Peternak Ayam
• Permintaan ayam pedaging atau ayam negeri merosot karena hotel dan
restoran tutup.
• Pada 1981, peternak ayam pedaging juga pernah mengalami kerugian akibat
MEDIO April ini harga ayam negeri atau ayam pedaging terpuruk ke level
terendah. Di tingkat petemak, harga ayam hidup hanya Rp 5.000 per kilogram,
jauh dari harga normal Rp 18 ribu. Harga ayam merosot sejak Coronavirus
Disease 2019 atau Covid-19 mewabah, yang menyebabkan banyak hotel dan
restoran tutup. Nasib para petemak makin pahit karena turunnya harga ayam tidak
diikuti oleh harga pakan. Akibatnya, para petemak terpaksa mengosongkan
kandang.
Majalah Tempo edisi 21 Maret 1981 pemah menulis berita berjudul "Tak Ada
Kandang Baro" yang mengulas nasib para petemak yang terpaksa gulung tikar di
sejumlah daerah. Kala itu, petemak merugi bukan karena wabah, tapi gara-gara
tidak mampu bersaing dengan para pemodal besar yang mempermainkan harga.
Sejumlah petemakan modal besar yang diduga melakukan persaingan harga itu
antara lain PT CISF dan Cipendawa. Mereka menjual ayam dengan harga Rp 775
per kilogram, sementara harga rata-rata semestinya Rp 1.300.
Dampaknya, harga ayam terpuruk. Kondisi itu menyebabkan nasib para petemak
kecil laksana pelanduk di tengah perkelahian gajah, tergilas akibat persaingan
para pemodal besar. Seperti yang dialami Nyonya Kuswiyati, 35 tahun, dari
Menteng Pulo, Jakarta. Petemak yang baru sebulan belajar betemak itu kontan
menghentikan usahanya. Selain menanggung rugi karena merosotnya harga,
mereka masih harus membayar kredit Bimas petemakan.
Kondisi yang sama dialami para petemak kecil lain. Mereka menuduh perusahaan
modal besar sengaja memukul mereka. "Kalau hal ini dibiarkan, usaha kami,
petemak kecil, akan gulung tikar. Selanjutnya perusahaan petemakan besar yang
akan hidup dan bebas menentukan harga yang tinggi untuk konsumen," ujar juru
bicara delegasi 14 petemak kecil, Untung Salamun.
Toh, para petemak modal kecil masih belum puas terhadap keputusan BKPM itu.
Mereka mengharapkan ada keputusan yang lebih tegas sesuai dengan instruksi
Presiden Soeharto kepada Gubemur DKI Jakarta Tjokropranolo pada 5 Maret.
Ketika itu, Soeharto mengatakan bahwa petemakan ayam harus berada di tangan
rakyat dan tidak boleh di tangan perusahaan-perusahaan besar.
Artikel lengkap terdapat dalam Tempo edisi 24 Oktober 1992. Dapatkan arsip
digitalnya di:
https://majalah.tempo.co/edisi/1749/1981-03-21
DagingAyam
Kisruh Bantuan Covid-19
Tidak hanya di Bolaang Mongondow Timur, Sulawesi Utara, cerita suram tentang
kekacauan penyaluran bantuan juga terjadi di banyak tempat di Indonesia. Di
Pekanbaru, Riau, kepala rukun warga ramai-ramai menolak bantuan karena data
warga yang mereka usulkan dipangkas tanpa alasan jelas. Sebaliknya, di Bogor,
Jawa Barat, puluhan warga perumahan berada malah menerima bantuan tunai.
Beragam insiden itu bermuara pada kacaunya sistem pendataan warga yang jatuh
miskin akibat wabah corona.
Selain itu, pemerintah mengalihkan 35 persen dari total dana desa tahun ini,
sebesar Rp 72 triliun, menjadi bantuan langsung tunai. Ada pula bantuan sosial
khusus untuk daerah tertentu yang paling parah dihantam wabah Covid-19.
Bantuan sosial itu diberikan dalam bentuk dana tunai dan paket sembako atau
sembilan bahan kebutuhan pokok.
Sungguh disayangkan jika dana sebesar itu salah sasaran, bahkan tak sampai
kepada mereka yang amat membutuhkannya. Dalam waktu yang pendek ini,
Presiden Jokowi harus memerintahkan jajarannya memperbaiki hal paling
fundamental dalam penyaluran bantuan sosial: sistem pendataan penduduk yang
akurat.
Urgensi untuk perbaikan sudah lama disuarakan. Pada 2019, Badan Pemeriksa
Keuangan meminta pemerintah memperbaiki Program Keluarga Harapan setelah
menemukan dana Rp 168,2 miliar yang tidak tersalurkan pada tahun sebelumnya.
BPK juga menemukan ada penyaluran bantuan sosial kepada 7 .247 keluarga yang
tidak tepat sasaran.
Pada tahun yang sama, Ombudsman Republik Indonesia melansir temuan serupa.
Lembaga ini menemukan maladministrasi dalam penyelenggaraan Program
Keluarga Harapan karena Kementerian Sosial dan Himpunan Bank Negara,
lembaga yang ditunjuk menyalurkan bantuan, lambat merespons pengaduan yang
muncul di daerah.
Sekarang tak ada lagi pilihan. Pemerintah mesti bergerak cepat merapikan data
kependudukan untuk memastikan penyaluran bantuan sosial benar-benar efektif
dan tepat sasaran. Kementerian dan lembaga terkait, baik di pemerintah pusat
maupun daerah, harus aktif memverifikasi data penerima bantuan sosial. Warga
yang terlewatkan perlu didata agar mereka juga mendapat bantuan. Alasan
kegentingan bencana tidak boleh menjadi dalil untuk membiarkan praktik
serampangan di masa lalu.
Di samping urusan data, jenis dan cara penyaluran bantuan mesti ditinjau ulang.
Sudah saatnya pemerintah meninggalkan cara-cara primitif memberikan bantuan
dalam bentuk barang atau sembako. Banyak riset sudah membuktikan efektivitas
bantuan tunai langsung untuk mereka yang dililit krisis. Penerima bisa
menentukan sendiri apa yang dibutuhkan untuk bertahan. Dengan itu, para
pedagang kecil di pasar lokal di berbagai daerah juga bisa kebagian rezeki.
• Ironisnya, ini terjadi di tengah anggaran riset Indonesia yang tak seberapa-Rp
27 triliun atau tak sampai 0,25 persen dari produk domestik bruto.
Ironisnya, ini terjadi di tengah anggaran riset Indonesia yang tak seberapa-Rp 27
triliun atau tak sampai 0,25 persen dari produk domestik bruto. Bandingkan
dengan anggaran riset Vietnam, yang besamya 0,44 persen dari PDB, Thailand
(0,78 persen), dan Malaysia (1,3 persen).
Hasil riset dan inovasi Indonesia juga belum menjadi rujukan pemerintah dalam
merumuskan kebijakan. Hasil kajian Doing Research Assessment oleh Centre for
Innovation Policy and Governance pada 2019 terhadap responden dari kalangan
peneliti, pengelola riset, serta pembuat kebijakan di pusat dan daerah
menyimpulkan pembuatan kebijakan di Indonesia tak didukung riset yang kuat.
Pascapandemi, hidup manusia akan berubah. Interaksi sosial tidak akan sebebas
<lulu. Jikapun vaksin Covid-19 ditemukan, produksi massal untuk memenuhi
kebutuhan hampir 8 miliar penduduk bumi akan membutuhkan waktu yang
panJang.
Karena itu, pembatasan jarak fisik boleh jadi akan tetap berlaku meski tidak
seketat sekarang. Pada titik inilah teknologi menjadi andalan. Di Cina, misalnya,
sejumlah restoran memeriksa interaksi sosial pengunjung dalam 14 hari terakhir
sebelum mereka diizinkan masuk. Untuk memastikan pengunjung bebas dari
corona, pengelola restoran memeriksa riwayat pergerakan calon konsumen lewat
Global Positioning System telepon seluler.
Sejauh ini, informasi yang dirilis polisi belum cukup meyakinkan. Aparat
mendasarkan tuduhan bahwa kelompok itu berencana membuat keonaran semata
dari pesan pendek dari sumber sumir. Polisi mengklaim menemukan pesan
anarkistis dari telepon seluler milik lima orang yang disebut sebagai anggota
kelompok "Anarko". Mereka ditangkap di Tangerang pada pertengahan April lalu.
Hal ini diikuti penangkapan sejumlah "anak punk!' yang dituduh sebagai anggota
kelompok tersebut.
Pandemi global corona memang menimbulkan dampak buruk pada hampir semua
sektor kehidupan. Perekonomian terganggu. Banyak orang tiba-tiba kehilangan
pekerjaan. Angka pengangguran meningkat. Pembatasan fisik dan sosial membuat
orang-orang tak bisa berkumpul, bahkan bersama keluarga sendiri. Pemerintah
juga tergagap-gagap menghadapi kejadian yang belum pemah ada presedennya
ini. Keadaan ini diperparah dengan tidak cepat tibanya bantuan sosial yang
dijanjikan pemerintah karena belum beresnya data.
Pada masa Orde Baru, aparat negara sering menciptakan hantu baru. Mereka
menangkap seseorang tanpa bukti memadai-atau justru merekayasanya untuk
menjebloskan seseorang. Sebagian lain dirampas kebebasannya bertahun-tahun
tanpa pengadilan. Era kegelapan seperti itu tidak boleh terulang.
Tidak ada yang salah dengan pertimbangan tersebut. Namun tetap harus diingat
bahwa penerapan pembatasan sosial berskala besar tidaklah didasarkan pada
pertimbangan ekonomi atau bisnis, melainkan kesehatan. Parameternya jelas:
penambahan jumlah pasien dalam pengawasan, jumlah penderita positif corona,
jumlah kematian, dan jumlah yang sembuh, serta pola sebaran dan penularannya.
Jika trennya menurun, pelonggaran bisa dipertimbangkan.
Itulah sebabnya, data yang menyeluruh dan konsisten menjadi sangat penting.
Apa yang terjadi di Jakarta bisa dijadikan contoh. Sampai 21 April 2020, muncul
optimisme yang luar biasa karena penambahan jumlah kasus positif corona
menurun dan kurvanya cenderung melandai. Gubernur DKI Jakarta Anies
Baswedan sudah mulai berbicara tentang pengakhiran PSBB. Kepala Gugus
Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo bahkan mengatakan
bahwa wabah Covid-19 akan berakhir pada Juni.
Pemyataan Doni dan optimisme para pejabat pemerintah bisa sangat
menyesatkan. Salah satu buktinya adalah Jakarta. Dalam sepekan terakhir, jumlah
penambahan kasus positif corona kembali melonjak ke angka di atas 100 orang
per hari. Dalam sepekan terakhir dibandingkan dengan pekan sebelumnya, data
nasional juga menunjukkan peningkatan kasus positif corona meskipun tipis,
yakni 334 kasus berbanding 327 kasus. Artinya, peluang untuk melonggarkan,
apalagi mengakhiri pembatasan sosial, sangat kecil.
Pemerintah tak ubahnya seperti bermain api jika merealisasi niat melonggarkan
pembatasan sosial. Langkah yang lebih tepat saat ini adalah menyediakan fasilitas
kesehatan yang memadai. Selain itu, pemerintah sebaiknya memperbaiki data
penerima bantuan. Selama sebulan pertama ini, banyak bantuan yang salah
sasaran. Jika kondisi ini terns berlanjut, tujuan pemberian bantuan tidak akan
terpenuhi. Indonesia akan makin jauh dari pengakhiran dampak pandemi Covid-
19.
• Para peneliti perguruan tinggi berpacu membuat riset dan inovasi menghadapi
pandemi Covid-19.
Beragam variasi ventilator tersebut adalah terobosan riset kampus yang tumbuh
seiring dengan upaya mengatasi pandemi Covid-19. Sejak Presiden Joko Widodo
mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia pada 2 Maret lalu, penyakit
infeksius itu sudah menjangkiti lebih dari 10 ribu orang dan membunuh lebih dari
800 jiwa. Dalam tempo dua bulan, hasil riset lain bermunculan, dari beragam
perangkat disinfeksi, alat pelindung diri untuk tenaga medis, hingga robot
pembersih rumah sakit.
Tim Ahli dan Peneliti Universitas Indonesia (UI) menguji coba penggunaan alat pelindung wajah
berteknologi Respirator Pemurni Udara Bertenaga Baterai (RPUBB) di Gedung PAUI, Depok,
Jawa Barat, Senin (20/4/2020). ANTAR A FOTO/Asprilla Dwi Adha
Menurut Hammam, BPPT telah mendapatkan 100 sampel material genetik virus
corona dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan. Sebagian dari stok itu telah didistribusikan ke lembaga riset dan
perguruan tinggi untuk bahan penelitian. "Membuat reagen, rapid test kit, juga
memerlukan material genetik virus untuk pengujian," tutur Hammam pada Kamis,
30 April lalu.
Para ilmuwan kampus juga membuat kajian yang memprediksi jumlah kasus
positif Covid-19 di Tanah Air. Menggunakan data kasus yang diumumkan
pemerintah, studi pemodelan matematika yang dibuat tim ITB memperkirakan
ada 60 ribu kasus positif pada akhir Mei mendatang. Hasil riset UI malah
menyebutkan kasus virus corona sudah ada sejak pertengahan Januari lalu.
Kalkulasi tim yang dipimpin pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat UI Pandu
Riono itu menunjukkan bisa terjadi lebih dari 2 juta kasus positif Covid-19 dalam
tiga bulan sejak kasus pertama muncul.
Riset dan inovasi adalah bala bantuan saat menghadapi pagebluk seperti Covid-
19. Untuk itu, para peneliti membutuhkan asupan data yang terbuka. Sejumlah
peneliti menyebutkan adanya kesulitan mengakses data yang dipegang
pemerintah. Kementerian Kesehatan menyatakan hasil pemeriksaan harus diolah
dan diverifikasi ulang sebelum disajikan kepada masyarakat melalui pengumuman
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. "Tidak ada yang ditutupi," ucap
Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Didik Budijanto pada
Selasa, 28 April lalu.
Terbatasnya data lokal yang bisa diakses membuat peneliti kampus memakai
bahan dari riset kasus Covid-19 asal luar negeri. Peneliti Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada, Igi Ardyanto, dan timnya memanfaatkan data dan citra
paru-paru pasien yang sudah dipublikasi di beberapa negara untuk membangun
sistem pemindaian kasus Covid-19 berbasis kecerdasan buatan. "Data dari
Indonesia masih belum seperti itu, perlu koordinasi dengan pemerintah. Apalagi
kalau meminta ke rumah sakit, karena informasi pasien tak bisa sembarangan
dipakai," kata Igi.
Para peneliti dari berbagai negara berlomba memasukkan hasil riset Covid-19 ke
jurnal ilmiah. Nizam mengatakan produktivitas peneliti Indonesia meningkat, tapi
kompilasi hasil riset terkait dengan pandemi Covid-19 saat ini belum inklusif.
Biasanya perguruan tinggi melaporkan hasil riset ke Pangkalan Data Pendidikan
Tinggi setiap akhir semester. Hanya segelintir yang melapor lebih awal.
"Publikasi peneliti Indonesia di jurnal internasional terns meningkat
meninggalkan Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Padahal <lulu kita jauh
tertinggal," ucap Nizam.
Selain keterbukaan data, dana berperan besar dalam kelangsungan penelitian. Ada
penelitian yang didanai secara mandiri, seperti ventilator ITB. Ada pula
pembiayaan dari perguruan tinggi atau bantuan dana Kementerian Riset dan
Teknologi. Pada 2019, sekitar Rp 1,5 triliun dikucurkan untuk penelitian di
kampus. Tapi tahun ini dana itu malah berkurang menjadi Rp 1,3 triliun. Adapun
BPPT, kata Hammam, mendapat anggaran sekitar Rp 40 miliar untuk riset-riset
seputar Covid-19. "(Dana) itu nanti sampai barangnya jadi diproduksi."
Tim peneliti menyiapkan makanan dan obat-obatan yang dibawa Robot Medical Assistant ITS
UNAIR (RAISA) saat diuji coba di Gedung Pusat Robotika Institut Teknologi SepuluhNopember
(ITS), Surabaya,Jawa Timur, Selasa (14/4/2020). ANTARA FOTO/MochAsim/foc.
• Ada yang membuat robot pembasmi kuman sampai ventilator agar pasien tak
BUMN.
RAK bersusun empat itu berjalan mondar-mandir di bagian Intensive Care Unit
Rumah Sakit Universitas Airlangga, Surabaya. Ia bergerak dari satu kamar ke
kamar lain sambil membawa obat-obatan, makanan, dan kain lap dengan kendali
jauh dari seorang operator. Rak yang dinamai Robot Medical Assistant ITS
Airlangga alias Raisa itu buatan Institut Teknologi 10 Nopember, Surabaya.
"Robot tersebut menggantikan tugas perawat mengantarkan kebutuhan pasien,"
kata juru bicara satuan tugas penanganan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19)
Rumah Sakit Universitas Airlangga, Alfian Nur Rosyid, Selasa, 28 April lalu.
Raisa baru dipakai di Rumah Sakit Unair. Robot yang diluncurkan pada 14 April
lalu itu diciptakan untuk meminimalkan kontak antara perawat dan pasien Covid-
19. Dengan begitu, pemakaian alat pelindung diri yang jumlahnya menipis bisa
lebih dihemat dan risiko penularan penyakit akibat virus corona ke tenaga medis
bisa diminimalkan. "Raisa setara dengan empat perawat," ujar Wakil Rektor ITS
Bidang Riset, Inovasi, Kerja Sama, dan Kealumnian Bambang Pramujati.
Ini bukan satu-satunya alat yang diciptakan ITS. Perguruan tinggi tersebut juga
memperkenalkan robot Ultra Violet ITS-Airlangga alias Violeta, sepuluh hari
seusai peluncuran Raisa. Robot setinggi sekitar satu setengah meter itu bertugas
membasmi kuman di ruang perawatan yang sudah ditinggalkan pasien.
Tim dosen dari Telkom University dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) di Bandung menggarap purwarupa wahana serupa bemama Autonomous
UV C Mobile Robot (AUMR). Pengembangannya dipimpin Angga Rusdinar dari
Fakultas Teknik Elektro Telkom University. Anggotanya Irwan Pumama dari
Balai Pengembangan Instrumentasi LIPI, Kemas Muslim Lhaksmana dari Teknik
Informatika Fakultas Teknik Informatika Telkom University,
dan Ratih Asmara Ningrum dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI.
Menurut Irwan, alat sejenis sudah dipakai di Cina untuk mematikan virus corona.
Pengujian terhadap AUMR di laboratorium biosafety level 3, koridor, juga
clean room di Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Cibinong, Bogor, Jawa Barat,
menunjukkan robot tersebut bisa membunuh hampir 80 persen bakteri. AUMR
telah diperkenalkan ke Rumah Sakit Darurat Penanganan Covid-19 Wisma Atlet,
Jakarta, serta Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin dan Rumah Sakit
Umum Pindad, Bandung. Rencananya ia akan ditempatkan di Wisma Atlet.
"Untuk membasmi virus di sana," ucap Irwan.
Kepala Satuan Tugas Kesehatan Ru.mah Sakit Darurat Wisma Atlet Mayor
Jenderal TNI Bambang Dwi Hasto membenarkan kabar bahwa robot tersebut
pemah diujicobakan di Wisma Atlet. Namun saat ini AUMR masih akan
disempumakan oleh penelitinya. "Karena belum dikalibrasi," ujamya.
Teknisi memperagakan penggunaan ventilator portabel Vent-I di 1TB Bandung, Jawa Barat, Selasa
(21/4). TEMPO/Prima mulia
Harga Covent-20, kata Arief, akan lebih murah 30-40 persen dari harga ventilator
pada umumnya yang beredar di pasar, yang berkisar Rp 300-500 juta, karena
sekitar 70 persen komponennya bisa didapatkan di Indonesia. Teknologinya pun
tak rumit. Rencananya, dalam tahap awal, mereka akan memproduksi 300-400
unit per bulan.
• UGM berfokus pada pengujian sampel swab dari pasien yang diduga terinfeksi
virus corona sampai merancang pemodelan untuk memprediksi kapan pandemi
berakhir.
Untuk memastikan senyawa itu mampu menghambat virus, Nyoman dan timnya
masih harus menjalankan uji praklinis, formulasi, dan uji klinis. Mereka juga
harus melakukan uji tantang untuk melihat apakah virus mampu tumbuh setelah
diikat dengan senyawa aktif itu. "Kami ingin uji klinis dan uji tantang berjalan
paralel agar prosesnya lebih cepat. Jika sintesis ini berhasil, bahannya bisa
dibuat," tutur ahli bidang enzimologi ini.
Gubemur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (kedua kiri) didampingi Rektor Universitas
Airlangga (Unair) Mohammad Nasih (kiri) melihat peralatan penelitian di Laboratorium Influenza,
Institute of Tropical Disease (ITD) saat berkunjung ke Unair, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu
(14/3/2020). ANTARA FOTO/Moch Asim
Nyoman mengatakan penelitian ini juga bertujuan memetakan virus corona yang
menginfeksi masyarakat Indonesia. Melalui pemetaan, virus corona di Indonesia
dengan yang ada di Eropa, Australia, dan negara-negara Asia lain, terutama Cina,
bisa diketahui bedanya. Dengan begitu, peneliti memiliki acuan untuk membuat
kandidat vaksinnya.
Sejauh ini, berdasarkan GISAID, bank data yang berisi sampel virus corona dari
berbagai negara, ukuran virus corona di Indonesia lebih kecil dibanding yang ada
di Eropa dan Australia. "Secara umum di negara-negara yang terkena dampak itu
ukuran virusnya 30 ribu pasang basa, yang di Indonesia 350 pasang basa atau
hanya seperseratusnya," ucap Nyoman.
Dari total basis data sebanyak 1.377 senyawa, tim periset menemukan antara
lain hesperidia, rhamnetin, kaempferol, kuersetin, dan myricetin. Penemuan ini
ditindaklanjuti dengan uji klinis jus jambu biji merah sebagai suplemen untuk
orang dalam pemantauan dan pasien dalam pengawasan. "Ahli kimia kedokteran
dan ahli farmasi akan meneliti lebih detail kandungan spesifik pada jambu biji
yang bekerja menghambat kerja virus corona," kata Ari.
Data dan simulasi Covid-19 dipandang dari Pendekatan model Matematika oleh Pusat Pemodelan
Matematika dan Simulasi ITB dan KK Matematika Industri dan Keuangan FMIPA ITB. TEMPO/
Gunawan Wicaksono
• Sejumlah kampus memperkirakan kasus Covid-19 lebih tinggi dari angka yang
dirilis pemerintah.
• Para peneliti dari 1TB dan UI sulit mencari data dan hanya bersumber dari
keterangan pemerintah.
oleh pemerintah.
DUA pekan setelah kasus Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 terdeteksi di
Indonesia, Hendra Gunawan "menyentil" para koleganya di Pusat Pemodelan
Matematika dan Simulasi Institut Teknologi Bandung. Guru besar matematika
1TB itu mempertanyakan kenapa mereka tak kunjung menerbitkan kajian
akademis terkait dengan wabah corona. "Kok, kita tak ada publikasi sama sekali
mengenai pandemi ini," kata peneliti di Pusat Pemodelan 1TB, Nuning Nuraini,
menirukan ucapan Hendra, pada Selasa, 28 April lalu.
Ketika Hendra bertanya tentang riset pagebluk corona itu, Nuning dan tim
sebenamya sedang menyiapkan makalah ilmiah mengenai Covid-19. Mereka
berencana memaparkan prediksi kenaikan kasus corona di Indonesia dalam jumal
akademik. Tapi menulis riset di jumal butuh waktu panjang. Hendra berharap
Nuning dan timnya segera merilis hasil riset.
Sejak memulai riset, Nuning mengaku kesulitan memperoleh data kasus corona.
Satu-satunya statistik yang tersedia dan bisa diolah tim ITB hanyalah angka
pasien yang diumumkan juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19,
Achmad Yurianto. "Kami akhirnya memakai data pemerintah dengan asumsi
angka-angka itu benar," tutur Nuning.
Nuning Nuraini
Mengambil data resmi pemerintah pada 2-7 Maret 2020, Nuning merampungkan
makalah pemodelan dalam waktu dua hari. Ia meminta bantuan Hendra Gunawan
memeriksa penelitian yang hasilnya dipublikasikan pada 15 Maret lalu itu.
Nuning dan timnya memprediksi ada 8.000 kasus positifcorona di Indonesia pada
pertengahan April 2020. Penelitian itu menimbulkan kehebohan. Saat basil riset
dipublikasikan, angka positifbaru mencapai 117 kasus. "Tak menyangka riset
sederhana itu menjadi viral," ucap Nuning.
Perhitungan Nuning hampir tepat. Pada pekan ketiga April, sedikitnya ada 7.000
kasus positif. Pada 24 April, angka kasus menembus 8.200. Seiring dengan
penambahan data jumlah pasien yang dirilis resmi oleh pemerintah, Nuning
memperbarui risetnya. Dengan data sepanjang 2-20 Maret, dia memperkirakan
ada 60 ribu kasus positifcorona pada pengujung Mei. Saat puncak wabah itu,
penambahan kasus positifbisa mencapai 2.000 pasien per hari.
Belajar dari minimnya data di pemerintah pusat, Nuning dan koleganya meminta
akses data yang komprehensifketika pemerintah Jawa Barat mengajak
berkolaborasi. Dari pemerintah Jawa Barat, tim ITB tak hanya memperoleh angka
kasus positif, tapi juga peta sebaran pasien di setiap kota dan kabupaten. Tim
penanganan Covid-19 Jawa Barat juga menyediakan statistik rapid test yang
sudah diselenggarakan.
Dengan kelengkapan data itu, tim ITB memberikan rekomendasi ke Gedung Sate
-kantor Gubemur Jawa Barat-ihwal pelaksanaan tes massal pada rapat 24 April
lalu. Mereka menyarankan pemerintah daerah yang angka kasus positifnya tinggi,
seperti Depok, Bandung, dan Kabupaten Cimahi, memperbanyak tes cepat. Dalam
perhitungan Nuning, daerah tersebut memerlukan 40-70 ribu tes cepat per hari
agar bisa mengetahui tingkat penularan yang sebenamya.
Gubemur Jawa Barat Ridwan Kamil mengakui sejumlah kebijakan yang ia ambil
selama pandemi Covid-19 selalu disertai saran dari para pakar di kampus.
Menurut dia, pemerintah Jawa Barat melibatkan tim dari ITB dan Institut
Pertanian Bogor untuk menangani wabah virus corona. "Pembatasan sosial
berskala besar di daerah kami termasuk salah satu rekomendasi dari para peneliti
di kampus," ujar Ridwan.
Seperti yang dialami Nuning dan tim ITB, Pandu kesulitan memperoleh data
awal. Tim UI akhimya memutuskan mencari statistik altematif. Mereka
berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, yang sudah memantau
penduduk yang terindikasi terjangkit Covid-19. Pada pekan kedua Januari,
tercatat sepuluh pasien dalam pengawasan dan dua orang dalam pemantauan.
PanduRiono
Menurut Pandu, dengan intervensi ketat sekalipun, kapasitas ideal tempat tidur
yang ada di 132 rumah sakit rujukan corona-sekitar 20 ribu ranjang-tak
mampu menangani ledakan pasien yang diperkirakan mencapai 25 ribu orang.
Pemetaan ini, Pandu menjelaskan, sangat penting dalam perumusan kebijakan
pemerintah. "Kalau pemerintah tak bisa mencegah penularan, setidaknya mereka
bisa mencegah kematian dengan mengetahui kesiapan sarana kesehatan yang
dimiliki," ucap Pandu.
Spanduk ajakan tidak mudik di Terminal Bis Kota Serang, Banten, 10 April 2020. ANTARA/Asep
Fathulrahman
• Sejumlah peneliti juga menganalisis sikap abai dan dampak ekonomi wabah
corona.
BERBAGAI kabar tentang banyaknya orang yang mudik sejak pertengahan Maret
lalu membuat gelisah sejumlah peneliti di Tim Panel Sosial untuk Kebencanaan.
Mereka melihat banyak penduduk meninggalkan lbu Kota menuju kampung
halaman saat wabah Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 merebak.
Munawar
Menyadari animo untuk mudik tak menyurut karena pandemi Covid-19, Tim
Panel Sosial membuat sejumlah rekomendasi bagi pemerintah. Rekomendasi ini
disampaikan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta
Kementerian Riset dan Teknologi, yang juga menjadi anggota tim. Rekomendasi
itu antara lain mendorong kampanye tidak mudik menjelang Lebaran. Mereka
meminta pemerintah mengatur dan mengantisipasi pergerakan orang dari provinsi
ke kabupaten/kota tujuan pemudik.
Dicky mengakui survei ini dibuat sebagai basis kebijakan pemerintah atas
permintaan BNPB. Dia mendengar hasil riset ini juga menjadi acuan saat Presiden
Joko Widodo mengumumkan pelarangan mudik pada Selasa, 21 April lalu.
Sebelumnya, Jokowi hanya mengimbau masyarakat tidak pulang ke kampung
halaman. "Penting bagi pemerintah untuk ikut campur tangan," tuturnya.
Selain melakukan riset tentang perilaku sosial, Tim Panel Sosial untuk
Kebencanaan menggelar penelitian tentang keterbukaan informasi Covid-19.
Mereka mensurvei ribuan orang pada 20-21 Maret lalu. Hasilnya, Dicky
Pelupessy menjelaskan, sebanyak 97 persen responden setuju pemerintah
membuka riwayat perjalanan pasien. Sekitar 65 persen di antaranya juga
mendukung riwayat perjalanan itu dibuka hingga ke tingkat rukun tetangga dan
rukun warga. "Hampir semua responden berpendapat riwayat perjalanan
merupakan informasi penting," tutur Dicky.
Dicky Pelupessy
Skema bantuan sosial juga disinggung dalam riset yang dirilis Center for
Sustainable Development Goals Studies Universitas Padjadjaran. Peneliti lembaga
ini, Arief Anshory Yusuf, membuat pemodelan untuk memproyeksikan dampak
pandemi terhadap kondisi ekonomi. Arief menjelaskan, tiga model pendekatan
yang dia teliti adalah intervensi minimal, intervensi kuat seperti pembatasan sosial
berskala besar (PSBB), dan intervensi kuat yang dibarengi dengan stimulus fiskal.
"Mana yang paling memberikan ongkos ekonomi paling rendah," ucapnya.
Ia juga menjelaskan, kerugian ekonomi dari intervensi kuat jauh lebih sedikit
ketimbang dari intervensi minimal. Berdasarkan perhitungan yang dia pakai,
selisih kerugian antara intervensi minimal dan intervensi kuat mencapai Rp 5.600
triliun tanpa menghitung angka kematian. Sedangkan jika memasukkan angka
kematian, selisih dua intervensi tersebut mencapai Rp 14 ribu triliun atau setara
dengan pendapatan bruto nasional tahun lalu. "Angka-angka ini sudah saya
sampaikan ke pemerintah, termasuk ke Gubemur Jawa Barat Ridwan Kamil," ujar
Arief.
Tipe ketiga, kebijakan berbasis "politik minimal-sains maksimal", yaitu suatu tipe
kebijakan yang didominasi sains dengan sejenak mengesampingkan pertimbangan
politik. Umumnya kebijakan ini muncul dalam suasana darnrat penuh
ketidakpastian yang mengancam keselamatan manusia. Pandemi Covid-19 adalah
situasi yang cocok dengan prasyarat jenis kebijakan ketiga ini. Saat ini yang
terjadi adalah ketidakpastian dan sains semestinya menjadi tumpuan dalam
kebijakan intervensi menuju kepastian.
Penularan virus hanya bisa dideteksi dan dijelaskan secara saintifik, bukan oleh
pertimbangan politik. Kapan pandemi Covid-19 mencapai puncak dan berakhir
tidak bisa ditentukan berdasarkan kesepakatan para aktor politik, tapi oleh sains.
Artinya, sains sudah waktunya ditempatkan sebagai landasan utama intervensi
agar akurasi terjaga. Dalam suasana darurat dan penuh ketidakpastian ini, akurasi
menjadi sangat vital karena menyangkut keselamatan. Karena itu, situasi ini
mernpakan peluang sekaligus tantangan bagi sains, dan kepercayaan pemerintah
kepada sains akan sangat menentukan kualitas kebijakan yang diambil.
Peran Sains
Setiap bencana barn umumnya melahirkan pengetahuan dan inovasi barn.
Momentum ini semestinya sekaligus makin menyadarkan masyarakat sains betapa
riset harns membumi dan berorientasi solusi. Ini yang disebut sebagai riset
transformatif, yakni riset yang bisa dirasakan hasilnya untuk mempercepat proses
pernbahan sosial yang diharapkan. Karena itu, dalam merespons disrnpsi Covid-
19, ada sejumlah agenda yang patut dipertimbangkan.
Kolaborasi juga mesti dikembangkan pada level nasional dan lokal. Di sini
kolaborasi memerlukan konduktor yang memimpin orkestrasi riset para ilmuwan
Indonesia, dan perlu pembagian tugas antarlembaga riset dan ragam perguruan
tinggi sesuai dengan kompetensinya agar riset lebih terfokus dan tidak tumpang
tindih. Dalam skala lebih kecil, kolaborasi di tingkat provinsi sangat diperlukan
untuk memecahkan masalah lokal. Bila setiap provinsi didampingi perguruan
tinggi lokal tentu akan berdampak pada peningkatan kualitas kebijakan daerah
dalam mengatasi Covid-19.
Kedua, perlu sebuah peta jalan riset untuk menghasilkan pengetahuan barn
ataupun inovasi unggul, baik yang bersifat jangka pendek, menengah, maupun
panjang. Dalam jangka pendek, riset-riset diperlukan untuk menghasilkan
pengetahuan-pengetahuan barn buat mengenali karakteristik virus, memprediksi
kapan pandemi akan mencapai puncak dan kapan akan berakhir, serta jenis
intervensi apa saja yang diperlukan untuk mempercepat berakhimya pandemi dan
antisipasi ke depan. Termasuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang
terjadi, seperti hubungan manusia dan hewan dalam penularan virus corona
sebagaimana muncul akhir-akhir ini.
Sementara itu, dalam hal inovasi, kini mulai berkembang ragam kategori inovasi:
(a) inovasi peralatan dan pelayanan medis (disinfektan alami, alat pelindung diri,
ventilator portabel, alat tes cepat, robot untuk melayani pasien); (b) inovasi
metodologi deteksi (alat rapid test dan pengujian laboratorium); (c) inovasi obat
obatan (penemuan obat herbal, obat anti-corona, dan penemuan vaksin), serta
masih banyak inovasi jangka pendek dan menengah.
Kekuatan riset yang berorientasi inovasi ini akan menjadi tumpuan pemecahan
masalah pandemi Covid-19. Ketika dunia berebut masker, alat tes, dan alat
pelindung diri, sebenamya menggambarkan betapa kemandirian teknologi
kesehatan sangat penting. Inovasi-inovasi yang kita bangun mesti berorientasi
pada kemandirian sekaligus mengurangi ketergantungan pada bangsa lain.
Inovasi-inovasi inilah yang menjadi tumpuan bangkitnya industri kesehatan
nasional.
Kini mulai berkembang istilah pencegahan berbasis masyarakat. Ini berarti bahwa
masyarakat akan menjadi garda depan dalam pencegahan. Para akademikus punya
peran penting untuk hadir di tengah-tengah masyarakat dalam situasi seperti ini,
tidak hanya mengedukasi, tapi juga-yang lebih penting-menginspirasi,
membangun optimisme, dan membangun kebersamaan menyikapi bencana
ketidakpastian ini.
Sekali lagi, pandemi Covid-19 adalah momentum sains untuk berperan sebagai
sumber pengambilan keputusan dalam kebijakan publi k. Saatnya sains selalu
hadir dengan solusi konkret. Masyarakat sains (peneliti dan akademikus) harus
mampu menunjukkan sebagai kaum pembelajar yang lincah dan tangguh
merespons setiap ketidakpastian baru. Sebab, ketidakpastian bisa datang kapan
saja, respons cepat menciptakan solusi adalah kunci lolos dan memasuki
kepastian baru.
Sejumlah murid sekolah dasar mengikuti proses belajar melalui televisi siaran TVRI di Serang,
Banten, 14 April 2020./ANTARA/Asep
• Sebagian anak dan guru merasa tertekan dengan model pembelajaran jarak
jauh.
• KPAI mendapat 200-an laporan dari siswa dan orang tua terkait program
PANDEMI virus corona mengubah rutinitas pagi Aurora Sang Kinanthi, siswa
kelas IX Sekolah Menengah Pertama 1 Dewi Kunti, Tigaraksa, Kabupaten
Tangerang, Banten. Biasanya, setelah subuh, ia bersiap ke sekolah karena mesti
mengikuti Manajemen Qalbu pada pukul 6 pagi. Namun kini Aurora tak perlu
rapi sejak pagi. Yang penting, kata dia, pada pukul 7 pagi ia sudah mengisi
presensi dengan mengunggah foto diri sedang belajar ke grup WhatsApp
kelasnya. "Walau agak malas, mau tak mau tetap harus saya lakukan," ucapnya,
Serrin, 27 April lalu.
Aurora mulai belajar dari rumah setelah Provinsi Banten menetapkan status
kejadian luar biasa wabah Covid-19 pada medio Maret lalu. Pembelajaran secara
tatap muka diubah menjadi virtual dengan sejumlah metode. Siswa antara lain
diminta membuat ringkasan pelajaran, mengerjakan soal yang dikirimkan guru,
serta membuat jurnal. Hasil tugas-tugas itu lalu difoto dan dikirimkan via
WhatsApp ke guru.
Lain halnya dengan Dwika Yanuarista, siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 2
Gatak, Delanggu, Klaten, Jawa Tengah. Selama periode belajar dari rumah, dia
tak hanya mengerjakan lembar kerja siswa, tapi juga membuat video hafalan dan
perbendaharaan kata untuk mata pelajaran bahasa Inggris dan pendidikan agama
Islam. Dwika juga mesti menyaksikan tayangan edukasi di TVRI selarna satu jam
sejak pukul 09.30. Pertanyaan yang muncul pada akhir tayangan dijawab Dwika
di kertas, difoto, dan dikirirnkan via grup WhatsApp ke gurunya. "Di grup itu ada
para orang tua murid dan guru wali kelasnya," tutur ibu Dwika, Wening Prihatin,
Rabu, 29 April lalu.
Siaran yang ditonton Dwika adalah bagian dari program Belajar dari Rumah yang
diluncurkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 13 April lalu.
Program itu bisa diakses di RRJ dan TVRI sejak pukul 8 pagi hingga 11 malam
dengan pembagian jam tayang untuk jenjang pendidikan berbeda, dari pendidikan
anak usia dini (PAUD) hingga sekolah menengah atas. Juga bagi orang tua dan
guru. Tayangan ini menjadi alternatif program belajar di tengah pandemi agar
anak-anak yang tidak bisa mengakses Internet tetap dapat memperoleh edukasi
sesuai dengan jenjang sekolahnya.
Karena itu, pemerintah juga menjalankan program pembelajaran jarak jauh lewat
saluran lain, dari Internet hingga aplikasi seperti Rurnah Belajar yang sudah
disosialisasi kepada para guru di daerah. Beragam program itu berdampingan
dengan inisiatif lain yang muncul di masyarakat, misalnya yang digalakkan
kelompok di daerah lewat radio komunitas. "Program TVRI harus dilengkapi
moda belajar lain baik yang bersifat daring, semi-daring, maupun manual," kata
Hamid.
Menurut Saskhya, bukan hanya anak yang mengalami stres menghadapi situasi
belajar dari rumah. Banyak orang tua dan guru juga merasa tertekan mengatur
proses pembelajaran anak. Karena itu, ia menyarankan guru juga memanfaatkan
akses pendampingan psikologis selama periode pembelajaran jarak jauh. Salah
satunya dari Ikatan Psikolog Klinis Jakarta, yang sudah membuka ruang
telekonseling untuk para guru. "Paling tidak para guru bisa belajar cara mengatur
napas, karena mereka ini berat juga bebannya," ujamya.
Ketua KPAI Susanto menjelaskan, rapat koordinasi digelar sebagai tindak lanjut
pengaduan dan kajian atas program pembelajaran jarak jauh. Sejak program ini
diterapkan, KPAI menerima 246 pengaduan dari anak ataupun wali siswa tingkat
taman kanak-kanakhingga SMA. Pada saat yang sama, KPAI menggelar survei
terhadap 1.700 siswa dan 575 guru yang tersebar di 54 kabupaten/kota di 20
provinsi. "Keluhannya beragam: model penugasan guru memberatkan, tidak
punya biaya untuk membeli kuota Internet, dan lainnya," katanya.
KPAI mencatat 56,9 persen responden masih belum mengetahui aplikasi Rumah
Belajar garapan Kementerian Pendidikan. Sebanyak 76,6 persen responden juga
tak memanfaatkan aplikasi itu untuk belajar karena tidak ditugasi oleh para guru.
Ihwal umpan balik dari guru, 20,1 persen siswa mengaku tidak berinteraksi
dengan guru. Adapun 73 ,2 persen responden merasa tugas yang diberikan guru
terlalu berat. Hal itu menjadi salah satu faktor yang membuat 76,7 persen
responden mengaku tidak senang belajar dari rumah.
Menurut Susanto, dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ), para guru
sebaiknya tidak terfokus pada pembelajaran kognitif, tapi juga
menyeimbangkannya dengan aspek lain, misalnya yang berbasis pendidikan
karakter. Ia mengimbau Kementerian Pendidikan dan Kementerian Agama terns
mensosialisasi program Belajar dari Rumah baik yang ada di TVRI, RRI, maupun
platform Rumah Belajar. "Guru juga mesti kreatif menjalankan PJJ agar anak
didiknya bisa mengerjakan tugas dengan semangat," tutumya.
Pembelajaran jarak jauh pun memaksa para guru meningkatkan kemampuan ajar.
Kepala Dinas Pendidikan Klaten Wardani Sugiyanto mengatakan, setelah ada
kebijakan belajar di rumah, guru tetap masuk selama sepekan. Mereka dilatih
mengoperasikan sejumlah aplikasi pembelajaran daring (online) oleh tenaga
teknologi informasi sekolah masing-masing. Guru juga menyusun jadwal
pembelajaran daring sebelum menerapkannya kepada para siswa.
Orang tua mendampingi siswa Sekolah Gajahwong belajar di kampung Ledhok Timoho pinggir
Sungai Gajah Wong Kata Yogyakarta./TEMPO/Shinta Maharani
KEBUN seluas 300 meter persegi kini menjadi satu-satunya harapan Faiz
Fakhruddin. Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) telah memukul
Sekolah Gajahwong, lembaga pendidikan untuk anak-anak dari keluarga miskin
yang satu dekade lalu didirikannya bersama komunitas Tim Advokasi Ams
Bawah (Tabah) di Kampung Ledhok Timoho, Kota Yogyakarta.
Rabu, 29 April lalu, bibit bayam, kangkung, kemangi, dan cabai yang ditanam
delapan tenaga pengajar beberapa waktu lalu mulai menghijau. Faiz berharap
hasil panen ladang itu dapat segera terjual pada Mei ini lewat Donor Sayur,
program yang dibikin pada awal April lalu untuk menopang operasi Sekolah
Gajahwong. "Kondisinya makin berat," kata Faiz kepada Tempo. "Kami hams
bersiasat untuk bertahan."
Itu sebabnya Donor Sayur digulirkan. Program ini diharapkan bisa mengatasi dua
persoalan sekaligus. Duit hasil penjualan untuk membiayai kelanjutan kegiatan
belajar yang kini terancam karena dana operasional sekolah makin cekak.
Sebagian sayuran yang dibeli oleh donor diberikan kepada keluarga para siswa
yang kian terpuruk akibat pagebluk.
Tak seperti lembaga pendidikan lain yang menerapkan pembelajaran secara daring
(online) selama darurat corona, Sekolah Gajahwong membuat kalender akademik
barn yang mengaplikasikan kurikulum berbasis rumah. Seorang tenaga pengajar
mendampingi proses belajar yang lebih menekankan pada pengasuhan orang tua.
Metode "dari pintu ke pintu" dipilih karena tak semua keluarga para murid
memiliki akses Internet. Kebanyakan tak punya telepon seluler.
Faiz Fakhruddin, pendiri Sekolah Gajah Wong, di kebun sayur di kampung Ledhok Timoho, Kota
Yogyakarta./TEMPO/Shinta Maharani
Selasa siang, 28 April lalu, Tonny sedang menyiapkan materi untuk siaran
langsung di akun Instagram@rumahdokumenterklaten pada pukul 20.00-21.00.
Ini adalah program ketiga setelah program Belajar Bersama Maestro pada 28
Maret lalu. Diskusi daring selama satu jam dengan narasumber Didik Nini
Thowok itu diikuti 161 penonton dari berbagai daerah.
Di Kabupaten Klaten juga Lusiana Sari Rahayu terpaksa menyetop kegiatan les
privat bahasa Inggris bertajuk English Weekend Club yang baru dirintisnya pada
Desember 2019. Program pendidikan interaktifberbahasa lnggris untuk siswa
sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas di Lokal
Space Education, Klaten, ini kehilangan murid sejak pemerintah menerapkan
kebijakan jaga jarak.
Selama ini, satu kelas Lusiana maksimal diisi tujuh murid dengan biaya Rp 35
ribu untuk sesi satu jam belajar. Dengan begitu, ia berharap materi yang
disampaikan bisa mudah diserap. Para siswa pun tidak malu untuk lebih interaktif.
"Tinggal empat anak yang masih les seperti biasa (bertatap muka). Lima lainnya
melanjutkan dengan metode online," ujar mahasiswi program Magister
Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, ini, Senin,
27 April lalu.
Belakangan, Lusi justru mendapat inspirasi dari kebiasaan baru mengajar via
aplikasi Zoom. Ia berencana membuat program les percakapan alias conversation.
Sejauh ini pembelajaran online menjadi altematifsolusi. Namun bukan berarti
semuanya berjalan mulus. Sebagian siswa mengeluhkan sinyal operator seluler
yang lemot.
Upaya banting setir juga ditempuh sejumlah lembaga bimbingan belajar. Ganesha
Operation di Bandung sejak awal telah mengantisipasi dengan menyiapkan materi
pembelajaran online dan offline. "Bedanya, dulu hanya sebagai pelengkap, kini
menjadi menu utama," kata pendiri dan Direktur Utama Ganesha Operation, Bob
Foster, Senin, 27 April lalu.
Sony Sugema College bemasib serupa. Lembaga bimbingan belajar yang juga
berbasis di Bandung ini mengaktifkan pembelajaran live streaming. Kebetulan
aplikasi itu dimiliki sejak 2011. Tapi jumlah pendaftamya menyusut hingga 60
persen. Dari sisi omzet, penurunan malah mencapai 90 persen untuk bimbingan
intensifmasuk perguruan tinggi negeri. Padahal periode menjelang perpindahan
jenjang pendidikan ini semestinya menjadi musim panen bagi lembaga bimbingan
belajar.
Menurut Manajer Public Relation & Marketing Sony Sugema College Harry
Setiady, daya tahan untuk beroperasi kira-kira sampai Mei ini. "Jika pemerintah
memperpanjang masa belajar di rumah hingga akhir 2020, kondisi akan makin
berat," ujamya.
Covid-19 pendidikan
Cara Siswa SMK Menekan
Penyebaran Corona
Pelajar SMK Prajnaparamita Prodi Farmasi membuat Hand Sanitizer di Laboratorium Farmasi SMK
Prajnaparamita, Malang, Jawa Timur, 5 Maret lalu./TEMPO/Aris Novia Hiday at
• Lebih dari 60 SMK berpartisipasi membuat masker, APD, hand sanitizer, dan
• Ada juga SMK yang membagikan bahan pokok serta menjadi tempat karantina.
TIGA buah bilik berkelir cat putih berjejer di tengah bengkel kendaraan Sekolah
Menengah Kejuruan Muhammadiyah 7, Gondanglegi, Kabupaten Malang, Jawa
Timur. Sejak akhir Maret lalu, di bengkel seluas tiga kali lapangan bola voli itu
para siswa dan guru berjibaku membikin bilik disinfektan yang mereka namai
Bilik Basmi Virus Corona SMK Mutu (Baskom).
Ide membuat bilik disinfektan datang dari Pahri, Kepala SMK Muhammadiyah 7,
yang prihatin terhadap korban terinfeksi virus corona yang bertambah saban hari.
Di Malang Raya saja, pasien positifterinfeksi corona tercatat 47 orang pada 28
April 2020. Lebih dari 20 orang meninggal akibat terjangkit virus pneumonia itu.
Semula, cairan disinfektan terbuat dari bahan kimia. Namun, sejak Badan
Kesehatan Dunia (WHO) melarang penyemprotan disinfektan berbahan kimia
langsung ke tubuh manusia pada akhir Maret lalu, SMK Muhammadiyah
menggantinya dengan cairan disinfektan dari bahan alami campuran daun sirih,
kayu putih, dan cengkih.
Dyah bercerita, awalnya hand sanitizer massal itu diproduksi setelah ia mendapat
laporan dari para siswa yang magang di apotek bahwa cairan ini langka. Semula,
kata dia, jurusan farmasi dibantu siswa hanya memproduksi 50 botol per hari.
Namun hanya dalam dua jam pembersih tangan buatan SMK Prajnaparamita itu
ludes. Dyah lalu menaikkan produksi menjadi 500 botol per hari.
Bahan dasar hand sanitizer buatan SMK Prajnaparamita adalah alkohol 96 persen,
lidah buaya, pelarut, dan pewangi. Setelah tercampur, komposisi alkohol turun
menjadi 72 persen. Lidah buaya berfungsi melembutkan kulit dan mengurangi
pengaruh alkohol. Adapun derajat keasaman atau pH sebesar 6-6,5. "Sehingga
aman di tangan," ucap Dyah.
Dalam sehari, kata Dyah, guru-guru menghasilkan 20-25 liter pembersih tangan.
Satu liter hand sanitizer buatan SMK Prajnaparamita dibanderol Rp 100 ribu.
"Kami sudah tidak menjual botolan karena harga botol mahal, tak sebanding
harga jual," ujar Dyah.
Nano mengatakan, sebelum dibungkus, masker berbahan katun dan spunbond ini
dilapisi antiseptik beraroma mint untuk membunuh kuman yang menempel begitu
dipakai. Dia menolak menjelaskan formula antiseptik yang diklaim tak
mengganggu pemapasan itu. Namun, kata Nano, antiseptik bakal hilang begitu
masker dicuci.
Karena itu, SMK Citra Medika juga menjual antiseptik semprot, yang dibanderol
Rp 25 ribu per 100 mililiter. Sedangkan satu masker dijual Rp 7.500. Pembuatan
masker melibatkan siswa dan pengusaha konfeksi di sekitar sekolah. Siswa
mengurus sterilisasi dan pengemasan, sedangkan pengusaha konfeksi menangani
penjahitan. "Ini praktik dari teori yang siswa terima tentang kontrol kualitas," ujar
Nano.
Puluhan ribu masker buatan SMK Citra Medika telah terjual di seantero Sragen
lantaran permintaannya cukup banyak. Meski diliburkan, secara berkala para
siswa datang ke sekolah untuk membantu proses pengerjaan masker hingga
membuat formula antiseptik buat diedarkan.
Selain di Sragen, sebanyak 3.000 masker telah diproduksi oleh para siswa SMK di
seantero Jawa Tengah. Bukan hanya itu. Para siswa di 48 SMK Jawa Tengah juga
membuat 2.500 alat pelindung diri (APD) untuk tenaga medis yang tengah
berjibaku merawat pasien corona. APD yang menelan dana Rp 94 juta itu telah
diserahkan kepada pemerintah Jawa Tengah pada awal April lalu untuk disalurkan
ke berbagai rumah sakit di sana.
Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah Jawa Tengah Samiran mengatakan ide
membuat APD berbahan spunbond bermula dari kelangkaan alat itu di berbagai
rumah sakit di Jawa Tengah. Bahkan, kata dia, ada tenaga medis terinfeksi corona
gara-gara tidak memakai APD.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengapresiasi kerja dan inisiatif para
siswa SMK yang membuat APD di tengah kelangkaan barang itu. Ia menilai
kualitas APD bikinan para siswa itu cukup bagus. Menurut Ganjar, kebutuhan
APD yang tinggi bisa menjadi peluang bisnis. "Silakan dijual, mengasah
keterampilan sekaligus berwirausaha," ujamya.
• Perlu intervensi negara agar belajar jarak jauh bisa dijangkau semua siswa.
Ahli pendidikan untuk Badan Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD),
Andreas Schleicher, dengan nada optimistis mengatakan krisis telah
mengantarkan kepada kita momentum perubahan yang berharga bagi dunia
pendidikan. Pandemi mendorong pendidik, orang tua, dan anak berpikir lebih
kritis dan berorientasi pada pemecahan masalah. Di kalangan siswa, tumbuh rasa
memiliki atas proses belajar dan pembelajaran akan dialami sebagai hal yang
lebih bersifat personal. Schleicher berharap perubahan dan kebiasaan belajar yang
terbentuk selama masa pandemi akan bertahan dan berlanjut menjadi kebiasaan
baru pendidikan setelah pandemi berlalu.
Selaras dengan itu, Forum Ekonomi Dunia (WEF) melihat pandemi juga telah
mendorong pelbagai inovasi dalam pembelajaran dan secara mengejutkan telah
menumbuhkan kerja sama baru di antara pelbagai pihak dalam penyelenggaraan
pendidikan.
Salah satu masalah terbesar yang dikuak oleh pandemi-yang juga disinggung
oleh WEF-adalah lebarnya kesenjangan digital di kalangan siswa. Kebutuhan
akan digitalisasi berhadapan dengan kenyataan lebarnya ketaksetaraan ekonomi
dan sosial di kalangan keluarga-keluarga siswa. Ketaksetaraan sosial-ekonomi
berimplikasi pada perbedaan yang tajam dalam akses terhadap teknologi
komunikasi dan informasi.
Bagi siswa dari keluarga kelas menengah dan kelas atas, komputer, pulsa, dan
kuota Internet jelas bukan masalah. Tapi, bagi mayoritas siswa dari keluarga kelas
bawah, apalagi di pelosok, teknologi jelas masih merupakan barang mahal yang
sulit dijangkau.
Survei oleh Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia pada 2018 menemukan,
meski 171 juta lebih rakyat sudah terhubung dengan Internet, lebih dari 55,7
persen akses Internet itu ada di Pulau Jawa. Di Kalimantan hanya 6,6 persen; di
Bali dan Nusa Tenggara Timur 5,2 persen; di Sulawesi, Maluku, dan Papua hanya
10,9 persen.
Survei yang sama menemukan bahwa hanya sekitar 20 persen pengguna yang
berlangganan Internet tetap di rumah, lalu 79,5 persen yang tidak memiliki
jaringan Internet tetap di rumah atau hanya memakai Internet yang tersambung
melalui telepon seluler. Selain itu, sekitar 17 persen responden setiap hari
memakai laptop, sekitar 9 persen menggunakan desktop, dan 93 persen terhubung
dengan Internet melalui ponsel pintar.
Data ini memperlihatkan adanya kesenjangan besar bukan hanya dalam hal akses
terhadap Internet, tapi juga dalam sarana dan kualitas teknologi pembelajaran.
Ada lebih banyak siswa yang belajar hanya melalui balas-balasan kiriman pesan
pendek dengan guru-guru mereka. Akibatnya, banyak siswa tidak menyukai cara
belajar jarak jauh yang diterapkan selama pandemi.
Survei KPAI pada 13-20 April 2020 menemukan bahwa 76,7 persen siswa
menyatakan tidak senang mengikuti pembelajaran jarak jauh. Keluhan siswa di
antaranya pembelajaran jarak jauh hanya menumpuk tugas dari guru, ketiadaan
komputer dan Internet, serta hilangnya kesempatan bermain bersama teman. Dari
survei itu terlihat jelas bahwa belajar jarak jauh menegaskan dan mereproduksi
ketaksetaraan dan keterbelakangan sosial yang sebelumnya telah berakar dalam
masyarakat kita.
Optimisme Sen itu didasari keyakinan bahwa pandemi ini telah membuka dan
memupus stigma ketaksetaraan yang sebelumnya mendera dunia. Dia meyakini
tumbuhnya kesadaran barn yang mendorong kerja sama global untuk mengatasi
ketaksetaraan.
Untuk konteks pendidikan, optimisme Sen itu hanya bisa kita setujui dengan
syarat politik, yakni adanya kemauan dan intervensi negara untuk mengatasi
kesenjangan di kalangan siswa. Supaya dunia benar-benar menjadi lebih baik
sebagaimana diramalkan Sen, negara setidaknya perlu mengeluarkan subsidi
Internet untuk rumah-rumah serta menyediakan komputer jinjing gratis untuk
siswa miskin.
Selain itu, satu hal istimewa yang dilakukan pandemi adalah ia mereintegrasikan
pranata keluarga dan sekolah. Pandemi menutup pabrik dan menghentikan
sebagian besar industri, membuat orang tua balik ke rumah dan anak kembali ke
dalam keluarga.
Hubungan keluarga dan sekolah kini menyernpai hubungan keluarga dan sekolah
dalam masa pra-industri ketika lokus pendidikan kembali ke rnmah. Dalam
sejarah, industri menarik keluar orang-orang dewasa dari rumah dan mengubah
struktur pekerjaan mereka dari yang semula berpusat pada tanah dan lahan
menjadi ke pabrik-pabrik. Sekolah mernpakan implikasi logis dari munculnya
kebutuhan barn dunia industri dan keluarga, yang fungsinya adalah penyedia
tenaga kerja. Ia diperlukan sebagai pranata perantara, menjadi ruang tunggu bagi
anak selama orang tua bekerja sekaligus menjadi tempat ia dilatih dan
dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja ketika dewasa. Oleh pandemi, rnang
hidup siswa tak lagi tersekat dalam partisi rumah-sekolah-dunia kerja-masyarakat.
Hal kedua yang secara ajaib dibawa oleh pandemi adalah menguatnya kesadaran
akan kesatuan diri dengan alam semesta. Virus, pandemi, penyakit, vaksin, dan
kematian mendorong keluarga dan anak memikirkan secara lebih serius, subtil,
dan saintifik hubungan antara kehidupan manusia dan alam. Pengalaman ini bisa
menjadi modal yang kuat untuk memupuk rasionalitas dengan basis kesadaran
ekologis bagi generasi kita yang tumbuh dalam pengalaman pandemi.
Pengetahuan baru tentang bagaimana para ilmuwan kini berlomba-lomba, bekerja
keras menemukan vaksin untuk mengatasi pandemi, semestinya dapat
menerbitkan penghargaan dan optimisme anak terhadap ilmu pengetahuan dan
kemanusiaan.
Perubahan ini mesti diambil alih dan dimanfaatkan oleh sistem pendidikan kita
untuk membebaskan diri dari kuk doktrin dan moral yang selama ini terlampau
membelenggu.
Buruk Data, Bansos Digelontor
Pembungkusan paket bantuan sosial di Food Station Tjipinang Jaya, Jakarta Timur, 22 April
lalu./TEMPO/Muhammad Hidayat
• Penyaluran dana bantuan sosial Covid-19 diwarnai kisruh akibat buruknya data
pemerintah.
GAIRAH Gubemur Jawa Barat Ridwan Kamil langsung surut mendengar agenda
rapat dengan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Muhadjir Effendy pada Selasa, 28 April lalu, dibatalkan. Rapat virtual yang
semula akan diikuti semua kepala daerah itu semestinya menjadi kelanjutan rapat
terbatas kabinet, yang juga dihadiri para gubemur, sehari sebelumnya. "Enggak
ada kabar lagi. Ini menurut saya sangat mendesak," kata Emil-panggilan Ridwan
Kamil-lewat conference call pada Kamis, 30 April lalu.
Emil pantas risau. Sejumlah bantuan mulai bergulir ke warga Jawa Barat. Namun
masyarakat justru bergejolak lantaran bantuan tidak datang serempak. Tudingan
bahwa realisasi bantuan tak tepat sasaran pun menyeruak, menyudutkan
pemerintah daerah, gara-gara banyak warga miskin mengeluh tak mendapat
bantuan. Padahal, menurut Emil, boleh jadi mereka bakal menerima santunan dari
instansi berbeda di lain hari. Total ada sembilan jenis bantuan sosial yang bergulir
di Tanah Pasundan.
Tiga kepala daerah lain menyompoh ide Emil. Presiden Joko Widodo pun
meminta Menteri Muhadjir menindaklanjuti usul tersebut. Dari situlah datangnya
undangan kepada kepala daerah untuk mengikuti rapat virtual yang belakangan
dibatalkan. "Sebelum koordinasi dengan pemerintah daerah, mau koordinasi
antarkementerian dulu," ucap Muhadjir kepada Tempo, Kamis, 30 April lalu,
tentang alasan pembatalan rapat.
KPK khawatir atas berjubelnya program bansos tersebut. Sebab, basis data
penerima bantuan yang dipakai pemerintah pusat dan daerah berantakan. "Kami
khawatir ketika pemerintah pusat menambah bantuan sosial, daerah ngasih,
dan desa juga ngasih," tutur Deputi Pencegahan KPK Pahala Nainggolan pada
Senin, 27 April lalu. "Bakal 'meriah' ini jadinya."
Dengan kondisi serba darurat seperti ini, kata Pahala, empat penyakit menahun
dalam program bantuan sosial berpotensi besar bakal kambuh lagi. Empat
masalah tersebut adalah penyaluran fiktif, penerima bantuan terasosiasi dengan
penguasa setempat, distribusi tak tepat sasaran akibat kesalahan pemasukan data,
dan pemotongan santunan baik kuantitas maupun kualitas. Semuanya dapat
merugikan keuangan negara.
Petugas Kantor Pos Indonesia memberikan data warga penerima paket bantuan sosial berupa
kebutuhan pokok dari Presiden RI kepada petugas rukun warga sebelum didistribusikan kepada
warga yang terkena dampak Covid-19 di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, 28 April 2020.
TEMPO/Nita Dian
Potensi bahaya itu bahkan sudah muncul dari lbu Kota. Ketika pemerintah pusat
barn membicarakan angka, Pemerintah Provinsi DK.I Jakarta sejak awal April lalu
telah mengumumkan rencana menggulirkan bantuan kepada 3,7 juta keluarga
miskin dan rentan miskin. Belakangan, angka ini direvisi menjadi hanya 1,25 juta
keluarga.
Bantuan ini bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2020 DK.I
Jakarta. Sejumlah daerah mengikuti langkah sernpa. Melihat beberapa bansos
kesasar ke penerima yang tak berhak, tim Pencegahan KPK meminta digelar
pertemuan darnrat dengan Pemerintah Provinsi DK.I Jakarta dan Kementerian
Sosial pada Rabu, 15 April lalu. Rapat berlangsung virtual, diikuti sekitar 30
orang.
Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik Atika Nur Rahmania beserta
Asisten Perekonomian dan Keuangan Sekretariat Daerah Sri Haryati hadir
mewakili Pemerintah Provinsi DK.I Jakarta. Adapun Kementerian Sosial diwakili
tiga pejabat eselon I dan seorang anggota stafkhusus menteri. Dalam pertemuan
jarak jauh itulah barn diketahui bahwa DK.I Jakarta menggunakan data barn yang
dihimpun dari perangkat paling bawah, seperti rukun tetangga.
Data warga miskin, rentan miskin, dan yang terkena dampak Covid-19 itu
kemudian digabungkan dengan basis data penerima manfaat dalam enam jenis
jaring pengaman sosial pemerintah provinsi yang sudah berjalan. Dari data itulah
kemudian provinsi menyalurkan bantuan pangan tahap pertama sejak 9 April lalu.
KPK pun meminta DK.I Jakarta menyelaraskan informasi 1,25 juta keluarga hasil
pendataan mereka dengan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) milik
Kementerian Sosial. DTKS adalah bank data masyarakat termiskin di republik ini.
Hingga Januari 2020, isinya mencapai 29 juta keluarga atau mencakup 97 ,3 juta
JlWa.
Dari hasil pemadanan kedua data itulah barn ketahuan bahwa sedikitnya 200 ribu
keluarga penerima bantuan DK.I Jakarta sudah masuk Program Keluarga Harapan,
jaring pengaman sosial yang saban tahun dianggarkan pemerintah pusat.
Sebanyak I 00 ribu keluarga lain terdaftar dalam DTKS. Adapun sisanya, yang
terbesar, yakni 900 ribu keluarga, masuk kategori orang miskin baru. "Ini yang
diduga keluarga miskin mendadak," kata Pahala.
Gubemur DKI Jakarta Anies Baswedan didampingi Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan
Covid-19 Doni Monardo (kanan) di Jakarta, 18 Maret 2020. ANTARA/Dewanto Samodro
Menurut Menteri Sosial Juliari Batubara, rapat yang juga diikuti pimpinan KPK
ini menjadi pijakan bagi kementerian yang mengelola bantuan sosial untuk
menyalurkan program. Dari situlah disepakati bahwa basis data penerima bantuan
hams berawal dari DTKS. Namun pemerintah daerah sebagai pendata boleh
menambahkan nama-nama penerima di luar DTKS, asalkan lengkap dengan nama
dan NIK. "Awalnya KPK minta yang berhak hanya yang ada di DTKS," kata
Juliari ketika dihubungi pada Jumat, 1 Mei lalu. "Namun kasihan yang di luar
DTKS."
Penggunaan DTKS sebagai basis awal penyaluran bansos itu lalu menjadi
kesimpulan rapat. Menumt Pahala, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia
meminta kesimpulan rapat tersebut dilegalkan dalam bentuk surat edaran KPK.
Sehari kemudian, KPK mengabulkannya dengan menerbitkan Surat Edaran
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penggunaan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
dan Data Non-DTKS dalam Pemberian Bantuan Sosial ke Masyarakat. "Intinya,
silakan pemerintah daerah memungut data sendiri, tapi hams berawal dari
DTKS," ujar Pahala. "Ini lebih baik daripada menggunakan data buta."
Petugas pos menata logistik bantuan sosial dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk warga yang
terimbas Covid-19 di Kantor Pos Cibinong, Bogor, Jawa Barat, 17 April 2020. ANTARANulius
Satria Wijaya
Namun disepakatinya DTKS sebagai data awal penerima bantuan tidak otomatis
merampungkan kismh. Berisi 40 persen warga termiskin se-Indonesia, data
tersebut dibuat pada 2015 hasil Pemutakhiran Basis Data Terpadu Badan Pusat
Statistik dan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang berada
di bawah Kantor Wakil Presiden.
DTKS yang sudah ketinggalan zaman juga menjadi catatan Badan Pemeriksa
Keuangan. Menurut Anggota III BPK Achsanul Qosasi, dana senilai Rp 2 triliun
dari anggaran Program Keluarga Harapan setiap tahun tidak tersalurkan.
Dana diam lantaran keluarga penerima manfaat tidak ada lagi, sudah pindah,
meninggal, atau menjadi buruh migran. Banyak juga temuan data ganda.
Banyaknya daerah yang tak memperbarui data DTKS bukannya tak diketahui
pemerintah pusat. Menurut Juliari, Kementerian Sosial selaku pemegang DTKS
mempersilakan daerah menyetor nama-nama penerima bantuan di luar DTKS. Dia
mengakui, untuk setiap bantuan sosial nonreguler dari pemerintah pusat, sebanyak
60 persen penerima diambil dari DTKS. Sisanya dari namanama baru yang disetor
pemerintah daerah. "Kami tahu daerah kelabakan mengumpulkan data," ujar
Juliari. "Tapi, kalau pakai full data kami (DTKS), nanti disalahkan lagi."
Selesai di situ? Temyata tidak. Pemutakhiran data di luar DTKS oleh pemerintah
kabupaten dan kota selama pandemi ini tak kalah robat-rabit. Gubemur Ridwan
Kamil membeberkan, gara-gara pemugaran data serampangan, jumlah warga
miskin dan rentan miskin se-tanah Pasundan melompat menjadi 38 juta jiwa, atau
67 persen dari total populasi. "Jadi bisa dibayangkan, dua pertiga penduduk Jawa
Barat sekarang tangannya di bawah," ucapnya.
Dari 38 juta penerima bantuan di Jawa Barat itu, kata Emil, sebanyak 1,7 juta
keluarga merupakan basil pendataan yang ngaco. "Ada namanya, tapi NIK-nya
enggak lengkap." Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah mengembalikan data dari
14 kabupaten dan kota. Walhasil, hingga Kamis, 28 April lalu, baru 9,42 juta
keluarga di Jawa Barat yang sudah masuk daftar penerima bantuan reguler dan
nonreguler.
Kartu Prakerja
Rp ZO triliun
Bantuan Langsung Program Keluarga
• Sasaran: 5,6 juta pekerja Harapan (PKH)
Tunai Dana Desa yang terkena dampak
Rp 22,,. triliun Rp 37,,. triliun
Covid-19.
• Khusus bagi warga • Nilai bantuan Rp 3,55 • Anggaran naik dari
desa yang terkena juta per penerima semula Rp 29,1 triliun.
dampak Covid-19 manfaat dengan rincian: • Sasaran bertambah
serta belum pelatihan Rp 1 juta, dari 9,2 juta keluarga
menerima bantuan insentif Rp 600 ribu per penerima manfaat (KPM)
lain dari pemerintah, bulan selama empat menjadi 10 juta KPM.
seperti PKH atau bu Ian, dan insentif survei • Penyaluran berubah
Kartu Sembako. kerja Rp 150 ribu. menjadi bulanan dari
• Besaran bantuan Rp semula tiga bulan sekali
600 ribu per keluarga hingga Desember 2020.
pada April-Juni 2020.
J
Kartu Sembako
Rp •3,6 triliun
Jaring Pengaman Sosial
Pemerintah Daerah • Nama baru program Bantuan
Rp zs,3• triHun• Pangan Non-Tunai (BPNT).
• Anggaran naik dari semula Rp
• Hasil realokasi Anggaran 28 triliun.
Pendapatan dan Belanja • Sasaran bertambah dari 15,2
Daerah di 528 daerah. juta menjadi 20 juta KPM.
• Dari realokasi APBD • Nilai bantuan naik dari Rp 150
tersedia dana senilai ribu menjadi Rp 200 ribu per
Rp 24,1 triliun buat KPM.
penanganan kesehatan • Skema penyaluran per bulan dari
dan Rp 7,12 triliun untuk awalnya tiga bulan sekali.
dampak ekonomi.
Petugas Pas Indonesia menyerahkan bantuan sosial tunai kepada Keluarga Penerima Manfaat
(KPM) di Kampung Pabuaran Cibadak RT 02/03 Kelurahan Cibadak, Tanah Sareal, Kata Bogar,
Jawa Barat, 22 April lalu./ANTARA/Arif Firmansyah
desa.
ada.
Santunan ini bemama bantuan langsung tunai dana desa (BLTD). Digawangi
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, jaring
pengaman sosial baru ini menyasar 11 juta keluarga penerima manfaat. Total
anggarannya Rp 22,4 triliun, yang disisihkan dari total alokasi dana desa 2020
sebesar Rp 71,19 triliun. Besaran dana yang disisipkan tiap desa berbeda-beda,
berkisar 25-35 persen, tergantung jumlah dana desa yang diterima tahun ini.
Bersama sejumlah kepala desa, Tini mengajukan usul kepada Bupati Bogor Ade
Yasin agar nilai bantuan langsung tunai desa dibagi lagi supaya lebih banyak
warga terbantu. "Inginnya bisa dibagi dua atau tiga agar bantuan merata," tutur
Tini, Kamis, 30 April lalu.
Keinginan para kepala desa itu juga sempat disampaikan kepada Gubemur Jawa
Barat Ridwan Kamil. Emil-panggilan Ridwan-membenarkan. Menurut dia,
para kepala desa ingin BLTD diberikan dalam bentuk kuota saja. "Lalu dikelola
dengan kearifan lokal agar mereka bisa mengatur secara adil," kata Emil kepada
Tempo, Kamis, 30 April lalu.
•••
Sebelumnya, Menteri Desa Abdul Halim Iskandar juga menerbitkan Surat Edaran
Nomor 8 Tahun 2020 tentang Desa Tanggap Covid-19 dan Penegasan Padat
Karya Tunai Desa. Dalam peraturan tersebut, alokasi bantuan langsung tunai
untuk pagu dana desa yang kurang dari Rp 800 juta ditetapkan 25 persen dari
dana desa. Alokasi untuk desa dengan pagu Rp 800 juta-1,2 miliar sebesar 30
persen. Adapun desa dengan pagu di atas Rp 1,2 miliar mendapat alokasi 35
persen. Skema ini bisa dikembangkan lebih dari 35 persen apabila dibutuhkan
dengan persetujuan pemerintah di daerah.
Halim menyebutkan tak ada batas minimal karena sangat mungkin ada desa yang
tak membutuhkan bantuan langsung tunai desa. Nilai bantuan Rp 600 ribu per
bulan untuk tiap keluarga, dia menjelaskan, sudah dipertimbangkan di Istana
bersama pakar ekonomi.
Meski bantuan telah diatur rigid, pendataan di banyak daerah tak mulus.
Perangkat desa bingung dengan adanya informasi yang simpang-siur dan
ketentuan yang berubah-ubah. Salah satunya di Desa Karanggintung, Kecamatan
Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Relawan yang mendata warga
calon penerima BLTD sempat berpatokan pada 14 kriteria penilaian keluarga
miskin yang ditetapkan Badan Pusat Statistik.
Kondisi itu, menurut salah satu kepala dusun di Desa Karanggintung, Hilmy
Nugraha, membuat pendataan tak optimal. Sebab, saat ini sulit menemukan
keluarga dengan kondisi rumah berlantai tanah, berdinding bambu, dan
menggunakan bahan bakar kayu seperti tertera dalam kriteria tersebut. "Yang
memenuhi itu hampir tidak ada," ucap Hilmy. Belakangan, Kementerian Desa
baru menegaskan bahwa 14 kriteria itu tak perlu dijadikan patokan.
Namun hal teknis pencairan bantuan langsung desa ini justru bermasalah. Aturan
bahwa bantuan harus ditransfer ke rekening bank alias nontunai menjadi
biangnya. Sebab, banyak warga di kampung tak punya rekening bank. Apalagi
kelompok lanjut usia.
•••
Dalam wawancara dengan Tempo, Selasa, 28 April lalu, Menteri Abdul Halim
Iskandar menyebutkan pendataan penerima BLTD memakai referensi utama
DTKS yang sudah dipadankan dengan nomor induk: kependuduk:an. Dia mengakui
DTKS yang ada saat ini memerluk:an banyak penyesuaian. Karena itu, pendataan
yang dilakukan relawan penanganan Covid-19 di desa merupakan salah satu
langkah pembaruan data untuk: dilaporkan ke pusat. "Kami tahu persis ini akan
terjadi," tutur Halim.
Peneliti Institute for Research and Empowerment, Dina Mariana, tak kaget jika
banyak kepala desa kebingungan mengelola data dan menyalurkan BLTD. Sebab,
dalam catatan lembaganya, banyak kabupaten yang belum mengeluarkan petunjuk:
operasional dan aturan teknis.
Menanggapi hal itu, Halim menuturkan, dalam penyaluran bantuan langsung tunai
desa, pemerintah pusat hanya memberikan garis besar supaya pembangunan di
desa selaras dengan strategi pembangunan nasional. "Prosesnya tetap berbasis
kewenangan desa melalui musyawarah desa."
www.prakerja.go.id
[oJ_,_'"'a prakerja.go.id
Akun fn,t.agram Resm Kar1u Pra rja
oopedo .·
Dia lalu meminta penjelasan kepada layanan pelanggan Kartu Prakerja. Menurut
Dewi, petugas di ujung telepon mengatakan dia belum pasti lolos jika belum
menerima pesan yang dikirim ke telepon selulernya. Petugas tersebut
menyarankan Dewi mencoba lagi pada gelombang selanjutnya. Namun Dewi tak
lolos lagi. Hingga Jumat, 1 Mei lalu, dia masih menunggu hasil seleksi
gelombang ketiga.
Nasib serupa dialami Bonnie Kertaredja, yang dua kali mencoba menjadi
penerima manfaat Kartu Prakerja. Penyandang disabilitas lemah penglihatan ini
semula berharap bisa mendapat insentif tambahan dari program Kartu Prakerja.
Apalagi penghasilannya dari berjualan token listrik dan pulsa merosot jauh sejak
pemerintah mensubsidi listrik bagi penduduk miskin. Perempuan 54 tahun itu
sempat kesulitan mengisi data diri serta mengikuti tes minat dan pengetahuan.
"Sistemnya rumit, merepotkan bagi yang punya keterbatasan fisik," ujarnya.
Agustinus Edy, pendiri portal berita Gresnews, menjadi salah satu yang lolos
dalam pendaftaran peserta Kartu Prakerja tahap kedua. Saat mengisi data diri, ia
mengaku sedang bekerja dan usaha wiraswastanya terkena dampak wabah
Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19. Edy tak menyangka bisa lolos karena
diwajibkan mengisi nomor induk kependudukan dan berswafoto. "Kalau proses
verifikasinya berjalan baik, seharusnya saya tidak lolos sejak awal," ucapnya.
Ia mengaku hanya ingin menguji bahwa program Kartu Prakerja tak lebih dari
transaksi jual-beli konten dengan menggunakan anggaran negara. Dia mengambil
paket pelatihan jumalistik menulis naskah berita seharga Rp 220 ribu di Skill
Academy. Ada sebelas video pelatihan dengan durasi sekitar satu jam. Belum
selesai menonton video, dia sudah bisa mengikuti tes dan mendapatkan certificate
of excellence yang ditandatangani Chief Executive Officer Ruangguru Adamas
Belva Syah Devara. Dalam waktu 7 x 24 jam, insentifRp 600 ribu bisa cair. Edy
menilai pelatihan yang diajarkan juga tidak efektif meningkatkan kemampuannya
menulis.
Warga memperlihatkan isi bantuan sembako pemerintah di kawasan RW 03 Kebon Kacang, Jakarta,
12 April 2020./ ANTARA FOTO/Reno Esnir/aww.
ribu.
kesejahteraan sosial.
Jumlah itu jauh di bawah data yang diserahkan Sutomo. Dia mencatat ada lebih
dari 2.300 keluarga yang terkena dampak wabah corona. "Daripada nanti ribut,
kami tolak," kata Sutomo menceritakan peristiwa itu kepada Tempo, Selasa, 28
April lalu.
Menurut Sutomo, camat dan lurah sempat memaksa dia menerima bantuan itu.
Pegawai kelurahan akan mengantar bantuan dengan mobil pikap didampingi
pengurus rukun tetangga dan rukun warga. Sutomo menolak. Ia mengusulkan
pembagian bantuan digelar di kantor kelurahan. Tapi Lurah Simpang Baru Jaspi
Yubion menolak karena takut kantomya digernduk massa. Akhimya, bantuan pun
tak jadi disalurkan.
Jaspi Yubion mengatakan bantuan itu berdasarkan data dari Dinas Sosial
Pekanbarn. Data itu berisi daftar penduduk miskin dengan penghasilan di bawah
Rp 500 ribu per bulan. Jaspi menilai data itu tak akurat karena sejumlah penerima
bantuan masih bekerja. Ada pula yang memiliki kontrakan dalam jumlah banyak.
Dalam pembagian bantuan sosial tahap pertama pada 9-24 April lalu, sejumlah
warga yang tinggal di kawasan elite dan memiliki kendaraan juga mendapat
bantuan dari pemerintah DKI. Isinya lima kilogram beras, dua kaleng sarden,
minyak goreng, dua masker kain, dan dua batang sabun, dengan nilai Rp 149.500.
Paket itu akan dibagikan empat kali dalam satu bulan. Pemerintah Jakarta
mengalokasikan dana jaring pengaman sosial sebesar Rp 7 ,6 triliun.
Petugas memeriksa data warga penerima paket bantuan sosial berupa kebutuban pokok dari
Presiden RI sebelum didistribusikan kepada warga terdampak COVID-19 di kawasan Pasar
Minggu, Jakarta Selatan, 28 April lalu./ TEMPO/Nita Dian
Di Perumahan Ciomas Hills, Ciomas, Bogor, Jawa Barat, Syamsul Budiman
menerima pemberitahuan dari pengurus RT 04 pada Ahad, 26 April lalu, bahwa ia
akan menerima bantuan uang senilai Rp 600 ribu dari Kementerian Sosial. Ia tak
perlu repot karena duit itu akan diantarkan PT Pos Indonesia langsung ke depan
rumahnya. Karyawan swasta di bidang kehutanan itu tak mengetahui alasan dia
bakal mendapat bantuan tersebut. Yang jelas, dia merasa tak perlu mendapat
bantuan sosial. "Mau dikembalikan tidak bisa karena langsung diantar ke depan
rumah," kata Syamsul. Hidayat, warga Ciomas Hills lainnya, juga mengaku
menerima bantuan tersebut.
Sehari setelah menerima kabar itu, Syamsul dan warga Ciomas Hills lainnya
memutuskan akan menyerahkan bantuan tersebut kepada Ketua RT 04. Nantinya,
duit itu akan dibagikan kepada penghuni kompleks yang benar-benar terkena
dampak wabah corona. Diperkirakan ada 19 dari 200 keluarga di Ciomas Hills
yang membutuhkan bantuan. Syaratnya, penerima wajib menandatangani surat
pernyataan pengalihan bantuan.
Tinggal di rumah semipermanen, Katmo tak memiliki duit lagi. Sudah dua pekan
dia dirumahkan oleh tempatnya bekerja, perusahaan pengembang properti.
Gajinya selama dua bulan juga tak dibayar. Ia terpaksa berutang ke sana-sini agar
bisa makan bersama istri dan anaknya.
Pemerintah pun mengakui penyaluran bantuan sosial ini tersendat karena data
rujukan yang dipakai berasal dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial. Data itu
terakhir kali dimutakhirkan pada 2015. Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial
Hartono Laras mengatakan pemerintah daerah bisa memperbaiki data tersebut.
"Kalau ada keluarga yang pantas mendapat bantuan, bisa diusulkan."
HUSSEIN ABRI DONGORAN, AYU CIPTA (TANGERANG}, ADI WARSONO (BEKASI}, YOGI EKA
Juliari Batubara Bantuan Sosial Covid 19 Bantuan Sosial Covid-19 Virus Corona
Kementerian Sosial
Penjelasan Kementerian Sosial
Soal Kekacauan Data Bansos
Hartono Laras./Kemsos.go.id
Ilustrasi
Itu belumlah puncak masalah. Ketua The Federal Reserve Jerome Powell
mengingatkan, masih ada risiko ekonomi mengerut lebih dalam lagi. Sebab, arah
pandemi Covid-19 masih belum jelas. Apakah gelombang pandemi kedua yang
lebih ganas akan benar-benar menyerang? Ataukah Covid-19 benar-benar sudah
mulai mereda?
Pemerintah RI mungkin sudah lebih dari sekadar serius, bahkan telah berjibaku
habis-habisan dalam perang melawan Covid-19. Tapi banyak kritik, ikhtiar serius
itu masih meleset dari sasaran. Salah satu akar persoalannya adalah data yang
tidak tepercaya. Membuka kembali ekonomi, misalnya, harus didasari data faktual
sehingga kajiannya tidak sekadar berpatokan pada bisikan paranormal atau
insinuasi politik. Kenyataannya, lantaran jumlah tes yang masih sangat minim
dibandingkan dengan jumlah penduduk, tak ada data tepercaya bagaimana situasi
sebenamya pandemi Covid-19 di Indonesia.
Situasi ini berisiko besar. Pemerintah dapat mengambil keputusan keliru, terlalu
cepat membuka kembali ekonomi. Maklum, tak ada orang yang ingin melihat
ekonomi makin merana karena pembatasan di mana-mana. Sedangkan catatan
sejarah menunjukkan, pembukaan kembali ekonomi sebelum keadaan benar-benar
aman justru berisiko memunculkan serangan gelombang kedua yang bisa jauh
lebih dahsyat. Lain cerita jika sudah ada obat dan vaksin yang benar-benar
mampu melawan Covid-19.
Persoalan lain: ekonomi bisa makin sulit pulih karena tidak efektifnya berbagai
stimulus pemerintah. Tengoklah berbagai bantuan sosial yang masih centang
perenang pelaksanaannya. Ada begitu banyak saluran pembagian bantuan yang
bertabrakan data penerimanya. Belum lagi program yang salah sasaran. Misalnya
Kartu Prakerja, yang menuai kritik karena dinilai tidak efektif menopang
kebutuhan ekonomi mereka yang baru terkena pemutusan hubungan kerja.
Masih ada waktu dan kesempatan untuk membenahi semua ini. Pemerintah harus
bergegas mengevaluasi semua langkah jika tak ingin ekonomi Indonesia masuk ke
trayek grafik U atau bahkan terjerembap ke lintasan berbentuk L.
Betulkah Kelompok Anarko di
Balik Ajakan Rusuh?
ENAM belas hari ditahan, selama itu pula Muhammad Rizki, 21 tahun; Rio
Imanuel (23); dan AA (17) tak bisa ditemui tim penasihat hukum. Upaya tim
pengacara bertemu dengan mereka baru terwujud pada Ahad, 26 April lalu, di
ruang tahanan Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya.
Rio dan Rizki disangka memprovokasi kerusuhan. AA yang masih di bawah umur
pun turut dijadikan tersangka. Personel Kepolisian Resor Tangerang menangkap
ketiganya di Kafe Egaliter, Tangerang, Banten, pada 9 April lalu.
Ada kertas stensil dan cat semprot saat mereka ditangkap. Polisi menuduh mereka
menulis ajakan berbuat kerusuhan massal di sejumlah tembok sekitar Pasar
Anyar, Tangerang. Kamera pengawas (CCTV) milik penduduk sekitar merekam
aksi corat-coret ketiga pria cungkring itu.
Pada pekan yang sama, polisi menangkap dua pemuda lain yang juga dituduh
bagian dari kelompok "Anarko"-gerakan subkultur yang mengidamkan tiadanya
intervensi negara-di Bekasi, Jawa Barat. Saat diperiksa pada awal penangkapan,
keduanya didampingi pengacara yang disediakan polisi. Pemeriksaan berlanjut di
Sub-Direktorat Keamanan Negara Polda Metro Jaya beberapa hari seusai
penangkapan, bersama Rizki, Rio, dan AA yang juga dibawa ke markas Polda.
Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Nana Sudjana mengatakan kelima
pemuda itu menghasut kerusuhan lewat vandalisme. Dalam coretannya mereka
menulis "Sudah krisis saatnya membakar", "Kill the rich", dan "Mau mati konyol
atau melawan". "Kami menjerat mereka dengan pasal penghasutan," ujar Nana
pada Sabtu, 11 April lalu.
Menurut Nana, kelima tersangka itu hanyalah bagian kecil dari kelompok Anarko.
Ia menyebutkan simpatisan paham anarkisme ini tersebar di Jakarta, Bandung,
dan sejumlah kota besar lain di Jawa. "Meski terpisah di banyak tempat,
kelompok ini terhubung dalam berbagai media sosial," katanya.
Berstatus mahasiswa, Fitron, Alfian, dan Ridho dikenal sebagai simpatisan Aksi
Kamisan di Malang. Aktivis Aksi Kamisan Malang, Dinda Ayu, sangsi terhadap
tuduhan polisi. Menurut Dinda, frasa "Tegalrejo Melawan" adalah bentuk
kampanye advokasi konflik lahan antara warga Tegalrejo, Sumbermanjing Wetan,
Kota Malang, dan PT Perkebunan Nusantara XII. "Jadi keliru besar jika coretan
'Tegalrejo Melawan' dianggap bagian 'Anarko Sindikalis' ," katanya.
•••
AJAKAN rusuh juga tersiar dari akun WhatsApp Ravio Patra Asri, aktivis media
sosial sekaligus peneliti kebijakan publik, pada Rabu, 23 April lalu. Sementara
corat-coret di tembok Pasar Anyar, Tangerang, diketahui dilakukan ketiga pemuda
simpatisan gerakan Anarko, penyebar pesan berantai dari akun WhatsApp Ravio
belum diketahui.
Akun WhatsApp Ravio diretas. Tanpa setahu pemiliknya, dari nomor itu tersebar
pesan ajakan rusuh pada 30 April ke sejumlah nomor, yang bahkan tak ada dalam
kontak di telepon selulemya. Ravio ditangkap, tapi kemudian dilepaskan sebagai
saksi. Bersama Koalisi Tolak Kriminalisasi dan Rekayasa Kasus (Katrok), Ravio
sedang mencari bukti pembajakan akun WhatsApp miliknya.
Kiprah kelompok Anarko makin disorot setelah beredar video pengakuan Pius
Lout Alubwaman, 25 tahun. Bertato huruf"A" besar di badan, ia mengaku
sebagai Al-pemimpin tertinggi-kelompok "Anarko Sindikalis", yang
menginginkan "dunia tanpa pemerintahan". Video pengakuan Pius sebagai
pemimpin kelompok Anarko beredar luas di media sosial. Dalam video itu, Pius
memiliki bawahan dengan jabatan A2, A3, dan seterusnya.
Belakangan, diketahui bahwa Pius ditangkap pada 12 April lalu karena mencuri
helm milik seorang polisi di pos pemantauan lalu lintas Jembatan Semanggi,
Jakarta Selatan. Sepekan seusai penangkapan, polisi memeriksa kejiwaan Pius.
Uji laboratorium menyebutkan ia mengkonsumsi ganja. "Bicaranya juga ngaco,"
ucap Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Yusri Yunus.
Menurut Emma, gerakan Anarko tak mengenal pemimpin. "Dalam Anarko, setiap
orang adalah pemimpin. Siapa pun bisa bertindak atas inisiatif pribadi," ujamya.
Emma dan teman-temannya membantah tuduhan polisi bahwa Anarko adalah
ancaman negara.
Kelompok Anarko, kata Emma, tak memiliki logistik yang memadai untuk
menyusun perlawanan. Pendukung gerakan ini hanya bermodalkan kuota Internet.
Mereka lebih sering berkampanye di media sosial. "Untuk bayar ongkos angkutan
umum saja susah," tutumya, lalu terkekeh.
Bima Satria Putra, penulis Perang yang Tidak Akan Kita Menangkan: Anarkisme
dan Sindikalisme dalam Pergerakan Kolonia! hingga Revolusi Indonesia (1908-
1948), menyebut anarkisme sebagai gerakan yang mudah berbaur dengan gerakan
sosial lain. "Akibatnya, sering kali orang kesulitan membedakan ini gerakan
Anarko atau bukan," katanya.
WIDIANTO (MALANG}
asimilasi.
kembali tertangkap.
Ia tak menyadari polisi telah mengintai beberapa hari sebelumnya. "Polda Jawa
Tengah dan jajaran memang mengawasi keberadaan dan kegiatan yang dilakukan
oleh para narapidana asimilasi," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat
Kepolisian Daerah Jawa Tengah Komisaris Besar Iskandar F. Sutisna, Kamis, 30
April lalu.
Kepada penyidik, bapak tiga anak itu mengaku butuh uang untuk menghidupi
keluarga. Pumomo residivis kasus narkotik yang dihukum empat setengah tahun
penjara pada 2017. Ia bebas dari Lembaga Pemasyarakatan Sragen pada 2 April
lalu setelah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia memasukkannya ke
daftar narapidana penerima asimilasi dan integrasi.
Dua hari sebelumnya, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Hamonangan Laoly
menerbitkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 10 Tahun 2020 untuk
mencegah penyebaran virus corona di dalam penjara. Peraturan ini mempercepat
pembebasan para terhukum kasus pidana umum yang akan menjalani dua pertiga
masa tahanan hingga 31 Desember 2020.
Selain terjerat kasus peredaran narkotik, mereka diciduk polisi karena mencuri
sepeda motor, terlibat penganiayaan, serta melakukan penipuan dan percobaan
pencurian. Ada pula yang diringkus karena mencabuli anak di bawah umur. "Bila
sudah meresahkan dan menyakiti masyarakat, kami tidak segan bertindak tegas
dengan melumpuhkan mereka," ucap Iskandar.
Di DKI Jakarta juga tercatat ada kejadian. Kepolisian Resor Jakarta Utara
menembak mati residivis berinisial AR, Sabtu malam, 18 April lalu. Pria asal
Palembang itu diburu setelah mencuri dan menodongkan senjata kepada
penumpang angkutan umum di Tanjung Priok, Jakarta Utara, sepekan sebelum
ditembak.
LINDA TRIANITA
• Peretasan akun dan telepon seluler diduga menjadi pola baru membungkam
aktivis.
Koalisi merasa identitas pelaku penting diungkap karena upaya peretasan akun
dan telepon seluler milik sejumlah aktivis kian marak. Mereka menduga aksi ini
merupakan strategi mengkriminalisasi orang-orang yang lantang. Mereka menjadi
korban kriminalisasi dari peretasan tersebut. "Ini pola baru untuk membungkam
aktivis," ujar Alghiffari.
Alghiffari meyakini komunikasi Ravio pada malam itu menjadi motif peretasan.
Ia meyakini ada pihak yang terpojok oleh temuan Ravio. Di sisi lain, sang
pengusaha memiliki kedekatan dengan seorang pejabat tinggi di lembaga negara
yang menguasai teknologi komunikasi. "Tapi belum ada bukti kuat," ujar mantan
Direktur Lembaga Bantuan Hukum Jakarta ini.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri
Yunus mengatakan polisi tetap melanjutkan penyidikan kasus Ravio. "Penyidik
masih melakukan digitalforensic," katanya. Ia juga membantah tudingan polisi
telah mengkriminalisasi Ravio.
Razia dan pemberian hukuman bagi pelanggar Pembatasan Sosial Berskala Besar(PSBB) di
Kawasan]alan Fatmawati, Jakarta, 28 April 2020. ANTARA/Reno Esnir
mengurangi PSBB.
• Larangan mudik ditempuh sebagai salah satu cara menekan angka kasus
corona baru.
TUJUH belas hari setelah Ibu Kota menerapkan pembatasan sosial berskala besar
pada 10 April lalu, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mengklaim
keberhasilan metode tersebut. Ketua Gugus Tugas Covid-19 Doni Monardo
menyatakan laju kasus positifvirus corona di Jakarta melambat. "Saat ini
kurvanya telahflat," kata Doni pada Senin, 27 April lalu.
Di tengah tren kasus positif corona yang belum stabil itu, pemerintah justru
menimbang opsi melonggarkan pembatasan sosial berskala besar. Adalah Menteri
Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md. yang menggaungkan
rencana pemerintah itu saat membuka diskusi online yang diselenggarakan
Komisi Informasi Pusat pada 30 April lalu. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi
tersebut mengatakan pemerintah sedang berpikir untuk menghidupkan kembali
sentra-sentra bisnis yang masih bisa beroperasi di tengah pandemi.
Ketika status relaksasi diberikan, tak semua sektor otomatis bisa langsung
beroperasi. Pemerintah berencana mengizinkan lebih dulu sektor industri serta
usaha kecil dan menengah seperti toko bahan pokok dan restoran. Menurut
sumber yang sama, perusahaan yang dibolehkan beraktivitas kembali diwajibkan
menerapkan protokol yang ketat, seperti jadwal masuk kerja dan jaga jarak
antarkaryawan.
Hal lain yang diminta saat pengenduran pembatasan sosial adalah lokasi isolasi.
Menurut pakar yang sama, daerah diminta menyediakan dan memperbanyak
fasilitas umum seperti Wisma Atlet Kemayoran untuk merawat pasien corona.
Tempat isolasi khusus dinilai efektif untuk melokalisasi penularan ketimbang
karantina mandiri di rumah masing-masing.
Dalam perhitungan tim UI, puncak penularan wabah diprediksi terjadi tepat pada
1 Syawal atau 24 Mei 2020. Pada hari itu, pertambahan kasus di Pulau Jawa saja
dapat mencapai 40 ribu orang. "Melihat risiko penularan yang bisa terjadi, kami
menyarankan larangan mudik. Tak cukup sekadar imbauan agar tak pulang
kampung," kata Pandu.
Presiden juga menimbang jumlah orang yang masih bemiat pulang kampung jika
pemerintah tak mengeluarkan larangan. Soal potensi arus mudik ini, Jokowi
mendapat masukan dari Kementerian Perhubungan. Berdasarkan survei Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan, masih ada 24 persen
penduduk yang ingin mudik. Dengan perkiraan 14,9 juta orang pulang kampung
sebagaimana pada 2019, sedikitnya 3,5 juta orang masih bemiat mudik.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi, yang terlibat dalam rapat itu,
mengatakan Jokowi mendengarkan semua masukan sebelum melarang mudik.
Semula ada dua opsi waktu dimulainya larangan mudik, yakni 24 April dan 7 Mei
-hari libur peringatan Waisak. Namun, menimbang masih ada jutaan orang yang
masih ingin mudik, pemerintah akhimya memutuskan mempercepat larangan.
"Agar tak makin banyak orang yang keluar dari episentrum corona di wilayah
Jakarta dan sekitamya," ujar Budi.
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Rapid Test Corona Gugus Tugas
Penanganan Covid-19 Covid-19 Virus Corona Doni Monardo
Dewan Pengawas Evaluasi
Kinerja KPK
1
Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata (tengah) memberikan keterangan kepada awak media secara
virtual di gedung KPK, Jakarta, 27 April 2020. TEMPO/Imam Sukamto
terhadapnya.
Evaluasi ini merupakan yang pertama sejak Firli Bahuri memimpin KPK pada 20
Desember 2019. Anggota Dewan Pengawas, Albertina Ho, mengatakan rapat
koordinasi pengawasan ini digelar tiap tiga bulan dan akan dilaporkan kepada
Presiden serta Dewan Perwakilan Rakyat setahun sekali.
Ketua KPK Firli Bahuri enggan menanggapi hasil evaluasi Dewan Pengawas. Ia
mengatakan KPK akan memperbaiki kinerja sesuai dengan hasil evaluasi. "Kami
telah menemukan beberapa solusi untuk memperbaiki masalah tersebut," ujamya,
Rabu, 29 April lalu.
Novel disiram air keras pada 11 April 2017 setelah menunaikan salat subuh di
dekat rumahnya. Belakangan, polisi menetapkan Rahmat Kadir dan Ronny Bugis,
dua personel Brigade Mobil, sebagai pelaku penyerangan.
Dalam sidang itu, seorang pengacara Rahmat dan Ronny menanyakan keaslian
Iuka di mata Novel. "Apakah memakai soft lens atau memang Iuka betulan?"
ucapnya. Novel menjawab bahwa penggunaan soft lens hanya cerita karangan. Ia
mengaku mata kirinya sudah tak berfungsi dan fungsi mata kanan tinggal separuh.
Satgas Tinombala mengepung daerah pelarian dua tersangka DPO Poso di Kelurahan Kayamanya,
Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, 15 April 2020. ANTARNFeri Timparosa
Menurut dia, cuaca dan medan yang curam menghalangi perburuan terhadap
anggota jaringan lain. "Tim kami terus memburu mereka, mudah-mudahan ada
yang dapat lagi," ujar Syafril.
Juru bicara kelompok relawan Kancane Gibran Gess, Imelda, optimistis PDIP
segera mengeluarkan surat rekomendasi pencalonan Gibran. "Sejak awal kami
yakin rekomendasi akan turun untuk Gibran."
Terdakwa Romahurmuziy, keluar dari Rumah Tahanan Klas I Cabang KPK, di gedung KPK,
Jakarta, 29 April 2020. TEMPO/Imam Sukamto
Romahurmuziy Bebas
BEKAS Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan, Muhammad
Romahurmuziy, bebas dari rumah tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi, Rabu
malam, 29 April lalu. Pengadilan Tinggi DKI Jakarta memangkas hukumannya
menjadi 1 tahun penjara dan denda Rp 100 juta subsider 3 bulan penjara pada 23
April lalu.
Sebelumnya, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta menghukum Romy
panggilan Romahurmuziy-dengan 2 tahun penjara dan denda Rp 100 juta pada
20 Januari lalu. Ia terbukti menerima suap senilai Rp 255 juta dari Haris
Hasanuddin dalam seleksi Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa
Timur.
KPK mengajukan permohonan kasasi atas putusan banding Romy pada Senin, 27
April lalu. Pelaksana tugas juru bicara KPK, Ali Fikri, menilai pertimbangan
majelis hakim di tingkat banding tak berdasar, yaitu uang dalam perkara tersebut
tak dapat dipertanggungjawabkan kepada Romy. "Uang tersebut telah berpindah
tangan dan beralih dalam penguasaan terdakwa," ucap Ali.
Presiden Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI), Elly Rosita SiZaban. TEMPO/M
Taufan Rengganis
• Presiden Joko Widodo menunda pembahasan omnibus law RUU Cipta Kerja
• Untuk menggalang kekuatan menolak omnibus law RUU Cipta Kerja, tiga
• Presiden KSBSI Elly Rosita Silaban mengatakan program kartu prakerja kurang
efektif di saat pandemi karena buruh dan korban PHK lebih membutuhkan
Bagi Elly, 49 tahun, keputusan Jokowi itu menjadi jawaban atas tuntutan yang dia
ajukan bersama Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI)
Andi Gani Nena Wea dan Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia
(KSPI) Said Iqbal. Jokowi mengundang ketiga pemimpin organisasi buruh itu ke
Istana dua hari sebelumnya untuk meminta masukan mengenai omnibus law Cipta
Kerja. Dalam pertemuan tertutup selama sekitar satu jam itu, Jokowi hanya
didampingi Menteri Sekretaris Negara Pratikno.
Menurut Elly, aliansi kelompok buruh Majelis Pekerja Buruh Indonesia semula
merencanakan aksi mogok nasional untuk menolak RUU Cipta Kerja pada Kamis,
30 April lalu. Sebanyak 80 ribu buruh siap turun ke jalan-jalan Jakarta. Dengan
ditundanya pembahasan rancangan undang-undang itu, unjuk rasa sehari
menjelang Hari Buruh Sedunia atau May Day itu pun urung digelar.
Kami menceritakan keluh-kesah soal omnibus law Cipta Kerja. Kami sampaikan
substansinya bahwa ini jangan dibahas sekarang, kita benar-benar utamakan dulu
melawan Covid. Tunda pembahasan daripada kami turun tanggal 30 April karena
itu membahayakan nyawa manusia (karena berunjuk rasa saat wabah). Setelah itu,
tarik RUU Cipta Kerja, libatkan kami dari awal. Permintaan terakhir kami, kluster
Ketenagakerjaan dikeluarkan dari omnibus law. Biarkan menjadi undang-undang
sendiri karena Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
masih lebih bagus.
Ya, biasa saja. Presiden bilang begini, "Katanya dilibatkan. Itu laporan yang
masuk ke saya." Lalu Andi Ghani menjawab, "Kami tidak pemah dilibatkan.
Nama kami hanya dicatut." Saya merasa iba, saat itu dia (Jokowi) hanya lebih
banyak mendengarkan kami.
Enggak. Pak Jokowi berpikir selama ini serikat buruh terlibat dalam pembahasan.
Saya sampaikan memang secara virtual meeting (dengan DPR) itu dibuka. Tapi,
ketika kami masuk dan mencoba intervensi, kami langsung diblok. Sudah
beberapa kali seperti itu saat diskusi dengan DPR. Padahal katanya terbuka untuk
umum.
Sebenamya kami sejak tahun lalu sudah memulai penolakan, tapi serikat buruh
bergerak sekitar awal tahun ini. Kami memulai aksi menolak omnibus law pada
Januari lalu. Saat itu belum spesifik RUU Cipta Kerja (awalnya bemama Cipta
Lapangan Kerja). Kami mengira, kalau pemerintah melihat penolakan serikat
buruh, rancangan ini pasti akan ada review ulang, tidak akan dilanjutkan. Kita
sudah menjadi negara maju, kok buruhnya masih teriak-teriak soal hak buruh
yang mendasar, kan itu enggak masuk akal.
Kami melihat perjuangan selama aksi-aksi itu tidak begitu didengar dan tidak
membuahkan hasil. Saat itu kita tidak menduga akan ada Covid. Tadinya kami
akan terns beraksi karena pemerintah menyatakan omnibus law selesai dalam 100
hari kerja. Seratus hari kerja untuk membahas 11 kluster yang terdiri atas 79
undang-undang dengan 15 bab dan 174 pasal dan tidak melibatkan buruh, apa
maksudnya? Lalu ada undangan dari Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian untuk kami seolah-olah mau membahas draf omnibus law.
Berapa perwakilan serikat buruh dan pekerja yang diundang saat itu?
Saya lihat di daftamya ada 23 federasi dan konfederasi. Awalnya kami ingin bisa
masuk membahas substansi. Tapi temyata masih pembagian kluster, siapa yang
masuk kluster PHK, siapa yang masuk tim outsourcing. Hanya begitu. Lalu
muncul Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 121
Tahun 2020 yang menyebut nama-nama kami yang hadir di situ sebagai tim.
Kami semula menyambut baik, tapi segera setelah itu drafnya sudah langsung
dikirim ke DPR pada 12 Februari lalu. Kami kan seperti ditelikung, nih.
Bagaimana kami bisa intervensi ke substansinya? Mulailah kami marah dan
menarik diri dari situ.
Kami merasa dibohongi. Kami tidak mau masuk sebagai tim untuk melegitimasi,
sementara draf itu sudah masuk di DPR. Kami kira kalau sudah masuk di DPR
tidak ada lagi ruang untuk serikat buruh. Padahal saya ingat persis pemyataan Pak
Jokowi, kalau tidak salah pada 10 Desember 2019, bahwa RUU ini akan
dikonsultasikan dengan serikat buruh dan serikat pekerja. Makanya sewaktu
pertemuan itu saya bilang, "Apakah Pak Jokowi tidak melihat keributan ini?"
Kami sudah ribut-ribut menolak, beliau bahkan menerbitkan surat
presiden omnibus law.
Semula kami tidak berpikir itu akan menghantam kita. Kami sudah menyusun
rencana aksi. Lalu dihadapkan dengan gelombang pemutusan hubungan kerja
(PHK). Terpecahlah konsentrasi kami. Tapi kami harus kembali ke RUU Cipta
Kerja. Karena itu, kami mau aksi mogok nasional. Awalnya 22 April, tapi diundur
karena masih penerapan pembatasan sosial berskala besar. Akhimya kami bikin
tanggal 30 April meskipun bulan puasa.
Protokoler Istana menghubungi saya pada 21 April selepas magrib. Saya diminta
hadir bertemu dengan Presiden besoknya jam 13.00. Dalam pertemuan itu hanya
ada saya, Andi Ghani, dan Said Iqbal. Pak Jokowi didampingi Menteri Sekretaris
Negara Pratikno. Kami duduk berhadapan dalam pertemuan tertutup. Tidak ada
wartawan sama sekali.
Dia sesekali mencatat sambil bilang, "Iya betul, iya betul." Ketika kami beri tahu
bahwa serikat buruh tidak dilibatkan dalam pembahasan RUU Cipta Kerja, dia
terlihat gelisah, senyumnya tiba-tiba hilang, dan seketika duduk bersandar
di kursinya.
RUU Cipta Kerja ini kan ditolak semua unsur serikat buruh. Jangan hanya
menitipkan nasib kepada serikat tertentu dan mereka tidak melakukan apa-apa.
Kalau hanya sedikit yang kami capai, ya apresiasilah. Tapi saya lebih khawatir
jika pembahasannya dimulai lagi dan kami tidak dilibatkan saat kami masih
lengah karena mengurusi anggota-anggota yang di-PHK.
Apa saja poin krusial dalam RUU Cipta Kerja yang paling disorot kelompok
buruh?
Sebenamya tidak semua pasal di RUU Cipta Kerja itu buruk. Tapi kami
menyoroti delapan pasal, Iqbal sembilan pasal. Soal outsourcing yang akan
dibuka di semua lini dan semua ruang, kontrak kerja yang bisa seumur hidup,
penghapusan upah minimum per daerah. Itu yang paling buruk dan sangat
merugikan buruh. Ada juga soal pesangon, tenaga kerja asing, dan jaminan sosial.
Tapi yang paling mendasar adalah kontrak, outsourcing, dan upah minimum.
Saya selalu mengatakan kami tidak menolak investasi, tapi buatlah kebijakan
yang menguntungkan semua. Ada hasil penelitian yang menyatakan masyarakat
yang disurvei lebih mendukung RUU Cipta Kerja karena diperuntukkan
membuka lapangan pekerjaan. Ini menggelitik sekaligus bikin kami marah.
Bukannya kami tidak punya hati kepada mereka yang masih menganggur, tapi
jangan sampai mereka yang sudah bekerja dikorbankan. Bukalah lapangan
pekerjaan sebanyak-banyaknya di sektor formal dan informal, tapi jangan
mengorbankan buruh.
Kluster Ketenagakerjaan dalam RUU Cipta Kerja itu tidak perlu. Makanya kami
tolak. Kami enggak anti-perubahan, tapi bukan berarti yang sudah diperoleh
buruh di Undang-Undang 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan harus
dihilangkan. Itu kan tidak masuk akal.
Sejak wabah Covid-19 merebak, apa saja persoalan yang paling banyak
dikeluhkan buruh?
Ada yang mengadu disuruh mengundurkan diri semua dengan membikin tanda
tangan. Saya bilang jangan mau mengundurkan diri, biarkan perusahaan yang
memecat sehingga dapat hak. Ada yang akan dirumahkan, gajinya dipotong 50
persen. Kami harus mengadvokasi mereka, misalnya minta mereka bikin surat ke
manajemen dan bertemu untuk tawar-menawar soal pemotongan gaji. Yang
penting nanti harus tetap bekerja di situ. Ada yang dirumahkan, gajinya diberikan
40 persen tapi tidak harus bekerja. Saya sarankan diterima, toh mereka tidak di
PHK. Sekarang bukan hanya buruh, wartawan juga banyak yang dipotong
gaJinya.
Ada buruh yang mengadu THR tidak dibayarkan atau dicicil dua kali. Kalau
dicicil kan bukan THR lagi namanya. THR itu sudah dikumpulkan jauh-jauh
bulan. Tidak serta-merta THR itu menjadi tidak ada hanya karena Covid.
Per 27 April, ada 4.011 buruh yang di-PHK dan 76.001 yang dirumahkan. Kami
mempunyai sepuluh federasi di seluruh Indonesia, ada pertambangan, kimia,
kesehatan, perbankan, garmen tekstil, logam metal.
Paling rentan adalah buruh perkebunan kelapa sawit. Mereka kebanyakan buruh
harian di Sumatera dan Kalimantan. Misalnya, kerja dari 1 Maret tapi sampai
akhir bulan tidak digaji. Sektor lain yang banyak terimbas itu transportasi, hotel,
manufaktur yang elektronik, dan sektor informal. Sedangkan manufaktur lainnya
90 persen masih produksi.
Mengapa KSBSI bersama KSPI dan KSPSI kembali menghidupkan Majelis
Pekerja Buruh Indonesia (MPBI)?
Kami melihat ancaman omnibus law dan perlu kekuatan besar dari serikat buruh.
Sebelumnya tidak ada masalah sebesar ini. Jumlah anggota serikat buruh yang
terdaftar di Kementerian Ketenagakerjaan hanya 2,7 juta. KSPSI sekitar 1 juta,
KSPI 800-an ribu, dan KSBSI 700-an ribu. Kami bertiga sudah 2,5 juta sekian.
Makanya sedikit lebih kuat, tapi bukan berarti kami jadi sombong. Kami hanya
tidak melihat keseriusan teman-teman serikat buruh yang lain. Tidak ada artinya
berkoar-koar hanya di media sosial karena parlemen tidak membaca itu. Kalau
semua serikat buruh turun bersama menolak omnibus law, saya kira bisa gol.
Bahkan semua RUU bisa dibatalkan. Kalau tidak bersatu, tidak kuat, apa yang
bisa kami pengaruhi?
Presiden Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI), Elly Rosita Silaban saat
wawancara dengan TEMPO di kantor KSBSI, Jakarta, Senin, 27 April 2020. TEMPO/M Taufan
Rengganis
Seintensif apa komunikasi Anda dengan Andi Ghani dan Said Iqbal?
Terlepas dari sepak terjang mereka di politik ataupun perbedaan pilihan (saat
pemilihan presiden), saya sangat hormat kepada mereka dalam
menyikapi omnibus law. Sejak sebelum wabah Covid, kami bertemu puluhan kali
hanya untuk membicarakan penolakan omnibus law.
Itu kan didesain sebelum ada Covid. Sebagian orang mengapresiasinya karena
penganggur mendapat dana sedikit untuk transpor dan belajar. Tapi itu dulu.
Sekarang coba lihat, tadinya Anda mau beli baju, tapi beras sudah tidak ada.
Berarti kan harus membeli beras dulu. Orang-orang yang di-PHK lebih
membutuhkan biaya makan. Siapa yang mau belajar saat kelaparan? Makanya
buruh kurang tertarik ikut training lewat Kartu Prakerja. Mereka hanya
menginginkan dana tunai dan bahan kebutuhan pokok untuk bertahan hidup. Lagi
pula, misalnya keterampilannya diasah sekarang, tidak ada jaminan mereka
bekerja lagi setelah ikut kursus tiga bulan.
Serikat Buruh Virus Corona Omnibus Law PHK Mogok Buruh Tenaga Kerja
Asing Hari Buruh I May Day Jokowi Buruh dan Permasalahannya Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Menko Perekonomian Serikat Pekerja Seluruh
Indonesia I SPSI
Daftar Teroris, Cara Presiden
Mesir AI-Sisi Membungkam
Oposisi
teroris.
oposisi.
YANG dilakukan Rami Shaath sebenamya tak istimewa amat. Dia hanya kencang
mengkampanyekan boikot dan sanksi terhadap Israel. Tapi, pada 18 April lalu,
Departemen Terorisme Pengadilan Mesir memasukkan pendiri partai politik
Hizbul Dustur itu bersama 12 nama lain ke daftar teroris di negaranya. Pengadilan
menganggap mereka bekerja sama dengan Al-Ikhwan al-Muslimun, yang
dinyatakan sebagai organisasi terlarang oleh Presiden Abdul Fattah al-Sisi.
Status "teroris" ini berlaku selama lima tahun. Selama itu pula Rami dan kawan
kawan dilarang bepergian ke luar negeri dan memegang jabatan publik. Aset
mereka juga dibekukan dan keanggotaan di berbagai organisasi otomatis dicabut.
Mereka yang berstatus legislator kehilangan kursi di parlemen. Bagi pengacara,
itu berarti tak bisa lagi beracara di pengadilan.
Istri Rami, Celine Lebrun-Shaath, menuding ada motif politik di balik putusan
pengadilan tersebut. "Ini adalah upaya keji untuk menodai reputasi orang-orang
yang ada dalam daftar," kata Celine, akhir April lalu. Pengacara Rami, Khalid Ali,
menyatakan akan meminta banding atas putusan tersebut.
Kelompok oposisi menganggap putusan tersebut cuma upaya Presiden Al-Sisi
membungkam pesaingnya. Orang-orang yang masuk daftar dulu ditangkap karena
membentuk Koalisi Harapan, aliansi politik untuk menyambut pemilihan umum
parlemen pada November nanti. Di tengah wabah Covid-19, "Kebijakan
keamanan pemerintah semacam ini merupakan indikasi bahwa tujuan sebenamya
adalah membungkam setiap kritik atas pelanggaran hak asasi manusia," demikian
pemyataan Cairo Institute for Human Rights Studies yang diteken delapan
organisasi hak asasi negeri itu.
Pengacara hak asasi manusia, Ala Abdulmunsif, menilai daftar teroris itu dibikin
untuk kepentingan Al-Sisi. "Ini tak ada urusannya dengan konstitusi," ujamya
kepada Middle East Eye, Kamis, 30 April lalu. Penetapan seseorang masuk daftar
itu hanya berdasarkan rekomendasi dari jaksa, tanpa penyelidikan atau
pemeriksaan di pengadilan lebih dulu. "Tujuannya adalah mengontrol musuh
politik dengan membatasi gerak dan mengendalikan aset keuangannya."
Middle East Eye mencatat pemerintah sekarang punya lebih dari 6.300 nama
dalam "daftar teroris". Sebagian kecil nama itu memang anggota kelompok milisi
bersenjata yang berbahaya. Tapi kebanyakan adalah aktivis perdamaian, politikus,
pengacara hak asasi manusia, dan orang biasa yang terkait dengan mereka. Di
antaranya mantan presiden Muhammad Mursi, yang meninggal tahun lalu;
pemain bola Muhammad Abu Trika; pengusaha Safwan Thabit; Abdul Munim
Abul Futuh, mantan kandidat presiden dari Al-Ikhwan al-Muslimun, dan
wartawan Hisham Gafar.
Adapun selusinan orang yang baru masuk daftar itu, selain Rami, di antaranya
pengarang Khalid Abu Shadi, investor Umar al-Shaniti, dan tokoh revolusi Ziad
al-Alimi-orang paling terkenal dalam "daftar teroris" terbaru.
Ziad adalah pemimpin Partai Sosial Demokrat dan satu dari 16 tokoh mahasiswa
penggerak unjuk rasa akbar di Lapangan Tahrir yang menggulingkan Husni
Mubarak pada 2011. Tahun lalu, dia dihukum penjara satu tahun dan denda 20
ribu pound Mesir atau sekitar Rp 19 juta karena dianggap menyebarkan berita
palsu yang mengganggu ketertiban umum melalui wawancara televisi BBC pada
2017.
"Ziad al-Alimi ditahan secara tidak sah sejak Juni tahun lalu setelah ditangkap
karena kegiatan politik damai," ujar Direktur Riset dan Advokasi Amnesty
International untuk Timur Tengah dan Afrika Utara Philip Luther. Dalam
wawancara itu, kata Luther, Ziad berbicara tentang pemenjaraan dengan motif
politik, penghilangan paksa, dan penyiksaan di Mesir. "Kami menyerukan agar
pemerintah Mesir segera dan tanpa syarat membebaskan Ziad dan mencabut
semua dakwaan terhadapnya."
Meski dituduh pemerintah Al-Sisi sebagai bagian dari gerakan Al-Ikhwan al
Muslimun, Ziad justru mengkritik organisasi itu. Dia menilai kelompok-kelompok
islamis, termasuk Al-Ikhwan al-Muslimun, telah mencemari tradisi Mesir dengan
pandangan intoleran dari Arab Saudi. "Mesir dibangun di atas keberagaman,"
katanya. Ini yang membuat tuduhan pengadilan Mesir bahwa Ziad membantu Al
Ikhwan al-Muslimun kurang masuk akal.
Kini, organisasi-organisasi hak asasi manusia cemas terhadap nasib para tahanan
politik di dalam penjara yang sudah sesak dan tidak higienis di tengah wabah
corona. Dewan Nasional untuk Hak Asasi Manusia mencatat bahwa penjara
penjara di sana sudah kelebihan penghuni hingga 160 persen. Bahkan, akibat
cuaca buruk belakangan ini, sejumlah penjara di Kairo dilanda banjir dan
pemadaman listrik. Human Rights Watch menyerukan agar pemerintah
membebaskan orang-orang yang ditahan secara tak adil.
Sejumlah imigran Afrika menjalani karantina selama berada kamp pengungsian di Pulau Lesbos,
Yunani, s April 2020./REUTERS/Elias Marcou
corona.
SAIDUL Hoque lahir di salah satu kamp pengungsi di Cox's Bazar, Bangladesh,
pada 1996 atau lima tahun setelah keluarganya meninggalkan Myanmar. Warga
etnis Rohingya ini sekarang tinggal di Kutupalong, kamp pengungsian terbesar di
dunia. Dia bercita-cita suatu hari nanti menjadi jurnalis dan ikut mendirikan
sekolah film bersama beberapa pengungsi lain yang awal tahun ini mulai melatih
pemuda Rohingya soal fotografi dan videografi.
Seperti warga dunia lainnya, Saidul risau terhadap wabah Coronavirus Disease
2019 (Covid-19), yang sampai 29 April lalu telah menginfeksi lebih dari 3,2 juta
orang dan menewaskan 229 ribu orang di seluruh dunia. "Jika masuk ke kamp
pengungsian, itu akan sangat menghancurkan," kata Saidul dalam cerita yang
dirilis situs Badan Pengungsi Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR),
Selasa, 21 April lalu.
Menurut data UNHCR, secara global ada 70,7 juta orang yang pergi dari rumah
mereka secara terpaksa, baik sebagai pengungsi maupun pencari suaka. Hingga 29
April lalu, belum ada pengungsi Rohingya di Cox's Bazar yang dinyatakan positif
Covid-19, tapi wabah itu sudah menginfeksi kamp pengungsian orang Palestina di
Libanon dan imigran asal Afrika di kamp penampungan pengungsi di Yunani.
Cox's Bazar menampung sekitar 860 ribu warga Rohingya yang lari dari
negaranya, Myanmar, karena mendapat penyiksaan dan perlakuan buruk. Dewan
Hak Asasi Manusia PBB mengategorikan perlakuan terhadap mereka sebagai
kejahatan genosida atau pemusnahan etnis. Dalam jumlah kecil, orang Rohingya
pergi ke Malaysia dan Indonesia. Tapi jumlah terbanyak ke Cox's Bazar, kota dan
pelabuhan perikanan di tenggara Bangladesh.
Di Cox's Bazar, korban Covid-19 pertama adalah wanita berusia lebih dari 60
tahun setelah kembali dari ibadah umrah di Arab Saudi, 13 Maret lalu. Warga
Maheshkhali, pulau di Cox's Bazar, itu diidentifikasi positifterkena corona pada
24 Maret. Jumlah korban positifbertambah menjadi lima setelah ada empat lagi
yang didiagnosis positifpada 19 April.
Setelah itu, jumlah kasus pasien positifcorona terus bertambah. Pada 8 April,
Bangladesh mencatat 218 kasus dengan 20 orang meninggal. Untuk mencegah
penularan, esoknya pemerintah Perdana Menteri Sheikh Hasina menutup total
Distrik Cox's Bazar, termasuk kamp pengungsian. "Area akan ditutup penuh.
Tidak ada yang boleh masuk, tidak ada yang boleh keluar sampai situasinya
membaik," demikian pengumuman pemerintah. Polisi dan tentara memasang
penghalang di jalan-jalan utama serta berpatroli di dalam dan sekitar kamp.
Warga Rohingya, kata Saidul, membeli makanan setiap hari karena tak memiliki
tempat penyimpanan untuk hari berikutnya. Tapi, karena karantina ini, mereka
tidak bisa pergi ke pasar dan orang-orang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari mereka, terutama untuk sayuran dan ikan. "Hari demi hari akan makin
sulit. Kami semua sepenuhnya bergantung pada lembaga swadaya masyarakat dan
pemerintah Bangladesh," ujarnya.
Menurut Nay San Lwin, ketika pasar ditutup, harga barang kebutuhan pokok naik.
Karena tidak memiliki akses telepon dan Internet, mereka tidak memiliki
informasi terbaru tentang corona. Pemerintah melarang pemakaian alat
telekomunikasi dan mematikan jaringan Internet sejak 10 September 2019.
Upaya untuk mengurangi penyebaran virus, kata Nay San Lwin, juga sulit
dilakukan. "Mereka perlu sering mencuci tangan, tapi beberapa kamp kekurangan
air. Mereka membutuhkan masker, tapi tidak ada yang membagikannya,"
tuturnya. Aktivitas lembaga swadaya masyarakat juga dibatasi. "Hanya aktivitas
tanggap darurat dan situasi kritis yang dapat mengakses kamp."
Bagi MSF, hal yang berubah setelah penutupan wilayah itu adalah berkurangnya
secara drastis jumlah konsultasi di fasilitas kesehatan. "Banyak orang enggan
mengunjungi klinik atau rumah sakit karena takut tertular virus. Ini berarti orang
tidak melakukan perawatan untuk masalah kesehatan serius lainnya yang pada
gilirannya dapat membahayakan nyawa mereka," kata Paul Brockmann,
perwakilan MSF di Bangladesh, kepada Tempo, Rabu, 29 April lalu.
Badan pengungsi PBB sedang membangun pusat isolasi dan perawatan yang
dapat menampung 150-200 pasien. Mereka juga membagikan sabun dan
berkampanye tentang bagaimana mencegah penyebaran virus. Tapi larangan
pemerintah terhadap telepon seluler dan layanan Internet di kamp-kamp dinilai
menghambat upaya-upaya itu.
Meski Cox's Bazar aman, sejumlah kamp penampungan pengungsi dan pencari
suaka lain mulai mengabarkan temuan kasus positif corona. Salah satunya di
kamp pengungsian Wavel di Kota Baalbek, Libanon, yang dikenal sebagai kamp
Jalil atau kamp Galilea. Menurut Badan Pengungsi Palestina PBB, kasus pertama
menimpa seorang wanita Palestina, 22 April lalu. Jumlah pasien positif di kamp
itu bertambah empat orang keesokan harinya.
Menurut data pemerintah Libanon, kamp Wavel dihuni lebih dari 2.000 orang.
Namun PBB menaksir jumlahnya sekitar 3.000 orang. Negara dengan populasi 5
juta ini juga menampung lebih dari I juta pengungsi Suriah. Untuk mencegah
meluasnya penyebaran virus, pasukan keamanan Libanon menutup area itu dan
mencegah siapa pun masuk dan keluar. Hingga Rabu, 29 April lalu, negara itu
mencatat 725 kasus corona dengan 24 orang meninggal.
Kamp penampungan lain yang bemasib serupa terdapat di Yunani, salah satu
tempat tujuan atau pilihan lokasi transit para imigran atau pengungsi menuju
Eropa. Yunani memiliki sejumlah tempat penampungan imigran atau pencari
suaka. Setidaknya tiga di antaranya mencatat ada kasus positif corona. Hingga
Rabu, 29 April lalu, negara itu mencatat 2.576 kasus corona dengan 139 orang
meninggal.
Penampungan pencari suaka yang banyak mencatat kasus positif adalah sebuah
hotel di kota selatan Kranidi yang dikelola oleh Organisasi Migrasi Intemasional.
Hotel itu menampung sekitar 450 pencari suaka, yang sebagian besar dari Afrika.
Saat pengujian pada 21 April lalu, setidaknya 148 orang dinyatakan positif Covid-
19.
Salah satu tempat penampungan besar di Yunani adalah kamp Moria, di pulau
Lesbos. Isinya 19 ribu orang meski dirancang hanya untuk 3.000 orang. MSF
berulang kali menyerukan evakuasi karena minimnya fasilitas di daerah ini. Di
beberapa bagian kamp hanya ada satu keran air untuk setiap 1.300 orang. Sabun
juga tidak tersedia. Keluarga yang terdiri atas lima-enam orang harus tidur di
ruangan yang sempit. "Ini berarti langkah-langkah untuk mencegah penyebaran
virus adalah mustahil," kata Hilde Vochten, Koordinator Medis MSF di Yunani,
seperti dilansir Al Jazeera.
3.249.264
Pencarl Suaka Global Pen1un1slT■rbes■r
KASUS
70,7 JUTAoRANG
MENGUNGSI SECARA GLOBAL
TURKI
------·----·---------·
25,9JUTA
1. PENGUNGSI
----------------- --------------------------
SUDAN 1,1juta
3,5J A
PULIH JERMAN 1,1juta
1
Kamp Wavel Kota Baalbek, Ubanon
Kamp Ellwangen di Baden
Wurttemberg, l■rman
5 pengungsi positif Covid-19
6 ENCARI SUAKA
250 terinfeksi Covid-19 j
Kamp Pencari Suaka Kranidi, Yunanl
0PENCARISU
148 positif Covid-19
Pemilik anjing menitipkan anjingnya sebagai upaya pencegahan virus corona kepada peliharaan, di
Mexico City, Mexico, 25 April 2020./REUTERS/Henry Romero
• Makin banyak kasus hewan piaraan yang tertular SARS-CoV-2 dari pemiliknya
• Anjing dan kucing adalah hewan peliharaan yang paling banyak tertular Covid-
19
• Belum ada bukti dan laporan penularan virus corona dari hewan peliharaan ke
manusia
HEATHER McLean barn menyadari perangai aneh Winston, anjing ras pug milik
keluarga asal Chapel Hill, North Carolina, Amerika Serikat, itu adalah gejala
Covid-19. Winston menjadi anjing piaraan pertama di Amerika Serikat yang
positifterinfeksi virus SARS-CoV-2. Peneliti menduga Winston tertular virus
pemicu Covid-19 itu dari tuannya. "Batuk dan bersinnya sangat aneh, tampak
seperti tercekik," kata Heather kepada stasiun televisi lokal WRAL, Senin, 27
April lalu.
Anjing jantan berumur dua tahun itu diketahui terinfeksi setelah peneliti
dari Duke University memeriksa usapan lendir dari mulutnya pada 1 April lalu.
Keluarga McLean adalah relawan dalam studi Duke University yang memeriksa
respons tubuh terhadap infeksi. Empat anggota keluarga itu <lites usap dan diambil
darahnya, sementara Winston, seekor pug lain, dan seekor kucing hanya <lites
usap mulut. Hasil tes anak perempuan Heather, Sydney; kucing betina;
dan pug berumur 13 tahun negatif. Adapun Heather dan suaminya, Samuel
McLean; anak laki-laki mereka, Ben; dan Winston positif.
Samuel bekerja sebagai dokter di unit gawat darurat University of North Carolina
Hospitals sementara Heather dokter anak di Duke University.
Menurut Ben, Winston yang paling diemong keluarganya ketimbang piaraan lain.
Anjing itu tidur di ranjang bersama ibu dan ayahnya. Winston juga kerap menjilati
sisa makanan di semua piring. "Kami selalu menempelkan wajah kami ke
wajahnya. Masuk akal kalau dia tertular (virus corona)," ujar Ben seperti
dikutip WRAL.
Winston merupakan bagian dari sejurnlah hewan piaraan pertama yang tertular
virus corona di Amerika Serikat. Sebelumnya, pada 22 April lalu, Departemen
Pertanian Amerika Serikat mengurnumkan dua ekor kucing
di New York mengidap penyakit pemapasan ringan setelah hasil pengujian virus
SARS-CoV-2 temyata positif. Pada kasus pertama, pemilik
kucing terdiagnosis Covid-19 sebelum kucingnya sakit. Sedangkan dalam kasus
kedua, pemilik kucing menderita sakit pemapasan tapi belum
terkonfirmasi Covid-19.
Bukan hanya piaraan rumah yang positif SARS-CoV-2. Sebelumnya, pada 5 April
lalu, Nadia-seekor harimau Malaysia di Bronx Zoo milik Wildlife
Conservation Society di New York-terdiagnosis terinfeksi virus tersebut.
Harimau betina berumur empat tahun itu menjadi hewan pertama di Amerika
Serikat yang terkena infeksi virus corona. Menurut Paul Calle, kepala dokter
hewan Bronx Zoo, Nadia diduga tertular dari seorang penjaga yang tak
menunjukkan gejala Covid-19 dan identitasnya tak diketahui. "Hanya itu
kemungkinannya," tutur Calle kepada National Geographic, Rabu, 22 April lalu.
Perkembangan terbaru dari Bronx Zoo, ada empat harimau gunung dan tiga singa
Afrika yang hasil tesnya positif Covid-19 tiga minggu setelah kasus pertama
dilaporkan. Dalam rilis pada 22 April lalu, Wildlife Conservation Society
menyebutkan kondisi kedelapan kucing besar tersebut terus membaik. "Mereka
berperilaku normal, makan dengan baik, dan batuk mereka makin berkurang."
Kasus hewan piaraan pertama di dunia yang positif Covid-19 dilaporkan terjadi
pada seekor anjing di Hong Kong pada 24 Maret lalu. Anjing Pomeranian
berumur 17 tahun bemama Benny itu akhimya mati. Anjing kedua adalah
ras German Shepherd berumur dua tahun. Pada 27 Maret lalu, di Leige, Belgia,
juga dilaporkan kasus kucing tertular virus corona dari pemiliknya. Dan pada 30
Maret lalu kembali seekor kucing yang tinggal bersama majikannya di Aberdeen,
Hong Kong, tertular virus tersebut.
Deni Noviana, guru besar Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, mengatakan penularan
virus corona ke hewan piaraan hanya bisa melalui kontak yang dekat dan terus
menerus dengan manusia yang terinfeksi. Menurut Deni, hasil penelitian memang
menunjukkan reseptor ACE2 atau angiotensin converting enzyme 2 diekspresikan
di kebanyakan mamalia. "Tapi tak semua ACE2 dapat dimanfaatkan SARS-CoV-
2 sebagai reseptor," kata Deni.
Menurut Deni, berdasarkan rilis resmi dari World Organization for Animal
Health atau Office International des Epizooties, saat ini ada empat laporan yang
menyatakan beberapa jenis hewan piaraan yang tertular Covid-19, di antaranya
anjing dan kucing. "Kejadian terakhir hewan yang dilaporkan positif
terinfeksi Covid-19 pada 26 April lalu adalah dua ekor cerpelai di Belanda,"
ucapnya.
Bagaimana dengan hewan ternak? Deni merujuk pada penelitian Jianzhong Shi
dari Harbin Veterinary Research Institute, Cina, yang menemukan bahwa replikasi
virus SARS-CoV-2 buruk pada hewan ternak, seperti ayam, bebek, dan babi.
Penelitian Shi yang menyuntikkan virus ke dalam hidung hewan-hewan
percobaan itu dilakukan di laboratorium biosafety level 4. "Sejauh ini belum ada
data lain terkait hewan ternak jenis lain yang berpotensi tertular virus," ujar Deni
melalui surat elektronik kepada Tempo pada Selasa, 28 April lalu.
DODY HIDAYAT (SCIENCE, SCIENCEALERT, LIVESCIENCE, WRAL, TIME, THE NEW YORK
7
Kelelawar diyakini sebagai
keManusia
inangmoyangSARS-
CoV-2.
Adaptasi
Perubahan pada
protein permuk aan sel
Dindingsel memungkinkan virus
menempel di sel inang
+
baru.
SEL INANG
lnfeksi
SUMBER: GRAPHIC NEWS, NATURE, NCBI
ambulans.
Alat berbasis sistem pneumatik itu dibuat untuk memenuhi kebutuhan ventilator
dalam penanganan pasien di tengah pandemi akibat virus corona (Covid-19).
Ventilator bemama Covent-20 itu merupakan hasil kolaborasi para peneliti dari
Fakultas Teknik UI, Fakultas Kedokteran UI, Rumah Sakit Universitas Indonesia,
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta, dan Rumah Sakit Umum
Pusat Persahabatan, Jakarta.
Perangkat
ventilasi slang
ventilasi sekali
pakai, Positive
End Expiratory
Pressure Valve,
masker standar
dewasa dan anak.
Volume udara
respirasi 300-600
militer.
Covent-20
memiliki dua jenis ventilasi:
1. Continuous Positive Airway Pressure
(CPAP) untuk pasien yang masih sadar
dan memerlukan bantuan pasokan
oksigen ke paru-paru. _ Catudaya Baterai litium 12,6 volt. 4.000
2. Continuous Mandatory Ventilation 100-240 miliampere-jam dengan waktu operasi
(CMV) untuk pasien yang memiliki gejala - volt AC, 50- lebih dari 4 jam.
pneumonia berat, tidak dapat mengatur 60 hertz:
pernapasan sendiri, atau mengalami 12voltDC,
gagal napas. Pernapasan pasien _ 2ampere
akhirnya harus dikendalikan oleh mesin adapter.
sehingga dia perlu dibius.
-
D �
�111111111111,/fi
I
D
111 111
Convent-20/Tempo
Kebutuhan ventilator Indonesia selama ini dipenuhi dari impor. Ada sekitar 70
distributor yang memasok 231 jenis ventilator impor. Pandemi Covid-19 yang
melanda dunia membuat permintaan ventilator meningkat dan stok yang bisa
diimpor menjadi terbatas. Basari mengatakan belum ada ventilator produksi
Indonesia yang dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. "Riset dan kerja sama
dengan mitra lokal bisa membantu produksi ventilator lokal," ucap Basari.
BAJU hazmat sekali pakai yang menutupi tubuh dari kepala hingga kaki sangat
tidak nyaman dikenakan untuk waktu lama. Untuk menghemat baju hazmat,
peneliti dari University of Melbourne, Australia, dan Western Health merancang
purwarupa personal ventilation hood yang dapat dipasang pada tempat tidur
pasien terinfeksi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Alat ini berupa tudung
plastik transparan yang dapat dilipat dan dilengkapi pengisap udara untuk
menciptakan tekanan negatif. Peralatan sejenis sudah banyak di pasar-biasanya
untuk membawa pasien dengan ambulans-
namanya portable patient isolation unit.
RP 670 JUTA
Unit isolasi pasien EpiShuttle dari perusahaan Norwegia, EpiGuard, ini berdesain
futuristis. Unit ini dibuat untuk mobil, helikopter, atau pesawat ambulans.
EpiShuttle melakukan pertukaran udara 15 kali per jam, mampu mengangkut
pasien berbobot maksimal 150 kilogram dan panjang 198 sentimeter. Terdapat
8 port operasi untuk menangani pasien, kantong sampah, dan kantong limbah cair.
Tersedia juga port kabel peralatan pemantau dan ventilator.
Bilik isolasi
RP 44,69 JUTA
Bilik isolasi biologi bertekanan udara negatif BFG-11 buatan Biobase asal Cina ini
dapat diletakkan di atas usungan pengangkut pasien. Unit isolasi ini terbuat dari
bahan thermoplastic polyurethane dengan ritsleting untuk membuka dan
menutupnya. Bertenaga baterai 12 volt yang bertahan 8 jam. Terdapat empat filter
HEPA. Laju aliran udaranya 67 meter kubik per jam.
Tenda oksigen
Tenda oksigen
Ruang isolasi Oxygen Tent ini dikembangkan oleh kelompok fanatik
olahraga Mile High Training untuk mengantisipasi kondisi tipisnya oksigen di
ketinggian. Tenda berdinding polivinil karbonat ini juga dapat digunakan
mengisolasi pasien di tempat tidurnya. Tenda dirancang kedap udara untuk
menciptakan lingkungan kaya oksigen buat pasien. Bagian kepala pasien juga bisa
menggunakan tambahan pelindung Altitude Tent Canopy.
Unit pemindah pasien isolasi atau Patient Isolation Transport Unit ini dirancang
oleh Mark Comunale, CEO Inland Empire Anesthesia Medical Group, California,
Amerika Serikat. Selubungnya terbuat dari vinil dengan tiang-tiang aluminium
ditumpangkan pada rangka tempat tidur. Tiga buah motor akan mengisap keluar
udara yang lebih <lulu melalui filter HEPA untuk menciptakan tekanan negatif.
Tumpak Panggabean
KUTIPAN
Laode Ida
Komisioner Ombudsman, Laode Ida, menanggapi protes dari kepala daerah
mengenai aturan bantuan sosial karena kebijakan yang berbeda-beda dari para
menteri, Senin, 27 April 2020.
ALBUM
PENGANGKATAN
Agus Santoso
KETUA Umum Persatuan Jaksa Indonesia ini diangkat menjadi Wakil Jaksa
Agung menggantikan Arminsyah yang meninggal karena kecelakaan tiga pekan
lalu. Pengumuman pengangkatan Untung disampaikan Jaksa Agung Sanitiar
Burhanuddin pada Rabu, 29 April 2020. Sejak 2017, Untung menjabat Kepala
Badan Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Agung. Posisi tersebut kini akan diisi
Tony Tribagus Spontana.
PENGHARGAAN
Hammam Riza/bppt.go.id
LEMBAGA ini mendapat penghargaan Top IT Telco 2020 pada Rabu, 29 April
2020. Kepala BPPT Hammam Riza menerima penghargaan yang diberikan
majalah Itech sejak 2013 ini secara virtual. Acara ini juga dihadiri Menteri Riset
dan Teknologi Bambang Brodjonegoro. Penghargaan tersebut diberikan kepada
institusi pemerintah ataupun swasta yang dinilai berhasil mengimplementasikan
teknologi informasi dan komunikasi dalam lingkungan kerja sehingga
meningkatkan kinerja, pelayanan, serta daya saing.