Anda di halaman 1dari 11

I.

Pendahuluan

Perusahaan-perusahaan multinasional (MNC) mengevaluasi proyek-proyek


internasional dengan menggunakan penganggaran modal multinasional (multinational
capital budgeting), yang membandingkan manfaat dari suatu proyek dengan biaya-
biayanya. Karena banyak perusahaan multinasional menghabiskan lebih dari $100 juta per
tahun untuk membiayai proyek-proyek internasional, penganggaran modal multinasional
merupakan fungsi yang penting. Banyak proyek internasional tidak dapat dibatalkan begitu
saja tanpa harus menanggung kerugian yang besar, dan tidak dapat dijual dengan mudah
kepada perusahaan-perusahaan lain dengan harga yang wajar. Capital budgeting ditujukan
untuk memisahkan proyek internasional yang pantas diimplementasikan dan proyek yang
tidak patut dilaksanakan.

Bentuk paling populer dari penganggaran modal adalah menentukan net present value
dari proyek dangan mengestimasi present value dari arus kas masa depan, dan kemudian
dikurangi dengan investasi awal. Penganggaran modal multinasional biasanya melibatkan
proses yang sama. Tetapi, karakteristik khusus dan proyek internasional yang
mempengaruhi arus kas masa depan atau suku bunga diskonto yang digunakan untuk
mendiskontokan arus kas membuat penganggaran modal multinasional menjadi lebih
rumit.

II. Isi

Perspektif Induk Vs Perspektif Anak

Haruskah penganggaran modal bagi suatu proyek multinasional dilakukan dari


perspektif anak perusahaan yang akan mengelola proyek atau dari perspektif perusahaan
induk yang kemungkinan akan membiayai sebagian besar proyek? Sejumlah pihak
berpendapat bahwa perspektif anak perusahaan harus digunakan, karena anak
perusahaanlah yang bertanggung jawab mengelola proyek. Di samping itu, karena anak
perusahaan merupakan bagian dari MNC, apa yang baik bagi anak perusahaan tentu baik
bagi MNC secara keseluruhan. Tetapi, penalaran ini tidak selalu benar. Sejumlah pihak
berpendapat bahwa jika perusahaan induk yang membiayai proyek, maka evaluasi juga
harus dilakukan dari perspektif perusahaan induk. Implementasi analisa penganggaran
modal bervariasi menurut perspektif, karena arus kas setelah pajak neto bagi anak
perusahaan bisa berbeda secara substansial dari arus kas setelah pajak neto perusahaan
induk. Perbedaan tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor, beberapa di antaranya akan
dibahas di sini.

Perbedaan Tarif Pajak

Asumsikan bahwa perusahaan induk ingin memperluas departemen pemasaran dari


sebuah anak perusahaan. Juga asumsikan bahwa pemerintah negara tamu mengenakan tarif
pajak yang sangat rendah atas laba yang dihasilkan oleh anak perusahaan. Jika laba yang
dihasilkan proyek suatu saat akan dipulangkan ke perusahaan induk, MNC perlu
memperhitungkan bagaimana pemerintah negara induk akan memajaki laba tersebut. Jika
pemerintah negara induk mengenakan tarif pajak yang tinggi atas laba yang dipulangkan,
proyek tersebut layak diimplementasikan dari perspektif anak perusahaan, tetapi tidak dari
titik pandang perusahaan induk. Dalam skenario semacam itu, induk sebaiknya jangan
mengimplementasikan proyek perluasan tersebut, walaupun tampaknya layak diterapkan
dari perspektif anak perusahaan.

Pembatasan Pemulangan Laba

Pertimbangkan sebuah proyek yang akan diimplementasikan dalam negara yang


pemerintahnya melarang sebagian laba anak perusahaan dibawa keluar negara tersebut.
Karena mungkin tidak akan pernah bisa mengakses laba anak perusahaannya, proyek tadi
tidak menarik bagi induk. Tetapi, proyek tersebut mungkin saja menarik bagi anak
perusahaan. Salah satu solusi yang mungkin untuk masalah semacam ini adalah meminta
anak perusahaan untuk mendapatkan sebagian kebutuhan dana bagi proyek di dalam negara
tamu. Dalam hal ini, dana yang tidak dibolehkan untuk dipulangkan ke induk dapat
digunakan untuk melunasi pinjaman.

Pemulangan Berlebihan

Pertimbangkan sebuah perusahaan induk yang mengenakan fee administratif terlalu


tinggi atas anak perusahaannya, karena sistem manajemen terpusat yang digunakan. Bagi
anak perusahaan, fee tersebut merupakan beban. Bagi induk, fee mewakili pendapatan yang
kadang-kadang melebihi biaya aktual pengelolaan anak perusahaan. Dalam hal ini, laba
dari proyek bisa jadi rendah dari perspektif anak perusahaan dan tinggi dari perspektif
perusahaan induk. Kelayakan dari proyek sekali lagi tergantung pada perspektif mana yang
digunakan. Dalam banyak kasus, mengabaikan perspektif induk akan mendistorsi nilai
sebenarnya dari proyek luar negeri.
Pergerakan Nilai Tukar

Saat laba dipulangkan ke induk, biasanya harus dikonversikan dari valuta lokal anak
perusahaan ke dalam valuta perusahaan induk. Jumlah yang diterima oleh induk dengan
demikian dipengaruhi oleh nilai tukar. Jika proyek dinilai dari perspektif anak perusahaan,
proyeksi arus kas yang bakal diterima dari anak perusahaan tidak perlu dikonversikan ke
dalam valuta perusahaan induk.

Perspektif Induk Vs Perspektif Anak: Sebuah Contoh

Untuk mengilustrasikan bagaimana analisa penganggaran modal bervariasi menurut


perspektif, kajilah contoh sederhana berikut. Buckeye Corporation, sebuah MNC yang
berbasis di AS, memiliki anak perusahaan di Meksiko yang memproduksi dan menjual alat-
alat pertanian. Buckeye percaya anak perusahaannya dapat juga mengembangkan bisnis
perbaikan alat-alat pertanian. Proyeksi-proyeksi dan data-data relevan berikut telah
diperoleh bagi tujuan analisis:

 Investasi awal diperkirakan akan berjumlah 9,6 milyar peso, atau 9,6 juta
berdasarkan kurs berjalan sebesar $0,001 per peso.
 Bisnis baru ini diestimasikan akan menghasilkan 5 juta peso per tahun selama
4 tahun.
 Bisnis ini akan dijual setelah 4 tahun; pemerintah tamu akan mengakuisisinya
tanpa kompensasi kepada Buckeye; tetapi, pemerintah tamu tidak mengenakan
pajak atas laba yang dihasilkan oleh proyek baru ini, walaupun tetap
mengenakan withholding tax sebesar 20% atas setiap dana yang dipulangkan
ke induk di AS.
 Nilai tukar peso Meksiko telah diestimasikan sebagai berikut:

Akhir Tahun Nilai Peso


1 $0,0008
2 $0,0006
3 $0,0004
4 $0,0003

 Pemerintah AS akan memajaki setiap laba dolar yang diterima induk dari anak
perusahaannya dengan tarif 20%.
 Required rate of return dari proyek baru adalah 18%. Tingkat pengembalian
yang diinginkan ini didasarkan pada kondisi ekonomi berjalan, struktur modal
perusahaan, dan risiko dari proyek (akan dibahas dalam bab berikutnya).

Berdasarkan informasi-infonnasi di atas, telah dilakukan analisa penganggaran modal


seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 17.1. Panel bagian

GAMBAR 17.1 Analisa Penganggaran Modal: Buckeye Corporation (dalam ribuan)

Keterangan Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4

Perspektif Anak : P9.600.000


Investasi awal

Arus kas periodic P5.000.000 P5.000.000 P5.000.000 P5.000.000

PV dari arus kas (diskonto 18 P4.237.288 P3.590.922 P3.043.154 P2.578.944


%)

NPV kumulatif (P5.362.712) (P1.771.790) P1.271.364 P3.850.308

Perspektif induk :
Investasi awal $9.600

Arus kas dari anak P5.000.000 P5.000.000 P5.000.000 P5.000.000

Withholding tax (20%) P1.000.000 P1.000.000 P1.000.000 P1.000.000

Dana yang tersedia untuk induk P4.000.000 P4.000.000 P4.000.000 P4.000.000

Nilai tukar Peso Meksiko $0,0008 $0,0006 $0,0004 $0,0003

Dana yg diterima induk $3.200 $2.400 $1.600 $1.200

Pajak pemerintah AS (20%) $640 $480 $320 $240

Dana yg diterima setelah pajak. $2.560 $1.920 $1.280 $960

PV arus kas (18%) $2.169 $1.379 $779 $495

NPV kumulatif ($7.431) ($6.052) ($5.273) ($4.778)

atas memperlihatkan analisa yang dilakukan dari perspektif anak perusahaan dan
mengasumsikan bahwa anak perusahaanlah yang mengeluarkan dana investasi awal.
Present value dari arus kas-arus kas yang bakal diterima juga disajikan bersama-sama net
present value (NPV) kumulatif. NPV kumulatif bermanfaat tidak hanya untuk
mengestimasi NPV dari proyek, tetapi juga untuk menentukan berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk menghasilkan NPV positif. Karena proyek-proyek mungkin akan
dihentikan lebih cepat dari yang direncanakan (misalnya, karena pengambil-alihan yang
dilakukan pemerintah tamu, yang tidak diperkirakan sebelumnya), MNC tentu ingin meraih
NPV positif secepat mungkin. Analisa yang terdapat dalam Gambar 17.1 memperlihatkan
bahwa proyek baru Buckeye Corporation akan memiliki NPV positif pada akhir tahun 3.

Proyek ini juga dianalisa dari perspektif perusahaan induk dan ditunjukkan dalam
panel bagian bawah Gambar 17.1. Sekarang diasumsikan bahwa induklah yang
menyediakan dana investasi awal. Perbedaan dalam arus kas yang diterima induk
diakibatkan oleh 3 alasan. Pertama, setiap dana yang dipulangkan ke induk dikenakan
withholding tax 20% oleh pemerintah Meksiko, yang mengurangi jumlah peso yang bisa
dipulangkan. Kedua, peso harus terlebih dahulu dikonversikan ke dolar sebelum
dipulangkan ke induk. Karena peso diperkirakan akan mengalami depresiasi dari tahun ke
tahun, jumlah dolar yang diterima induk tiap tahun akan menurun. Terakhir, pemerintah
AS juga mengenakan pajak 20% atas laba yang diterima induk, yang tentu akan
mengurangi arus kas induk (analisa kita mengasumsikan bahwa semua dana yang
dipulangkan merupakan laba). Dari perspektif induk, NPV tetap negatif bahkan sampai
akhir tahun 4. Dengan demikian, proyek tersebut tidak layak diimplementasikan.
Kesimpulan ini jelas bertentangan dengan kesimpulan dari analisa yang dijalankan dari
sudut pandang perusahaan anak.

Dalam contoh di atas, tingkat pengembalian yang diinginkan perusahaan induk


(required rate of return) diasumsikan sama dengan tingkat pengembalian yang diinginkan
anak perusahaannya. Dalam realitas tingkat pengembalian yang diinginkan bisa jadi
berbeda. Tetapi, poin yang relevan di sini adalah bahwa perspektif perusahaan induk perlu
digunakan dalam upaya menentukan apakah proyek akan menaikkan nilai MNC secara
keseluruhan atau tidak. Perusahaan induk harus membuat keputusan yang akan menaikkan
kekayaan pemegang sahamnya. Tiap proyek, apakah berada di luar negeri atau di dalam
negeri, suatu saat harus menghasilkan arus kas bagi perusahaan induk agar kekayaan
pemegang saham meningkat. Setiap proyek yang dapat menciptakan NPV positif bagi
induk dapat menaikkan kekayaan pemegang sahamnya.

Pemakaian perspektif induk bisa dikecualikan jika perusahaan anak luar negeri tidak
dimiliki sepenuhnya oleh perusahaan induk, dan ketika proyek luar negeri sebagian
dibiayai oleh laba ditahan anak perusahaan dan sisanya dengan dana perusahaan induk.
Dalam hal ini, anak perusahaan luar negeri memiliki beberapa pemegang saham yang harus
dilayani. Setiap kesepakatan yang dibuat antara induk dengan anak patut diterima oleh
kedua pihak hanya jika kesepakatan tersebut menaikkan nilai dari kedua entitas.
Keputusan-keputusan yang dibuat tidak dimaksudkan untuk mentransfer kekayaan dari
satu entitas ke entitas yang lain, tetapi didasarkan pada kepentingan dari kedua kelompok
pemegang saham.

Walaupun ada pengecualian, sebagian besar anak perusahaan MNC di luar negeri
dimiliki sepenuhnya oleh induk. Contoh-contoh dalam buku teks ini secara implisit
mengasumsikan bahwa anak perusahaan dimiliki sepenuhnya oleh induk (kecuali jika
disebutkan lain), dan dengan demikian, berfokus pada perspektif perusahaan induk.

Gambar 17.2 mengilustrasikan proses sejak laba dihasilkan oleh anak perusahaan
sampai laba diterima oleh perusahaan induk. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa laba
awalnya berkurang akibat pajak korporasi yang dibayarkan ke pemerintah tamu.
Kemudian, sebagian laba ditahan oleh anak perusahaan (baik atas pilihan anak perusahaan
sendiri atau akibat regulasi pemerintah tamu). Dana yang tersisa kemudian dikonversikan
ke dalam valuta perusahaan induk (pada kurs yang berlaku) dan dipulangkan ke induk.
Karena banyak faktor yang telah disebutkan di sini dapat menguras laba anak perusahaan,
arus kas yang betul-betul diterima induk bisa jadi hanya sebagian kecil dari laba yang
dihasilkan anak perusahaan. Contoh ekstremnya, anak perusahaan dapat menahan dan
menginvestasikan semua laba yang dihasilkannya, dan menunda pemulangan laba ke induk
sampai suatu waktu di masa depan. Kelayakan proyek luar negeri dari perspektif
perusahaan induk tidak tergantung pada arus kas anak perusahaan, tetapi pada arus kas yang
pada akhirnya diterima induk. Walaupun Gambar 17.2 telah disederhanakan, gambar
tersebut mengilustrasikan kesulitan dalam mengestimasi arus kas yang akan diterima induk
dari laba yang awalnya dihasilkan anak perusahaan di luar negeri.
Arus kas yang dihasilkan anak perusahaan
Pajak korporasi yang dibayarkan ke pemerintah tamu
Arus kas setelah pajak bagi anak perusahaan
Laba yg ditahan anak perusahaan
Arus kas yang dipulangkan anak perusahaan
Withholding tax yg dibayarkan ke pemerintah tamu
Arus kas setelah pajak yg dipulangkan Anak perusahaan.

Konversi Dana Ke dalam Valuta Induk


Arus Kas Ke Induk
INDUK
Gambar 17.2 Proses Pemulangan Laba Dari Anak ke Induk

Input Bagi Penganggaran Modal MNC

Terlepas dari jenis proyek jangka panjang yang tengah dipertimbangkan, sebuah MNC
biasanya membutuhkan proyeksi data ekonomi dan keuangan berikut:

1. Investasi awal
2. Permintaan konsumen
3. Harga jual
4. Biaya variabel
5. Biaya tetap
6. Usia proyek
7. Nilai sisa (nilai likuidasi)
8. Restriksi-restriksi transfer dana
9. Undang-undang perpajakan
10. Nilai tukar
11. Required rate of return

Masing-masing karakteristik di atas akan dibahas satu per satu berikut ini.

1. Investasi awal. Investasi awal perusahaan induk bisa merupakan sumber dana utama
untuk mendukung suatu proyek tertentu. Dana awal yang diinvestasikan dalam sebuah
proyek mungkin tidak hanya mengandung dana yang dibutuhkan untuk memulai
proyek, tetapi juga dana-dana lain, seperti modal kerja untuk mendukung proyek dari
waktu ke waktu. Dana-dana semacam itu dibutuhkan untuk membiayai persediaan,
membayar upah, dan sebagainya, sampai proyek menghasilkan pendapatan. Karena
arus kas tidak akan selalu cukup untuk menutupi pengeluaran yang akan muncul, modal
kerja diperlukan sepanjang usia proyek.
2. Permintaan konsumen. Keakuratan peramalan besarnya permintaan konsumen bagi
sebuah produk sangat penting pada saat mengestimasi skedul arus kas. Tetapi,
permintaan di masa depan biasanya sulit diramalkan. Sebagai contoh, jika proyek yang
ingin dikerjakan adalah sebuah fasilitas produksi di Jerman yang akan memproduksi
mobil, MNC harus meramalkan berapa besar pangsa pasar Jerman yang bisa dirampas
perusahaan dari produsen-produsen mobil lain. Setelah proyeksi ini dibuat, peramalan
permintaan dapat dilakukan dengan mudah. Namun, proyeksi pangsa pasar bisa jadi
tidak tepat. Peramalan permintaan kadang-kadang dapat dibantu oleh data-data historis
mengenai berapa besar pangsa pasar yang telah dirampas oleh MNC lain pada saat
mereka memasuki pasar yang sama. Sekali lagi, data-data historis tidak selalu
merupakan indikator yang akurat mengenai masa depan. Di samping itu, banyak proyek
merupakan proyek perintis, sehingga tidak ada data historis yang bisa digunakan untuk
meramalkan masa depan.
3. Harga jual. Harga jual dari produk dapat diramalkan dengan menggunakan harga dari
produk-produk saingan yang telah ada dalam pasar. Tetapi, analisa penganggaran
modal jangka panjang meminta proyeksi, tidak untuk satu periode ke depan, tetapi
untuk sepanjang usia proyek. Harga masa depan akan sangat dipengaruhi oleh laju
inflasi negara tamu di masa depan (tempat di mana proyek dilaksanakan). Namun, laju
inflasi di masa depan tidak diketahui. Jadi, laju inflasi masa depan harus diproyeksi
terlebih dahulu sebelum proyeksi mengenai harga jual dibuat.
4. Biaya variabel. Sama seperti proyeksi harga jual, peramalan biaya variabel dapat
dilakukan dengan menilai kandungan biaya variabel dari produk-produk saingan
(seperti upah per-jam, dan sebagainya). Biaya variabel juga akan sangat dipengaruhi
oleh inflasi di masa depan. Sekalipun biaya variabel per unit dapat diramalkan dengan
akurat, proyeksi biaya variabel total (biaya variabel per unit kali volume produksi) bisa
tidak akurat jika proyeksi permintaan juga tidak akurat.
5. Biaya tetap. Secara periodik, biaya tetap mungkin lebih mudah diramalkan daripada
biaya variabel, karena biasanya tidak sensitif terhadap perubahan permintaan. Tetapi,
biaya tetap sensitif terhadap setiap perubahan laju inflasi negara tamu dari saat proyeksi
dibuat sampai saat biaya tetap dikeluarkan.
6. Usia proyek. Walaupun sulit untuk menilai usia dari sejumlah proyek, proyek-proyek
tertentu memiliki usia yang pasti karena akan dilikuidasi pada akhir usia tersebut. Hal
ini membuat analisa penganggaran modal mudah dilakukan. Harus disadari bahwa
MNC tidak selalu memiliki kontrol penuh menyangkut usia proyek. Dalam sejumlah
kasus, peristiwa-peristiwa politik bisa membuat proyek dilikuidasi lebih cepat dari yang
direncanakan. Probabilitas kemunculan peristiwa-peristiwa politik semacam ini
bervariasi antar negara.
7. Nilai sisa ( nilai likuidasi). Nilai sisa setelah pajak dari kebanyakan proyek sulit
diramalkan. Nilai ini akan tergantung dari beberapa faktor, termasuk keberhasilan
proyek dan sikap pemerintah tamu terhadap proyek tersebut. Kemungkinan
ekstremnya, pemerintah tamu dapat mengambilalih proyek tanpa memberikan
kompensasi yang memadai kepada MNC.
8. Restriksi-restriksi transfer dana. Dalam sejumlah kasus, pemerintah tamu akan
mencegah anak perusahaan mengirimkan labanya ke induk. Restriksi ini mencerminkan
upaya pemerintah tamu untuk mendorong peningkatan investasi di dalam negaranya,
atau untuk mencegah penukaran valuta lokal secara berlebihan dengan valuta-valuta
asing lain. Karena restriksi transfer dana mencegah kas kembali ke induk, proyeksi arus
kas neto dari perspektif induk akan dipengaruhi oleh restriksi ini. Jika sebuah
pemerintah tamu memunculkan restriksi ini, induk harus memperhitungkan masalah ini
saat memproyeksi arus kas. Tetapi, pemerintah tamu mungkin memodifikasi regulasi
transfer dana dari waktu ke waktu, sehingga MNC harus terus menerus meramalkan
restriksi transfer dana di masa depan dan memasukkannya ke dalam analisis.
9. Undang-undang pajak. Undang-undang pajak dari tiap negara individual berbeda satu
sama lain. Dalam sejumlah situasi, sebuah negara menyediakan deduksi pajak atau
kredit pajak bagi perusahaan multinasional untuk pembayaran pajak oleh anak
perusahaannya kepada pemerintah tamunya. Karena arus kas setelah-pajak perlu
diramalkan dalam melakukan analisa penganggaran modal, dampak-dampak dari
peraturan pajak suatu negara harus dipahami oleh MNC. Tetapi, peraturan pajak tentu
tidak permanen. Karena seringkali diubah, sulit mengetahui bagaimana peraturan pajak
akan mempengaruhi suatu proyek dari waktu ke waktu.
10. Nilai tukar. Setiap proyek internasional pasti akan dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar
selama usia proyek, tetapi fluktuasi ini biasanya sangat sulit diramalkan. Memang ada
metode-metode hedging yang bisa dipakai untuk berlindung dari fluktuasi nilai tukar,
tetapi sebagian besar metode ini digunakan untuk melindungi posisi-posisi jangka
pendek. Meskipun dimungkinkan untuk melakukan hedging jangka panjang, (memakai
kontrak forward jangka panjang atau currency swap), MNC tidak mengetahui secara
pasti berapa banyak dana yang harus di-hedge. Hal ini disebabkan karena pendapatan
dan biaya dari proyek di masa depan juga tidak pasti dan harus diramalkan. Jadi, MNC
mungkin memutuskan untuk tidak meng-hedge proyeksi arus kas neto valuta asing.
Sayangnya, sekalipun arus kas ini dapat diprediksi secara akurat, sebuah MNC yang
tidak melakukan hedging mungkin tidak bisa meramalkan secara akurat besarnya arus
kas yang akan diterima oleh induk dari proyek karena tidak akuratnya proyeksi
perubahan nilai tukar sepanjang usia proyek
11. Required rate of return. Setelah diestimasi, arus kas dapat didiskontokan memakai
required rate of return dari proyek, yang bisa berbeda dari cost of capital MNC karena
suatu proyek tertentu memiliki risiko yang unik. Cost of capital MNC akan dibahas
dalam bab selanjutnya.

Faktor-faktor tambahan lain akan dibahas setelah contoh sederhana mengenai analisa
penganggaran modal multinasional disajikan. Dalam dunia nyata, tidak ada angka-angka
pasti yang bisa dimasukkan MNC ke dalam komputernya. Semua variabel yang relevan
harus diramalkan secara akurat dalam mengevaluasi proyek. Jika yang dimasukkan ke
komputer adalah sampah (ramalan yang tidak akurat), output dari analisa juga akan berupa
sampah. Karena kesalahan semacam itu bisa berharga jutaan dolar, dapat dimengerti jika
perusahaan multinasional perlu menilai tingkat ketidakpastian dari setiap input yang
digunakan dalam evaluasi proyek. Hal ini akan dibahas secara lebih mendalam nanti dalam
bab ini.

PENGANGGARAN MODAL MULTINASIONAL: CONTOH

Penganggaran modal wajib dilakukan perusahaan multinasional untuk setiap proyek


jangka panjang yang ingin dijalankan. Proyek jangka panjang ini bisa berupa ekspansi
kecil-kecilan pada sebuah divisi dari anak perusahaan hingga pendirian anak perusahaan
baru. Contoh berikut berkenaan dengan kemungkinan pendirian anak perusahaan baru,
yang akan dimulai dengan asumsi-asumsi yang akan menyederhakan analisa penganggaran
modal, dan kemudian faktor tambahan akan dimasukkan dalam rangka mendekatkan
analisa kita dengan situasi dunia nyata.

Contoh berikut akan mengilustrasikan salah satu dari banyak metode analisa yang
tersedia. Namun, harus diingat bahwa masalah dunia nyata akan melibatkan kondisi yang
lebih rumit dari yang ditunjukkan di sini.

Contoh: Latar Belakang

Spartan Inc., produsen raket tenis berkualitas tinggi dari AS, tengah
mempertimbangkan untuk mengekspor raket ke Swiss. Tetapi, perusahaan memperkirakan
bahwa pemerintah Swiss akan melarang ekspor Spartan sebagai balas dendam atas restriksi
dagang yang baru-baru ini dikenakan oleh pemerintah AS kepada sejumlah barang ekspor
dari Swiss. Konsekuensinya, Spartan berencana untuk mendirikan anak perusahaan di
Swiss yang bisa memproduksi dan menjual raket tenis dalam pasar lokal. Beberapa
departemen dari Spartan Inc. telah diminta untuk menyediakan informasi-informasi yang
relevan bagi analisa penganggaran modal. Di samping itu, sejumlah eksekutif Spartan Inc.
telah bertemu dengan pejabat-pejabat pemerintah Swiss berkenaan dengan rencana
pendirian anak perusahaan di sana. Berikut adalah informasi-informasi yang diperoleh:

1. Investasi awal. Investasi awal diestimasikan 20 juta franc Swiss (SF), yang
meliputi dana untuk mendukung modal kerja. Berdasarkan kurs spot berjalan
sebesar $0,50 per franc Swiss, jumlah dolar dari investasi awal perusahaan
induk adalah $10 juta.
2. Usia proyek. Proyek diperkirakan akan berakhir setelah 4 tahun. Pemerintah
Swiss telah berjanji untuk mengakuisisi proyek Spartan Inc. setelah 4 tahun.
3. Harga jual dan permintaan. Estimasi harga jual dan volume permintaan selama
4 tahun yang akan datang ditunjukkan berikut ini;

III. Kesimpulan

IV. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai