Pada periode orde lama, Indonesia berada pada masa semangat dalam aktualisasi perbandingan penegakan HAM di Indonesia. Pada masa ini elit politik sedang berada pada semangat mengimplementasikan demokrasi parlementer. Menurut ahli, hal ini dapat dari lima hal yaitu adanya berbagai partai dengan beragam ideologi, terdapat kebebasan pers, pemilihan umum dilaksanakan secara demokratis, parlemen sebagai dewan perwakilan rakyat melakukan pengontrolan yang baik terhadap kinerja eksekutif, dan terdapat kebebasan untuk mengembangkan pemikiran mengenai HAM, inilah adalah beberapa perbandingannya dari penengakkan HAM sebagai berkut:
Namun pada masa orde lama ini juga terdapat beberapa
penyimpangan. Penyimpangan tersebut diantaranya adalah penetapan presiden sebagai pemegang kekuasaan eksekutif dan legislatif, pengangkatan Ir.Soekarno. Sebagai presiden seumur hidup oleh MPRS, presiden membubarkan DPR hasil pemilu 1995 karena menolak APBN kemudian dibentuk DPR-Gotong Royong yang diangkat dan diberhentikan oleh presiden, demokrasi berkembang menjadi demokrasi terpimpin, dan kecenderungan politik luar negeri yang sebelumnya bebas aktif menjadi condong kepada salah satu blok tertentu. Penyimpangan tersebut tidak sesuai dengan UUD 1945 dan memperburuk kondisi politik, ekonomi, keamanan. Kondisi yang buruk ini mencapai puncaknya dengan adanya pemberontakan G30S/PKI yang menewaskan beberapa jenderal. Hal tersebut tentu merupakan pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia.
2. Masa Orde Baru
Selain berbagai kasus yang menghilangkan nyawa terjadi pada masa orde baru, Hak Asasi sebagai seorang muslim juga sempat dihalangi pada masa pemerintahan Soeharto. Para pelajar wanita yang beragama islam dilarang menggunakan hijab dengan dikeluarkannya SK052/c/Kep/D.82 mengenai pengaturan seragam sekolah yang dikeluarkan pada tahun 1982. Seluruh siswa harus mengenakan pakaian sesuai aturan yang dibuat pemerintah sehingga para muslimah tak dapat mengenakan jilbab karena dianggap melanggar aturan. Hal ini tentu merampas hak yang dimiliki dalam melaksanakan perintah agama. Para siswa yang melanggar mendapatkan teror hingga dikeluarkan dari sekolah.
Setelah melalui perjuangan yang panjang, pada 16 Februari 1991
dikeluarkan peraturan yang memperbolehkan siswi untuk menggunakan hijab dengan dikeluarkannya SK 100/C/Kep/D/1992. Pada tahun 1965 mahasiswa melakukan demonstrasi dan menuntut pemerintah melaksanakan Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat). Menanggapi hal tersebut, presiden Soekarno mengeluarkan mandat pada Letjen Soeharto yang dikenal dengan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Mandat tersebut berisi perintah untuk memulihkan keadaan dan kewibawaan pemerintah, namun mandat tersebut dianggap sebagai pengangkatan Soeharto sebagai presiden dan itu adalah masa awal dari orde baru, inilah adalah beberapa perbandingannya dari penengakkan HAM sebagai berkut:
Pada masa orde baru terdapat perubahan pada kondisi politik,
ekonomi, dan pendidikan. Pada bidang politik Indonesia menjadi anggota PBB sehingga rakyat Indonesia memiliki pengakuan hak asasi yang sama di dunia. Pada bidang ekonomi, masyarakat Indonesia mendapatkan hak untuk mendapatkan hidup yang layak dengan adanya program transmigrasi, repelita, dan swasembada pangan. Dalam bidang pendidikan rakyat Indonesia mendapatkan haknya atas pendidikan yang dibuktikan dengan adanya gerakan wajib belajar dan gerakan nasional orang tua asuh (GNOTA). Gerakan tersebut terbukti mampu memerangi buta huruf. Selain keberhasilan dalam menjamin hak rakyat dalam bidang pendidikan dan ekonomi, namun banyak pula pelanggaran terhadap HAM yang terjadi pada era orde baru. Perlindungan terhadap perbandingan penegakan HAM di Indonesia sangat lemah dengan kekuasaan absolut yang dijalankan oleh presiden Soeharto selama 32 tahun (enam kali pemilu). Beberapa pelanggaran HAM yang terjadi pada masa pemerintahan presiden Soeharto diantaranya yaitu kerusuhan yang terjadi di Tanjung Priok pada tahun 1984 dimana banyak demonstran yang tewas ditembak. Pada tahun 1981, perselisihan antara warga dengan PT London Sumatra Plantation menyebabkan 3 orang meninggal.