukan dan
dibandingkan dengan literatur yang ada, ukuran partikel yang kami peroleh dari
percobaan mikromeritik ini berbeda dengan literatur.
Dilihat dari perbedaan ukuran diameter partikel, maka dapat tarik suatu
kemungkinan kesalahan. Kemungkinan kesalahan pada percobaan ini adanya
sampel yang tertinggal pada ayakan. Kemungkinan kesalahan selanjutnya
mungkin terjadi kesalahan pada saat penimbangan sampel.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
yakni mikromeritik adalah suatu ilmu dan teknologi yang mempelajari tentang
partikel kecil terutama mengenai ukuran partikel. Mikromeritik biasanya
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari ukuran-ukuran partikel yang kecil.
Pada percobaan mikromeritik ini, ada beberapa metode yang dapat
digunakan yaitu metode pengayakan, metode sedimentasi, metode mikroskopik
optic. Adapun cara metode pengayakan yaitu dengan menggunkan ayakan mesh
atau OPN dan disusun ayakan dari yang paling besar ke yang terkecil dan diayak
menggunakan tangan dengan kecepatan konstan selama 10 menit.
Pada hasil percobaan kali ini, ukuran partikel yang didapatkan berbeda
dengan ukuran partikel yang ada pada literatur lain. Untuk ukuran partikel laktosa
dan talkum yang didapatkan yaitu sebesar 21, 5395 μm dan 18, 9985 μm
sedangkan pada literature yang didapatkan yaitu sebesar 15 μm dan 26,57 μm.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Asisten
Saran kami untuk asisten agar lebih memaksimalkan waktu dan bimbingan
praktikan dalam menjalankan praktikum Farmasi Fisika sehingga praktikum dapat
menjalankan prosedur kegiatan dengan baik.
5.2.1 Saran Untuk Laboratorium
Agar dapat memberikan dukungan dalam hal kelengkapan alat-alat
laboratorium agar praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan lebih
maksimal
5.2.2 Saran Untuk Jurusan
Saran kami kepada jurusan farmasi Universitas Negeri Gorontalo agar lebih
menunjang kegiatan seluruh praktikum yang ada pada jurusan farmasi agar lebih
maksimal. Baik itu menyediakan fasilitas, transportasi dan administrasi lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Ansel,Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI-Press
Company Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi V cetakkan I.
Yogyakarta: UGM Press
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta
Kramer, J.M., R.J. Gilbert .1989. Bacillus cereus and other bacillus species, Food
bacterial pathogens ed. Doyle, Marcel Dekker, New York.
Lachman,et all. Teori dan praktek farmasi industri edisi III. Jakarta: UI-
PressMocchtas,1990.
Martin,2008. Farmasi Fisika. Yogyakarta: UGM Press
Moechtar. 1989 . Farmasi Fisika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Parrot,L,E. 1970. Pharmaceutical Technologi. Mincapolish: Burgess Publishing
Susi, Novaryatiin. 2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Farmasi . Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta. 56-59
Syamsuni,2006, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta. 29-31

Anda mungkin juga menyukai