Anda di halaman 1dari 23

KULTUR JARINGAN PADA TANAMAN KACANG

MERAH (Phaseolus vulgaris L.)

OLEH:
Nurul Fatimah Kamsyah
191051301001

PENDIDIKAN BIOLOGI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020

i
KATA PENGANTAR

Tiada ungkapan yang paling indah kita ungkapkan selain puja dan puji
syukur kehadirat Allah Swt karena telah memberikan nikmat yang begitu besar
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Kultur Jaringan
pada Tanaman Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.)”. Tak lupa penulis
mengirimkan salam, shalawat dan taslim kepada junjungan nabi besar Muhammad
saw yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang
terang benderang seperti sekarang ini. Dengan kata lain dari zaman kebodohan ke
zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penulis menghanturkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada
seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan di dalamnya sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca
yang budiman sehingga penulis dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang
terdapat dalam makalah selanjutnya. Penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Amin.

Gowa, 7 April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................2
C. Tujuan Penulisan .....................................................................................2
D. Manfaat Penulisan ...................................................................................2
BAB II ISI ................................................................................................................4
A. Tinjauan Umum Kacang Merah ..............................................................4
B. Kultur Jaringan Tanaman Kacang Merah ................................................8
BAB III PENUTUP ...............................................................................................18
A. Kesimpulan ............................................................................................18
B. Saran ......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................19

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kacang Merah ......................................................................................7

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara
vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara
mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, protoplasma, sel,
sekelompok sel, jaringan maupun organ, serta menumbuhkannya dalam
keadaan aseptik serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media
buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah
tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak
diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap (Sany 2007).
Prinsip-prinsip dalam kultur jaringan sendiri kita ketahui antara lain (1).
Totipotensi Sel: Setiap sel dari manapun asalnya, akan mampu tumbuh menjadi
tanaman sempurna kalau diletakkan pada lingkungan yang sesuai, (2).
Regenerasi Tanaman: Proses menuju diferensiasi ke arah pembentukan organ
baru, (3). Bebas Kontaminasi Mikroorganisme, dan (4). Lingkungan (media)
yang sesuai dengan pertumbuhan jaringan. Dapat dilihat salah satu
prinsip adalah terbebas dari kontaminasi mikroorganisme. Ini artinya kultur
jaringan merupakan perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian
vegetatif tanaman, menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat
steril. Lingkungan yang sesuai dapat dipenuhi dengan menentukan media
tumbuh yang sesuai dan penempatan pada kondisi yang terkendali berkaitan
dengan intensitas dan periodisitas, cahaya, temperatur, dan kelembaban serta
keharusan sterilisasi (Sany dalam Scheleiden & Sachwan, 2007).
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk keberhasilan kultur
jaringan yaitu kandungan unsur kimia dalam media, hormon yang digunakan,
substansi organik yang ditambahkan dan terang atau gelapnya saat inkubasi,
dan teknik sterilisasinya. Dari sekian banyak permasalahan yang harus diteliti
dan diperhatikan adalah teknik sterilisasi. Teknik sterilisasi merupakan salah
satu kunci keberhasilan dalam kutur jaringan. Keaseptikan eksplan harus dijaga

1
dalam proses pengkulturan, Pada tahap ini dilakukan berbagai perlakuan untuk
membersihkan kotoran yang ada di permukaan bahan tanaman (disinfestasi).
Kultur jaringan sering dijadikan salah satu solusi sebagai metode
perbanyakan tanaman dan juga dapat digunakan sebagai suatu metode
penyimpanan plasma nutfah yang tidak membutuhkan tempat yang besar.
Keberhasilan dari kultur jaringan sangat bergantung dari ketepatan konsentrasi
nutrisi yang berada di dalam media kultur. Ketepatan konsentrasi ini
menyangkut pada ketersediaan nutrisi bagi eksplan tanaman. Kelebihan nutrisi
dari tanaman akan menyebabkan tanaman mengalami keracunan unsur hara.
Sehingga, pembuatan larutan stock dan sterilisasi media dianggap penting
untuk diketahui sebagai sarana penenunjang kebutuhan informasi akan kultur
jaringan. Umumnya bagian daun dan plumule tumbuhan yang sering
diperbanyak dengan metode ini. Oleh sebab itu, dilakukan kultur jaringan pada
bagian daun dan plumule tumbuhan kacang merah (Phaseolus vulgaris L.).
Dari hal inilah sehingga sangat perlu untuk membahas kultur jaringan pada
tanaman kacang merah (Phaseolus vulgaris L.).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana kultur jaringan pada tanaman kacang merah (Phaseolus vulgaris
L.)?.

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui kultur jaringan pada tanaman kacang merah (Phaseolus
vulgaris L.).

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Penulisan makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber perkembangan
ilmu pengetahuan khusunya dalam bidang kultur jaringan yang membahas
tentang kultur jaringan pada tanaman kacang merah (Phaseolus vulgaris L.)
sehingga dapat dijadikan sebagai acuan maupun rujukan.

2
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Mahasiswa
Dapat dijadikan sebagai bahan belajar dalam memahami kultur jaringan
pada tanaman kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) nantinya.
b) Bagi Peneliti
Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam melakukan kultur
jaringan pada tanaman kacang merah (Phaseolus vulgaris L.).

3
BAB II
ISI

A. Tinjauan Umum Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.)


Kacang merah berasal dari daerah neotropical dengan sedikitnya dua
pusat domestikasi: Amerika Tengah (Mexico, Guatemala) untuk yang berbiji
kecil dan Amerika Selatan (sebagian besar Negara Peru) untuk yang berbiji
besar. Di waktu post-Columbian, kacang merah tersebar di seluruh Amerika.
Orang-orang Spanyol membawa benih ke seberang Pasifik menuju Filipina dan
dari sana ke Asia, terutama Jawa dan Myanmar, dan ke Mauritius (Madhurama,
2014).
Pembudidayaan tanaman kacang merah di Indonesia telah meluas ke
berbagai daerah. Pada umumnya, kacang merah ditanam pada musim kemarau,
karena pada musim penghujan tanaman akan londot. Hal ini di karenakan
terlalu banyak air yang diserap. Pada musim kemarau pun penyiraman tanaman
juga harus diperhatikan, misalnya penyiraman 2 hari sekali.

1. Morfologi Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.)


Kacang merah ada yang berupa tanaman semak yang tegak dan ada
yang merambat di para-para. Kacang merah dapat mencapai tinggi sekitar
3,5 - 4,5 meter, tumbuhnya memerlukan penyangga. Pengembangbiakannya
dapat dilakukan dengan bijinya dan juga diperlukan tanah yang baik.
Kacang merah akan dapat tumbuh baik di daerah basah atau dingin pada
ketinggian 1400-2000 meter dari permukaan laut dan dipanen 6 bulan
setelah penanaman.
Tanaman kacang merah ini biasanya tumbuh melilit pada batang
bambu. Daun majemuk, beranak daun tiga, daun berbentuk jorong.
Perbungaan tandan di ketiak dengan panjang hingga 15 cm, dengan banyak
buku dan bunga. Sayap bunga berwarna putih kekuningan atau ungu
sedangkan lunasnya berwarna putih atau kadang-kadang berwarna lain.
Polong lonjong, pipih, berkulit keras bila tua, pada umumnya melengkung

4
kadang-kadang dengan bentuk mengait pada bagian atasnya, berisi 4-5 biji.
Bentuk, ukuran dan warna biji beragam, ada yang berbentuk mengginjal,
membelah ketupat atau membundar. Warna seragam atau loreng, putih,
hijau, kuning, coklat, merah, hitam atau ungu. sering terdapat garis
melintang yang keluar dari hilum.
Kacang merah dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu kacang
merah yang tumbuhnya kerdil dan kacang merah yang tumbuh memanjang.
Warna bijinya merah dan bertotol-totol merah tua. Buahnya berwarna
kuning, jika masih muda berwarna hijau dan kadang-kadang berwarna
merah. Jika sudah tua berubah menguning, mengering, dan siap panen.
Buahnya yang berbentuk polong memanjang, hanya sedikit lebih panjang
bila dibandingkan dengan buncis. Dalam satu polong ada 2-3 biji kacang
merah. Bentuk kacang merah yang masih utuh sama dengan kacang buncis,
baik daun, bunga maupun bentuk polongnya.
Kacang merah akan berbunga pada panjang hari 9-18 jam dan untuk
tipe berhari pendek memerlukan panjang hari terendah antara 11-12,3 jam
untuk inisiasi bunga. Temperatur optimum antara 16 hingga 27 ° C. Curah
hujan normal tahunan adalah 900-1500 mm tetapi dapat toleran dengan
sedikitnya 500-600 mm dalam satu musim penanaman. Kacang ini tumbuh
di dataran rendah tropis dan area subtropis tetapi dapat tumbuh hingga
ketinggian 2000-2500 m. Kacang merah menyukai lahan beraerasi dan
berdrainase baik dengan pH 6,0-6,8. Beberapa kultivar tahan terhadap lahan
asam dengan pH serendah-rendahnya 4,4.

2. Klasifikasi Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.)


Kingdom Plant
Divisio Spermatophyta
Sub divisio Angiospermae
Clas Dicotyledonae
Sub Clas Calyciflorae
Ordo Rosales (Leguminales)

5
Famili Leguminosae (Papilionaceae)
Sub famili Papilionoideae
Genus Phaseolus
Spesies Phaseolus vulgaris L.

3. Kandungan Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.)


Umumnya kacang merah sering dikonsumsi oleh masyrakat
pedesaan, karena pada musim kemarau para petani lebih memilih menamam
kacang merah daripada tanamamn yang lain karena lebih efisien. Selain itu
penanamannya juga tidak terlalu sulit. Asal kita sabar dan terampil dalam
merawatnya kita akan dapat hasil yang memuaskan. Kacang merah memiliki
kandungan gizi yang sangat baik, hal ini sangat menguntungkan bagi
kesehatan tubuh manusia apalagi jika diolah secara baik dan benar. Kacang
merah kering merupakan sumber protein nabati, karbohidrat kompleks,
serat, vitamin B, folasin, tiamin, kalsium, fosfor, dan zat besi. Folasin
adalah zat gizi esensial yang mampu mengurangi resiko kerusakan pada
pembuluh darah. Kacang merah dapat ditanam pada berbagai jenis tanah
dengan syarat struktur tanahnya gembur. Struktur tanah yang gembur dapat
mempermudah akar tanaman menjalar mencari sumber hara yang
terkandung dalam tanah. Tanah yang paling sesuai untuk penanaman kacang
merah ini yaitu tanah gembur, subur, baik salirannya dan pH 5,5 – 6,8.
Kacang merah tergolong makanan nabati kelompok kacang polong
(legume); satu keluarga dengan kacang hijau, kacang kedelai, kacang tolo,
dan kacang uci. Ada beberapa jenis kacang merah diantaranya adalah red
bean, kacang adzuki (kacang merah kecil), dan kidney bean (kacang merah
besar). Kandungan nutrisi kacang merah juga luar biasa kaya. Kacang merah
kaya akan asam folat, kalsium, karbohidrat kompleks, serat, dan protein
yang tergolong tinggi. Kandungan karbohidrat kompleks dan serat yang
tinggi dalam kacang merah membuatnya dapat menurunkan kadar kolesterol
darah. Kadar indeks glikemik kacang merah juga termasuk rendah sehingga
menguntungkan penderita diabetes dan menurunkan risiko timbulnya

6
diabetes.
Kandungan protein dan profil asam amino dalam 100 gr kacang
merah (kidney bean) dari yang terbanyak adalah asam glutamat (1323 mg),
asam aspartat (1049 mg), leucine (693 mg), lysine (595 mg), arginine (537
mg), serine (472 mg), phenylalanine (469 mg), valine (454 mg), isoleucine
(383 mg), proline (368 mg), threonine (365 mg), alanine (364 mg), glycine
(339 mg), dan lain-lain sisanya di bawah 300 mg.

Gambar 2.1. Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.)

4. Manfaat Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.)


Kacang merah biasa dikonsumsi ketika sudah benar-benar masak
berupa kacang kering. Di Indonesia, kacang merah kering umumnya
dimasak menjadi bubur, sup atau campuran sayur, nasi tim atau es. Kacang
merah juga sering dimasak menjadi selai manis yang digunakan sebagai
pengisi beberapa kue seperti bakpau, kue bulan, kue moci, kue dorayaki,
donat isi, dan lain-lain. Melihat berbagai kandungan nutrisi kacang merah
diatas, maka dapat diuraikan berbagai manfaatnya, yaitu :
a. Mencegah kolesterol jahat dan memperlancar pencernaan (anti sembelit).
Kandungan fibernya yang tinggi difermentasi dalam usus besar dan

7
menghasilkan asam-asam lemak rantai-pendek, yang dapat menghambat
sintesis kolesterol hati. Belum lagi kandungan Omega-3 dan Omega-6
juga akan sangat membantu;
b. Mencegah resiko diabetes karena kandungan karbohidrat kompleknya
berglikemik indek rendah dan termasuk lamban cerna;
c. Membantu pematangan sel darah merah, membantu sintesa DNA dan
RNA, serta menurunkan level homosistein dalam pembuluh arteri
(sehingga mengurangi resiko penyakit jantung) dengan kandungan folat
dan vitamin B6;
d. Membantu program diet karena fibernya akan membuat Anda merasa
kenyang dan kalorinya juga sangat rendah. Apalagi kandungan protein
nabatinya akan bermanfaat untuk perkembangan massa otot tubuh;
e. Menjaga fungsi sistem syaraf, metabolisme karbohidrat, dan mencegah
penyakit beri-beri dengan kandungan thiamin;
f. Membantu proses metabolisme asam amino, asam lemak, lipid,
glukoneogenesis, sintesis neurotransmitter, sintesis histamine, sintesis
dan fungsi haemoglobin serta menjaga kesehatan kulit dengan kandungan
vitamin B6;
g. Membantu proses pembekuan darah pada luka
h. Membantu pembentukan komponen utama sel-sel darah merah,
pembentukan enzim, pembentukan tulang, mencegah resiko anemia
(darah rendah) dengan kandungan zat mineral zinc, besi, dan tembaga
(Anonim2, 2011)

B. Kultur Jaringan Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.)


1. Alat
Alumunium Foil, Botol Kultur, Bunsen, LAFC Lengkap, Petridish, Pinset
Kecil dan Besar, Pisau Pemes, Spidol dan Tissu. PH meter, magnetic
stirrer, berbagai ukuran pipet, berbagai ukuran Erlenmeyer, berbagai
ukuran labu ukur, dan alat-alat gelas, oven, autoklaf, wadah
kultur/botol kultur, dissecting kitt, labu ukur, botol kultur,

8
alumunium foil,spidol, autoklaf, oven, gelas piala, dan hot plate.

2. Bahan
Agrept dan Dithane, Alkohol 70%, Akuades Steril, Chlorox (Sunclin),
Eksplan Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.), Larutan makro, larutan
mikro, vitamin, inositol, larutan zat pengatur tumbuh auksin (IAA
2,4-D, IBA, NAA) dan Spirtus

3. Cara Kerja
Menurut Resmisari (2017), teknik kultur jaringan pada tanaman kacang
merah diantaranya ialah:
a. Penanaman Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.)
b. Persiapan eksplan Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.)
c. Sterilisasi eksplan (dilakukan dalam LAFC)
1) Eksplan di sterilakan dengan cara direndam pada air yang diberi
detergen slama 10 menit
2) Dibilas akuades 3 kali
3) Kemudian direndam pada alkohol 70% selama 3 menit
4) Selanjutnya direndam dengan chlorox (sunclin) selama 3 menit,
5) Lalu masukan ke dlm LAF, UV selama 30 menit.
6) Kemudian eksplan dicuci dengan akuades di LAF kmudian tanam
eksplan dengan menanam bagian daun dan plumula tanaman yang
telah disiapkan.
d. Penanaman eksplan
1) Membuka alumunium foil penutup botol media kultur.
2) Mengambil eksplan (daun atau plumule) dan menanamnya di media
kultur dengan pinset. Setelah digunakan, pinset harus selalu dibakar
diatas api.
3) Selama penanaman, mulut botol harus selalu dekat dengan api untuk
menghindari kontaminasi.

9
e. Pemeliharaan
1) Botol-botol media berisi eksplan ditempatkan di rak-rak kultur.
2) Lingkungan diluar botol harus dijaga suhu, kelembaban dan
cahayanya.
3) Penyemprotan botol-botol kultur dengan spirtus untuk mencegah
kontaminasi.

Menurut Adji (2007) teknik kultur jaringan pada tanaman kacang


merah yaitu:
a. Sterilisasi Wadah Kultur dan Alat-Alat Diseksi
1) Wadah kultur berupa botol kultur, Erlenmeyer, Cawan petri
ataupun tabung reaksi dicuci bersih menggunakan deterjen.
2) Wadah kultur tersebut kemudian dimasukan kedalam oven
dalam posisi terbalik dan sterilkan pada suhu 150°C
3) Wadah disimpan di dalam oven dan baru dikeluarkan jika
akan digunakan.
4) Alat berupa pisau, scapel, pinset, gunting dan alat diseksi
lainnya dicuci menggunakan deterjen cair dan dikeringkan
5) Alat yang telah bersih tersebut dibungkus satu persatu
menggunakan kertas atau koran
6) Dimasukan kedalam autoclave dan sterilkan pada suhu 150°
tekanan 15 psi selama 25 menit
7) Alat siap digunakan, dan dikeluarkan jika akan digunakan.
b. Pembuatan Medium teknik inokulasi
1) Disiapkan erlenmayer ukuran 1000 ml atau ukuran lain
disesuaikan dengan kebutuhan. Isi akudes kurang lebih 1/3
dari volume medium yang akan dibuat.
2) Kemudian dimasukan larutan induk hara makro sebanyak
100 ml, induk mikro sebanyak 20 ml, vitamin dan inositol
sesuai dengan volume medium yang dibuat, setiap

10
memasukan larutan induk isi Erlenmeyer terus diaduk
menggunakan magnetic stirrer
3) Untuk pembuatan media MS BAP ditambahkan zat pengatur
tubuh
4) Dipindahkan larutan ke labu takar sesuai ukuran dan
ditambahkan aquades sampai tanda tera dan atur pH antara
5,6 – 5,8. Jika terlalu asam dapat ditambahkan larutan basa
(NaOH 0,1 N) dan jika terlalu basa dapat ditambahkan
larutan asam (HCL 0,1 N).
5) Ditambahkan aquadest sampe tanda tera
6) Dituangkan kedalam Erlenmeyer lalu ditambahkan agar-agar
yang telah ditimbang sesuai kebutuhan dan panaskan media
sampai agar-agar larut
7) Masukan medium kedalam wadah kultur seperlima volume
botol kultur yang digunakan
8) Wadah kultur yang telah berisi media dan siap
disterilisasikan di masukan kedalam autoklaf pada suhu
120°C dengan tekanan 15psi selama 15 menit
9) Setelah media memadat dapat disimpan didalam laminar air
flow jika akan digunakan.
c. Sterilisasi Bahan Tanaman
1) Dicuci embrio kacang merah kedalam deterjen cair selama
30 menit
2) Kemudian dicuci menggunakan air mengalir selama 1 jam
3) Direndam kedalam larutan fungisida selama 1 jam
4) Dicuci air mengalir 15 menit.
5) Direndam alcohol 70% selama 5 menit kemudian bilas
dengan air mengalir sampai bau hilang
6) Dilakukan sterilisasi dalam Laminar Air Flow Cabinet
dengan merendam biji didalam larutan 10% Clorox selama

11
15 menit bilas menggunakan akuadest steril
7) Direndam kembali kedalam larutan Clorox 5 % selama 15
menit dan dibilas menggunakan aquadest steril
8) Direndam kedalam alcohol 70% selama 10 menit
d. Metode kerja teknik inokulasi.
1) Disiapkan alat dan bahan untuk melakukan kultur embrio
kemudian seluruh alat di buat aseptis yakni dengan cara
dilakukan sterilisasi dengan menggunakan oven dan autoklaf.
2) Dilakukan pembuatan larutan induk untuk medium yakni
dengan membuat larutan stok untuk media MS nol dan MAS
BAP
3) Dilakukan sterilisasi bahan yang terdiri dari sterilisasi dalam
dan luar
4) Setelah semua alat dan bahan siap dan dalam keadaan aseptis
dapat dilakukan proses inokulasi.
5) Disiapkan bahan tanaman (embrio kacang merah) yang telah
steril, kemudian alat-alat disksi, beberapa cawan petri,
alcohol 90% (untuk sterilisasi) dimasukan kedalam Laminar
Air Flaw Cabinet. Sebelumnya matikan lampu germicidal
dan nyalakan blower dan lampu penerangannya.
6) Tangan sebelum masuk kedalam Laminar Air Flow
disemprot terlebih dahulu menggunakan alcohol 70%
7) Kupas kacang merah dan pisahkan kotiledon dengan
embrionya di dalam laminar menggunakan pinset yang
sebelumnya dibakat terlebih dulu.
8) Diambil botol kultur yang telah disiapkan, buka didepan
nyala api dan masukan kotiledon kacang merah ke dalam
botol kultur yang berisi media MS nol dengan menggunakan
pinset steril.
9) Botol kultur ditutup menggunakan alumuniumfoil hingga

12
rapat dan ditambah karet untuk menguatkan penutupan botol
kultur agar tidak terkontaminasi.
10) Simpan botol kultur diartas rak kultur kemudian diberi
pencahayaan

Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk


mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ
yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol
kultur yang steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagian-bagian
tersebut dapat memperbayak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang
lengkap (Purnawanti, 2012). Teknik kultur jaringan memanfaatkan prinsip
perbanyakan tumbuhan secara vegetatif. Teori dasar dari kultur in vitro ini
adalah Totipotensi. Teori ini mempercayai bahwa setiap bagian tanaman dapat
berkembang biak karena seluruh bagian tanaman terdiri atas jaringan-jaringan
hidup. Oleh karena itu, semua organisme baru yang berhasil ditumbuhkan akan
memiliki sifat yang sama persis dengan induknya (Gunawan, 1987).
Tanaman Kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) digunakan sebagai
objek pada kultur jaringan tumbuhan ini. Hal ini disebabkan karena kacang
merah merupakan tanaman yang mudah didapatkan dan memiliki kemampuan
totipotensi yang cukup tinggi karena tanaman ini memiliki karakteristik hidup
yang kuat. Pada umumnya kacang merah sering dikonsumsi oleh masyrakat
pedesaan, karena pada musim kemarau para petani lebih memilih menamam
kacang merah daripada tanamam yang lain karena lebih efisien. Selain itu
penanamannya juga tidak terlalu sulit.
Kacang merah tergolong makanan nabati kelompok kacang polong
(legume); satu keluarga dengan kacang hijau, kacang kedelai, kacang tolo, dan
kacang uci. Kacang merah akan berbunga pada panjang hari 9-18 jam dan
untuk tipe berhari pendek memerlukan panjang hari terendah antara 11-12,3
jam untuk inisiasi bunga. Temperatur optimum antara 16 hingga 27 ° C. Curah
hujan normal tahunan adalah 900-1500 mm tetapi dapat toleran dengan
sedikitnya 500-600 mm dalam satu musim penanaman. Kacang ini tumbuh di

13
dataran rendah tropis dan area subtropis tetapi dapat tumbuh hingga ketinggian
2000-2500 m. Kacang merah menyukai lahan beraerasi dan berdrainase baik
dengan pH 6,0-6,8. Beberapa kultivar tahan terhadap lahan asam dengan pH
serendah-rendahnya 4,4. Kultur jaringan tanaman akan berhasil apabila
lingkungan mendukung. Syarat-syarat tersebut meliputi: pemilihan eksplan,
penggunaan media yang sesuai, keadaan yang aseptik dan pengaturan
lingkungan tempat tumbuh yang sesuai. Komposisi media yang tepat dan
proses sterilisasi mempengaruhi keberhasilan dari kultur jaringan.
Eksplan yang digunakan adalah eksplan tanaman kacang merah
(Phaseolus vulgaris L.), yaitu bagian dari plumula dan daun yang masih muda
yaitu bagian bawah yang merupakan jaringan meristematik atau jaringan yang
masih terus aktif membelah. Hal ini mengacu pada salah satu konsep dasar
kultur jaringan yaitu organ yang digunakan dalam kultur jaringan harus
mempunyai sifat totipotensi. Penggunaan plumula dan bagian bawah dari daun
yang masih muda ini bertujuan untuk mendapatkan organ yang masih juvenile
sehingga bersifat meristematik, artinya organ tersebut masih aktif membelah.
Organ tersebut akan berdeferensiasi menjadi kalus, yaitu sekumpulan sel yang
yang aktif membelah dan mempunyai kemungkinan menjadi zigot.
Sebelum penanaman terlebih dulu eksplan disterilisasi, yaitu dengan
memotong-motong eksplan dan merendam eksplan dalam larutan deterjen
selama 10 menit yang merupakan fungisida yang berfungsi untuk mencegah
kontaminasi dari bakteri selama proses penanaman dan pengembangan kultur
kacang merah (Phaseolus vulgaris L.). Setelah di rendam selama 10 menit,
eksplan diangkat dan dibilas dengan akuades sebanyak tiga kali. Setelah itu
eksplan kembali direndam dalam alkohol 70% selama 3 menit dan kemudian di
rendam ke dalam chlorox (sunclin) selama 3 menit dan dibilas dengan akuades
sebanyak tiga kali. Setelah disterilisasi dengan chlorox bagian dari eksplan
yang bersentuhan atau berkontak langsung dengan chlorox harus dihilangkan
karena bagian-bagian yang berkontak langsung dengan chlorox sel-selnya akan
mati dan tidak akan tumbuh jika dikulturkan.
Sterilisasi biji kacang merah dilakukan sebanyak 4 tahap. Tapah pertama

14
yaitu mencuci biji jagung dengan detergen. Pencucian biji kacang dengan
detergen dilakukan untuk membersihkan biji dari toksik atau pestisida yang
masih terkandung pada biji jagung tersebut. Mulai tahap kedua hingga tahap
terakhir dilakukan di dalam LAF dan menggunakan teknik aseptik. Tahap
kedua yaitu pemberian klorox 10% pada biji kacang merah, tahap ketiga yaitu
pemberian fungisida pada biji kacanng merah, tahap keempat yaitu pemberian
alkohol 70% pada biji kacang merah, tahap kelima yaitu pemberian aquadest
steril pada biji kacang merah dan tahap terakhir yaitu penanaman embrio biji
kacang merah.
Dalam media untuk menumbuhkan eksplan kacang merah (Phaseolus
vulgaris L.) terlebih dahulu ditambahkan ZPT yaitu IBA dan BAP. IBA
(Indol Buteric Acid) merupakan hormon pengatur tumbuh yang masuk dalam
kategori hormon auksin. Fungsi dari IBA dalam aktivitas kultur jaringan yaitu
sebagai hormon yang mampu menginduksi terjadinya kalus, mendorong
proses morfogenesis kalus membentuk akar atau tunas, mendorong proses
embriogenesis dan mempengaruhi kestabilan genetik sel tanaman. Dalam hal
ini IBA berpengaruh dalam pembentukan akar. Sedangkan dalam aktivitas
kultur jaringan, BAP berperan dalam pembentukan tunas, menstimulir
terjadinya pembelahan sel, proliferasi kalus, mendorong proliferasi meristem
ujung, serta mendorong pembentukan klorofil pada kalus. Kalus merupakan
sekumpulan sel yang masih aktif membelah dan belum terdeferensiasi
membentuk tunas maupun akar. Kalus juga dapat diartikan sebagai
sekumpulan sel amorphous yang terjadi dari sel-sel jaringan awal yang
membelah diri secara terus menerus (Santoso dan Nursandi, 2001).
Pada penanaman eksplan kacang merah (Phaseolus vulgaris L.), sering
terdapat eksplan kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) yang tidak mengalami
pertumbuhan kalus. Hal ini dikarenakan eksplan dan media tersebut
terkontaminasi oleh jamur. Jamur yang mengkontaminasi mempunyai hifa
berwarna coklat, hitam, dan putih. Hifa-hifa itu memenuhi sebagian botol
kultur. Jamur/cendawan dan jamur tersebut tumbuh secara cepat karena pada
media mengandung gula, vitamin, dan mineral. Pada media ditumbuhi jamur

15
ditandai dengan adanya warna hitam, hijau, kuning, dan ada yang putih serta
terdapat bakteri yang ditandai dengan adanya lendir berwarna putih pada
media. Pada eksplan terjadi browning atau pencoklatan. Pencoklatan adalah
suatu karakter munculnya warna coklat atau hitam yang sering membuat tidak
terjadinya pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Peristiwa pencoklatan
merupakan suatu hal yang sangat umum terjadi kegiatan kultur jaringan.
Kejadian ini dimungkinkan sekali mungkin karena bahan tanaman yang
digunakan keadaannya tidak normal, media dan suplemen media yang
beragam, penggunaan bahan sterilisasi, pengirisan, penggunaan api dan lain-
lain. Kontaminasi sangat beragam, keragaman tersebut dapat dilihat dari jenis
kontaminannya dan penyebab adanya bagian yang terkontaminasi bisa berasal
dari media atau eksplan. Kontaminan terutama cendawan dan bakteri akan
tumbuh secara cepat pada media yang mengandung gula, vitamin, dan
mineral. Oleh karena itu untuk mencegah atau menghindari terjadinya
kontaminasi pada eksplan dan media yaitu dengan cara menjaga lingkungan
(alat, media dan bahan) agar tetap steril serta saat penanaman dan
pemeliharaan perlu dilakukan penyemprotan berulang-ulang menggunakan
alkohol. Hal ini dimaksudkan agar mengurangi resiko terkontaminasi eksplan
terhadap jamur dan bakteri yang dapat menyebabkan kematian pada eksplan.
Keberhasilan perbanyakan tanaman secara kultur jaringan juga
ditentukan beberapa hal diantaranya komposisi media dan eksplan. Dalam
kultur jaringan kacang merah ini, komponen media yang paling
mempengaruhi adalah zat pengatur tumbuh (ZPT) berupa BAP dan IBA. BAP
merupakan ZPT golongan sitokinin yang berfungsi untuk menumbuhkan dan
menggandakan tunas adventif. Sedangkan IBA berfungsi untuk mendorong
terbentuknya kalus. Setelah eksplan ditanam, botol-botol kultur diletakkan
pada rak-rak kultur yang dijaga suhu, cahaya dan kelembabannya. Selain
ZPT, faktor penting lain yang mempengaruhi yaitu kondisi eksplan
dipengaruhi oleh umur fisiologis, umur ontogenik, ukuran eksplan, dan
bagian tanaman yang diambil. Umumnya yang sering digunakan adalah
jaringan muda yang sedang tumbuh aktif. Hal ini karena jaringan muda

16
mempunyai daya regenerasi tinggi, sel-selnya masih aktif membelah, dan
relatif sedikit mengandung kontaminan. Umur ontogenik yaitu masa transisi
anatar fase pertumbuhan remaja (juvenil) menuju fase dewasa. Pada fase
juvenil, pembungaan tidak terjadi dan tidak dapat dirangsang dengan
perlakuan rangsangan pembungaan. Sedangakan pada fase dewasa tanaman
sudah mampu berbunga. Ukuran tanaman yang besar memungkinkan
terjadinya kontaminan daripada ukuran yang lebih kecil. Hal ini berkaitan
dengan teknik sterilisasi eksplan. Jaringan yang umumnya digunakan adalah
meristem, yaitu dapat berupa ujung akar, tunas atau daun muda. Aliran udara
yang berasal dari pernafasan dan pembicaraan, debu atau partikel lain yang
terhambur dari tubuh atau bahan steril yang tersentuh oleh dapat
mengakibatkan kontaminasi.
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
morfogenesis eksplan dalam kultur in-vitro adalah genotip tanaman asal
eksplan diisolasi. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa respon masing-
masing eksplan tanaman sangat bervariasi tergantung dari spesies, bahkan
varietas, tanaman asal eksplan tersebut. Pengaruh genotip ini umumnya
berhubungan erat dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan
eksplan, seperti kebutuhan nutrisi, zat pengatur tumbuh, lingkungan kultur,
dll. Oleh karena itu, komposisi media, zat pengatur tumbuh dan lingkungan
pertumbuhan yang dibutuhkan oleh masing-masing varietas tanaman
bervariasi meskipun teknik kultur jaringan yang digunakan sama.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kultur jaringan pada tanaman kacang merah (Phaseolus vulgaris L.)
dilakukan pada daun dan plumula menggunakan alat Alumunium Foil, Botol
Kultur, Bunsen, LAFC Lengkap, Petridish, Pinset Kecil dan Besar, Pisau
Pemes, Spidol, PH meter, magnetic stirrer, alat-alat gelas, oven, autoklaf,
wadah kultur/botol kultur, dissecting kitt, labu ukur, botol kultur,
alumunium foil,spidol, autoklaf, oven, gelas piala, dan hot plate.
Bahan yang digunakan berupa Larutan makro, larutan mikro, vitamin,
inositol, larutan zat pengatur tumbuh auksin (IAA 2,4-D, IBA, NAA),
Spirtus, dan kacang merah dengan menerapkan prinsip kultur jaringan secara
umum. Untuk mencegah dan menghindari terjadinya kontaminasi dapat
dilakukan sterilisasi pada alat, media dan bahan eksplan yang digunakan serta
melakukan penyemprotan dengan spirtus saat kontak langsung dengan
eksplan.

B. Saran
1. Penulisan makalah selanjutnya menggunakan referensi yang lebih beragam
2. Penulisan makalah selanjutnya sebaiknya merujuk hasil-hasil penelitian
yang relevan dari dalam maupun luar negeri

18
DAFTAR PUSTAKA

Adji, Dhirgo. 2007. Perbandingan Efektivitas Sterilisasi Alkohol 70%,


Inframerah,, Otoklaf, dan Ozon terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus
subtilis. Jurnal Sain Veteriner. 25 (1): 17-24.

Dwiyani, R. 2015. Kultur Jaringan Tanaman. Jakarta: Pelawa Sari

Gunawan, LW. 1987. Teknik Kultur Jaringan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Madhurama, G., Sonam, D., Gupta, U. P., & Kharwar, R. N. 2014. No Title.
African Journal of Microbiology Research. 8 (2): 184–191.

Purnawanti, L. 2012. Sterilisasi kacang Merah Untuk Mendapatkan Eksplan


Steril Secara In Vitro. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Resmisari, R S. 2017. Petunjuk Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan. Malang:


UIN Maulana Malik Ibrahim

Santoso, Untung dan F. Nursandi. 2001. Kultur Jaringan Tanaman. Malang:


Unibraw Press.

Sany. 2007. Pembiakan Tanaman Melalui Kultur Jaringan. Jakarta: Gramedia

19

Anda mungkin juga menyukai