Anda di halaman 1dari 32

EVIDENCE BASED PRACTICE

STIMULASI TUMBUH KEMBANG PADA ANAK BERKEBUTUHKAN

KHUSUS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak

Dosen Pengampu : Ns. Endang Zulaicha Susilaningsih, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 5
Hari Purnomo ST182018
Nina Setyowati ST182026
Novi Kusumaningrum ST182028
Noviana Nur Zaidah ST182029
Pungky Ade ST182034
Setara Surya Budhiyanti ST182043
Yulia Rahmawati S ST182053

TRANSFER PRODI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya

berbeda, tapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan

perkembangan (Adriana, 2011). Pertumbuhan adalah perubahan yang bersifat

kuantitatif, yaitu bertambahnya jumlah ukuran, dimensi pada tingkat sel organ

maupun individu anak. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan

juga ukuran dan struktur organ-organ tubuh dan otak. Pertumbuhan fisik dapat

dinilai dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,

meter), umur tulang, dan tanda-tanda seks skunder (Soetjiningsih & Ranuh,

2013).

Perkembangan adalah perubahan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan fungsi tubuh

yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan.

Perkembangan menyangkut porses diferensiasi sel tubuh, organ, dan sistem organ

yang berkembang sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi fungsinya,

termasuk juga perkembngan kognitif, bahasa, motorik, emosi, dan perkembangan

perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Perkembangan

merupakan perubahan yang bersifat progresif, terarah, dan terpadu.

Perkembangan motorik anak berlangsung secara sefokaudal dan proksimadistal

(Soetjiningsih & Ranuh, 2013). Prinsip sefokaudal merupakan proses

perkembangan yang dimulai dari kepala kearah kaki. Sebagai contoh,

perkembangan pertama anak adalah mengangkat kepala sebelum dia dapat


berjalan. Sedangkan prinsip prosimodistal merupakan perkembangan yang

dimulai dengan menggerakkan anggota badan yang paling dekat dengan

pusat/sumbu tengah hingga yang terjauh. Sebagai contoh, anak dapat

menggerakkan bahunya kemudian juga menggerakkan kebagian tangan dan

kakinya (Aziz, 2008 dalam Soetjiningsih & Ranuh, 2013). Setiap anak memiliki

pola pertumbuhan dan perkembangan yang sama, tetapi kecepatannya berbeda.

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor biologis dan genetik anak, lingkungan,

serta di faktor internal dan eksternal. Pengaruh faktor tersebut dapat bersifat

sementara maupun permanen serta dapat mempengaruhi kecepatan dan kualitas

kecepatan tumbuh kembang anak. Pengaruhnya bisa memperlambat atau

meningkatkan kecepatan tumbuh kembang anak (Soetjiningsih & Ranuh, 2013).

Anak usia toddler antara usia 12–36 bulan adalah periode eksplorasi

lingkungan yang intensif. Perkembangan biologis selama masa toddler ditandai

dengan kemampuan motorik kasar dan motorik halus yang memungkinkan anak

menguasai berbagai aktivitas (Wong, 2008). Pertumbuhan anak usia toddler

antara lain tinggi badan, pertambahannya adalah 1,25 cm/bulan (1,5 x panjang

badan lahir). Sedangkan berat badan pertambahannya adalah 250-350

gram/bulan, namun setelah usia anak 2 tahun, kenaikan berat badan tidak

terkontrol, yaitu sekitar 2,3 kg/tahun. Pada masa toddler, pertumbuhan fisik anak

relatif lambat dibandingkan dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya

berjalan lebih cepat. Anak sering mengalami penurunan nafsu makan sehingga

tampak langsing (Nursalam, 2005). Keluarga atau orang tua mempunyai peran

penting dalam tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada pertumbuhan

anak orang tua mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan pangan anak agar

nutrisi anak tercukupi. Pada perkembangan orang tua berperan dalam mengasuh
anak serta memberikan pendidikan terhadap anak agar perkembangan anak

optimal. Selain kebutuhan sandang, anak juga memerlukan bimbingan, dan kasih

sayang dari orang tua (Soetjiningsih & Ranuh, 2013). Peranan penting keluarga

juga antara lain memberikan stimulasi bagi pertumbuhan dan perkembangan

anak. Pemberian stimulasi kondusif sangat dibutuhkan bagi anak untuk mencapai

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Anak mungkin akan mengalami

berbagai masalah atau keterlambatan dalam tumbuh kembang apa bila tidak

mendapatkan stimulasi yang kondusif. Kenyataanya tidak semua anak

mendapatkan stimulasi dari keluarga/orang tuanya karena berbagai alasan seperti

sibuk bekerja. Permasalahan tersebut diantisipasi dengan alternatif yaitu

mendelegasikan pengasuhan anak kepada orang lain. Saat ini semakin banyak ibu

yang bekerja dan semakin banyak pula anak yang ditinggal bekerja oleh orang

tuanya. Anak- anak yang kurang mendapat perhatian mengenai pola makan oleh

orang tuanya dan pengasuhnya akan mengalami gangguan pertumbuhan yang

diakibatkan oleh gangguan nutrisi. Saat orang tua bekerja suport keluarga tidak

mudah didapat, maka orang tua mengantisipasi dengan alternatif dengan

mendelegasikan pengasuhan anak kepada orang lain. Bila anaknya di tinggal

dirumah bersama asisten rumah tangga atau pengasuh bayi masih dapat

menimbulkan rasa cemas bagi orang tua anak yang sedang bekerja karena selalu

membayangkan berbagai resiko yang dapat terjadi pada anaknya (Soedjiningsih,

dkk, 2008).

Terkadang banyak hal yang tidak di ketahui oleh orang tua tentang

perkembangan anak mereka sehingga di perlukan penanganan khusus sejak dini.

Makna perkembangan pada seorang anak adalah terjadinya perubahan yang

besifat terus nenerus dari keadaan sederhana ke keadaan yang lebih lengkap,
lebih komleks dan lebih berdiferensiasi (Berk, 2003). Jadi, berbicara soal

perkembangan anak yang dibicarakan adalah perubahan. Pertanyaannya adalah

perubahan apa saja yang terjadi pada diri seorang anak dalam proses

perkembangan. Perkembangan anak penting dijadikan perhatian khusus bagi

orangtua. Sebab, proses tumbuh kembang anak akan mempengaruhi kehidupan

mereka pada masa mendatang. Dewasa ini upaya-upaya membantu anak yang

mengalami hambatan perkembangan telah mengalami pergeseran makna,

pemerintah mulai menggalakan program pendidikan usia dini atau pada masa

sebelum sekolah merupakan periode sampai usia 5 tahun (balita). Mereka

merupakan generasi penerus bangsa yang perlu perhatian, karena awal kehidupan

merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan. Berbeda dengan otak

orang dewasa, otak balita lebih plastis. Plastisitas otak ini mempunyai sisi positif

dan negatif. Sisi positifnya, otak balita lebih terbuka untuk belajar dan diperkaya.

Sedangkan sisi negatifnya, otak balita lebih peka terhadap lingkungan, terutama

lingkungan yang tidak mendukung, termasuk kemiskinan dan stimulasi yang

kurang. Sehingga masa ini disebut juga sebagai masa keemasan (golden period),

jendela kesempatan (window of oppoturnity), atau masa kritis (critical period).

Pada masa emas ini lah banyak stimulus yang dapat dengan cepat di respon anak.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan stimulasi?

2. Apa saja prinsip stimulasi tumbuh kembang pada anak?

3. Apa saja yang menjadi program stimulasi tumbuh kembang anak?

4. Apa saja fungsi bermain pada anak?


5. Apa saja jenis permainan untuk stimulasi tumbuh kembang anak?

6. Bagaimana metode, teknik dan contoh intervensi stimulasi tumbuh kembang

untuk Anak Berkebutuhan Khusus?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui evidence based practice stimulasi tumbuh kembang pada

anak berkebutuhan khusus

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengertian stimulasi

b. Untuk mengetahui prinsip stimulasi tumbuh kembang pada

c. Untuk mengetahui program stimulasi tumbuh kembang pada anak

d. Untuk mengetahui fungsi bermain pada anak

e. Untuk mengetahui metode teknik dan contoh intervensi stimulasi tumbuh

kembang pada Anak Berkebutuhan Khusus


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Stimulasi

Stimulasi adalah perangsang yang datangnya dari lingkungan diluar individu

anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi akan lebih cepat berkembang

daripada anak yang kurang bahkan tidak mendapatkan stimulasi, stimulasi ini

juga dapat berfungsi sebagai penguat (reinforcement) (Soetjiningsih, 2013)

Stimulasi kegiatan membina kemampuan dasar anak merupakan upaya untuk

mencegah kelambatan dan meningkatkan perkembangan anak stimulasi

pembinaan kemampua dasar anak dilakukan sesuai dengan tahap perkembangan

sesuai dengan umur anak. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh orangtua dan

anggota keluarga lainya dilingkungan rumah tangga masing-masing dalam

kehidupan sehari-hari (Depkes, 1997).

Stimulasi secara alamiah dapat dilakukan anak dengan sendirinya ketika

yang bersangkutan mulai belajar segala sesuatu dari awal. Misalnya belajar

berjalan, makan atau mencoba menarik perhatian orang-orang disekelilingnya.

Adapun stimulasi lainnya dapat direkayasa dengan memberikan rangsangan pada

setiap inderanya. Misalnya, merangsang penglihatan dengan memberikan warna

yang cerah dan terang di dalam kamar tidur atau pada mainannya. Sementara itu,

untuk merangsang pendengaran, dapat diberikan bunyi-bunyian berupa musik

sejak bayi di dalam kandungan hingga tumbuh menjadi anak.

Dalam pemilihan musik, sebaiknya orang tua lebih bijak karena musik bisa
mempengaruhi IQ serta pembentukan karakter anak. Ada baiknya sejak masih di

dalam kandungan anak sudah diperkenalkan dengan musik klasik. Sedangkan

untuk indera perabaan, kain yang mempunyai tingkat kekasaran atau kelembutan

yang bervariasi dapat dijadikan media stimulasi.

Semua stimulasi tersebut dapat mengembangkan dan memperluas otak anak

sebagai wadah kognitif bagi mereka sehingga dapat tumbuh menjadi individu

yang cerdas. Peran orang tua sangat menentukan dalam tumbuh kembang anak.

Selain itu, agar anak tidak hanya cerdas dalam hal pengetahuan, pendidikan

agama dan moral juga harus distimulus sedari dini.

B. Prinsip Stimulasi

Dalam melakukan stimulasi, harus menggunakan prinsip sebagai berikut:

1. Sebagai ungkapan rasa cinta & sayang, bermain bersama anak sambil

menikmati kebahagiaan bersama anak.

2. Bertahap dan berkelanjutan, serta mencakup 4 bidang kemampuan

perkembangan (motorik kasar, motorik halus, bahasa & personal sosial).

3. Dimulai dari tahapan perkembangan yng telah dicapai anak.

4. Dilakukan dengan wajar, tanpa paksaan, hukuman/bentakan.

5. Anak selalu diberi pujian.

6. Alat bantu stimulasi (jika perlu) dicari yang sederhana, tidak berbahaya &

mudah didapat.

7. Suasana dibuat menyenangkan & bervariasi


C. Program Stimulasi

Program Stimulasi atau Program Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini

Tumbuh Kembang (SDIDTK) merupakan revisi dari program Deteksi Dini

Tumbuh Kembang (DDTK) yang telah dilakukan sejak tahun 1988 dan termasuk

salah satu program pokok Puskesmas Kegiatan ini dilakukan menyeluruh dan

terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraanan tara keluarga,

masyarakat dengan tenaga professional Tidak ada perbedaan yang signifikan

antara SDIDTK dengan DDTK, hanyalah perbedaan istilah.

Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak

secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan

intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang pada masa lima tahun pertama

kehidupan, diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua,

pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh

masyarakat, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat) dengan tenaga

professional kesehatan, pendidikan dan sosial).

D. Fungsi Bermain Pada Anak

Wong (1995) dalam Nursalam (2005), menjelaskan fungsi bermain sebagai

berikut :

1. Perkembangan sensori motor

Perkembangan sensori motor ini didukung oleh stimulasi visual, stimulasi

pendengaran, stimulasi taktil (sentuhan) dan stimulasi kinetik. Stimulasi visual

merupakan stimulasi awal yang penting pada tahap permulaan perkembangan


anak. Anak akan meningkatkan perhatiannya pada lingkungan sekitar melalui

penglihatannya. Oleh karena itu orang tua sangat disarankan untuk

memberikan mainan berwarna- warni pada usia tiga bulan pertama. Stimulasi

pendengaran (stimulus auditif) sangat penting untuk perkembangan bahasanya.

Memberikan sentuhan (stimulus taktil) yang mencukupi pada anak berarti

memberikan kasih sayang yang diperlukan oleh anak. Stimulus ini akan

memberikan rasa aman dan percaya diri pada anak sehingga anak akan lebih

responsif dan berkembang. Stimulus kinetik akan membantu anak untuk

mengenal lingkungannya yang berbeda.

2. Perkembangan kognitif (intelektual)

Anak belajar mengenal warna, bentuk/ukuran, tekstur dari berbagai

macam objek, angka dan benda. Anak belajar utuk merangkai kata, berpikir

abstrak dan memahami hubungan ruang seperti naik, turun, dibawah dan

terbuka.

3. Sosialisasi

Sejak awal masa anak-anak, bayi telah menunjukkan ketertarikan dan

kesenangan terhadap orang lain, terutama terhadap ibu.

4. Kreativitas

Tidak ada situasi yang lebih menguntungkan/ menyenangkan untuk

berkreasi dari pada bermain. Anak-anak dapat bereksperimen dan mencoba

ide-idenya.

5. Kesadaran diri

Dengan aktivitas bermain, anak akan menyadari bahwa dirinya berbeda

dengan yang lain dan memahami dirinya sendiri. Anak belajar untuk

memahami kelemahan dan kemampuannya dbandingkan dengan anak yang


lain. Anak juga mulai melepaskan diri dari orang tuanya.

6. Nilai-nilai Moral

Anak mulai belajar tentang perilaku yang benar dan salah dari lingkungan

rumah maupun sekolah. Dengan mengenal lingkungan anak akan berinteraksi

yang akan memberikan makna pada latihan moral. Mereka mulai belajar

mentaati aturan.

7. Nilai terapeutik

Bermain dapat mengurangi tekanan atau stress dari lingkungan, anak

dapat mengekspresikan emosi dan ketidakpuasan atau situasi sosial serta rasa

takutnya yang tidak dapat diekspesikan di dunia nyata.

E. Jenis Permainan

Alat permainan merupakan salah satu alat untuk menstimulasi

perkembangannya sehingga harus disesuaikan dengan usia dan tingkat

perkembangannya. Bermain diawali dari yang sederhana sampai yang kompleks.

Berdasarkan isinya, bermain dapat dibedakan menjadi permainan yang

berhubungan dengan orang lain (social pleasure play), permainan yang

berhubungan dengan kesenangan (sense pleasure play), permainan yang hanya

memperhatikan saja (unocupid behavior) dan permainan ketrampilan (skill play).

Berdasarkan karakteristik sosial, bermain merupakan interaksi antara anak

dan orang dewasa yang dipengaruhi oleh usia anak. Tipe permainannya

diantaranya permainan dengan mengamati teman-temannya bermain (onlooker

play), permainan yang dimainkan sendiri (solitary play), permainan bersama

teman tanpa interaksi ( pararrel play), permainan bersama tanpa tujuan kelompok

( associative play), dan permainan dengan bermain bersama yang diorganisir

(cooperative play).
Contoh Stimulus yang dapat diberikan pada anak usia kurang dari 1 tahun

USIA STIMULUS STIMULUS STIMULUS STIMULUS

VISUAL AUDITIF TAKTIK KINETIK

0 – 3 BULAN Objek warna Mengajak bicara Membelai, Berjalan-jalan

terangdi atas menyisir,


Mendengarkan
tempat tidur menyelimuti
musik lonceng

4 – 6 BULAN Menonton TV, Mengajak bicara Bermain air Berdiri pada paha

mainan warna orang tua


Panggil namanya
terang yang
Membantu
dapat dipegang
tengkurap,duduk

7 – 9 BULAN Menonton TV, Panggl namanya Mengenal Membantu

mainan warna bebagai tekstur tengkurap di


Ajari memanggil
yang terang dan lantai
orangtuanya Bermain air
dapat dipegang
Latih berdiri
Memberitahu
Bermain ciluk
yang sedang Permainan tarik
ba
dilakukan dorong

10 – 12 Ajak ke tempat Suara binatang Merasakan Permainan tarik

BULAN ramai hangat/dingin dorong


Menyebutkan

Kenalkan bagian tubuh Memegang Bersepeda

gambar makan sendiri

Contoh lain stimulasi yang bisa diberikan berdasarkan usia


USIA 1-2 TAHUN

LEARNING  STYLE EXERCISE

VISUAL TEXT – Menyusun benda-benda dengan bentuk yang nyata

REALISTIC ke dalam papan pasak yang merupakan

pasangannya.

Kategori bendanya : berbagai jenis angka, berbagai

jenis huruf, bendera. Benda-benda tersebut tidak

hanya terbagi atas jenis-jenisnya saja, akan tetapi

terbagi juga atas aneka warna, kecuali untuk jenis

bendera. Latih anak juga untuk mengenal warna.

PICTURE – Menyusun benda-benda dengan bentuk-bentuk

IMAGINATION gambar dalam papan pasak yang merupakan

pasangannya.

Kategori bendanya : untuk geometri adalah

persegi, persegi panjang, lingkaran, elips, segitiga,

jajar genjang. Berbagai jenis hewan, berbagai jenis

buah-buahan. Benda-benda tersebut tidak hanya

terbagi atas jenis-jenisnya saja, akan tetapi terbagi

juga atas aneka warna. Latih anak juga untuk

mengenal warna.

AUDITORY LINGUISTIC – Menyusun benda-benda dengan bentuk yang nyata

ACUSTIC ke dalam papan pasak yang merupakan

pasangannya.

Kategori bendanya : berbagai jenis angka, berbagai


jenis huruf, bendera. Benda-benda tersebut tidak

hanya terbagi atas jenis-jenisnya saja, akan tetapi

terbagi juga atas aneka warna, kecuali untuk jenis

bendera. Sambil menyusun benda ke papan pasak

pasangannya minta anak menyebutkan benda

tersebut, dan nama negara untuk bendera. Latih

anak juga untuk mengenal warna

MUSICAL – Menyusun benda-benda dengan bentuk yang nyata

MUSICAL ke dalam papan pasak yang merupakan

pasangannya.

Kategori bendanya : berbagai jenis angka, berbagai

jenis huruf, dan gambar hewan. Benda-benda

tersebut tidak hanya terbagi atas jenis-jenisnya

saja, akan tetapi terbagi juga atas aneka warna,

kecuali untuk jenis hewan akan disesuaikan dengan

warna aslinya. Sambil menyusun benda ke papan

pasak pasangannya minta anak menyebutkan benda

tersebut, dan menirukan suara hewan yang ada di

gambar

KINESTETHIC BODY– Menyusun benda-benda dengan bentuk yang nyata

EXPERIMENTIN ke dalam papan pasak yang merupakan

G pasangannya.

Kategori bendanya : berbagai jenis angka, berbagai

jenis huruf, dan gambar buah-buahan. Benda-

benda tersebut tidak hanya terbagi atas jenis-


jenisnya saja, akan tetapi terbagi juga atas aneka

warna, kecuali untuk jenis buah akan disesuaikan

dengan warna aslinya. Anak harus memindahkan

benda-benda tersebut ke papan pasak yang

merupakan pasangannya dalam jarak 60cm.

TACTILE– Menyusun benda-benda dengan bentuk yang nyata

OBSERVATION ke dalam papan pasak yang merupakan

pasangannya.

Kategori bendanya : berbagai jenis hewan,

berbagai jenis huruf, dan gambar buah-buahan.

Benda-benda tersebut tidak hanya terbagi atas

jenis-jenisnya saja, akan tetapi terbagi juga atas

aneka warna, kecuali untuk jenis buah akan

disesuaikan dengan warna aslinya. Anak harus

memindahkan benda-benda tersebut ke papan

pasak yang merupakan pasangannya dalam jarak

30 cm dengan menjalankan benda tersebut di atas

landasan pacu yang disediakan. Ingat ! berikan

contoh terlebih dahulu.

USIA 2-3 TAHUN

LEARNING  STYLE EXERCISE

VISUAL TEXT – Menggunakan puzzle huruf, angka, dan bendera.

REALISTIC Setiap huruf, angka, dan bendera akan dipotong

menjadi dua bagian. Setiap benda akan diberikan


variasi warna. Tugas dari anak tersebut adalah

mencari pasangan yang cocok.

PICTURE – Menggunakan puzzle gambar geometri (persegi,

IMAGINATION persegi panjang, lingkaran, elips, segitiga, jajar

genjang),  hewan, buah-buahan, gambar wajah.

Setiap benda tersebut akan dipotong menjadi dua

bagian dan diberikan variasi warna. Tugas dari

anak tersebut adalah mencari pasangan yang

cocok.

AUDITORY LINGUISTIC – Menggunakan buku yang tiap halamannya ada

ACUSTIC tema tertentu. Minta anak untuk mencari benda-

benda ada di gambar pada box yang berisi replika

gambar sebenarnya. Lalu anak diajak untuk

menceritakan tema dari gambar tersebut sambil

diiringi oleh CD audio.

MUSICAL – Menggunakan buku yang tiap halamannya ada

MUSICAL tema tertentu. Minta anak untuk mencari benda-

benda ada di gambar pada box yang berisi replika

gambar sebenarnya. Lalu anak diajak untuk

menceritakan tema dari gambar tersebut dengan

mengikuti nada yang disediakan oleh CD audio.

KINESTETHIC BODY – Menggunakan buku yang tiap halamannya ada

EXPERIMENTING tema tertentu. Minta anak untuk mencari benda-

benda ada di gambar pada box yang berisi replika

gambar sebenarnya untuk ditempatkan dalam

gerbong kereta mainannya. Lalu anak diajak


untuk membawa mainan tersebut ke tempat

menyusun replika yang sudah disediakan dalam

jarak 1 meter.

TACTILE – Menggunakan papan pasak silinder berbagai

OBSERVATION ukuran dan  warna beserta silinder pasak yang

beraneka warna pula. Anak diminta diminta untuk

memasukkan pasak silinder ke dalam papan pasak

sesuai ukurannya. Setelah berhasil memasukkan

sesuai ukuran anak juga diminta untuk

memasukkan sesuai ukuran dan warnanya. Ingat!

Berikan contoh terlebih dahulu.

USIA 3-4 TAHUN

LEARNING  STYLE EXERCISE

VISUAL TEXT – Menggunakan buku latihan. Anak diperkenalkan

REALISTIC berbagai bentuk huruf, angka, dan bendera yang

berwarna. Lalu anak diminta untuk mecari

bentuk yang diperintahkan diantara bentuk-

bentuk yang sudah diacak. Anda bisa

mempercepat waktu pengerjaan.

PICTURE – Menggunakan buku latihan. Anak diperkenalkan

IMAGINATION berbagai bentuk buah, hewan, wajah, yang

berwarna. Lalu anak diminta untuk mecari

bentuk yang diperintahkan diantara bentuk-

bentuk yang sudah diacak. Anda bisa


mempercepat waktu pengerjaan.

AUDITORY LINGUISTIC – Disediakan buku latihan yang memiliki tema

ACUSTIC untuk setiap halamannya, mulai dari tema hutan,

laut, kebun, rumah. Anak diminta untuk

mencoret dengan pensil benda-benda yang

disebutkan. Lalu ia diajak bercerita mengenai

tema tersebut.

MUSICAL – Disediakan buku latihan yang memiliki tema

MUSICAL untuk setiap halamannya, mulai dari tema hutan,

laut, kebun, rumah. Anak diminta untuk

mencoret dengan pensil benda-benda yang

disebutkan dan sekaligus menirukan bunyinya.

Lalu ia diajak bercerita mengenai tema tersebut.

KINESTETHIC BODY – Disediakan miniatur dari berbagai benda yang

EXPERIMENTING sesuai dengan tema di buku. Temanya berkaitan

dengan berkebun, bermain bola/boneka/robot-

robotan, binatang, rutinitas sehari-hari, dll. Anak

diminta untuk menyebutkan benda apa saja yang

ada di tema dan memainkan tema tersebut dan

membuat garis penghubung antar benda dengan

permainan “peran”.

TACTILE – Anak diberikan berbagai pola dan anak diminta

OBSERVATION untuk mengikuti pola tersebut yang sudah

disajikan berurutan dari yang paling mudah

sampai yang paling sukar dengan pensil


warnanya.

USIA 4-5 TAHUN

LEARNING  STYLE EXERCISE

VISUAL TEXT – Menggunakan buku latihan. Anak diminta untuk

REALISTIC mengamati bentuk dan mampu membedakan,

mengerti tentang jumlah dan membandingkan,

ketajaman pengamatan, pengamatan kritis, daya

ingat, dengan menggunakan media huruf, angka,

dan simbol.

PICTURE – Menggunakan buku latihan. Anak diminta untuk

IMAGINATION mengamati bentuk dan mampu membedakan,

mengerti tentang jumlah dan membandingkan,

ketajaman pengamatan, pengamatan kritis, daya

ingat, dengan menggunakan media huruf, angka,

dan simbol.

AUDITORY LINGUISTIC – Menggunakan buku latihan. Anak diminta untuk

ACUSTIC mengamati bentuk dan mampu membedakan,

mengerti tentang jumlah dan membandingkan,

ketajaman pengamatan, pengamatan kritis, daya

ingat, dengan menggunakan media huruf, angka,

simbol, dan gambar. Lalu anak diminta untuk

menceritakannya (disertai CD audio)

MUSICAL – Menggunakan buku latihan. Anak diminta untuk

MUSICAL mengamati bentuk dan mampu membedakan,

mengerti tentang jumlah dan membandingkan,


ketajaman pengamatan, pengamatan kritis, daya

ingat, dengan menggunakan media huruf, angka,

simbol, dan gambar. Lalu anak diminta untuk

menceritakannya seperti membaca puisi yang

memiliki nada (disertai CD audio).

KINESTETHIC BODY – Menggunakan puzzle cerdas. Anak menggunakan

EXPERIMENTING dadu untuk menempatkan dimana posisinya. Ia

harus melompat ketika berpindah dari satu posisi

ke posisi lainnya. Pada setiap posisi ada

perintah2 yang masing2 bisa saja berkaitan

dengan mengamati bentuk dan mampu

membedakan, mengerti tentang jumlah dan

membandingkan, ketajaman pengamatan,

pengamatan kritis, daya ingat, dengan

menggunakan media huruf, angka, simbol, dan

gambar. Ia harus mengerjakan perintah yang

berkaitan dengan hal tersebut.

TACTILE – Menggunakan puzzle cerdas. Anak menggunakan

OBSERVATION dadu untuk menempatkan dimana posisinya.

Anak mewarnai setiap posisi yan sedang ia

tempati. Urutan perintah2 yang masing2 bisa saja

berkaitan dengan mengamati bentuk dan mampu

membedakan, mengerti tentang jumlah dan

membandingkan, ketajaman pengamatan,

pengamatan kritis, daya ingat, dengan


menggunakan media huruf, angka, simbol, dan

gambar. Ia harus mengerjakan perintah yang

berkaitan dengan hal tersebut.

USIA 5-6 TAHUN

LEARNING  STYLE EXERCISE

VISUAL TEXT – REALISTIC Menggunakan buku cerdas. Anak diminta untuk

mengerjakan teka-teki yang berkaitan dengan

huruf, angka, dan simbol. Tema teka-teki berkaitan

dengan ketajaman pengamatan, pembetukan kata,

jumlah, menebak peta jalan keluar, dll.

PICTURE – Menggunakan buku cerdas. Anak diminta untuk

IMAGINATION mengerjakan teka-teki yang berkaitan dengan

gambar, benda-benda tiga dimensi. Tema teka-teki

berkaitan dengan ketajaman pengamatan,

pembetukan kata, jumlah, menebak peta jalan

keluar, dll.

AUDITORY LINGUISTIC – Menggunakan buku cerdas. Anak diminta untuk

ACUSTIC mengerjakan teka-teki yang berkaitan dengan

gambar, benda-benda tiga dimensi, simbol, angka,

huruf. Tema teka-teki berkaitan dengan ketajaman

pengamatan, pembetukan kata, jumlah, menebak

peta jalan keluar, serta tema cerita. (diiringi audio

CD)

MUSICAL – Menggunakan buku cerdas. Anak diminta untuk


MUSICAL mengerjakan teka-teki yang berkaitan dengan

gambar, benda-benda tiga dimensi, simbol, angka,

huruf. Tema teka-teki berkaitan dengan ketajaman

pengamatan, pembetukan kata, jumlah, menebak

peta jalan keluar, serta tema cerita. (diiringi audio

CD). Anak mengerjakan sambil bernyanyi.

KINESTETH BODY – Menggunakan kartu cerdas. Anak diminta untuk

IC EXPERIMENTING mengerjakan teka-teki yang berkaitan dengan

gambar, benda-benda tiga dimensi, simbol, angka,

huruf. Tema teka-teki berkaitan dengan ketajaman

pengamatan, pembetukan kata, jumlah, menebak

peta jalan keluar, serta tema cerita. Setiap memulai

permainan anak diperbolehkan mengacak kartu dan

kemudian ia menyelesaikan persoalan sesuai

dengan instruksi yang ada di buku petunjuk.

TACTILE – Menggunakan buku cerdas. Anak bisa mengikuti

OBSERVATION latihan-latihan yang dapt mengasah ketajaman

pengamatan, mencari jalan keluar,

membandingkan, konsentrasi, daya ingat, dengan

mengerjakan aktivitas yang membutuhkan gerakan

tangan.
USIA 7 TAHUN

LEARNING  STYLE EXERCISE

VISUAL TEXT – Menggunakan buku cerdas. Anak diminta untuk

REALISTIC mengerjakan teka-teki yang berkaitan dengan

huruf, angka, dan simbol. Tema teka-teki

berkaitan dengan ketajaman pengamatan,

pembetukan kata, jumlah, menebak peta jalan

keluar, dll.

PICTURE – Menggunakan buku cerdas. Anak diminta untuk

IMAGINATION mengerjakan teka-teki yang berkaitan dengan

gambar, benda-benda tiga dimensi. Tema teka-teki

berkaitan dengan ketajaman pengamatan,

pembetukan kata, jumlah, menebak peta jalan

keluar, dll.

AUDITORY LINGUISTIC – Menggunakan buku cerdas. Anak diminta untuk

ACUSTIC mengerjakan teka-teki yang berkaitan dengan

gambar, benda-benda tiga dimensi, simbol, angka,

huruf. Tema teka-teki berkaitan dengan ketajaman

pengamatan, pembetukan kata, jumlah, menebak

peta jalan keluar, serta tema cerita. (diiringi audio

CD)

MUSICAL – Menggunakan buku cerdas. Anak diminta untuk

MUSICAL mengerjakan teka-teki yang berkaitan dengan

gambar, benda-benda tiga dimensi, simbol, angka,

huruf. Tema teka-teki berkaitan dengan ketajaman

pengamatan, pembetukan kata, jumlah, menebak


peta jalan keluar, serta tema cerita. (diiringi audio

CD). Anak mengerjakan sambil bernyanyi.

KINESTETHIC BODY – Menggunakan kartu cerdas. Anak diminta untuk

EXPERIMENTIN mengerjakan teka-teki yang berkaitan dengan

G gambar, benda-benda tiga dimensi, simbol, angka,

huruf. Tema teka-teki berkaitan dengan ketajaman

pengamatan, pembetukan kata, jumlah, menebak

peta jalan keluar, serta tema cerita. Setiap

memulai permainan anak diperbolehkan

mengacak kartu dan kemudian ia menyelesaikan

persoalan sesuai dengan instruksi yang ada di

buku petunjuk.

TACTILE – Menggunakan buku cerdas. Anak bisa mengikuti

OBSERVATION latihan-latihan yang dapt mengasah ketajaman

pengamatan, mencari jalan keluar,

membandingkan, konsentrasi, daya ingat, dengan

mengerjakan aktivitas yang membutuhkan

gerakan tangan.

F. Metode, teknik dan contoh intervensi Stimulasi Anak Berkebutuhan Khusus

Terdapat beberapa metode yang dianggap cocok dalam intervensi pada anak

dengan hambatan perkembangan kogniti, salah satu yang paling mudah adalah

melalui penggunaan pemikiran Piaget tentang pembentukan kognitif dasar, yang

implementasinya melalui latihan-latihan klasifikasi, seriasi, korespondensi maupun

konservasi. Disamping itu terdapat pula metode lain yang dapat digunakan, antara
lain:

1. Metode TEACCH

Metode TEACCH (Treatment and Education of Aitistic and Related

Comunication Handicapped Children and Adults), selain efektif untuk

meningkatkan kemampuan komunikasi pada anak autis, dan

implementasinya juga dipercaya mampu untuk meningkatkan kognitif

anak. Sebab, melalui penggunaan simbol atau gambar-gambar akan lebih

banyak memberikan kemudahan bagi anak dalam memaknai peristiwa

yang terjadi di lingkungannya.

2. Metode Multisensori

Metode multisensori atau VAKT (visual, auditory, kinesthetic, and

tactile) adalah suatu cara yang teratur yang digunakan untuk membantu

anak dalam mencapai tingkat kemampuan yang optimal, dengan lebih

memfokuskan pada pemfungsian semua indra/sensori (seperti :

penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan)dari anak

secara simultan dan terpadu. Melalui metode ini hambatan perkembangan

kognitif yang terjadi pada anak karena hambatan dalam indra tertentu

diharapkan bisa dikompensasikan oleh indra lainnya yang masih berfungsi

dengan lebih baik, sehingga proses pembentukkan konsep dapat dilakukan

dengan lebih utuh.

3. Metode Sensori Integrasi Therapi

Yaitu terapi yang menggunakan aktivitas fisik untuk meningkatkan

kemampuan otak mengatur penerimaan rangsang dan mengatur respons

terhadap rangsang tersebut secara tepat. Penekanan terapi ini adalah pada

sensomotorik dan proses neurologi dengan cara memanipulasi,


memfasilitasi dan menata lingkungan, sehingga secara bertahap dapat

tercapai peningkatan, perbaikan dan pemeliharaan kemampuan kognitif

anak. Dalam implementasinya, pelaksanaan terapi ini perlu disukung

dengan sarana/peralatan/media terapi yang memadai.

4. Teknik Pengalaman Langsung

Yaitu melalui penciptaan situasi dan kondisi yang memungkinkan

anak belajar dengan mengalami secara langsung dan nyata. Dalam

implementasinya dapat dilakukan melalui eksperimen sederhana, problem

solving, pembelajaran, simulasi, atau bermain peran (role playing).

5. Contoh Intervensi Stimulasi Anak Berkebutuhan Khusus

a. Pengembangan Alat Permainan My Custome untuk Menstimulasi

Kecerdasan Visual Spasial pada Anak Usia Dini Autis (Tejaningrum,

2013)

Permainan My Costume adalah serangkaian alat permainan yang

terstruktur, terpola, dan menyenangkan untuk menstimulasi dan

mengembangkan kecerdasan visual-spasial anak usia dini pada

umumnya dan anak autis pada khususnya. Permainan My Costume dapat

digunakan untuk semua anak usia dini baik yang normal maupun ABK

seperti autis, namun fungsi bagi anak normal akan berbeda dengan anak

penyandang autisme. Bagi anak usia dini pada umumnya permainan My

Costume dapat membantu menstimulasi semua kecerdasannya (bersifat

Multiple Intelligences). Adapun bagi anak autis, dikarenakan

keterbatasan yang mereka miliki permainan My Costume digunakan

untuk membantu menstimulasi dan meningkatkan kecerdasan

visualspasial, meningkatkan kepekaan terhadap pola, warna, bentuk,dan


kemampuan motorik halus. Peneliti akan memfokuskan dalam

pengembangan alat permainan My Costume sebagai media untuk

menstimulasi kecerdasan visual-spasial pada anak usia dini autis.

Pengembangan permainan My Costume ini terinspirasi dari tahapan

dalam membuat baju ataupun kostum. Di mana dalam membuat baju

akan dilakukan pemolaan terlebih dahulu dan pola itu yang akan menjadi

sebuah puzzle dalam permainan My Costume. Secara konsep, permainan

My Costume sama dengan tahapan dalam membuat baju/kostum. Dengan

tahapan pola, menjahit, dan memakainya untuk hasil akhirnya.

Permainan edukatif dalam konteks ini ialah suatu bentuk permainan yang

memuat berbagai pengetahuan dan dapat memberikan rangsangan untuk

perkembangan berbagai kecerdasan yang dimiliki oleh seorang anak.

Pendapat lain mengatakan bahwa permainan edukatif adalah sebuah

bentuk kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kesenangan atau

kepuasan dari cara atau alat pendidikan yang digunakan dalam kegiatan

bermain.5 Melihat demikian besarnya manfaat yang ditawarkan oleh

permainan My Costume, maka perlu pengembangan permainan My

Costume sehingga menjadi alat permainan edukatif bagi anak autis

dalam kegiatan di kelas maupun sentra. Permainan My Costume

digunakan dalam penelitian ini karena dengan melalui pola, menjahit

pola, dan memahami berbagai warna dan bentuk anak autis akan lebih

tertarik untuk melakukan pembelajaran dengan konsentrasi. Dengan

demikian, pengembangan permainan My Costume layak dilakukan dalam

rangka untuk meningkatkan kecerdasan visual-spasial anak usia dini

autis. Dari penelitian didapatkan kesimpulan bahwa media permainan


My Costume disusun untuk menstimulasi kecerdasan visual-spasial anak

usia dini autis, permainan edukatif My Costume dikembangkan melalui

model pengembangan yang mengadopsi model pengembangan Alessi

dan Trolip dengan melibatkan subjek ujicoba siswa usia dini autis di

SKA Bina Anggita Yogyakarta, hasil penelitian menunjukkan bahwa

produk permainan edukatif My Costume layak menjadi media

pembelajaran anak usia dini autis.

b. Pengajaran Kreativitas Anak Berkebutuhan Khusus pada Pendidikan

Inklusi (Mareza, 2016)

Model pembelajaran inklusi yang dilakukan guru pada sekolah inklusi

yaitu model klasikal, siswa normal digabung dengan siswa berkebutuhan

khusus dalam menerima pelajaran serta model individual yaitu dengan

memberikan bimbingan individual pada saat pendampingan proses

pembelajaran. Pembelajaran standar kompetensi kreativitas oleh guru

seni budaya di sekolah inklusi masih mengalami beberapa hambatan, di

antaranya adalah tidak tersedianya sarana dan sarana pembelajaran

untuk praktek seni seperti ruang khusus seni. Selain itu juga pada media

penunjang pembelajaran yang masih sulit untuk diperoleh. Strategi guru

dalam pembelajaran inklusi diantaranya mengatur posisi tempat duduk

serta menggunakan metode yang menjadikan siswa mendapatkan porsi

yang sama saat di kelas. Pendidikan guru yang tidak sesuai dengan

bidang ajarnya yaitu kesenian, sehingga guru tidak memahami dan

belum mampu menerapkan kompetensi dasar kreativitas karena

kurangnya wawasan berkesenian. Maka untuk selanjutnya sekolah perlu

mencari tenaga pendidik yang relevan, yang memiliki kemampuan yang


sesuai dengan bidang ajar. Pemerintah juga perlu menegaskan kembali

tentang kebijakan dalam mengajar oleh guru, baik penempatan tenaga

pendidik, juga waktu mengajar.

c. Peningkatkan Ketrampilan Motorik Kasar Siswa Down Syndrome melalui

Senam Ceria (Wafi, Sikabuden, 2018)

Kurangnya ketrampilan motorik merupakan salah satu hambatan yang

dimiliki oleh siswa down syndrome. Untuk meningkatkan ketrampilan

motorik dapat dilakukan dengan senam ceria. Penelitian dan

pengembangan ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan video

senam ceria terhadap ketrampilan motorik kasar siswa down syndrome.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

diadaptasi dari model pengembangan Arief S. Sadiman (2010). Terdapat

3 subjek validasi yaitu, (1) validasi ahli media yang menunjukkan

presentase 94%, (2) validasi ahli pembelajaran ABK yang memperoleh

presentase 92%, dan (3) ahli materi yang memperoleh presensate 87%.

Subjek uji coba dilakukan kepada 4 siswa down syndrome dengan

diperoleh rata-rata ketuntasan adalah 100%. Artinya adalah video senam

ceria sangat layak dan sangat efektif sebagai media pembelajaran untuk

meningkatkan ketrampilan motorik kasar siswa down syndrome.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi baru dalam

pengembangan media pembelajaran dan peningkatan ketrampilan

motorik kasar.

d. Stimulasi dan Pengelolaan Kelas untuk Anak Berkebutuhan Khusu di

Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Inklusi (Hermanto, 2010)

Dalam pengelolaan kelas tentunya guru harus mulai dengan persiapan


pembelajaran yang lebih menekankan pada persiapan pembelajaran

individual untuk semua atau yang lebih menekankan pada kondisi

masing-masing siswa. Penempatan duduk anak berkebutuhan khusus

harus disesuaikan dengan kondisinya. Dalam mengelola kelas, guru

harus mendesain kelas untuk aktivitas siswa yang merangsang

kemampuan fisik, sosial, bahasa, dan mental anak agar dapat

berkembang dengan baik. Dalam mengelola pembelajaran, guru harus

mengembangkan semua indra untuk merangsang sensori anak.

Guru taman kanak-kanak atau PAUD yang didalamnya terdapat anak-

anak berkebutuhan khusus tentu harus dapat memberikan pelayanan

yang optimal kepada semua anak kelasnya. Guru harus memiliki

pengetahuan dan ketrampilan memberikan stimulasi dan pengelolaan

kelas sekaligus dalam mendidik anak kelasnya agar anak dapat tumbuh

dan berkembang dengan baik. Untuk itu kegiatan seperti diskusi hari ini

menjadi penting untuk menjadikan tukar wawasan diantara kita praktisi

yang selama ini sehari-hari bergelut dengan dunia anak namun disatu

sisi belum mendapatkan bekal wawasan anak-anak berkebutuhan khusus

dengan akademis yang memahami tentang anak-anak berkebutuhan

khusus.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Stimulasi adalah perangsang yang datangnya dari lingkungan diluar individu


anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi akan lebih cepat berkembang

daripada anak yang kurang bahkan tidak mendapatkan stimulasi, stimulasi ini

juga dapat berfungsi sebagai penguat. Prinsip Stimulasi harus dengan prinsip

sebagai ungkapan rasa sayang dan cinta, bertahap dan berkelanjutan, dimulai dari

tahapan perkembangan yang telah dicapai anak, dilakukan dengan wajar, anak

selalu diberi pujian, alat bantu stimulasi, suasana yang menyenangkan. Program

stimulasi SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara

komprehensif dan berkualitas. Fungsi bermain pada anak yaitu perkembangan

sesnsori motorik, perkembangan kognitif, sosialisasi, kreativitas, kesadaran diri,

nilai-nilai moral, nilai terapeutik. Jenis permainan disesuaikan dengan kondisi

dan umur anak. Metode dan teknik stimulasi diantaranya metode TEACCH,

metode multisensori, metode sensori integrasi terapi, teknik pengalaman langsung

B. Saran

Penelitian dengan evidence based practice stimulasi tumbuh kembang anak

berkebutuhan khusus semakin dikembangkan guna peningkatan tumbuh kembang

anak yang semakin baik.

DAFTAR PUSTAKA

Adriana, Dian, 2011. Tumbuh Kembang dan Therapy Bermain pada anak.
Jakarta: Salemba Medika.

Berk, Laura E, 2003. Child Development 6th edition. USA: Pearson Education Inc

Depkes, Indonesia, 1997. Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh


Kembang Anak.
Hermanto, 2010. Penelitian Stimulasi dan Pengelolaan Kelas untuk Anak
Berkebutuhan Khusus di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Inklus.
Yogyakarta: FKIP UNY.

Mareza, Lia, 2006. Jurnal Indigenous Vol 1 No. 2 Pengajaran Kreativitas Anak
Berkebutuhan Khusus pada Pendidikan Inklusi. Purwokerto: PGSD-FKIP
Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Nursalam, 2015. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak untuk Perawat dan Bidan.
Jakarta: Salemba Medika.

Soetjiningsih, IG. N. Gde Ranuh, 2013. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tejaningrum, Dhiarti, 2013. Pengembangan Alat Permainan My Custome untuk


Menstimulasi Kecerdasan Visual Spasial pada Anak Usia Dini Autis.
Semarang: Jurnal PSKGJ-PAUD IKIP Veteran.

Wafi, Al S.T, Sihkabuden, 2018. Jurnal Orthopedagogia Vol 4 No. 1


Peningkatkan Ketrampilan Motorik Kasar Siswa Down Syndrome melalui
Senam Ceria. Ngawi: SLB Dr. Radjiman Wedyodiningrat.

Wong D. L., Huckenberry M.J, 2008. Wong’s Nursing care of infants and
children. St Louis Missouri: Mosby Company

Anda mungkin juga menyukai