No BP : 1911412023
Laporan: LO Radiologi Kedokteran Gigi
Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika pertama kali menemukan sinar
Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar katoda yang
disebutnya sinar baru atau sinar-X. Penemuan Roentgen ini merupakan suatu revolusi
dalam dunia kedokteran karena ternyata dengan hasil penemuan itu dapat diperiksa
bagian-bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah dapat dicapai dengan cara-
cara pemeriksaan konvensional (Rasad, 2000).
Dua pelopor x-ray gigi lainnya adalah William David Coolidge dan Howard Riley
Raper. Kemajuan paling signifikan dalam radiologi datang pada tahun 1913 ketika
William D. Coolidge memperkenalkan tabung katoda panas berisi kawat pijar
didalamnya. Pada tahun 1919, William D. Coolidge dan General Electric
memperkenalkan mesin x-ray gigi. Pada tahun 1923, miniatur yang lebih kecil dari versi
yang pertama dimunculkan, dan dalam 30 tahun terakhir kemajuan besar telah dibuat
dalam membatasi ukuran sinar x-ray (Thomson & Johnson, 2012).
b) Radiografi Kedokteran Gigi
Radiografi Oklusal
untuk melihat area yang luas pada rahang atas dan rahang bawah pada
satu film.
- Radiografi Ekstraoral
foto panoramik
gambaran yang memperlihatkan struktur facial, termasuk maksila
dan mandibula serta struktur pendukungnya.
foto lateral
untuk melihat keadaan sekitar lateral tulang muka,diagnosa fraktur,
keadaan patologis tulang tengkorak dan muka
untuk evaluasi kondisi dari tulang dan posisi impaksi gigi/ lesi
yang besar
foto chepalometric
untuk memperlihatkan relasi gigi rahang atas dan rahang bawah
dengan tulang wajah.
untuk melihat tengkorak, tulang wajah akibat trauma penyakita
atau kelainan tumbuh kembang
untuk melihat jaringan lunak nasofaring, sinus paranasal, dan
palatum keras.
2) Film sinar x
Terdiri dari dua jenis :
a. Non- screen film (film intraoral)
digunakan untuk film intraoral. Ukuran film yang digunakan antara lain:
> 31x41 mm periapikal
> 22x35mm bite wing
> 57x76mm foto oklusl
3) Grid
alat yang digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi radiasi hambur
yang dapat menyebabkan kabut pada hasil radiografis/ membuat gambar menjadi
kabur
4) Duty cycle
mengatut frekuensi penyinaran
5) Extension arm
mengatur posisi dan jarak dari tube head dengan control panel
c) Setelah adanya truma pada gigi dan berhubungan dengan tulang alveolar.
g) Evaluasi mendetail dari kista apikal dan lesi lainnya dalam tulang alveolar.
Teknik Paralel
Radiografi periapikal teknik paralel digunakan pada pengambilan
gambar gigi untuk mengurangi bentuk distorsi pada gambar dan
mengurangi radiasi X-ray.
Teknik pengambilan gambarnya yaitu dengan meletakkan film atau
reseptor gambar paralel ke gigi untuk diambil gambar, dan mengarahkan x-
ray beam tegak lurus dengan film dan giginya (Miles, dkk, 2009).
Keuntungan :
a) Gambar dihasilkan akurat secara geometris dengan perbesaran yang
kecil.
d) Mahkota gigi terlihat dengan baik sehingga dapat dideteksi apakah ada
karies.
f) Posisi relatif dapat dipertahankan antara film, gigi, dan X-ray beam,
tidak berpengaruh pada kepala pasien (Whaites, 2009).
k) sumbu panjang gigi dan merekam bidang reseptor gambar dapat secara
visual terletak sehingga lebih mudah untuk mengarahkan sinar-x tepat
(Thomson & Johnson, 2012).
Kerugian :
Teknik Bisecting
Teknik ini, yang sering disebut dengan teknik “Short-cone periapical” adalah
yang paling sering digunakan di praktik kedokteran gigi rutin dengan small low-
output dental x-ray (Mason, 1988). Film intraoralnya diletakkan dekat dengan gigi
dan X-Ray beamnya dapat diarahkan pada sudut yang tepat untuk film dan
obyeknya, biasanya dipegang oleh pasien sendiri (Mitchell, dkk, 2014).
Teknik bisekting menggunakan aturan isometri yaitu dua segitiga adalah sama
jika mereka memiliki dua sudut yang sama dan memliki satu sisi yang sama
(Iannucci & Howerton, 2012).
2. Sudut yang dibentuk antara sumbu panjang gigi dan sumbu panjang
reseptor gambar dinilai dan dibagi dua (Whaites & Drage, 2013).
3. Tabung X-ray diposisikan pada sudut yang tepat pada garis bisekting
dengan pusat sinar pada X-ray menuju menembus pada apeks gigi.
Keuntungan :
a) Memberikan detail yang bagus (Poyton, 1982).
b) Memposisikan film relatif simpel dan cepat, serta nyaman untuk pasien,
pada seluruh area mulut.
d) Cocok untuk pasien dengan lengkung palatal yang rendah dan pasien
anak-anak (Farman & Kolsom, 2014). dan mandibular yang sensitif di
area premolar (Iannucci & Howerton, 2012).
Kerugian :
e) Pada akar bukal gigi premolar dan molar rahang atas menyempit.
Radiografi BiteWing
- untuk melihat mahkota gigi rahang atas dan rahang bawah daerah anterior
dan posterior sehingga dapat digunakan untuk melihat permukaan gigi
yang berdekatan dengan puncak tulang alveolar.
- untuk melihat karies dibawah restorasi.
Teknik bitewing:
- film yang digunakan: spesial bite wing film, standard film dangn bite film
holder
- pasien menggigit sayap dari film untuk stabilisasi film dalam mulut
Gambar foto bitewing
Radiografi Oklusal
Radiografi oklusal adalah radiografi yang digunakan untuk melihat anatomi
tulang maksila maupun mandibular dengan area yang luas dalam satu film.
Radiografi oklusal dapat mendeteksi adanya fraktur, celah di palatum, dan
kelainan lainnya dari area yang luas. Film yang digunakan adalah film khusus
oklusal.
Teknik rontgen oklusal:
- Mengintrusikan pasien untuk mengoklusikan dan menggigit bagian
film.
- cross section view : sinar diarahkan tegak lurus terhadap film dan
oklusal plane
- topographic view : sinar diarahkan ≤ 90o terhadap film oklusal
plane 45o – 60o
B. Ekstra Oral
1. Teknik foto panoramik
gambaran yang memperlihatkan struktur facial, termasuk maksila dan
mandibula serta struktur pendukungnya.
Kelebihan foto panoramik :
> Daerah liputannya luas daripada intraoral
> Dosis radiasi foto panoramik ini relatif lebih kecil, dimana dosis
radiasi yang diterima pasien untuk satu kali foto panoramik sama
dengan dosis empat kali foto intraoral
Kekurangan foto panoramik
> Dapat terjadi sedikit distorsi
Pada penegakkan diagnosa, foto panoramik berguna untuk:
- Adanya lesi tulang/ ukuran dari posisi gigi terpendam/ impaksi yang
menghalanngi gambaran pada intraoral
- Melihat tulang alveolar dimana terjadi pocket lebih dari 6mm
- Melihat kondisi gigi sebelum dilakuakan rencana pembedahan
- Rencana perawatan orthodonti yang diperlukan untuk mengetahui
keaadaan gigi atau benih gigi
- Mengetahui ada atau tidaknya fraktur pada bagian mandibula
- Rencana perawatan implan gigi untuk vertical heightnya
- Mengevaluasi TMJ disorders/kelainan.
8. Submentovertex projection
untuk meliaht dasar tengkorak
posisi dan orientasi kondilus,sinus sphenoidalis dan fraktur pada arcus
zygomaticus, lengkung mandibula, dan dinding lateral sinus maksila
Kualitas gambar dan detail yang ditampilkan pada radiograf tergantung pada
beberapa faktor antara lain seperti :
1. Kontras, perbedaan antara macam-macam warna hitam, putih, dan
bayangan abu-abu.
2. Geometri gambar, posisi relatif dari reseptor gambar, objek, dan tabung
X-ray.
Gambaran Normal
Gambar radiografi sefalometri posterior anterior yang memiliki mutu yang baik
dan dapat diinterpretasi secara akurat memiliki criteria:
- Objek tercakup, yaitu objek yang akan dilihat kelainanya semua tampak
dalam gambar .
- Kontras baik, yaitu perbedaan dari daerah raiopaque dan radiolucent
terlihan jelas .
- Detail baik, yaitu tanda-tanda anatomis tampak dengan jelas
- Ketajaman baik, yaitu ouline dari setiap tanda anatomis terlihat jelas
- Proporsional antara muka atas dan bawah serta bentuk dan ukuran gigi
- Sinus frontal dan septum nasal terlihat jelas
- Simetris antara muka bagian kiri dan kanan
- Ouline mandibula kiri dan kanan sama jelas
Evaluasi Mutu Radiografi Sefalometri Lateral
Gambar radiografi sefalometri lateral yang memiliki mutu yang baik dan dapat
diinterpretasi secara akurat memiliki kriteria
- Objek tercakup, yaitu objek yang akan dilihat kelainanya semua tampak dalam
gambar
- Kontras baik, yaitu perbedaan dari daerah raiopaque dan radiolucent terlihan
jelas
- Detail baik, yaitu tanda-tanda anatomis tampak dengan jelas
- Ketajaman baik, yaitu ouline dari setiap tanda anatomis terlihat jelas
- Sella tursica berhimpit dan tidak ada bayangan
- Oklusi gigi terlihat jelas
- Sebaiknya terlihat bayangan jaringan lunak pada hidung dan bibir
- Garis Frankfort sejajar dengan lantai
Evaluasi Mutu Radiografi Panoramik
- Gambar radiografi panoramic yang memiliki mutu yang baik dan dapat
diinterpretasi secara akurat memiliki kriteria :
- Objek tercakup, dari Temporomandibular Jpint sampai tepi mandibula
- Kontras baik, yaitu perbedaan dari daerah raiopaque dan radiolucent terlihan
jelas
- Detail baik, yaitu tanda-tanda anatomis tampak dengan jelas
- Ketajaman baik, yaitu ouline dari setiap tanda anatomis terlihat jelas
- Kejelasan tiga region gigi abterior, dan kondiloid kanan dan kiri
- Simetris, yaitu sudut mandibula kiri dan kanan sama jelas
- Gigi posterior dan anterior proporsional dan memiliki warna yang jelas
- Tidak terdapat gost image, yaitu bayangan dari benda-bedan yang dipakai oleh
pasien, seperti anting-anting.
B. Prosesing
Struktur Film Radiografi Dental
Film radiologi terdiri dari 4 komponen utama:
• A plastic base., transparan, berisi cellulose acetate, berfungsi sebagai
pendukung emulsi, namun tidak mempengaruhi hasil akhir (final image)
• Selapis tipis bahan adhesive untuk penahan emulsi pada base.
• Bahan emulsi (Emulsion) yang berada pada 2 sisi dari base, berisi kristal perak
halida (biasanya bromida) ditanam dlm matriks gelatin.
• Lapisan pelindung (protective layer) berupa clear gelatin yang melindungi
emulsi dari kerusakan
Prosesing Film
Prosesing adalah serangkaian tahap untuk mengubah gambaran laten
(tersembunyi) pada film yang telah terekspos menjadi gambar radiografi yang
visibel (dapat dilihat)
Proses pembentukan bayangan laten pada film radiografi
Paparan radiasi kimiawi : mengubah kristal silver halide yg bersifat
fotosensitif pada film radiografi utk memproduksi gambaran laten
(tersembunyi).
Prosesing film mengubah gambaran laten menjadi gambaran
radiografik yg visible (dpt dilihat = visual).
1. DEVELOPING
Merupakan tahap pertama dalam prosesing
Menggunakan cairan kimia developer
Tujuannya secara kimiawi mengendapkan kristal perak halida yang
telah terpapar sinar X sehingga berwarna hitam
Fungsi utama developer : mengubah kristal silver halide yg telah
terpapar sinar X menjadi butiran bromida dan silver metalik.
Larutan developer juga berfungsi melunakkan emulsi film solution
selama dalam prosesing
Proses developing dilakukan dg cara memasukkan dan
menggoncangkan film dlm lar developer selama 5-10 detik, sampai
terbentuk bayangan putih.
2. RINSING
3. FIXING
4. WASHING
Menggunakan air mengalir sampai bau asam dari lar fixer
menghilang.
Efektif pd suhu air 60 F.
Tujuan : utk menghilangkan sisa-sisa larutan fixer.
Proses washing yg tdk baik dpt menyebabkan discolorisasi dan
menyebabkan stains (kotoran/noda) pd film shg mengurangi
keakuratan informasi diagnostik.
5. DRYING
Darkroom/Kamar Gelap
Istilah Kamar Gelap sering digunakan untuk mendeskripsikan
kondisi dengan pencahayaan yang minimal.
Pada kamar gelap, semua lampu harus dimatikan, atau bebas
dari sinar putih, lampu maupun sinar alam.
Pada kondisi kamar gelap, diusahakan tidak terdapat celah
yang memungkinkan sinar untuk masuk.
X-ray film sangat sensitif terhadap visible white light.
Adanya kebocoran white light dapat menyebabkan film fog
(film berkabut).
Film yang berkabut nampak berwarna keabuan pudar, kurang
kontras dan susah untuk diagnosa.
Metode Prosesing
1. Manual :
Dengan kamar gelap :
1. Keberadaan bagian apeks gigi atau area yang dimaksudkan untuk didiagnosis
tidak terlihat dalam gambar maupun tulang periapikal yang muncul hanya
sepanjang kurang dari 3mm.
2. Gambar yang kabur dari apeks gigi ataupun area yang dimaksudkan untuk di
diagnosis.
3. Adaanya cone cut dinilai sebagai kesalahan dimana cone memotong sebuah
bagian dari gigi geligi.
4. Angulasi vertikal dari X-ray beam yang salah menyebabkan gambar yang
memanjang atau memendek. Secara subyektif dikategorikan sebagai “ringan” dan
“berat”, tidak dapat digunakan dalam klinis apabila masuk kategori “berat”.
5. Angulasi horizontal dari X-ray beam yang salah menyebabkan gambar gigi
tumpang tindih (apabila dilihat dari mahkota maupun akar gigi). Film tidak dapat
diterima ketika tumpang tindih mencapai setengah dimensi horizontal dari akar
maupun mahkota.
8. Tidak adanya mahkota gigi dalam radiograf, hilang secara keseluruhan maupun
sebagian dari mahkota gigi.
9. Posisi film, yang ideal adalah ketika gigi yang dimaksud berada di
tengah/pusat. Penyimpangan dari posisi yang ideal dinilai sebuah kegagalan,
karena posisi yang buruk membuat hilangnya sebagian besar daerah yang
dimaksudkan untuk didiagnosis.
10. Kesalahan akibat hal yang lain seperti gerakan dari pasien maupun alat
radiografinya, film yang terbalik, dan adanya benda asing .
4. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Dasar-Dasar Interpretasi Radiologi KG
A. Struktur Anatomi
1. Enamel
enamel
a. Lokasi : terletak pada semua gigi, baik gigi susu maupun gigi permanen.
Berada hanya pada mahkota gigi paling koronal dengan batas bawah adalah
dentin.
b. Ukuran : mengikuti luas permukaan mahkota gigi dan memiliki
ketebalan kurang lebih 1-2,5 mm, dan tertipis di perbatasan dengan sementum di
CEJ.
c. Jumlah : melingkupi setiap mahkota gigi.
d. Bentuk : menyesuaikan bentuk oklusal tiap gigi.
e. Radiodensitas : enamel menunjukkan suatu gambaran radiopak yang sangat jelas,
paling radiopak di antara semua struktur gigi. Paling radiopak karena strukturnya
yang berbeda dari struktur jaringan keras lain yang terdapat pada tubuh manusia.
2. Dentin
a. Lokasi : terletak pada semua gigi, baik gigi susu maupun gigi permanen.
Berada pada mahkota dan akar gigi, pada mahkota berada tepat dibawah enamel. Pada
akar gigi, dentin mengelilingi pulpa hingga ke ujung ak
b. ar.
c. Ukuran : mengikuti luas permukaan mahkota gigi dan memiliki
ketebalan kurang lebih 10 mm, dan tertipis di apikal gigi.
d. Jumlah : melingkupi setiap mahkota gigi.
e. Bentuk : menyesuaikan bentuk oklusal tiap gigi.
f. Radiodensitas : dentin menunjukkan gambaran radiopak, tetapi tidak lebih
radiopak dari pada enamel dan sementum.
3. Sementum
a. Lokasi : terletak pada semua gigi, baik gigi susu maupun gigi permanen.
Berada pada seluruh permukaan akar gigi mengelilingi dentin, ke arah koronal
berbatasan dengan enamel yang disebut pertautan enamel sementum (Cemento Enamel
Junction). Bagian terluar dikelilingi oleh ligamen periodontal yang nampak radiolusen
pada gambar.
b. Ukuran : mengikuti luas permukaan akar gigi dan memiliki
ketebalan 10-60 mikron pada separuh koronal akar gigi, dan paling tebal sekitar 150-
200 mikron pada sepertiga apikal akar gigi.
c. Jumlah : melingkupi setiap akar gigi.
d. Bentuk : menyesuaikan bentuk akar gigi, karena menyusuri seluruh
permukaan akar gigi.
e. Radiodensitas : sementum menunjukkan suatu gambaran radiopak, hampir sama
dengan enamel. Tetapi karena ukurannya yang sangat tipis, sulit untuk menemukannya
dalam foto ronsen.
4. Ruang pulpa (pulp chamber) dan saluran akar pulpa (pulp canal)
a. Lokasi : terletak pada semua gigi, baik gigi susu maupun gigi permanen.
Berada pada mahkota gigi dan akar gigi. Pulpa dikelilingi oleh dentin.
b. Ukuran : mengikuti bentuk anatomi dari gigi, ukuran bisa beragam.
c. Jumlah : ruang pulpa terdapat 1 pada tiap gigi, dan saluran akar pulpa pada
tiap gigi beragam dari 1 sampai 3 bahkan lebih jika terdapat anomali. Pada gigi-gigi
anterior normalnya terdapat 1 saluran akar pulpa dan premolar pertama dan kedua RB
juga memiliki 1 saluran akar pulpa, pada gigi premolar pertama RA umumnya terdapat
2 saluran akar pulpa, pada semua gigi molar RA terdapat 3 saluran akar, sedangkan
molar RB terdapat 2 saluran akar.
d. Bentuk : menyesuaikan bentuk oklusal tiap gigi.
e. Radiodensitas : ruang pulpa dan saluran akar pulpa merupakan gambaran
radiolusen.
5. Ligamen periodontal
6. Lamina dura
7. Tulang alveolar
Tulang alveolar
9. Aveolar crest
a. Lokasi : terletak pada bagian dari rahang yang menopang gigi geligi.
Merupakan puncak dari lamina dura. Terletak kurang lebih 2 mm dari apikal ke CEJ.
b. Ukuran : tidak menentu, tergantung dari jarak antar gigi yang
bersebelahan itu sendiri, jika jauh maka alveolar crest datar dan luas, jika dekat maka
alveolar crest sempit dan tajam.
c. Jumlah : menyesuaikan dengan jumlah gigi, terdapat satu alveolar crest
diantara 2 buah gigi.
d. Bentuk : pada daerah posterior mendatar, dan pada daerah anterior
meninggi atau meruncing ke koronal.
e. Radiodensitas : gambaran radiopak yang merupakan puncak dan akhir dari
lamina dura ke arah koronal.
a. Lokasi : terletak di rahang atas, di daerah apikal dari gigi insisivus sentral.
b. Ukuran : kecil, dengan panjang sekitar 1-5 mm.
c. Jumlah : terdapat 1 spina nasalis anterior pada setiap tengkorak manusia.
d. Bentuk : berupa tonjolan tulang di bawah fossa nasalis, yang merupakan
perpanjangan dari dasar atau lantai dari fossa nasalis.
e. Radiodensitas : perpanjangan radiopak dari septum nasalis.
a. Lokasi : terletak di rahang bawah kanan dan kiri, di daerah posterior dari
gigi molar dari arah anterior ramus asenden mandibula ke arah molar.
b. Ukuran : sesuai dengan bentuk dari mandibula.
c. Jumlah : ada 2 pada mandibula, kanan dan kiri.
d. Bentuk : sesuai dengan bentuk dari mandibula.
e. Radiodensiti : garis radiopak dari arah anterior ramus asenden mandibula ke
arah molar.
a. Lokasi : terletak di antara akar atau apikal insisif sentral rahang atas.
b. Ukuran : berbeda-beda, bulatan dengan diameter kurang lebih 3-5
mm.
c. Jumlah : terdapat 1.
d. Bentuk : bulat dan bisa juga oval.
e. Radiodensiti : bulatan radiolusen dengan batas difuse yang kurang jelas.
13. Linea oblique interna
a. Lokasi : terletak pada rahang bawah posterior, kanan dan kiri, di daerah
lingual.
b. Ukuran : sesuai dengan bentuk dari mandibula.
c. Jumlah : ada 2 pada mandibula, kanan dan kiri.
d. Bentuk : bentukan tulang menonjol yang memanjang di daerah lingual,
kanan dan kiri mandibula.
e. Radiodensitas : garis radiopak yang melintang sepanjang akar molar rahang
bawah.
a. Lokasi : terletak pada rahang bawah kanan dan kiri, melintang secara
horizontal di bawah gigi molar.
b. Ukuran : lebarnya (dari garis radiopak hingga garis radiopak di
bawahnya) berkisar antara 3-4 mm.
c. Jumlah : 2 kanan dan kiri mandibula.
d. Bentuk : seperti tabung yang panjang.
e. Radiodensitas : berupa radiolusen yang dibatasi oleh garis radiopak, dan
memanjang di bawah gigi geligi molar.
a. Lokasi : terletak di rahang atas, kanan dan kiri di bagian posterior dari
geligi molar yang paling akhir di rahang tersebut, dan merupakan batas akhir dari
rahang atas.
b. Ukuran : seukuran mahkota gigi molar.
c. Jumlah : terdapat 2 di rahang atas, kanan dan kiri.
d. Bentuk : seperti benjolan membulat di posterior gigi molar.
e. Radiodensitas : berupa gambaran radiopak di posterior gigi molar paling akhir di
rahang atas.
a. Lokasi : terletak di rahang bawah kanan dan kiri, di daerah apikal dari
premolar kedua.
b. Ukuran : diameter kurang lebih 2 mm.
c. Jumlah : terdapat 2 di mandibula kanan dan kiri.
d. Bentuk : bulat dan kadang sedikit oval.
e. Radiodensitas : bulatan radiolusen.
a. Lokasi : terletak pada akar gigi rahang atas dan rahang bawah, tetapi
biasanya lebih terlihat jelas pada gigi anterior rahang bawah. Merupakan jalan masuk
pembuluh darah dan nervus.
b. Ukuran : lebar kurang dari 1 mm, dan panjang vertikal di bawah
apikal gigi.
c. Jumlah : sesuai jumlah akar gigi yang ada.
d. Bentuk : garis panjang.
e. Radiodensitas : terlihat seperti garis vertikal yang radiolusen di bawah akar gigi.
Mudah dilihat di regio anterior.
B. Kelainan Normal
Fordyce granule adalah kelenjar sebasae ektopik atau sebasae
choristomas(jaringan normal yang terdapat dalam rongga mulut yang terletak
dalam lokasi abnormal).
Hairy tongue adalah perpanjangan secara abnormal dari papilla filiformis yang
membuat dorsom lidah tampak berambut.
Fissure tongue adalah kondisi varian normal yang ditandai dengan terdapatnya
celah yang dalam di dorsum lidah dan umumnya tidak terasa sakit
Torus adalah tonjolan tulang pada rahang. Terletak pada garis tengah palatum dan
gusi cekat lingual dari mandibular.
Leukoedema adalah diskolorasi mukosa menjadi keputihan, difusse , dan filmy
seperti lipatan-lipatan permukaan yang mengakibatkan mengkerutnya mukosa.
Kelainan abnormal
1.Agenisi
a. Lokasi : bisa terjadi di rahang atas maupun rahang bawah di regio posterior maupun
anterior. Merupakan kelainan dimana tidak terdapat benih gigi. Dapat terjadi pada gigi
sulung maupun gigi permanen. Umumnya disebabkan karena herediter atau keturunan.
b. Ukuran : -
c. Jumlah : tidak menentu, bisa hanya satu gigi bisa juga banyak.
d. Bentuk : -
e. Gambar ronsen: tidak terdapat gambar bentukan benih gigi di dalam rahang.
2. Dilaserasi
a. Lokasi : bisa terjadi pada gigi manapun. Kelainan ini merupakan pembengkokan /
lengkungan dari akar-akar gigi yang lain dari biasanya. Etiologi dihubungkan dengan
trauma ketika terjadi pertumbuhan akar. Faktor herediter juga dapat terlibat pada
beberapa kasus.
26
b. Ukuran : bisa ujung ajar saja, tengah dan seluruh panjang akar.
c. Jumlah : -
d. Bentuk : struktur akar atau apikal gigi yang bengkok.
e. Gambar ronsen: gambaran struktur gigi normal yang bengkok.
4. Taurodonsia
a. Lokasi : gigi-gigi mempunyai mahkota yang panjang, menyebabkan ruang pulpa
bertambah tinggi dalam arah apiko-oklusal. Lebih sering mengenai gigi
permanen daripada gigi susu. Dapat terjadi pada pasien dengan Down Syndrome,
Klinefelter Syndrome, amilogenesis imperfecta.
b. Ukuran : menyesuaikan bentuk gigi tersebut.
c. Jumlah : 1 pada 1 gigi, bisa terjadi pada lebih dari 1 gigi.
d. Bentuk : seperti ruang pulpa hanya lebih besar dan lebih tinggi puncaknya.
e. Gambar ronsen: gambaran ronsen pulpa yang radiolusen tetapi lebih luas dari pada
ukuran ruang pulpa normal